• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Kampanye Pemilu 2004

PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILU

B. Pelaksanaan Kampanye Pemilu 2004

1. Penyusunan Jadwal dan Tempat Kampanye

Sebelum dilakukannya penyusunan jadwal kampanye, KPU Kota Yogyakarta terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan KPU Provinsi DIY terkait mekanisme penyusunan jadwal kampanye, dan koordinasi dengan Pemerintah Kota Yogyakarta terkait dengan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, serta koordinasi dengan jajaran kepolisian terkait dari sektor pengamanan. Adapun hasil dari koordinasi KPU Kota Yogyakarta dengan KPU Provinsi tersebut sebagai berikut :

a. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota hanya memfasilitasi penyusunan jadwal kampanye dengan partai partai politik sesuai tingkatan masing-masing dalam bentuk kampanye pertemuan terbatas, tatap muka, dan pemasangan alat peraga di tempat umum, sedangkan kampanye dalam bentuk rapat umum, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, dan penyiaran melalui radio dan/atau televisi diatur sepenuhnya oleh KPU.

b. Dikarenakan Provinsi tidak jelas kewilayahannya, maka secara teknis KPU Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk memfasilitasi kegiatan kampanye yang dilakukan di daerah dengan mendudukkan KPU Propinsi sebagai supervisi dalam kegiatan kampanye tersebut.

c. Perlunya dibuat rancangan jadwal kampanye untuk memudahkan partai politik menyusun jadwal kampanye yang definitif.

d. KPU Propinsi DIY segera melakukan koordinasi dengan KPU Propinsi Jawa Tengah untuk mengantisipasi mobilisasi massa luar daerah DIY dengan batasan-batasan daerah tertentu antara lain Kabupaten Klaten, Magelang, dan Purworejo dengan melibatkan Kepolisian Daerah (POLDA) masing-masing. e. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, secara tegas memegang ketentuan

peraturan yang berlaku sesuai dengan UU No 12 Tahun 2003 dan Kep KPU No. 701 tahun 2004.

Sedangkan hasil koordinasi KPU Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai berikut :

a. Terdapat beberapa tempat/lokasi yang dilarang untuk melakukan aktifitas kampanye yaitu; Jl. Malioboro, Jl. A. Yani, Jl. Mangkubumi dan Jl. Suroto.

Alasan yang mendasar pelarangan tersebut dikarenakan jalan yang dimaksud merupakan pusat cagar budaya dan sentral perekonomian masyarakat Kota Yogyakarta.

b. Adanya batasan ketugasan dalam memilah setiap permasalahan yang terkait dengan kegiatan kampanye, misalnya jika terkait terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, maka yang menindak adalah Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Satpol PP. Sedangkan jika terkait dengan Kep KPU No 701 Tahun 2004, oleh Panwaslu menyerahkan kepada KPU Kota Yogyakarta jika pelanggaran tersebut bersifat administratif, dan menyerahkan kepada kepolisian (Poltabes) jika pelanggaran tersebut bersifat pidana.

c. Melakukan monitoring bersama dengan melibatkan koordinator dari masing-masing partai politik, kepolisian, pemerintah, panwaslu dan KPU Kota Yogyakarta.

d. Melakukan koordinasi secara intensif mulai dari tanggal 11 Maret sampai dengan 1 April 2004, untuk membahas perkembangan dari kegiatan kampanye. Hasil koordinasi dengan Kepolisian Kota Besar (POLTABES) Yogyakarta antara lain:

a. Perlunya ketegasan dari aparat kepolisian untuk memblokir daerah perbatasan Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul dan Sleman,hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya mobilisasi massa yang datang dari luar Kota Yogyakarta.

b. Melakukan koordinasi dan komunikasi dalam memberikan informasi terkait dengan tempat/lokasi penyelenggaraan kampanye oleh Partai Politik, mengingat adanya kecenderungan partai politik lambat melaporkan tempat/ lokasi kampanye.

c. Secara intensif melakukan razia (sweeping) senjata tajam di malam hari terutama daerah yang dianggap rawan konflik.

d. Melakukan pendekatan terhadap beberapa kelompok potensial (tokoh informal) dalam upaya meminimalisir terjadinya konflik.

e. Perlunya dibentuk satgas bersama dengan melibatkan tokoh-tokoh yang berpengaruh dari partai politik dibawah koordinator Poltabes Yogyakarta.

f. Menempatkan kantor poltabes yogyakarta sebagai tempat koordinasi pengamanan kampanye.

