• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SOSIAL, EDUCATIF, DAN PROFESI GURU

MORAL DAN PENYIMPANGAN PERILAKU

C. Pelajar dan Penyimpangan Perilaku

Moral dan Penyimpangan Perilaku

melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya; (4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain; (5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.

b. Penyimpangan kelompok (group deviation)

Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, sekelompok orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.

c. Penyimpangan campuran (combined deviation)

Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan di bawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia yang menyimpang dari norma umum (geng).

C. Pelajar dan Penyimpangan Perilaku

Secara psikologis pelajar usia remaja merupakan masa transisi dari remaja menuju kedewasaan diamana didalamnya terjadi gejolak-gejolak batin dan luapan ekspresi kretivitas yang sagat tinggi. Jika lupan-luapan dan pencarian jati diri ini tidak terpenuhi maka mereka akan cenderung mengekspresikanya dalam bentuk kekecewaan-kekecawaan dalam bentuk negatif. Sarana pendidikan yang dimaksud di sini, bukan hanya laboratorium, perpustakaan, ataupun peralatan

Moral dan Penyimpangan Perilaku

edukatif saja, tetapi juga sarana-sarana olahraga ataupun kesenian untuk mengekspresikan diri mereka.12

Pada masa remaja berkembang “sosial cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjeng ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarga. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.13

Pada masa remaja juga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain. Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya. Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti atau diimitasi itu menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral agama dapat dipertanggungjawabkan, misalnya kelompok yang taat agama, berbudi pekerti luhur, kreatif dalam mengembangkan bakat, rajin belajar, aktif berorganisasi, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku malsuai atau melecehkan nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya itu. Contohnya, tidak sedikit remaja yang mengidap

12 Djuwita Trisnawati, “Penyimpangan Pergaulan Pelajar di Era Globalisasi”, http://fellypun.wordpress.com/lkpp/penyimpangan-pergaulan-pelajar, diakses 20 Nopember 2013.

Moral dan Penyimpangan Perilaku

narkotika dan seks bebas, karena mereka bergaul dengan kelompok sebaya yang yang sudah biasa melakukan hal tersebut.14

Menurut Pidarta (2007:184), ada beberapa pengaruh globalisasi terhadap masyarakat Indonesia, diantaranya yaitu dampak pada bidang kebudayaan dan kehidupan remaja. Adapun pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan, yaitu:

1. Lagu-lagu Barat sudah banyak masuk ke Indonesia

2. Tayangan lagu dan cerita Barat terlalu banyak terutama di televisi swasta. Tampak seolah-olah tidak menghiraukan kesenian daerah atau Indonesia.

3. Budaya Konsumtif yang tidak puas berbelanja di dalam negeri, terutama untuk orang-orang kaya.

Sedangkan kehidupan remaja yang sudah kemasukan arus globalisasi, yaitu, minum minuman keras, ikut-ikutan memakai narkoba, bermain-main di klub malam yang dapat menerbitkan sifat erotis, dan melakukan tindakan kekerasan yang menyimpang dari kepribadian Indonesia.

Banyak sekali fakta yang menunjukkan dampak penyimpangan pergaulan remaja khususnya para pelajar, Berdasarkan survei 3 dari 10 pelajar di Indonesia pernah merokok sebelum usia 10 tahun, 34,58 persen pelajar tingkat SLTA perokok aktif dan survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.15

Selain itu, berdasarkan survei Komnas Anak di 12 provinsi dengan responden 4500 remaja tahun 2010 didapat hasil yang sangat mengejutkan. Berdasarkan survei diketahui bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno, 93,7 % pernah berciuman hingga petting (bercumbu), 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 % remaja SMA pernah aborsi.16

14 Ibid..

15 Lihat: Syamsuddin, indonesiaoptimis.com, diakses 20 Nopember 2013. 16 Lihat: www.indonesiaoptimis.com, diakses 20 Nopember 2013.

Moral dan Penyimpangan Perilaku

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Namun, yang sangat disayangkan budaya pacaran yang dilakukan para pelajar sering sekali menjadi kebablasan.

Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.17

17Lihat: http://4905.blogspot.com/2011/06/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja.html, diakses 20 Nopember 2013.

Moral dan Penyimpangan Perilaku

Selain pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba juga menjadi dampak dari penyimpangan pergaulan pelajar. karena berdasarkan hasil penelitian Badan Nasional Narkoba (BNN) dan pusat kesehatan Universitas Indonesia (UI), selalu ada peningkatan pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2004, pengguna narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai 3.2 juta jiwa. Kemudian pada tahun 2008 pengguna narkoba tersebut meningkat menjadi sekitar 3,6 juta jiwa. Dan pada tahun 2011 peningkatan tersu terjadi, di mana pengguna narkoba tersebut mencapai angka 3,8 juta jiwa.

Sementara itu, dari sejumlah pengguna narkoba (berbagai jenis) pelajar berada pada urutan ke 4 pengguna narkoba. Dengan urutan pertama pengangguran, kedua pegawai, ketiga pedagang dan ke empatnya adalah pelajar. Pelajar biasanya menggunakan narkoba dikarenakan faktor pergaulan, hanya ikut ikutan atau sekedar mencoba saja. Sejumlah kasus menunjukkan pada usia 7 tahun, mereka sudah menggunakan narkoba dengan model inhalan (menghisap) atau popular di kalangan para anak jalanan (anjal) dengan istilah “ngelem”. Mereka menghirup lem cair yang didalamnya terdapat kandungan zat kimiawi aica aibon. Dampak yang paling besar akibat dari pergaulan bebas dan penyalahguaan narkoba adalah tertularnya virus HIV-AIDS dan dampak lebih lanjut dapat mengancam nyawa penderita itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, sudah jelas bahwa kondisi pergaulan pelajar khususnya di Indonesia saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Karena selain dapat merusak moral para pelajar, perilaku yang disebabkan dari penyimpangan pergaulan itu dapat merusak masa depan bahkan mengancam nyawa pelajar. Untuk itu, hendaknya diberikan perhatian dan penangan yang penuh terhadap perkembangan dan pergaulan pelajar agar terhindar dari pergaulan-pergaulan yang dapat merugikan pelajar.

Menurut Sofyan (2011), semakin merosotnya moral para pelajar merupakan salah akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti pelajar. Padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan

Moral dan Penyimpangan Perilaku

bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi. Kemerosotan moral banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya dalam masyarakat sekitarnya. Lingkungan sosial yang buruk adalah bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan perubahan sosial yang negatif.18

Menurut Imron (2012), perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).19

1. Faktor internal:

a. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

b. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor eksternal:

a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap

18 Ahmad Sofyan, “Runtuhnya Moral Pelajar”, http://www.radarbanjarmasin, co.id/index.php/berita/detail/ 50/1619, diakses tanggal 20 Nopember 2013.

19 Imron, “Makalah Kenakalan Remaja”, http://ilmu27.blogspot.com/ 2012/08/ makalah-kenakalan-remaja.html, diakses tanggal 20 Nopember 2013.

Moral dan Penyimpangan Perilaku

eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

b. Teman sebaya yang kurang baik

c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado (dalam Imron,

2012), Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara lain :

a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.

b. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.

c. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya). d. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak. e. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.

f. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.

g. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.

h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.

i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.

j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.20