• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

2) Budi Pekerti, Nilai, Norma, dan Moral

Pendidikan nilai mencakup kawasan budi pekerti, nilai, norma, dan moral. Budi pekerti adalah buah dari budi nurani. Budi nurani bersumber pada moral. Moral bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (Masnur Muslich, 2011: 18). Sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang bebas merdeka, dalam moral manusia mempunyai kemerdekaan untuk memilih nilai dan norma yang dijadikan pedoman berbuat, bertingkah laku dalam hidup bersama dengan manusia lain. Memperhatikan pernyataan tersebut diatas, jelas sekali hubungan antara budi pekerti, nilai, norma, dan moral. Nilai yang diambil adalah nilai tinggi, luhur, mulia, suci, dan jujur. Norma yang diambil juga mendekatkan hidupnya kepada yang memberi hidup agar selamat. Moral memberikan petunjuk, pertimbangan, dan tuntutan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai, norma yang dipilih.

commit to user

Dalam hal ini, secara umum disepakati bahwa sesuatu yang berkenaan dengan budi pekerti atau perilaku yang baik secara konseptual berkaitan dengan etika. Manusia menganggap sesuatu bernilai karena ia merasa memerlukannya dan menghargainya. Dengan akal dan budinya manusia menilai dunia dan alam sekitarnya untuk memperoleh kepuasan diri baik dalam arti memperoleh apa yang diperlukannya, apa yang menguntungkannya, atau apa yang menimbulkan kepuasan batinnya. Manusia sebagai subyek budaya maka dengan cipta, rasa, karsa, iman, dan karyanya menghasilkan di dalam masyarakat bentuk-bentuk budaya yang membuktikan keberadaan manusia dalam kebersamaan dan semua bentuk budaya itu mengandung nilai.

Masnur Muslich berpendapat, “norma adalah kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung nilai tertentu yang harus di patuhi oleh warga masyarakat di dalam berbuat, bertingkah laku agar masyarakat tertib, teratur, dan aman” (2011: 74). Norma, di samping sebagai pedoman atau panduan berbuat atau bertingkah laku juga di pakai sebagai tolok ukur di dalam mengevaluasi perbuatan seseorang. Norma selalu berpasangan dengan sanksi, yaitu suatu keadaan yang dikenakan kepada si pelanggar norma. Si pelanggar norma harus menjalani sanksi sebagai akibat atau tanggung jawabnya atas perbuatan itu. Adapun wujud, bentuk, atau jenis sanksi itu sesuai, selaras dengan wujud, bentuk, dan jenis normanya. Norma dapat di temukan dalam kehidupan manusia dan dapat di golongkan menjadi (1) norma agama atau religi, (2) norma moral atau kesusilaan, (3) norma adat istiadat/sopan santun atau norma kesopanan, dan (4) norma hukum.

Masnur Muslich (yang mengutip simpulan Poespoprodjo, 1986) mengatakan bahwa moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim; mos, moris,

commit to user

manner mores atau manners, morals (2011: 74). Dalam Bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya.

b. Pendidikan Budi Pekerti pada Panti Asuhan

Panti asuhan berperan sebagai pengganti keluarga bagi anak-anak asuh. Masalah degradasi moral dalam keluarga di panti asuhan perlu segera mendapat penanganan khusus. Salah satu upaya penanganan khusus tersebut adalah melalui pendidikan budi pekerti. Karena pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai, pihak pertama yang paling cocok memberikan budi pekerti adalah keluarga, khususnya dalam penelitian ini adalah panti asuhan.

Permasalahannya adalah bagaimana panti asuhan sebagai pengganti keluarga dapat memberikan kontribusi pada pendidikan budi pekerti. Ada beberapa syarat mutlak yang harus di miliki panti asuhan sebagai pengganti keluarga apabila mau memberi pendidikan budi pekerti secara efektif. Syarat tersebut adalah komitmen bersama untuk memperhatikan anak-anak asuh, keteladanan, dan komunikasi aktif. Nilai budi pekerti yang dapat di berikan dalam panti asuhan adalah nilai kerukunan, ketakwaan, dan keimanan, toleransi, dan kepribadian sehat. Jika seseorang telah memiliki dasar budi pekerti yang luhur, pastilah ia akan mampu mengatasi pengaruh yang tidak baik dari lingkungan sekitar. Dengan demikian peran panti asuhan dalam pendidikan budi pekerti sangatlah besar.

commit to user

Seperti diketahui bahwa pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal biasanya sangat terbatas dalam memberikan pendidikan nilai. Hal ini disebabkan oleh masalah formalitas hubungan antara guru dan siswa. Pendidikan nonformal dalam perkembangannya saat ini tampaknya juga sangat sulit memberikan perhatian besar pada pendidikan nilai. Hal ini berhubungan dengan proses transformasi budaya yang sedang terjadi dalam masyarakat kita. Pihak yang masih dapat diharapkan adalah pendidikan informal yang terjadi dalam keluarga. Panti asuhan sebagai lembaga pengganti keluarga bagi anak terlantar dan yatim piatu menanamkan nilai-nilai sebagai berikut:

Pertama, nilai kerukunan. Kerukunan merupakan salah satu perwujudan budi pekerti. Orang yang memiliki budi pekerti luhur tentu lebih menghargai kerukunan dan kebersamaan daripada perpecahan. Jika dalam keluarga panti asuhan sudah ditanamkan nilai-nilai kerukunan itu dan anak dibiasakan menyelesaikan masalah dengan musyawarah maka dalam kehidupan di luar panti asuhan mereka juga akan terbiasa menyelesaikan masalah berdasarkan musyawarah.

Kedua, nilai ketaqwaan dan keimanan. Ketakwaan dan keimanan merupakan pengendali utama budi pekerti. Seseorang yang memiliki ketakwaan dan keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan mewujudkannya dalam perilaku dirinya. Dengan demikian sangat tidak mungkin jika seseorang memiliki kadar ketakwaan dan keimanan yang mendalam melalukan tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya itu memiliki budi pekerti yang sangat hina.

Ketiga, nilai toleransi, yang dimaksud toleransi disini terutama adalah mau memperhatikan sesamanya. Dalam panti asuhan nilai toleransi ini dapat ditanamkan melalui proses saling memperhatikan dan saling memahami antar

commit to user

anggota panti asuhan. Jika berhasil, tentu hal itu akan terbawa dalam pergaulannya.

Keempat, nilai kebiasaan sehat, yang dimaksud kebiasaan sehat disini adalah kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat dan mengarah pada pembangunan diri lebih baik dari sekarang. Penanaman, kebiasaan, pergaulan sehat ini tentu saja akan memberikan dasar yang kuat bagi anak dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya.

Dokumen terkait