Dalam penyusunan jadwal kampanye, KPU Kota Yogyakarta bertindak sebagai fasilitator dan menyiapkan draft rancangan jadwal kampanye. Prinsip dasar

penyusunan jadwal kampanye tersebut adalah asas pemerataan, adil dan proporsional. Tujuan penyusunan jadawal kampanye memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masing-masing partai politik untuk melakukan

kegiatan kampanye dan menghindari terjadinya konflik dengan tidak

mempertemukan partai-partai yang dianggap cenderung dapat menuai terjadinya konflik.

Berikut beberapa hasil kesepakatan partai politik tingkat Kota Yogyakarta dalam penyusunan jadwal dan tempat kampanye sebagai berikut :

a. masing-masing partai politik memperoleh kesempatan 3 (tiga) kali diseluruh daerah pemilihan untuk melakukan kegiatan kampanye selama masa kampanye berlangsung. Sedangkan penentuan tempat/lokasi kampanye

merupakan hak preoregatif partai politik yang ditanggung secara

keseluruhannya oleh Parpol dan tidak bertnentangan dengan ketentuan yang berlaku.

b. Partai politik tingkat Kota Yogyakarta tidak dapat memenuhi ketentuan Kep. KPU No. 701 Tahun 2004, mengenai penyusunan jadwal kampanye dengan memperhatikan urutan partai politik, sebab hal tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan mengingat beberapa partai lama akan bertemu pada hari yang bersamaan dan cenderung dapat menuai terjadinya konflik. Jadi yang dilaksanakan adalah langkah preventif.

c. dalam pelaksanaan kampanye partai politik lebih mengutamakan pada pendakatan kampanye berbudaya yaitu kampanye anti kekerasan, ramah lingkungan, bernilai estetika, sopan, tertib dan edukatif.

d. pada tanggal 10 maret 2004 atau sehari sebelum dilaksanakannya kampanye, KPU Kota Yogyakarta diminta untuk memfasilitasi partai politik dalam

mengaktualisasikan kampanye berbudaya kedalam bentuk kegiatan

“Pencanangan dan Kirab Kampanye Berbudaya” yang diikuti 24 Partai Politik dan 33 calon anggota DPD serta partisipasi dari Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

2. Implementasi Teknis Kampanye

Selama masa pelaksanaan kampanye dari tanggal 11 maret sampai dengan 1 April 2004, terlihat bahwa masih dominannya partai lama dalam kegiatan kampanye seperti PDIP, PAN, GOLKAR, dan PPP. Namun beberapa partai politik lain seperti PK Sejahtera, Partai Demokrat, PKPB, dan PNBK tetap antusias melakukan kampanye, sedangkan partai politik lain tetap berdiam diri/tanpa ada aktifitas yang

menunjukkan adanya kegiatan kampanye khususnya dalam bentuk kampanye pertemuan terbatas, tatap muka, rapat umum, dan penyebaran bahan kampanye. Ada beberapa penyebab aktifitas kampanye tidak dilakukan oleh partai politik, antara lain :

ƒ Tidak adanya dukungan finansial dalam menyelenggarakan kegiatan kampanye.

ƒ Memang merupakan bagian strategi partai, namun keliru dalam penerapan strategi; dan

ƒ Munculnya konflik internal akibat dari penyusunan daftar caleg.

Dengan adanya sistem pemilu 2004 yang beda, terdapat beberapa calon yang memaknai bahwa dalam berkampanye, cukup atas nama sendiri si calon tanpa membawa nama partai politik dapat saja dilakukan, ini akibat pengaruh/ketokohan si calon di daerah pemilihannya. Namun partai-partai besar seperti PDIP, PAN, GOLKAR, PPP, PKB, dan PK Sejahtera membawa nama partai politiknya. Prinsip kolektifitaslah (bukan Individu) yang diutamakan dalam berkampanye.

