• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1) Perubahan Karakter

Ada banyak faktor yang memperngaruhi perkembangan kepribadian atau karakter manusia. Secara umum, faktor-faktor tersebut di bagi menjadi dua bagian besar. Faktor yang pertama adalah faktor internal atau bawaan, faktor kedua adalah faktor eksternal atau lingkungan. Faktor internal meliputi faktor keturunan. Faktor bawaan atau keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap bawaan sejak lahir yang diturunkan dari gen temperamen dari orang tuanya atau dengan kata lain secara biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu. Faktor keturunan memiliki peranan penting dalam menentukan kepribadian dan karakter seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen pada anak-anak. Selain faktor keturunan, faktor diri sendiri sendiri juga dapat mempengaruhi perubahan karakter dan kepribadian pada seseorang. Seperti misalnya, tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.

Faktor kedua adalah faktor eksternal meliputi faktor lingkungan yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter seseorang. Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial, dan pengaruh-pengaruh lain yang dapat mempengaruhinya akan berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Dari beberapa pengaruh

commit to user

tersebut yang dapat mempengaruhi paling dominan terhadap kepribadian seseorang adalah pengaruh dari keluarga khususnya orangtuanya. Karena inilah faktor lingkungan pertama dan utama yang akan menentukan perkembangan kepribadian. Seorang individu yang dibesarkan dalam keluarga otoriter yang kuat, di mana cara mengungkapkan sikap dan perilaku ditentukan semata-mata oleh satu atau kedua orangtuanya akan berbeda dengan individu lainnya yang dibesarkan dengan penuh kebebasan.

Faktor pengaruh karakter atau kepribadian yang lain selain faktor-faktor tersebut diatas adalah faktor-faktor agama dan budaya. Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan karakter dan kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya. Agama juga berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang. Karena agama dapat membimbing seseorang untuk berperilaku baik dengan menaati kaidah dan aturan yang berlaku dalam agama tersebut.

d. Tinjauan Mengenai Panti Asuhan

Depsos RI mengemukakan pengertian panti asuhan yaitu:

Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial pada anak asuh sehingga memperolah kesempatan yang luas yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI, 1986: 3).

Sedangkan Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan (BPKPK) memberi batasan mengenai Panti Asuhan, yaitu:

Panti asuhan dapat di artikan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kepada anak dengan tujuan agar mereka menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan masyarakat kelak di kemudian hari (BPKPK, 1979: 1).

commit to user

Berdasarkan penjelasan diatas, panti asuhan berfungsi sebagai pengganti keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orangtua, sehubungan dengan orangtua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa panti asuhan berfungsi sebagai lembaga alternatif keluarga yang berupaya mewujudkan kesejahteraan anak sehingga mereka dapat hidup di tengah masyarakat secara layak dan dapat berperan serta dalam pembangunan.

Menurut Departemen Sosial RI, pengasuhan anak melihat hal-hal berikut ini:

1. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

2. Pengasuhan anak tersebut dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.

3. Jika lembaga tersebut berlandaskan agama, anak yang di asuh harus yang seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga yang bersangkutan.

4. Jika pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang di anut anak yang bersangkutan. 5. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di

luar panti sosial.

6. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga tersebut.

7. Pengasuhan anak dilaksanakan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan atau mental.

8. Penyelenggaraan pengasuhan anak dilaksanakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya dan atau fasilitas yang lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial tanpa mempengaruhi agama yang di anut anak.

commit to user

Panti asuhan didirikan bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Pelaksanaan pembimbingan di panti asuhan berada dalam satu koordinasi seorang pemimpin. Pemimpin menentukan langkah-langkah yang harus di ambil dalam angka mencapai tujuan panti asuhan itu sendiri. Seorang pemimpin harus dapat memotivasi setiap anggota yang di pimpinnya agar memiliki jiwa kepemimpinan pula, sebab para anggota tersebut juga memimpin setiap anak asuh yang di bimbingnya. Seperti di ungkapkan Ki Hajar Dewantoro tentang ajaran-ajaran kepemimpinan, “Ing ngarso sung

tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” (Soerjono Soekanto,

2002: 289). Filosofi tersebut memiliki makna bahwa seorang pemimpin harus dapat memberi teladan, membangun semangat dan memberi pengaruh pada para anggota yang di pimpinnya.

Pada umumnya di panti asuhan keteladanan berlaku bagi semua yang ada di panti tersebut, baik bagi pemimpin maupun setiap pengasuh. Keteladanan sangat di perlukan sebab mereka menjadi panutan bagi setiap anak asuh. Keteladanan pimpinan dan pengasuh panti asuhan di harapkan dapat memotivasi setiap anak asuh untuk selalu mengikuti sikap dan tindakan mereka. Karena pada dasarnya merekalah yang menjadi kunci penggerak bagi keberhasilan panti asuhan dalam menegakkan peraturan dan pelaksanaan program yang terdapat di panti asuhan.

Panti asuhan baik yang di selenggarakan oleh negara maupun yayasan di maksudkan sebagai tempat bernaung bagi anak-anak terlantar yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami berbagai macam gangguan sosial, baik bersifat intrinsik, yaitu berasal dari anak itu sendiri, seperti: cacat

commit to user

mental atau fisik maupun gangguan sosial yang bersifat ekstrinsik, yaitu karena pengaruh lingkungan di luar diri anak, seperti orangtua meninggal, perpecahan dalam keluarga, kemiskinan dan lain-lain sehingga menjadi terlantar.

Pada umumnya anak-anak yang tinggal di panti asuhan adalah: 1) Anak yatim, piatu, dan yatim piatu terlantar.

2) Anak terlantar dari keluarga yang mengalami perpecahan, sehingga tidak memungkinkan anak dapat berkembang secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial.

a) Keluarga retak, sehingga tidak ada hubungan sosial yang harmonis. b) Salah satu orangtua atau kedua-duanya sakit kronis, terpidana dan

lain-lain.

3) Anak terlantar yang keluarganya dalam waktu relatif lama tidak mampu melaksanakan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar. Adapun penyebab keterlantaran pada anak antara lain:

a) Orangtua meninggal dan atau tidak ada sanak saudara yang merawatnya sehingga menjadi anak yatim piatu.

b) Orangtua tidak mampu atau sangat miskin sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.

c) Orangtua tidak dapat atau tidak sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik atau wajar dalam waktu yang relatif lama, misalnya menderita penyakit kronis.

Dokumen terkait