• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTAI ISLAM VERSUS PARTAI SETAN

PERTARUNGAN POLITIK IDEALIS VERSUS PRAGMATIS

B. PARTAI ISLAM VERSUS PARTAI SETAN

Islam mengkategorikan partai secara dikotomis, hitam putih, partai Islam dan partai non-Islam, lebih tegas lagi, partai Islam dan partai Setan. Konflik Islam senantiasa terjadi antara partai politik syirik, kufur dan setan melawan partai tauhid dan iman; Hizbullah

(partai Allah). Jadi istilah partai, dapat diterima atau ditolak dengan melihat pada prinsip-prinsip dan tujuan. Berpartai, yakni afiliasi manusia pada partai dapat ditolak atau diterima dilihat dari criteria yang berlaku di dalamnya, bukan karena istilah itu sendiri, bukan karena berpartai itu sendiri dan bukan pula karena organisasi partai secara mutlak.

Kaum musyrikin adalah partai-partai; menurut al-Qur‘an :

“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan

yang bersekutu (al-ahzab), maka mereka berkata:‟inilah yang

dijanjijkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita‟. Dan benarlah

Allah dan Rasul-Nya., dan demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (Al-Ahzab : 22). Begitu pula keadaan mereka dalam rentang sejarah risalah samawiyah. Dikatakan oleh al-Qur‘an : ―Suatu pasukan tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan (al-ahzab) pasti akan dikalahkan. Telah mendustakan (rasul-rasul

pula) sebelum mereka kaum Nuh, „Ad. Fir‟aun yang mempunyai

tentara yang banyak, dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan yang bersekutu (al-ahzab) menentang rasul-rasul”. (Shaâd).

Dalam do‘a Rasulullah saw ditemukan :

“Ya Allah, yang menurunkan kitab, yang membuat awan berjalan,

yang mengalahkan golongan-golongan (partai), kalahkanlah

mereka !”.5

4 Arnold menggambarkan karakteristik pemerintahan Islam dengan mengatakan, ―Pemerintahan Islam itu berbentuk autokrasi dengan mengklaim bahwa hal itu dibangun di atas landasan wahyu Tuhan The Encyclopedia of Islam, Vol. II, h. 884, artikel ―Khalifa‖. Teksnya adalah sebagai berikut :, ―An autocracy that claimed to be based on divine revelation..”.

Setan mempunyai partai, yaitu partai setan (hizb asy-syaithan) sebagaimana dikatakan oleh al-Qur‘an : ―Setan-setan itu mengajak golongannya (hizbahu) supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Fâthir : 6).

Allah mempunyai partai sendiri yaitu partai Allah (Hizbullah) sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya :

“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang

beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya partai Allah

itulah yang menang”. (al-Mâidah: 56).

Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas atas (limpahan) rahmat-Nya. Mereka itulah golongan Allah (Hizbullah). Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah

itulah golongan yang “. (al-Mujâdalah : 22).

Dalam kesusasteraan periode Nabi saw istilah Amir dipakai untuk Rasulullah saw karena kepemimpinannya dalam pemerintahan. Begitu pula istilah hizb (partai) dipakai untuk para pendukungnya. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa kelompok

Asy‟ariyyin yang di antara mereka itu adalah Abu Musa al-Asy‘ari

ketika dating kepada Rasulullah saw dan mendekati kota Madinah, mereka membaca baik-baik puisi, di antara salah satu baitnya adalah : ―Esok hari, kita berjumpa kekasih sejati, Muhammad dan

partainya”.6Bahkan dari ‗Aisyah ra diriwayatkan : “Bahwa istri

-istri Rasulullah saw, mereka ada dua kelompok (hizb) : Satu kelompok di dalamnya terdapat Aisyah, Hafshah, Shafiah, dan Saudah. Sedangkan kelompok lain ialah Ummu Salamah beserta istri-istri Rasulullah lainnya”.7

Kriteria penolakan atau penerimaan adalah tujuan partai dan sasaran berpartai. Mengenai legalitas berorganisasi dan berpartai, tidak diragukan lagi berlandaskan pada keyakinan terhadap legalitas adanya kemajemukan visi dan orientasi. Masyarakat-masyarakat yang mengambil acuan legalitas kemajemukan pemikiran adalah yang mengacu pada pluralitas organisasi dan keikutsertaan dalam partai.

5HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud.

6HR. Imam Ahmad.

Jika Islam telah berbicara tentang kesatuan agama sejak dari Nabi Adam as., hingga Nabi Muhammad saw dan sepanjang masa setiap rasul dan nabi, Islam juga telah berbicara tentang pluralitas

dalam syari‘at umat-umat8 sesuai dengan rasul yang diutus kepada mereka.9 Jadi agama (ad-Dîn) hanya ada satu sejak dulu hingga

kapan pun. Sedangkan syari‘at (aturan dan jalan) bersifat majemuk,

dari dulu hingga kapan pun. Di sini terdapat pluralitas dalam kerangka kesatuan.

Konsekwensi logis dari wacana di atas dalam konteks pengorganisasian partai, seperti yang dipahami sekarang istilah partai (hizb), merupakan produk perkembangan dalam kehidupan pemikiran dan politik, yaitu perkembangan yang berbeda karena factor peradaban, masa, dan lingkungan masyarakat, maka sebenarnya pengalaman politik negara Islam pertama telah mengalami, dari aspek institusi, apa yang mirip dengan perbedaan organisasi, untuk tidak dikatakan partai, dari sisi tertentu,

sebagaimana dinukil oleh Muhammad ‗Imarah berikut ini10 : 1. Golongan Muhajirin pertama yang terdiri dari tokoh-tokoh

Quraisy kenamaan yang masuk Islam pada awal kedatangan Islam,11 mereka ini merupakan satu organisasi yang memiliki kedudukan khusus yang dominan dalam khilafah, negara dan urusan masyarakat.

2. Golongan 12 Naqib (wakil) terpilih yang terbentuk melalui pemilihan dari kalangan kaum Anshar yang mengadakan janji setia kepada Rasulullah yaitu janji setia untuk mendirikan

8Istilah ummah berasal dari akar kata amm yang berarti menghendaki atau bermaksud. Jadi perkataan ummah mengandung berbagai pengertian yang berkaitan dengan arti semula ―menghendaki‖ atau ―bermaksud‘. Untuk penjelasan istilah ummah disebutkan 64 kali dalam al-Qur‘ân, 53 di antaranya disebutkan dalam ay at-ayat yang diturunkan di Mekkah dan sisanya di Madinah, umpamanya pada : Q.S. 2 : 134, 143, 128; 16 : 36; 5 : 48; 3 : 103, 109; 7 : 159, 34, 164; 43 : 22, 23; 11 : 8; Lihat, Muhammad Fu‘âd ‗Abd al-Bâqî, Mu‟jam Mufahras li Alfâzh Qur‟ân al-Karîm (Turkey : al-Maktabah al-Islâmiyyah, 1984), h. 80.

9Lihat QS asya-Syûra : 13 dan QS. Al-Mâidah : 48.

10Muhammad ‗Imarah, Perang Terminologi Islam Versus Barat, (Jakarta : Rabbani Press, 1998), h. 188-191.

11Mereka itu masing-masing adalah : Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin ‗Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin ‗Awwam, Abdurrahman bin ‗Auf, Sa‘ad bin Abi Waqqash, Sa‘ad bin Zaid bin Amr Nufail, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Ibid.

negara Islam pada peristiwa Bai‘ah Aqabah.12 Golongan ini merupakan satu organisasi para menteri yang memberikan dukungan seperti halnya dengan golongan Muhajirin pertama merupakan organisasi para gubernur (amir) yang senantiasa diajak bermusyawarah, yang mempunyai kedudukan khusus yang dominan dalam kehidupan Negara Islam.