Selama kampanye berlangsung proses monitoring tetap dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta melalui pokja monitoring kampanye dan TIM Terpadu Monitoring yang melibatkan Panwas, Pemerintah, Kepolisian, TNI, Partai Politik dan KPU Kota Yogyakarta. Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta melalui pokja monitoringnya, dibagi menjadi 5 wilayah (sesuai jumlah daerah pemilihan) dimana masing-masing wilayah ada penanggungjawabnya yaitu KORWIL (koordinator wilayah) jabatan korwil dipegang oleh anggota KPU (secara ex officio) yang dibantu oleh tenaga sekretariat KPU Kota Yogyakarta. Masing-masing korwil melakukan tugasnya di daerah pemilihan yang dibantu oleh PPK yang berada dikecamatan masing-masing. PPK dilibatkan dalam monitoring kampanye, karena alasan tugas pembantuan kepada KPU Kota Yogyakarta.

Sedangkan untuk kampanye peserta pemilu perseorangan di wilayah Kota Yogyakarta, terlihat sangat berbeda dengan partai politik. Praktis dapat dikatakan hanya sedikit calon anggota DPD yang memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan kampanye. Catatan penting kegiatan kampanye perseorangan ini adalah kurang termonitornya kegiatan calon. Hal ini disebabkan sangat jarang calon anggota DPD menyampaikan lokasi/tempat diselenggarakannya kampanye. Hanya ada beberapa calon anggota DPD yang dapat diidentifikasi lokas/tempat pelaksanaan kampanyenya di wilayah Kota Yogyakarta, misalnya : Daliso Rudianto, SH, GKR Hemas, dan Budi Priyono. Selebihnya praktis dapat dikatakan tidak ada! Beberapa faktor penyebab kegiatan kampanye calon anggota DPD ini

kurang antusias dibanding dengan partai politik yaitu: 1) calon anggota DPD masih mencari format cara berkampanye yang efektif dan efisien; 2) terbatasnya kebutuhan finansial untuk mendukung kegiatan kampanye. Rata-rata calon anggota DPD dalam melakukan kegiatan kampanye menggunakan bentuk kampanye penyebaran leaflet dan brosur. Hampir sama dengan pemilihan Kepala Desa. Beberapa temuan dalam pelaksanaan Kampanye sebagai berikut :

a. Adanya partai politik yang menggali trotoar untuk pemasangan alat peraga kampanye berupa bendera di sepanjang Jl. Taman Siswa, dan Jl. Mataram. Dikarenakan pemasangan alat atribut tersebut sebelum masa kampanye dan tidak memenuhi unsur kampanye sebagaimana dimaksud Kep KPU No. 701 Tahun 2004, maka tidak ada kompetensi KPU untuk mengambil tindakan secara administratif, sehingga dapat dikategorikan palanggaran terhadap Peraturan Daerah yang mengatur tentang izin rekalme;

b. Alat peraga seperti spanduk yang melintangi jalan dan terpasang dijembatan, brosur/leaflet yang banyak menempal di pasar-pasar, lampu hias, traffic light dan rumah penduduk tanpa izin si pemilik;

c. Kampanye dengan pawai kendaraan bermotor diluar rute yang ditentukan, tidak memakai helm, boncengan 3 orang, dan lain sebagainya yang terkait pelanggaran lalu lintas;

d. Terjadi konflik di jalan Taman Siswa antara simpatisan partai politik yang berkampanye saat itu (PPP) dengan salah seorang warga masyarakat biasa, kejadian tersebut berakibat pada pembacokan salah seorang warga yang setelah diidentifikasi warga tersebut mantan paskam PPP yang sudah menyebrang ke PKPB, sehingga dapat disimpulkan bukan merupakan pelanggaran kampanye tetapi kriminal murni berupa dendam pribadi;

e. Pencabutan/pelapasan alat peraga kampanye salah satu partai politik di jalan Parangtritis, dan Jl. Ireda oleh oknum yang tidak sempat diketahui pelakunya; f. terjadinya tawuran di tingkat internal PDIP di Jl. Kusbini, penyebab kejadian

tersebut akibat ketidakpuasan salah seorang calon anggota legislatif dalam penentuan susunan/urutan daftar calon anggota legislatif yang dikeluarkan oleh PDIP.

