• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 31.41 30.07 30.07 30.25 Pertambangan & Penggalian 3.18 3.23 3.45 3.91

Industri Pengolahan 8.78 9.07 9.43 10.35

Pengadaan Listrik, dan Gas 0.11 0.11 0.10 0.09

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,, Limbah dan Daur Ulang

0.07 0.05 0.06 0.05

Konstruksi 12.33 2.99 13.36 2.91

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

13.12 13.52 13.01 12.26

Transportasi dan Pergudangan 2.65 2.62 2.76 3.03

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.47 1.57 1.53 1.54

Informasi dan Komunikasi 2.89 3.27 3.26 2.88

Jasa Keuangan dan Asuransi 2.85 3.40 3.45 3.45

Real Estat 4.79 5.04 5.26 5.44

Jasa Perusahaan 0.20 0.20 0.20 0.20

Administasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

7.98 7.65 7.13 6.85

Jasa Pendidikan 5.79 4.88 4.66 4.51

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.72 1.68 1.61 1.62

Jasa Lainnya 0.67 0.66 0.66 0.67

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00

* Sumber : BPS Kab. Soppeng

1.6 PDRB PerKapita

Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan, baik sebagai pendukung maupun yang langsung dirasakan oleh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan. Salah satu indikator pengukuran tingkat kesejahteraan penduduk suatu

BAB I Pendahuluan I-13 wilayah adalah PDRB per kapita. Besaran PDRB per kapita memberikan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu wilayah.

Tabel I.5

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Kabupaten Soppeng 2010-2014

Tahun PDRB perkapita (juta Rupiah) Pertumbuhan (%) Harga berlaku Harga

Konstan

Harga berlaku Harga Konstan

(1) (2) (3) (4) (5)

2010 16,55 16,55 20,10 9,24

2011 19,05 17,72 15,08 7,06

2012 21,15 18,92 11,03 6,75

2013* 23,95 20,26 13,26 7,08

2014** 27,36 21,61 14,25 6,67

Rata-Rata Pertumbuhan (2010-2014) 14,74 7,36

* Angka sementara (sumber Buku PDRB Kab.Soppeng Tahun 2014)

Selama periode 2010-2014 PDRB perkapita Kabupaten Soppeng terus mengalami peningkatan. PDRB perkapita Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 ADHB telah mencapai Rp.27.360.000,- atau meningkat sebesar 65,32% disbanding pada tahun 2010 yang hanya sebesar Rp.16.550.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014 tiap penduduk diwilayah Kabupaten Soppeng mampu memberikan kontribusi nilai tambah secara ekonomi sebesar 27,60 juta rupiah.

Nilai PDRB perkapita Kabupaten Soppeng secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB Perkapita ADHK yang pada tahun 2014 mencatatkan kenaikan sebesar 30,57persen dibanding tahun 2010 atau dari nilai PDRB Perkapita sebesar 21,61 juta rupiah pada tahun 2014 menjadi 16,55 juta rupiah pada tahun 2010.

Meskipun demikian pada kenyataannya kenaikan PDRB perkapita menunjukkan adanya peningkatan harga barang dan jasa terutama

BAB I Pendahuluan I-14 yang dikonsumsi oleh public, baik secara langsung maupun tidak langsung kenaikan harga barang-barang dan jasa tersebut pasti dirasakan masyarakat sehingga mengakibatkan perlunya kemampuan yang lebih terutama dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

1.7 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang/rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik untuk makanan maupun non makanan. Kemiskinan dapat dilihat dari dua ukuran makro yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Data kemiskinan absolut adalah data kemiskinan yang merefleksikan suatu standar seperti kebutuhan pokok minimal. Kemiskinan absolut diukur berdasarkan indikator bersifat uang (garis kemiskinan) dengan pendekatan kebutuhan dasar.

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu kemiskinan merupakan masalah pokok daerah yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

Pada kurun 2011-2014, tingkat kemiskinan Kabupaten Soppeng masih berada dibawah nasional dan Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2014 angka kemiskinan Kabupaten Soppeng sebesar 8,76 persen lebih rendah dibanding angka kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan yang sebesar 9,54 persen dan angka kemiskinan Nasional yang sebesar 10,96 persen. Rata-rata angka kemiskinan Kabupaten Soppeng tahun 2011-2014 sebesar 9,16 persen dengan rata-rata kinerja penurunan kemiskinansebesar 0,2 persen.

BAB I Pendahuluan I-15 Tabel 1.6

Angka Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin

Dan Kinerja Penurunan Kemiskinan Nasional, Sul-Sel dan Kab.

Soppeng Tahun 2011-2015

TAHUN

ANGKA KEMISKINAN (%) JUMLAH PENDUDUK MISKIN (JIWA)

KINERJA PENURUNAN KEMISKINAN (%) Nasional SULSEL KAB.

SOPPENG Nasional SULSEL KAB.

SOPPENG

Nasion

al SULSEL KAB.

SOPPENG

2011 12.4 10.27 9.36 30,018,930 840,290 21,220

2012 11.7 9.82 9.12 28,594,600 812,270 20,600 -0.7 -0.45 -0.24 2013 11.5 10.32 9.43 28,553,930 863,230 21,300 -0.19 0.5 0.31 2014 11 9.54 8.76 27,727,780 806,350 19,780 -0.51 -0.78 -0.67

2015 11.1 10.12 28,510,000 864,510

* Sumber : BPS Kab. Soppeng

Meskipun jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Soppeng berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun garis kemiskinan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin ternyata cenderung mendekati garis kemiskinan. Sehingga perbaikan tingkat pengeluaran penduduk miskin harus terus dioptimalkan meskipun pada kenyataannya masalah yang dihadapi sangat kompleks. Pada tahun 2014 garis kemiskinan di Kabupaten Soppeng sebesar Rp.207.084,- , meningkat sebesar 10 persen dibanding tahun 2011 yang sebesar Rp.188.257,-.

Sumber : BPS Kab. Soppeng, 2015

Grafik 1.3

Garis Kemiskinan (Rp) Tahun 2011-2014 Kab. Soppeng

BAB I Pendahuluan I-16 Kompleksitas masalah kemiskinan ini tentu tidak bisa dijawab melalui program pembangunan yang bersifat parsial apalagi kontradiktif, tetapi diperlukan sebuah rumusan kebijakan yang bersifat holistik, ada keterkaitan satu sama lain meskipun tidak bisa menghindari pendekatan sektoral. Rumusan kebijakan pembangunan hendaknya disatukan oleh dua isu sentral dan mendasar yaitu penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang akan menggerus tingkat pengangguran di Kabupaten Soppeng.

Pengangguran mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakan dengan tidak adanya pekerjaan yang dimiliki maka tidak ada pula pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat.

Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi di suatu wilayah. Tinggi rendahnya angka ini memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat maupun keamanan dan stabilitas regional. Pada tahun 2014, TPT di Kabupaten Soppeng sebesar 2,4 persen yang mana mengalami penurunan yang signifikan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 6,56 persen. Apabila dirinci menurut jenis kelamin, TPT perempuan lebih rendah dari laki-laki pada tahun 2014. TPT perempuan sebesar 2,28 persen mengalami penurunan yang drastis dari tahun 2013 yang sebesar 8,5 persen, sedangkan TPT laki-laki sebesar 2,52 persen juga mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 5,54 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penyerapan angkatan kerja penduduk usia kerja di Kabupaten Soppeng, baik laki-laki maupun perempuan semakin baik di tahun 2014 sehingga angka pengangguran terbuka mengalami penurunan. Walaupun

BAB I Pendahuluan I-17 demikian, angka pengangguran penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan di tahun 2014 meskipun tidak berbeda signifikan.

Dokumen terkait