3. Kelompok Wanita Muslim (Jama‟ah Nisa‟ al-Muslimin)13, sebagai indikasi tentang adanya institusi, organisasi, dan kelompok dalam masyarakat Islam pertama pada masa Rasulullah saw. Satu episode kehidupan pemikiran dan politik ini telah menyaksikan satu tahap organisasi partai, satu perkembangan yang menyertai perkembangan tuntutan, tujuan dan sasaran.

4. Kelompok-kelompok Ahli Kalam, merupakan organisasi politik yang mempunyai ciri-ciri dalam maqalat, yakni teori-teori dan metodologi yang dipakai untuk mewujudkan visi dan

misi perjuangan politik mereka, seperti Mu‘tazilah, Syi‘ah

dengan berbagai alirannya yang moderat, yang ekstrim, yang tewrbuka dan yang bergerak di bawah tanah.

5. Pada era modern ini, organisasi politik telah berpindah ke tahap baru dengan munculnya pembaharuan pemikiran dan politik serta reformasi di segala bidang.14

6. Pasca Perang Dunia pertama usai; penjajah Barat telah menghancurluluhlantakkan Khilafah Utsmaniyyah, dan Barat telah menancapkan pengaruhnya dalam semua aspek kehidupan di dunia Islam, maka terjadilah pergeseran peradaban dan politik hingga organisasi dan partai pun mengacu pada teori-teori politik dan sosial yang liberal dan sekuler versi Barat.

12Mereka itu adalah : Abu Umamah, As‘ad bin Zurarah, Sa‘ad bin Rabi‘, Abdullah bin Rawahah, Rafi‘ bin Malik bin Ajlam, Al-Barra‘ bin Ma‘rur, Abdullah bin ‗Amr bin Haram, Sa‘ad bin Ubadah bin Dulaim, Al-Mundzir bin ‗Amr bin Khunais, Ubadah bin Shamit, Usaid bin Mundzir, Ibid.

13Fakta ini dapat ditelusuri dalam biografi Ibnu al-Atsir (wafat tahun 1233 M) tentang wanita sahabat kenamaan Asma‘ binti Yazid bin Sakan al-Anshariyyah (wafat tahun 650 M), seorang wanita yang mempunyai keberanian luar biasa dan menonjol dalam berpidato. Ia adalah pimpinan kelompok wanita Madinah. Ibid.

14Pada episode ini bermunculan partai-partai baru seperti : al- Hizb Wathani, Hurr/ Partai Nasional Merdeka (Jamaluddin Afghani 1838-1897), al-Hizb al-Wathani (Musthafa Kamil 1874-1908), Hizb al-Ummah/Partai Rakyat (Ahmad Luthfi as-Sayyid 1872-1963), Hizb al-Ishlah/ Partai Reformasi (Syekh Ali Yusuf 1863-1913), Hizb al-Lamarkaziyyah/Partai Desentralisasi.

7. Selanjutnya terjadi hegemoni peradaban Barat yang meng-himpit terus menerus, sehingga muncul faktor-faktor kebang-kitan Islam untuk mempertahankan identitas Islam dengan mengambil langkah-langkah serta cara-cara dari keorganisasian dalam partai-partai dan perhimpunan-perhimpunan, untuk mewujudkan tujuan-tujuan misi peradaban Islam sebagai awal kebangkitan dan menghadapi tantangan15

Dari paparan tersebut dapat ditegaskan bahwa di dunia Islam, sejak masa awal hingga kini, telah ada wadah partai tempat bernaung dan berkelompok dengan satu visi dan misi dalam menegakkan perjuangan bersama, yaitu meninggikan kalimat Allah dalam semua sepak terjang kehidupan di dunia ini, termasuk dalam hal politik.

C. PARTAI ISLAM SEBUAH NAUNGAN PERJUANGAN