3. Penegakan Peraturan Kampanye

KPU Kota Yogyakarta memberikan peringatan tertulis kepada 2 (dua) partai politik yaitu PDIP dan PPP yang dianggap melanggar ketentuan pasal 32 ayat (1) huruf a jo 45 ayat (1) Kep KPU No. 701 tahun 2004 dikarenakan kedua partai politik

tersebut melakukan kegiatan kampanye dengan menggunakan kendaraan bermotor (pawai) diluar rute yang telah diajukan oleh partai politik tersebut.

PDIP yang melewati sepanjang jalan MT. Haryono (Perempatan Jokteng kulon) padahal dalam rute yang diajukan tidak ada, sehingga KPU melayangkan surat berupa peringatan tertulis kepada PDIP dan mempublikasikannya ke media yang ada di kota Yogyakarta, sedangakan PPP tidak menyebutkan sepanjang jalan Sugiyono, namun simpatisan PPP melalui jalan tersebut sehingga KPU mengirimkan surat peringatan kepada PPP dan mempublikasikannya melalui media. Dalam pengambilan keputusan terhadap kasus yang terjadi pada PDIP dan PPP, oleh Pokja kampanye setelah memonitor langsung kejadian tersebut mangambil langkah-langkah untuk segera merekomendasikan kepada KPU Kota Yogyakarta untuk segera melakukan rapat pleno perihal pembahasan pelanggaran tata cara kamapnye yang dilakukan oleh PDIP dan PPP serta sanksi yang harus dikenakan kepada kedua partai politik tersebut. Melalui pleno, KPU memberikan peringatan tertulis kepada DPC. PDIP dengan No surat : 270/151, tertanggal 19 Maret 2004 tentang Peringatan Tertulis pelanggaran tata cara kampanye, sedangkan untuk DPC. PPP dengan No. surat : 270/141, tertanggal 13 Maret 2004 tentang Peringatan Tertulis Pelangaran tata cara kampanye

4. Strategi dan Pendekatan

a. melakukan pra-kondisi terhadap visi dan misi KPU Kota Yogyakarta yaitu kampanye berbudaya. Melalui wacana yang terus menerus digulirkan, KPU Kota mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan sebaiknya kampanye berbudaya dibangun dengan meletakkan partai politik dan masing-masing calon sebagai garda terdepan untuk mensosialisasikannya dengan tujuan dapat mengakar diseluruh lapisan masyarakat Kota Yogyakarta. KPU berupaya secara maksimal agar visi dan misi ini sampai pada Panwas, Pemerintah, Kepolisian, TNI, Peserta pemilu (Parpol dan DPD), LSM, Tokoh masyarakat, dan seluruh masyarakat Kota Yogyakarta agar dapat dijadikan sebagai simbol dan terus diwacanakan, sehingga ada beban tanggungjawab untuk tetap berkomitmen dalam merealisasikan kampanye berbudaya tersebut.

b. melakukan komunikasi terhadap beberapa kelompok potensial (informal) yang selama ini dianggap memiliki power.

c. koordinasi rutin dalam mengkaji kemungkinan permasalahan yang akan muncul disertai dengan solusi dan beberapa alternatifnya sebagai upaya langkah preventf.

d. melibatkan tokoh yang berpengaruh dalam partai politik dalam melakukan monitoring kampanye dan berkedudukan sebagai petugas yang terlibat dalam mengambil keputusan ketika ditemukan adanya alat peraga kampanye yang terpasang diluar ketentuan yang berlaku.

e. meminta kepada pihak kepolisian untuk bersikap persuasif pada mingu pertama kampanye, namun pada minggu kedua dan ketiga sudah memaksimalkan untuk melakukan penindakan jika ada yang ditemukan pelanggaran dari ketentuan peraturan yang berlaku.

f. mempublikasikan partai politik melalui media massa bagi yang melanggar ketentuan, sehingga berimplikasi pada sanksi moral bagi peserta pemilu baik perseorangan maupun partai politik.

g. Konsisten dan berpendirian tegas dalam menerapkan ketentuan aturan yang berlaku.

BAB VIII

PELAKSANAAN PENGAJUAN, PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN