• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Pemilu Legislatif KPU Kota Yogyakarta 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Laporan Pemilu Legislatif KPU Kota Yogyakarta 1"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat sebagai wujud keikutsertaan seluruh rakyat Indonesia dalam penyelenggaraan Pemerintahan Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

Sepanjang perjalanan sejarah, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum sebanyak 9 (sembilan) kali dengan rincian 1 (satu) kali pada Era Orde Lama, 6 (enam) kali pada Era Orde Baru dan 2 (dua) kali pada Era Reformasi. Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004 sangat berbeda bila dibandingkan dengan penyelenggaraan Pemilu sebelumnya. Perbedaan dimaksud antara lain pada Penyelenggara pada Pemilu yang lalu penyelenggara disebut PPD (Panitia Pemilihan Daerah) merupakan gabungan dari Parpol yang ada serta perwakilan dari unsur Pemerintah dan bersifat sementara, sedangkan pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 sebagai Penyelenggara adalah Komisi Pemilihan Umum dengan jumlah personil 5 (lima) orang melalui seleksi secara berjenjang, memiliki masa kerja 5 (lima) tahun bersifat Nasional, tetap dan mandiri. Disisi lain pada Pemilu sebelumnya hanya memilih Calon Legislatif tetapi pada Pemilu sekarang temasuk memilih Calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) serta sekaligus memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam melaksanakan tugas Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta berpedoman pada Program, Tahapan dan Jadual Waktu Penyelenggaraan Pemilu yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat. Secara umum seluruh rangkaian penyelenggaraan Pemilu di Kota Yogyakarta dapat berjalan lancar, masalah-masalah yang timbul sebagai perkembangan dinamika dalam setiap penyelenggaraan kegiatan dapat diselesaikan secara baik dengan mengedepankan langkah koordinasi dengan semua pihak terkait.

Bagi instansi setiap selesai melaksanakan kegiatan mempunyai kewajiban membuat laporan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan kegiatan, hal itu pun berlaku bagi Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. Agar setiap kegiatan yang diselenggarakan dapat berdaya dan berhasil guna, transparan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta selalu berupaya menjalin komunikasi, koordinasi dengan semua pihak yang terkait sehingga semua kegiatan dapat terlaksana sesuai jadual yang telah ditetapkan.

(2)

Adapun sistematika laporan adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab II. Pelaksanaan Rekrutmen, Pelatihan, dan Pengawasan Kinerja

Pelaksana Pemilu

Bab III. Proses Pelaksanaan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk

Berkelanjutan (P4B)

Bab IV. Proses Pelaksanaan Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu

Bab V. Proses Pelaksanaan Pemetaan Daerah Pemilihan

Bab VI. Proses Pelaksanaan Sosialisasi Pemilihan Umum

Bab VII. Proses Pelaksanaan Kampanye Pemilu

Bab VIII. Proses Pelaksanaan Pengajuan, Pemeriksaan dan Penetapan Daftar Calon

Bab IX. Proses Pelaksanaan Pengadaan dan Distribusi Logistik Pemilu

Bab X. Proses Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara

Bab XI. Proses Pelaksanaan Penetapan Jumlah Suara, Alokasi Kursi dan

Penetapan Calon Terpilih

Bab XII. Proses Pelaksanaan Pengambilan Sumpah/Janji

Bab XIII. Pemantauan dan Pengawasan Pemilihan Umum Bab XIV. Pertanggungjawaban Keuangan

(3)

BAB II

PELAKSANAAN REKRUTMEN, PELATIHAN DAN PENGAWASAN KINERJA PELAKSANA PEMILU

A. Pembentukan Sekretariat Perwakilan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

1. Dasar Hukum pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/815/SJ tanggal 25 April 2002 tentang pembentukan Sekretariat Pelaksana Pemilu di Propinsi dan Kabupaten/ Kota.

2. Kegiatan yang dilaksanakan.

Dalam menindak lanjuti surat Mendagri Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan persiapan dan koordinasi dengan instansi terkait guna menyusun alternatif alternatif pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai saran/masukan kepada Walikota Yogyakarta sehingga akan diperoleh keputusan terbaik.

Sebagai realisasi dari saran Staf adalah dengan terbitnya Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor : 20/Pem.D/BP/D.4 tanggal 1 April 2003 tentang pelantikan pejabat Struktural pada Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai berikut :

a. Sdr. Untung Srihadi P. NIP 490031981, sebagai Sekretaris Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

b. Sugiyanto, SH. NIP 490029025, sebagai Kepala Sub Bagian Teknis dan Hukum Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

c. Indradi Yohananto, SH. NIP 010269301, sebagai Kepala Sub Bagian Penerangan Masyarakat dan Umum Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

3. Permasalahan yang dihadapi

a. Kondisi personil sampai laporan ini dibuat sebanyak 16 (enam belas) orang dengan rincian 13 (tiga belas) orang sudah definitif (SK Walikota) dan 3 (tiga) orang masih surat tugas.

b. Sampai saat ini belum terdapat ketentuan yang mengatur tentang Status Kepegawaian, jumlah pasti personil Sekretariat, pola pembinaan pegawai, maupun perbaikan tingkat kesejahteraan.

(4)

4. Langkah Sekretariat.

a. Membuat Telaahan Staf tentang personil Sekretariat kepada Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai Surat Sekretaris KPU Kota Yogyakarta Nomor : 270/481 tanggal 21 September 2004 tentang Saran Personil.

b. Surat tersebut mendapat tanggapan positif dari Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai Surat Nomor : 1768/15/X/2004 tanggal 12 Oktober 2004 tentang Saran Personil.

B. Rekrutmen dan Penetapan Anggota KPU Kota Yogyakarta serta Kegiatan Awal KPU Kota Yogyakarta

1. Dasar hukum pembentukan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2003 tentang Tata Cara Seleksi dan Penetapan Keanggotaan Komisi Pemilihan Umum Propinsi, Kabupaten/Kota.

2. Kegiatan yang dilaksanakan.

a. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota. b. Pelaksanaaan Seleksi.

3. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota.

Tim Seleksi tingkat Kota Yogyakarta terbentuk sesuai Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 113/KD/TAHUN 2003 tanggal 12 April 2003 tentang Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta dengan susunan personil sebagai berikut :

a. Drs. H. Bitus Iswanto, MM. dari unsur akademisi

b. Drs. HA. Adaby Darban, SU. dari unsur akademisi

c. Drs. Untung Budiono dari unsur Tokoh Masyarakat

d. Dra. Susilastuti Msi dari unsur Pers

e. Ir. Hadi Prabowo dari unsur Pemerintah Kota

f. Untung Srihadi P. Sekretaris Perwakilan Sekretariat Umum Komisi

Pemilihan Umum

Sesuai kesepakatan forum mempercayakan kepada Drs. H. Bitus Iswanto, MM untuk menjabat sebagai Ketua Tim Seleksi.

Dalam melaksanakan tugas Tim Seleksi difasilitasi oleh Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Kota Yogyakarta dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : a. Audensi dengan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta

(5)

b. Audensi dengan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta

c. Menyiapkan bahan administrasi pencalonan Anggota KPU d. Menyelenggarakan tahapan seleksi tingkat Kota Yogyakarta 4. Pelaksanaan Seleksi.

a. Tahap penerimaan pendaftaran

Guna menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas tentang

pelaksanaan seleksi Calon anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Tim seleksi memanfaatkan media cetak, memasang pengumuman di Kantor Kelurahan/Kecamatan se kota Yogyakarta, dari upaya tersebut telah terambil formulir pendaftaran sebanyak 325 formulir dengan rincian :

1) Dari jenis kelamin :

- Laki laki = 230 orang

- Perempuan = 95 orang

2) Dilihat dari jenjang pendidikan :

- Strata 3 = 1 orang - Strata 2 = 14 orang - Strata 1 = 212 orang - Diploma 3 = 30 orang - SLTA = 44 orang - Mahasiswa = 19 orang

- Lain lain = 5 orang

5. Tahapan seleksi administrasi.

Dari 325 berkas yang terambil hanya 126 orang yang mengembalikan formulir, dari jumlah tersebut setelah diadakan pengecekan tentang kelengkapan berkas, berkas yang memenuhi persyaratan administrasi hanya 86 (delapan puluh enam) berkas. 6. Tahapan seleksi lanjutan.

Metoda yang digunakan melalui pelemparan pertanyaan secara tertulis dan wawancara/diskusi. Sesuai proses dan prosedur yang ditempuh akhirnya diperoleh 10 (sepuluh) calon yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Aan Kurniasih, SH.

b. Bernadus Monda Pandapotan Saragi, SH. c. Drs. Eko Asihanto.

d. Eko Budi Siswono, SH. e. Hendy Setiawan, S.IP. f. Ismail Ts. Siregar.

(6)

g. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. h. Nasrullah, SH.

i. Rahmat Muhajir Nugroho, SH.

j. R. Moch. Nufrianto Aris Munandar, SE.

Selanjutnya Tim Seleksi menyerahkan hasil seleksi kepada Walikota Yogyakarta sesuai Surat Tim Seleksi Nomor : X/270/001/KPU/03 tanggal 5 Mei 2003, sebagai bahan laporan oleh Walikota Yogyakarta kepada Gubernur DIY c/q Sekretaris Perwakilan Komisi Pemilihan Umum.

7. Tahapan seleksi tingkat KPU Propinsi

Seleksi oleh Tim KPU Propinsi DIY dilaksanakan selama 1 (satu) hari dengan sususan Tim sebagai berikut :

a. Suparman Marzuki, SH., Msi. Ketua KPU Propinsi DIY

b. Drs. H. Mohammad Najib, Msi. Anggota

c. Dra. Nur Azizah, Msi. Anggota

d. Any Rochyati, SE., Msi. Anggota

e. Samsul Bayan, SH., MH. Anggota

8. Tahapan pengumuman dan pelantikan.

Pada tanggal 12 Juni 2004 Sekretaris Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta menerima Berita Acara Penetapan hasil seleksi Tim Propinsi 5 (lima) orang calon dari Kota Yogyakarta sebagai berikut : i. Aan Kurniasih, SH.

ii. Hendy Setiawan, S.IP. iii. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. iv. Nasrullah, SH.

v. Rahmat Muhajir Nugroho, SH.

Pada tanggal 13 Juni 2003 bertempat di Kantor KPU Propinsi dilaksanakan pelantikan anggota KPU Kabupaten/Kota se DIY oleh Ketua KPU Propinsi DIY Suparman Marzuki, SH., Msi.

9. Kegiatan awal Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

a. Melakukan rapat untuk menentukan Ketua dan Divisi dengan hasil :

1) Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. sebagai Ketua dan merangkap Divisi Pendaftaran, Pencalonan dan Peserta Pemilu.

2) Nasrullah, SH. sebagai Divisi Hukum dan Hubungan Antar Lembaga.

3) Hendy Setiawan, S.IP. sebagai Divisi Pemungutan Suara dan Penetapan Hasil Pemilu.

(7)

4) Rahmat Muhajir Nugroho, SH. sebagai Divisi Pendidikan, Informasi dan Kajian Pengembangan.

5) Aan Kurniasih, SH. sebagai Divisi Logistik, Personil dan Keuangan Pemilu. b. Audensi dengan jajaran Muspida Kota Yogyakarta dan Pimpinan DPRD Kota

Yogyakarta.

c. Mengikuti Rapat Kerja Persiapan Penyelenggaraan Pemilu 2004 bagi Anggota KPU Kabupaten/Kota Jateng dan DIY pada tanggal 23 s/d 24 Juni 2004 di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta.

1) Dialog dengan Partai Politik

Peserta dialog adalah Partai Politik hasil Pemilu tahun 1999 karena Partai Politik Peserta Pemilu 2004 belum ditentukan, namun demikian tingkat kehadiran pengurus diatas 50 %.

Kegiatan dialog ini bertujuan :

a) Perkenalan anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai penyelenggara Pemilu di Daerah serta mensosialisasikan tugas, tanggung jawab, kewajiban dan batasan kewenangan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

b) Menjalin komunikasi dan hubungan timbal balik yang baik antara Komisi Pemilihan Umum dengan para pengurus Parpol yang ada di Kota Yogyakarta.

c) Mempererat hubungan antar pengurus Partai Politik sehingga terjalin semangat kebersamaan dan memperlancar komunikasi dalam menyongsong penyelenggaraan Pemilu 2004.

d) Agar para pengurus Partai Politik mengetahui secara garis besar tentang Tahapan, Jadwal waktu dan mekanisme pelaksanaan Pemilu 2004 sehingga setiap Parpol memiliki waktu yang cukup dalam persiapan mengikuti Pemilu 2004.

C. Pembentukan PPK dan PPS

Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 membutuhkan aparat penyelenggara di tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa dan Tempat Pemungutan Suara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, penyelenggara pemilu di tingkat Kecamatan adalah Panitia Pemilihan Kecamatan yang disingkat dengan PPK. Penyelenggara Pemilu di tingkat Kelurahan atau Desa adalah Panita Pemungutan Suara, disingkat PPS. Sedangkan penyelenggara pemilu tingkat terbawah yaitu TPS adalah Kelompok Penyelenggara

(8)

Pemungutan Suara atau disingkat KPPS. PPK dan PPS dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota sedangkan KPPS dibentuk oleh PPS.

1. Rekrutmen PPK

Dalam melaksanakan rekrutmen atau pembentukan penyelenggara Pemilu di

tingkat bawahnya, KPU Kota Yogyakarta selalu mendasarkan segala

perencanaannya berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 peraturan yang dijadikan dasar perencanaan adalah :

ƒ Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003

ƒ Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun 2003. ƒ Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003.

Atas 3 dasar tersebut, KPU Kota Yogyakarta dalam langkah pertamanya membentuk Kelompok Kerja yang khusus menangani pembentukan PPK dan PPS se-Kota Yogyakarta yang dituangkan dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor : 004/SK.KPU-YK/2003 tertanggal 17 Juli 2003. Dalam rapat koordinasi pertamanya kelompok kerja merumuskan 2 hal penting yaitu :

ƒ Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 01 tahun 2003 tentang “Tata Cara Perekrutan dan Penetapan Keanggotaan Panitia Pemilihan Kecamatan se- Kota Yogyakarta”, tertanggal 18 Juli 2003, dan

ƒ Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 02 tahun 2003 tentang “Tata Cara Perekrutan dan Penetapan Keanggotaan Panitia Pemungutan Suara se – Kota Yogyakarta”, tertanggal 7 Agustus 2003.

Dalam 2 Keputusan tersebut dirinci secara jelas mengenai pengertian umum, jumlah keanggotaan, syarat-syarat keanggotaan, tata cara pengajuan calon, mekanisme perekrutan, persetujuan dan penetapan, kelengkapan administrasi serta anggaran pembentukan PPK dan PPS. Satu lagi patokan dasar dalam perencanaan adalah batas terakhir dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum nomor 100 tahun 2003 tidak dilanggar. Batas akhir pembentukan PPK adalah 21 Agustus 2003 sedangkan batas akhir pembentukan PPS adalah 2 September 2003.

Calon anggota PPK diajukan oleh Camat untuk mendapatkan persetujuan KPU Kota Yogyakarta. Untuk memperoleh persepsi yang sama maka KPU Kota Yogyakarta mengundang Camat se – Kota Yogyakarta pada tanggal 19 Juli 2003. Dalam koordinasi dengan para camat tersebut KPU Kota menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan akan diadakannya pembentukan PPK yang prosesnya adalah melibatkan camat sebagi pihak yang berwenang dalam mengajukan calon-calon

(9)

PPK maksimal sebanyak 2 kali jumlah anggota PPK yaitu 10 orang. Hasil kesepakatan KPU Kota Yogyakarta dengan para Camat rapat dalam koordinasi tersebut adalah :

a. Proses pembentukan PPK adalah bersifat terbuka untuk seluruh masyarakat yang memenuhi persyaratan.

b. KPU Kota Yogyakarta berwenang mensosialisasikan proses rekrutmen anggota PPK kepada seluruh masyarakat melalui pengumuman di media cetak dan penggandaan formulir pendaftaran.

c. Camat berwenang dalam penerimaan pendaftaran dan pengajuan calon anggota PPK yang disusun berdasarkan ranking.

d. Camat berwenang untuk membentuk atau tidak membentuk Tim Seleksi Tingkat Kecamatan.

e. Camat berwenang untuk mengadakan seleksi dengan metode yang dikehendaki apabila jumlah pendaftar lebih dari 10 orang.

f. KPU Kota Yogyakarta berwenang untuk menetapkan calon anggota PPK terpilih yang diusulkan oleh Camat tanpa intervensi pihak manapun.

g. Tahapan perekrutan PPK se – Kota Yogyakarta tetap mengacu pada jadual yang ditetapkan dalam Keputusan KPU Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2003. Dalam proses pendaftaran beberapa Kecamatan menerima pendaftar berjumlah lebih dari 10 orang sehingga harus mengadakan seleksi. Akan tetapi juga ada Kecamatan yang menerima pendaftar tepat atau kurang dari 10 orang sehingga merasa tidak perlu mengadakan seleksi. Akan tetapi terlepas dari itu semua, jadual pengajuan calon anggota PPK oleh Camat kepada KPU Kota Yogyakarta tepat sesuai jadual yaitu tanggal 9 Agustus 2003.

Berdasarkan daftar yang diajukan oleh Camat itulah, KPU Kota Yogyakarta mulai menseleksi calon-calon anggota PPK dengan kriteria yang telah disepakati oleh KPU Kota Yogyakarta yaitu :

a. Rekomendasi dari camat, ranking 1-5, mendapat nilai 40, ranking 6 – 10 tidak

mendapat nilai.

b. Pengalaman dalam Pemilu, nilai berkisar 0 – 10. c. Tingkat pendidikan, nilai berkisar 0 – 10.

d. Pengalaman berorganisasi, nilai berkisar 0 – 10. e. Tingkat ketokohan, nilai berkisar 0 – 10.

Selain kriteria tersebut ada pertimbangan lainnya yang tidak bisa diukur dengan nilai yaitu :

(10)

b. Ada tidaknya masukan dari masyarakat terhadap calon bersangkutan. c. Terlibat tidaknya calon bersangkutan dalam aktifitas kepartaian. d. Pertimbangan kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30%.

e. Pertimbangan pemerataan asal wilayah (kelurahan) para calon bersangkutan dalam 1 wilayah Kecamatan.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut diatas maka konsekuensinya adalah bahwa tidak semua dan tidak selalu calon yang masuk ranking 1 - 5 yang diajukan oleh camat akan disetujui dan ditetapkan menjadi anggota PPK terpilih. Dan satu hal yang sebenarnya sangat prinsip dan cukup menyulitkan KPU Kota Yogyakarta

dalam menetapkan anggota PPK terpilih adalah dilarangnya KPU

Kota/Kabupaten mengadakan fit and proper test terhadap calon seperti yang

tertuang dalam Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003/.

Setelah melalui beberapa kali Rapat Pleno dan sesuai dengan jadual yang ditetapkan, pada tanggal 15 Agustus 2003 KPU Kota Yogyakarta berhasil memutuskan 70 anggota PPK terpilih dari 14 Kecamatan. Pada tanggal 18 Agustus 2003 daftar nama 70 anggota PPK terpilih diumumkan di media cetak. Selain itu kepada calon bersangkutan diberikan surat pemberitahuan dan surat undangan untuk menghadiri pelantikan anggota PPK pada tanggal 21 Agustus 2003.

Dalam proses menanti pelantikan ini, ada seorang calon anggota PPK yang tidak terpilih dari Kecamatan Gondomanan melakukan protes terhadap KPU Kota Yogyakarta mempertanyakan mengapa dirinya gagal dipilih sebagai PPK padahal merasa dirinya cukup mampu dan berkompeten sebagai anggota PPK. Protes secara per telepon maupun secara tatap muka diterima dengan baik oleh KPU Kota Yogyakarta. Setelah diberikan penjelasan secara panjang lebar mengapa yang bersangkutan tidak diterima dan alasan-alasannya, maka keputusan KPU Kota Yogyakarta dapat diterima yang bersangkutan dan tidak mengganggu proses selanjutnya.

Tepat tanggal 21 Agustus 2003 yang juga merupakan tanggal waktu pembentukan PPK (Surat Keputusan terlampir), KPU Kota Yogyakarta secara resmi melantik dan mengangkat 70 orang anggota PPK se – Kota Yogyakarta di Ruang Rapat Utama Atas Komplek Balaikota Yogyakarta pukul 09.00 WIB. Dalam pelantikan ini dihadiri oleh Muspida Kota Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, Muspika se- Kota Yogyakarta dan tamu undangan lainnya.

Segera setelah pelantikan dalam rangka mempersiapkan PPK menjalankan tugas yang sudah menghadang maka KPU Kota Yogyakarta segera mengadakan briefing terhadap PPK. Materi briefing terhadap PPK ada 4 hal pokok yaitu :

(11)

ƒ PPK segera melakukan pemilihan Ketua PPK.

ƒ PPK segera mengusulkan pengangkatan 1 orang Sekretaris PPK dan 3 orang Staf Sekretariat PPK kepada Camat.

ƒ Segera menetapkan anggota PPS terpilih.

ƒ Segera mempersiapkan bahan-bahan untuk rapat kerja.

Keempat tugas pokok itulah yang harus segera dilaksanakan oleh PPK terutama poin ketiga yaitu penetapan anggota PPS terpilih yang pada saat briefing tersebut dilakukan yaitu pada tanggal 21 Agustus 2003, telah memasuki tahapan perekrutan anggota PPS di tingkat Kelurahan.

2. Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan

a. Dasar hukum penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan berpedoman pada Keputusan Komisin Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun 2003 tentang Tahapan, Program Kerja dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2004.

b. Tujuan penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan untuk memberikan pembekalan materi tentang tatacara, mekanisme penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004 dan menyamakan pola pikir maupun pola tindak kepada para Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan se Kota Yogyakarta dalam persiapan melaksanakan tugas penyelengaraan Pemilu Tahun 2004.

c. Pelaksanaan Raker PPK selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 8 s/d 10 September 2003 bertempat di Wisma Sejahtera III Kaliurang dengan pelaksanaan sebagai berikut :

ƒ Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dibuka secara resmi oleh Walikota Yogyakarta pada hari Senin tanggal 8 September 2003 pukul 19.00 WIB bertempat di Wisma Sejahtera III Kaliurang, diwakili oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Yogyakarta H. Muhamad Arifin, SH. Selesai acara pembukaan Raker dilanjutkan penyampaian materi dengan judul “Peran dan Dukungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam penyelenggaraan Pemilu 2004”.

ƒ Materi “Sistem Pemilu 2004” disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum Propinsi DIY diwakili Drs. H. Muhamad Najib, Msi.

ƒ Materi “Daerah Pemilhan” disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Drs. Miftachul Alfin, MSHRM.

(12)

ƒ Materi “Pencalonan Anggota DPR, DPD dan DPRD Daerah” disampaikan oleh Nasrullah, SH. Divisi Hukum dan Hubungan antar Lembaga.

ƒ Materi “Verifikasi Partai Politik dan Dewan Perwakilan Daerah“ disampaikan oleh Rahmat Muhajir Nugroho, SH. Divisi Pendidikan, Informasi Pemilu dan Kajian Pengembangan.

ƒ Materi “Pola Organisasi dan Tata Kerja KPU “ disampaikan oleh Aan Kurniasih,SH Divisi Logistik, Personil dan Keuangan.

ƒ Materi “Pengelolaan Keuangan Pemilu 2004” disampaikan oleh Untung Srihadi P. Sekretaris KPU Kota Yogyakarta.

ƒ Materi “Pemungutan dan Penghitungan Suara” disampaikan oleh Hendy Setiawan, S.IP. Divisi Pemungutan Suara dan Penetapan Hasil Pemilu. ƒ Materi “Mekanisme Pengawasan Pemilu 2004” disampaikan oleh Teguh

Basuki, SH. Ketua Panwaslu Kota Yogyakarta.

ƒ Materi “Keamanan dan Ketertiban Pemilu 2004”disampaikan oleh Kombes Pol.Drs.H.Sabar RaharjoMBA Kapoltabes Yogyakarta.

ƒ Sidang Kelompok dibagi dalam 3 (tiga) Komisi : i. Komisi A bidang Organisasi dan Tata Kerja. ii. Komisi B bidang Operasional.

iii. Komisi C bidang Anggaran.

ƒ Dalam Pelaksanaan Diskusi tiap – tiap kelompok dipandu oleh Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta, dilanjutkan Presentasi dari tiap-tiap Komisi.

ƒ Rapat Kerja Pemilihan Kecamatan berakhir pada tanggal 10 September 2003 pukul 16.00 WIB, Rapat Kerja ditutup oleh Walikota Yogyakarta diwakili oleh Wakil Walikota Yogyakarta Syukri Fadholi, SH.

Secara Umum Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dapat berjalan lancar perhatian para peserta cukup besar hal ini dibuktikan diajukannya pertanyaan-pertanyaan yang berbobot.

3. Pembentukan PPS

a. Dasar hukum pembentukan Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah Radigram Komisi Pemilihan Umum Nomor 38/RDG/VIII/2003 tanggal 19 Agustus 2003 tentang pembentukan Panitia Pemungutan Suara.

(13)

b. Kegiatan yang dilaksanakan.

1) Melaksanakan rapat intern KPU kota untuk menyusun rencana kegiatan proses rekruitmen Calon anggota Panitia Pemungutan Suara.

2) Melaksanakan Rapat Koordinasi dengan Lurah se Kota Yogyakarta untuk menyampaikan penjelasan tentang mekanisme dan peran Kelurahan dalam proses pembentukan Panitia Pemungutan Suara

3) Tata kala pelaksanaan seleksi Panitia Pemungutan Suara, sebagai berikut : a) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Penyebaran Pengumuman kepada

masyarakat.

b) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Pengambilan dan Pengembalian Formulir Pendaftaran.

c) Tanggal 18 s/d 23 Agustus 2003 Proses Seleksi di tingkat Kelurahan. d) Tanggal 25 s/d 29 Agustus 2003 Persetujuan dan Penetapan Calon

anggota PPS oleh Panitia Pemilihan Kecamatan.

e) Tanggal 30 Agustus 2003 Pengumuman Calon Terpilih oleh PPK f) Tanggal 1 September 2003 Persiapan Pelantikan.

g) Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 2 September 2003 oleh para Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan, waktu dan tempat diatur sesuai situasi dan kondisi ditiap Kecamatan.

4. Rapat Kerja PPS

a. Penyelenggaraan Raker Panitia Pemungutan Suara bertujuan memberikan bekal kepada seluruh anggota Panitia Pemungutan Suara agar mereka memahami tentang tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan Pemilu nantinya.

b. Penyelenggara dan penanggungjawab Raker adalah Panitia Pemilihan Kecamatan setempat.

c. Peran Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah sebagai fasilitator dan pengarah, pembicara adalah para anggota Panitia Pemilihan Kecamatan terkandung maksud agar diantara mereka terjalin komunikasi yang baik serta memberdayakan PPK sebagai penyelenggara Pemilu di tingkat Kecamatan. d. Penyampaian materi oleh anggota KPU atas permintaan dari PPK .

e. Secara umum Raker Panitia Pemungutan Suara dapat terselenggara dengan baik.

(14)

BAB III

PROSES PELAKSANAAN PENDAFTARAN PEMILIH DAN PENDATAAN PENDUDUK BERKELANJUTAN (P4B)

Pelaksanaan P4B ini terdiri atas 2 tahapan, yaitu Proses Pelaksanaan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan sendiri berlangsung pada tanggal 1 April–15 Mei 2003, dan tahap Pencocokan dan Penelitian (Coklit) Hasil P4B.

A. Proses P4B

1. Dasar hukum pelaksanaan P4B adalah MOU antara Komisi Pemilihan Umum dengan Depdagri dan Badan Pusat Statistik Pusat P4B dilaksanakan secara Nasional mulai tanggal 1 April s/d 15 Mei 2003.

2. Instansi penanggung jawab penyelenggaraan P4B didaerah adalah Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta dengan kegiatan

a. Koordinasi BPS dengan Pemerintah Kota Yogyakarta. b. Rekruitmen petugas lapangan.

c. Pelatihan petugas lapangan. d. Pelaksanaan P4B.

3. Permasalahan yang dihadapi.

a. Dampak sebagai penanggungjawab pelaksanaaan P4B adalah BPS mekanisme yang berlaku adalah mekanisme yang digunakan dalam pelaksanaan sensus dengan menggunakan sistim Blok, sedangkan dalam penyelenggaraan pemilu sebelumnya pendaftar Pemilih adalah Pantarlih terdiri dari perwakilan Parpol dan tokoh masyarakat setempat dengan basis dasar Rukun Tetangga (RT).

b. Sosialisasi tentang P4B kepada masyarakat sangat minim sehingga pemahaman/perhatian masyarakat terhadap kegiatan P4B sangat kurang. c. Pada saat penyelenggaraan P4B badan penyelanggara Pemilu di Daerah baik

Sekretariat maupun Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta belum terbentuk. 4. Langkah yang diambil

a. Koordinasi dengan BPS maupun instansi terkait yang menangani masalah kependudukan.

(15)

b. Menyarankan kepada BPS agar metoda yang digunakan tidak menggunakan sistim BLOK, karena sangat menyulitkan dalam penyusunan DPS/DPT. Disisi lain banyak masyarakat yang tidak terdaftar dan timbul keluhan dari masyarakat bahwa sebagai akibat sistim tersebut banyak masyarakat yang menggunakan hak pilih jauh dari tempat tinggal/diluar RT.

c. Melihat perkembangan P4B, Komisi Pemilihan Umum memperpanjang pelakasanaan P4B.

5. Hasil pelaksanaan P4B

a. Jumlah penduduk terdaftar = 391. 585 orang

b. Penduduk yang memiliki hak pilih = 304. 218 orang

c. Jumlah pemilih setelah perpanjangan = 312. 218 orang

d. Jumlah kursi di DPRD = 35 kursi

6. Saran

a. Perlu petunjuk yang jelas dalam kegiatan pemeliharaan data penduduk dan jumlah pemilih.

b. Perlu penijauan terhadap penyelenggaraan P4B dimasa mendatang sehingga tidak menimbulkan kerancuan.

B. Proses Coklit Hasil P4B

1. Dasar Hukum:

a. Surat Edaran Nomor 738/15/IX/2003 tentang pelaksanaan Pencocokan dan penelitian Hasil P4B serta proses penyusunan dan Pengesahan Daftar pemilih. b. Surat Edaran Nomor 72/15/1/2004 tentang PPS Dapat mendaftarkan nama

Pemilih dengan mengisi formulir Daftar Pemilih Sementara ( KPU-SSL ). c. Surat Edaran Nomor 104/15/I/2004 tentang Penyusunan DPT per- TPS 2. Kegiatan:

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menentukan peran KPU Daerah dalam pendaftaran pemilih ini, KPU Kota Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan kegiatan Coklit P4B yang dilakukan oleh BPS kota Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan 15 November 2003.

b. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan daftar pemilih sementara yang dilakukan oleh BPS kota yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2003 sampai dengan 31 oktober 2003.

(16)

c. Menerima penyerahan DPS dari BPS kota yogyakarta dan menyerahkan DPS dari KPU Kota Yogyakarta ke PPS Se-Kota Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2003 sampai dengan 27 November 2003.

d. Mengkoordinasikan kegiatan pengesahan Draft DPS yang dilakukan oleh PPS yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2003 sampai dengan 4 November 2003.

e. Mengkoordinasikan kegiatan pengumuman dan tanggapan masyarakat terhadap DPS yang dilakukan oleh PPS yg dilaksanakan pada tanggal 3 November 2003 sampai dengan 30 November 2003.

f. Mengkoordinasikan kegiatan pemutakhiran Daftar pemilih yang dilakukan oleh PPS yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) Penampungan usul perbaikan identitas pemilih.

2) Mendaftar penduduk yg belum terdaftar sebagai pemilih

3) Menyusun Daftar pemilih tambahan dengan berkoordinasi dengan petugas coklit.

4) Menyerahkan daftar pemilih tambahan dan perubahan identitas ke KPU Kota.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 desember 2003 sampai dengan 22 desember 2003.

g. Koordinasi dengan BPS dan KPU Provinsi dalam rangka penyusunan daftar pemilih tetap ( DPT ) yg dilakukan pada tanggal 5 Desember 2003 sampai dengan 27 desember 2003.

h. Menerima Daftar Pemilih Tetap dari BPS Kota Yogyakarta ke KPU Kota Yogyakarta dan mengirim DPT dari KPU Kota yogyakarta ke PPS Se-kota Yogyakarta yg dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2003 sampai dengan 30 desember 2003.

i. Mensupervisi kegiatan penetapan DPT yang dilakukan oleh PPS yg dilaksanakan pada tanggal 31 desember 2003.

j. Penyampaian kartu pemilih dari KPU Kota yogyakarta ke PPS Se-kota yogyakarta dan penyampaian kartu pemilih dari PPS ke pemilih yang dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2003 sampai dengan 5 maret 2004. k. Mengkoordinasikan dan me-supervisi PPS dalam melaksanakan pemeliharaan

Daftar Pemilih, kegiatan ini meliputi :

1) PPS mencatat perubahan pemilih : meninggal dunia, pindah (keluar/datang), dicoret dari hak pilihnya.

(17)

2) PPS melaporkan perubahan pemilih ke KPU Kota Yogyakarta.

3) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 10 maret 2004.

l. Melaporkan secara berkala perubahan pemilih kepada KPU dengan tembusan KPU Propinsi yg dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 10 maret 2004

m. menyusun salinan daftar pemilih tetap setiap TPS dengan melibatkan PPK dan PPS yg dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2004 sampai dengan 5 maret 2004.

n. Penyampaian salinan daftar pemilih tetap per TPS kepada KPPS melalui PPK dan PPS yg dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2004 dan 25 Maret 2004. 3. Hasil/Output:

a. Daftar Pemilih Sementara dalam bentuk manual. b. Daftar Pemilih Sementara dalam bentuk softcopy. c. Daftar Pemilih Tetap dalam bentuk manual. d. Salinan Daftar Pemilih Tetap per-TPS 4. Permasalahan:

a. Banyak kalangan yang tidak puas dengan proses dan hasil dari P4B karena dalam P4B terdapat berbagai kepentingan yang ada dalam proses P4B tidak hanya diperuntukkan untuk kepentingan Pemilu tetapi juga kepentingan kependudukan sehingga data yang dihasilkan harus dipilah-pilah menurut kepentingan yg ada.

b. Bentuk DPS yang dihasilkan ternyata sangat menyulitkan petugas yang ada dilapangan seperti PPS karena format DPS tidak sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang ada di kota Yogyakarta yang menurut sistem RT/RW,sedangkan DPS yg dihasilkan menurut sistem blok dan sistem blok ini hanya dapat dipahami oleh BPS.

c. Adanya kesulitan PPS dalam mensosialisasikan DPS karena format DPS yang tidak memungkinkan untuk ditempel di media pengumuman,sehingga hal ini mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengakses informasi mengenai DPS. Karena partisipasi masyarakat yg rendah ini maka mempengaruhi dalam hal tanggapan masyarakat terhadap DPS,sehingga ini mempengaruhi validitas data dari DPS yang nantinya akan menjadi DPT.

d. Terjadinya tarik ulur tanggungjawab antara KPU dengan BPS atas DPS yang dihasilkan karena menuai banyak komplain dari masyarakat.

(18)

5. Rekomendasi

a. Perlu meninjau ulang isi kesepakatan dengan instansi lain dalam bekerjasama dalam kegiatan pendaftaran pemilih sehingga tidak terjadi kerancuan kewenangan antara instansi yang bersangkutan.

b. Perlu penyamaan sistem yg digunakan dalam pendaftaran pemilih terhadap sistem kemasyarakatan yg berlaku di masyarakat kota Yogyakarta.

(19)

BAB IV

PELAKSANAAN PENDAFTARAN DAN VERIFIKASI PESERTA PEMILU

A. Dasar Hukum

1. UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik

2. UU Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD; 3. Keputusan KPU Nomor 105 Tahun 2003, Tentang Tata Cara Penelitian dan

Penetapan Partai Politik menjadi Peserta Pemilu;

4. Keputusan KPU Nomor 615 Tahun 2003, Tentang Perubahan Terhadap Keputusan Komosis Pemilihan Umum nomor 105 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Penelitian dan Penetapan Partai Politik Menjadi Peserta Pemilihan Umum.

B. Pendaftaran Peserta Pemilu

Sebagai bagian awal tahapan Pemilu 2004, pendaftaran peserta pemilu di bagi menjadi 2 bagian, yakni; 1) pendaftaran peserta pemilu partai politik, dan 2) pendaftaran peserta pemilu perseorangan (DPD). Pendaftaran peserta pemilu Partai Politik ditujukan untuk pelaksanaan Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sedangkan peserta Pemilu Perseorangan ditujukan untuk pelaksanaan Pemilhan Umum Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPD merupakan lembaga negara baru yang salah satu tugas dan wewenangnya adalah dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Untuk memperjelas uraian tentang pendaftaran peserta pemilu baik dari partai politik maupun perseorangan, dalam materi pendahuluan ini digambarkan secara ringkas mengenai pendaftaran partai politik dan pendaftaran peserta pemilu perseorangan (calon anggota DPD).

1. Pendaftaran Peserta Pemilu : Partai Politik

Setiap Partai politik yang didirikan terlebih dahulu didaftarkan di Departemen Kehakiman RI, dengan tujuan agar partai politik tersebut memperoleh status badan hukum yang disahkan oleh Menteri Kehakiman. Partai politik yang didaftarkan

(20)

harus memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (3) UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik, sebagai berikut :

a. memiliki akta notaris pendirian partai politik;

b. mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% dari jumlah Propinsi, 50% dari jumlah Kab/Kota pada setiap propinsi yang bersangkutan, dan 25% dari jumlah kecamatan pada setiap kab/kota yang bersangkutan;

c. memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik lain; dan

d. mempunyai kantor tetap.

Agar dapat memperoleh status badan hukum yang disahkan oleh Menteri Kehakiman, partai politik terlebih dahulu melalui proses verifikasi ditingkat Departemen Kehakiman. Partai Politik yang dinyatakan lolos verifikasi/memenuhi syarat, langsung disahkan menjadi Partai Politik.

Partai politik yang telah mendapatkan status badan hukum melalui pengesahan Menteri kehakiman, belum dapat dikatakan sebagai peserta pemilu. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD, Partai Politik dapat menjadi peserta pemilu apabila memenuhi syarat : a. diakui keberadaannya sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai

Politik;

b. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah Propinsi;

c. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah kab/kota di Propinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf b;

d. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau sekurang-kurangnya 1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud huruf c yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota partai politik;

e. pengurus sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c harus mempunyai kantor tetap;

f. mengajukan nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU.

Proses verifikasi/penelitian terhadap syarat administratif dan faktual dilakukan oleh KPU dan KPUD. Partai Politik yang dinyatkan lolos verifikasi/memenuhi syarat sebagai mana dimaksud dalam pasal 7 UU No 12 tahun 2003, ditetapkan sebagai peserta pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum.

(21)

Disamping hal tersebut diatas, Pasal 142 UU No. 12 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Partai Politik Peserta Pemilu tahun 1999 yang memperoleh 2% atau lebih

dari jumlah kursi DPR atau memperoleh sekurang-kurangnya 3% jumlah kursi DPRD Propinsi atau DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar sekurang-kurangnya di ½ jumlah Propinsi dan ½ kabupaten/kota seluruh Indonesia, ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu setelah Pemilu 1999”. Oleh karena itu, terdapat 6

Partai Politik yang dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 UU No. 12 Tahun 2003. Partai Politik tersebut adalah Partai GOLKAR, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Ke enam partai politik inilah yang disebut lolos Electoral treshold. 2. Pendaftaran Peserta pemilu: Perseorangan (DPD)

Berdasarkan UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD, peserta pemilu Perseorangan untuk mememilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak. Setiap distrik (Propinsi) diwakili sebanyak 4 orang anggota DPD. Dikarenakan 4 orang anggota DPD yang merupakan keterwakilan daerah dalam memperjuangkan kepentingan daerah, maka pendaftaran Peserta pemilu perseorangan (DPD) dilakukan di daerah Proponsi masing-masing dan ditujukan kepada KPU melalui KPU Propinsi.

Pasal 11 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 menyebutkan bahwa untuk dapat menjadi calon anggota DPD, peserta pemilu dari perseorangan harus memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan :

a. provinsi yang berpenduduk sampai dengan 1.000.000 orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 1.000 orang pemilih;

b. provinsi yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 sampai dengan 5.000.000 orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 2.000 orang pemilih;

c. provinsi yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 sampai dengan 10.000.000 orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 3.000 orang pemilih;

d. provinsi yang berpenduduk lebih dari 10.000.000 sampai dengan 15.000.000 orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 4.000 orang pemilih;

e. provinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 5.000 orang pemilih;

Berdasarkan hal tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta yang berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa, maka setiap calon anggota DPD DIY harus memperoleh dukungan sekurang-kurangnya 2.000 orang pemilih. Dukungan tersebut harus dibuktikan dengan fotokopi kartu tanda penduduk yang berlaku dalam wilayah DIY.

(22)

C. Verifikasi Partai Politik dan Perseorangan

Banyaknya jumlah penduduk mempunyai implikasi terhadap pendaftaran peserta pemilu partai politik dan perseorangan di daerah, hal ini dapat dibuktikan bahwa untuk dapat menjadi peserta pemilu, partai politik diwajibkan untuk memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau sekurang-kurangnya 1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik di kabupaten/kota dimana partai politik tersebut didaftarkan. Begitupun juga terdhadap peserta pemilu perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) UU No 12 Tahun 2003. Dari hasil pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta dari tanggal 1 Maret sampai dengan 15 April 2003, jumlah penduduk Kota Yogyakarta mencapai angka 391.598 jiwa. 1. Verifikasi Partai Politik

Setiap Partai Politik yang melalui proses verifikasi terlebih dahulu wajib menyerahkan; 1) daftar kepengurusan, 2) jumlah anggota sekurang-kurangnya 400 orang pemilih, 3)domisili kantor (terdapat pengesahan dari camat setempat) dan, 4) melampirkan nama dan tanda gambar partai politik.

Terdapat 36 Partai Politik baru yang teridentifikasi di wilayah Kota Yogyakarta, dengan rincian sebagai berikut :

a. ada 31 partai politik yang menyerahkan berkas administratif kepada KPU Kota Yogyakarta dengan batasan waktu yang telah ditetapkan, sehingga melalui proses verifikasi;

b. terdapat 3 Partai Politik yang terlambat menyerahkan berkas (tidak memenuhi batasan waktu yang telah ditetapkan), sehingga tidak diverifikasi yaitu; Partai Gotong Royong, Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia, dan Partai Demokrat Bersatu.

c. ada 2 partai Politik sama sekali tidak menyerahkan berkas yaitu : Partai Islam Indonesia dan Partai Kesatuan Republik Indonesia.

Teknis verifikasi yang dilakukan terhadap partai politik yang menyerahkan berkas kepada KPU Kota Yogyakarta, dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu 1) tahapan yang tidak melalui perbaikan atas hasil verifikasi atdan, 2) tahapan yang melalui proses perbaikan atas hasil verfikasi tahap pertama. Dari 31 partai politik yang menyerahkan berkas dan wajib melalui proses verifikasi, hanya terdapat 1 Partai Politik yang tidak melalui proses parbaikan yaitu Partai Demokrat, (langsung dinyatakan lolos pada tahap pertama) sedangkan 30 partai politik harus melalui tahap perbaikan. Dari ke 30 partai politik yang melalui proses perbaikan hanya ada

(23)

15 Partai Politik atau 50% yang dinyatakan memenuhi syarat verifikiasi (lihat lampiran hasil rekap verifikasi Partai Politik); artinya terdapat 15 partai politik yang tidak memenuhi syarat atas hasil verifikasi. Mengenai mekanisme verifikasi Partai Politik dapat dilihat dalam lampiran.

2. Verifikasi Perseorangan

Pada prinsipnya verifikasi peserta pemilu perseorangan tidak jauh berbeda dengan partai politik, KPU Kota Yogyakarta hanya memastikan domisili dari masing-masing calon anggota DPD sesuai dengan yang diamanahkan oleh KPU Propinsi, dan melakukan penelitian terhadap keabsahan dukungan oleh masing-masing pendukung di wilayah Kota Yogyakarta atas hasil sampling 10 % yang dilakukan oleh KPU Propinsi.

3. Mekanisme Kerja POKJA

KPU Kota Yogyakarta membentuk Pokja Verifikasi Partai Politik dan Perseorangan, dalam pokja tersebut dibentuk korwil sesuai dengan daerah pemilihan, korwil bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses verifikasi keanggotaan parpol dan dukungan calon anggota DPD dalam wilayah kerjanya. Setiap korwil membawahi korgas (koordinator petugas) dalam hal ini ketua PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan), sedangkan anggota PPK adalah merupakan petugas lapangan untuk mengecek kebenaran faktual atas keanggotaan seseorang di partai politik dukungan seseorang terhadap calon anggota DPD.

Setiap laporan atas hasil penelitian oleh petuga lapangan (anggota PPK) wajib diketahui oleh Korgas, atas laporan tersebut langsung disampaikan kepada Korwil (anggota KPU) dan dilanjutkan hasil laporan dari Korwil disampaikan kepada bagian pendataan pokja. Pendataan Pokja mempunyai tugas untuk meresume hasil verifikasi masing-masing partai politik dan masing-masing Calon DPD. Untuk Partai Politik harus dipastikan, apakah parpol tersebut sudah dapat dianggap memenuhi syarat pada tahap pertama, ataukah masih perlu dilakukan pebaikan. Apabila masih diperlukan perbaikan, seketika itu juga disampaikan kepada Parpolnya untuk melakukan perbaikan beserta alasan mengapa dilakukan perbaikan tersebut. Sedangkan untuk calon anggota DPD, hasil penelitian yang dilakukan oleh Pokja, langsung diserahkan kepada KPU Kota Yogyakarta atas hasil penelitian pokja kemudian ditindaklanjuti kepada KPU Provinsi. Selanjutnya, KPU Provinsi yang akan menentukan apakah seorang calon anggota DPD yang diverifikasi tersebut harus melalui proses perbaikan atau tidak. Jika masih dalam taraf perbaikan, maka KPU Propinsi menyampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk melakukan

(24)

penelitian ulang terhadap calon yang melalui proses perbaikan. KPU Kab/Kota (KPU Kota Yogyakarta) menyerahkan berkas perbaikan tersebut untuk dilakukan penelitian kepada Pokja verifikasi, kemudian dilakukan penelitian lagi. Penelitian inilah yang disebut penelitian tahap kedua.

D. Output

1. Dari 31 Partai Politik yang diverifikasi oleh KPU Kota Yogyakarta hanya terdapat 16 atau 51,61% Partai Politik yang memenuhi syarat. Partai Politik tersebut adalah sebagai berikut : PKPB, PBR, PKP Indo, PKS, PSI, Pelopor, Merdeka, PNI Marhaenis, Partai Pewarta DKB, P Katolik Demok Indo, Patriot Pancasila, P Nas Induk Banteng Kemerdekaan 1927, Partai Reformasi, PNBK, P Demokrat dan, P Kongres Pekerja Indonesia, dan;

2. Hasil verifikasi calon anggota DPD yang berdomisili di wilayah Kota Yogyakarta yang diserahkan kepada KPU Provinsi.

E. Permasalahan

1. Tidak adanya penjelasan secara tegas mengenai populasi terbaru keanggotaan partai politik pada penelitian tahap kedua (masa perbaikan).

2. Munculnya radiogram KPU No 57/RDG/X/2003 tentang teknis verifikasi partai politik di Kabupaten/Kota dari pola “tertutup” pengambilan sampling 10 % berubah menjadi “terbuka”, dan parpol mempunyai kewenangan mengumpulkan anggotanya yang akan diverifikasi disuatu tempat yang telah disetujui antara petugas dan pengurus Parpol.

3. Akibat munculnya radiogram No 57/RDG/X/2003 tersebut, seketika itu juga terjadi perubahan teknis verifikasi, namun KPU Kota Yogyakarta belum sempat menerapkan dilapangan radiogram 57/RDG/X/2003 tersebut, sebab seketika itu juga muncul radiogram No. 58/RDG/X/2003 yang menganulir radiogram No. 57/RDG/X/2003.

4. Terdapat 5 (lima) Partai Politik yang memperoleh kesempatan mengajukan perbaikan penelitian, namun tidak dilaksanakan dengan menyerahkan berkas kepada KPU Kota Yogyakarta. Parpol tersebut antara lain; Partai Persatuan Daerah, Partai Demokrasi Perjuangan Rakyat, Partai Kristen Indonesia 1945, Partai Pemersatu Bangsa dan, Partai Indonesia Tanah Air.

5. Terdapat dukungan ganda baik dalam partai politik maupun persorangan, dan dukungan yang berasal dari dunia lain kepada calon anggota DPD (Yuventius

(25)

Untung Sudarmono), si pendukung yang sudah meninggal pada tahun 2001 tersebut bernama SUJINAH berasal dari Kelurahan Purbayan, Kotagede, disamping itu juga ditemukan adanya anggota parpol yang diverifikasi masih dibawah umur berasal dari gendeng baciro gondokusuman. Partai yang dimaksud adalah Partai Pemersatu Nasionalis Indonesia.

(26)

BAB V

PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN PEMETAAN DAERAH PEMILIHAN

A. Pendahuluan

Tahap Penetapan Jumlah Kursi ini merupakan tahapan yang menindaklanjuti hasil P4B pada tahapan sebelumnya. Penetapan jumlah kursi legislatif di setiap daerah diputuskan oleh KPU Pusat. Peran KPU Daerah, temasuk KPU Kota Yogyakarta, adalah mensosialisasikan kepada seluruh stake holder di daerah dan menindaklanjuti penetapan tersebut dengan merumuskan alternatif Daerah Pemilihan dan jumlah kursi di Daerah Pemilihan tersebut dengan melibatkan Partai Politik di daerah.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD

2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 673 Tahun 2003 tentang Penetapan Jumlah Kursi DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

C. Kegiatan

Berdasarkan peran KPU Daerah pada fungsi penetapan jumlah kursi ini, KPU Kota Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Mensosialisasikan Keputusan KPU tentang jumlah kursi DPRD Kota Yogyakarta tahun 2004 – 2009 berdasarkan hasil P4B.

2. Merumuskan Alternatif Awal Daerah Pemilihan di Kota Yogyakarta berdasarkan hasil P4B. Pada saat perumusan ini Pedoman dari KPU Pusat belum terbit, baru bersifat wacana. Rumusan Alternatif Daerah Pemilihan yang berhasil disusun ada 3 (tiga).

3. Semiloka Penyusunan Daerah Pemilihan, dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2003 di Ruang Utama Lt. atas, Balaikota Yogyakarta, dengan peserta dari unsur Partai Politik, LSM, Pemerintah Daerah, dan Elemen masyarakat lainnya.

Kegiatan ini terdiri atas 2 (dua) sessi :

a. Sessi I: Seminar Konsep dan Penyusunan Daerah Pemilihan

Narasumber: Drs. Ghaffar A. Karim, MA (Akademisi, Fisipol UGM) dan Drs. Miftachul Alfin, MSHRM (Ketua KPU Kota Yogyakarta).

(27)

b. Sessi II: Lokakarya Penyusunan Daerah Pemilihan

Pada sessi ini dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas unsur partai politik dan LSM.

Berdasarkan hasil Semiloka, KPU Kota Yogyakarta berhasil menyusun 9 (sembilan) aternatif Daerah Pemilihan, yang selanjutnya dalam Pleno KPU Kota Yogyakarta diitetapkan 5 (lima) alternatif. Setelah Pedoman dari KPU Pusat terbit, dari 5 (lima) alternatif tersebut berkurang menjadi 3 (tiga) alternatif, yang selanjutnya dikirimkan kepada KPU sebagai bahan masukan penetapan Daerah Pemilihan. Alternatif terakhir ini pula yang dipresentasikan pada Rakernis Penetapan Daerah Pemilihan di Jakarta.

D. Output

1. Rumusan Alternatif Daerah Pemilihan Kota Yogyatakarta (terlampir) 2. Keputusan KPU tentang Penetapan Daerah Pemilihan (terlampir)

E. Permasalahan

1. Banyak kalangan mempersoalkan hasil P4B, karena kompetensi petugas di lapangan kurang memadai sehingga hasil akhir banyak yang mempertanyakan validitasnya.

2. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta hasil P4B hampir mendekati angka 400 ribu jiwa (yaitu 391.598 jiwa) sehingga hampir mendapatkan jatah 40 kursi DPRD. Dengan validitas hasil P4B yang dipertanyakan tersebut, unsur parpol melakukan penekanan pada KPU Kota untuk merealisasikan 40 kursi tersebut.

3. UU Nomor 12/2003 tidak secara tegas, jelas dan spesifik menentukan dasar penetapan jumlah kursi DPRD. Jumlah penduduk yang menjadi acuan penetapan jumlah kursi tersebut tidak secara eksplisit dan sepesifik dicantumkan, misalnya jumlah penduduk hasil sensus 1 (satu) tahun sebelum pemungutan suara dilaksanakan.

F. Rekomendasi

1. Perlu meninjau kembali dan melakukan penyempurnaan pada proses P4B, terutama pada teknis pelaksanaannya.

(28)

2. Perlu mengusulkan perubahan UU Nomor 12/2003 terkait dengan pencantuman kriteria jumlah penduduk yang menjadi dasar penetapan jumlah kursi secara lebih spesifik dan jelas.

(29)

BAB VI

PELAKSANAAN SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM

A. Pendahuluan

Betapa tidak, selain memiliki beban untuk menyelenggarakan Pemilu, KPU dan KPUD masih memiliki tugas untuk mensosialisasikan segala hal yang berkaitan dengan pemilu kepada masyarakat. Slogan KPU bahwa Pemilu 2004 Beda, memang demikianlah adanya, beda sistemnya, beda waktunya, beda calonnya, beda penyelenggaranya, dan beraneka macam perbedaan lainnya.

Pemilu tahun 2004 menggunakan sistem yang baru baik untuk Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden. Sistem pemilu dalam pemilu legislatif menggunakan 2 sistem sekaligus yaitu, sistem proporsional terbuka untuk memilih anggota DPR dan DPRD dan sistem Distrik berwakil banyak untuk memilih anggota DPD. Mengingat sistem yang masih baru tersebut, masyarakat membutuhkan informasi dan sosialisasi pemilu agar dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik dan benar. Begitu pula dengan sistem Pilpres yang notabene baru pertama kali digelar di Indonesia, menggunakan model 2 kali putaran (run off/two round sytem) seperti halnya di Perancis, masyarakat tentu membutuhkan penjelasan yang lebih dalam dan luas lagi. Dalam masalah ini, peran divisi pendidikan, informasi dan kajian pengembangan pemilu KPU Kota Yogyakarta sangatlah penting, sehingga perlu merencanakan berbagai kegiatan sosialisasi untuk memberikan penjelasan tentang seluk-beluk pemilu kepada seluruh lapisan masyarakat. KPU Kota berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mendesain dan mengemas kegiatan sosialisasi dalam berbagai bentuk dan metode, mulai dari tatap muka, barang cetakan dan media elektronik.

KPU Kota berusaha mengkonsep kegiatan sosialisasi dalam bentuk yang semenarik mungkin dan dengan pendekatan. Dari hasil kontemplasi, pemikiran dan diskusi yang mendalam, akhirnya lahirlah berbagai kegiatan yang kreatif, inovatif, dan berbudaya.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD

2. Keputusan KPU No. 33 tahun 2002 tentang Kode etik Pelaksana Pemilihan Umum 3. Keputusan KPU No. 623 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Informasi

(30)

C. Kegiatan-kegiatan

1. Tatap Muka.

Kegiatan sosialisasi tatap muka ini diselenggarakan untuk memberikan pemahaman yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat tentang sistem pemilu legislatif. Dengan metode ini nara sumber dapat berdialog dengan peserta sehingga segala sesuatu yang masih belum dipahami oleh peserta dapat dijawab secara langsung oleh narasumber. Disamping itu juga dalam acara itu dapat diselingi dengan simulasi tata cara pemungutan suara.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota adalah sebagai berikut :

a. Sosialisasi Pemilu di tingkat Kecamatan.

Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan dengan sasaran utama yaitu para tokoh masyarakat di tingkat Kecamatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 s.d. 27 Agustus 2003 di Pendopo masing-masing Kecamatan se-Kota Yogyakarta sebanyak 14 Kecamatan. Peserta terdiri dari berbagai unsur yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, aktifis organisasi masyarakat, tokoh partai politik dan aparat kecamatan. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan pihak kecamatan, karena pada saat itu PPK belum/sedang dibentuk.

Narasumber : semua anggota KPU Kota. b. Sosialisasi untuk Penyuluh Agama Islam.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran yaitu para penyuluh agama Islam se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan menjelang bulan ramadhan sehingga diharapkan setelah mendapat penyuluhan pemilu dar KPU Kota dapat menyampaikan kepada jamaah di masjidnya masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2003 di Masjid Diponegoro Balaikota. Narasumber : Hendy Setiawan, S.IP.

c. Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih di tingkat Kelurahan.

Kegiatan ini melanjutkan program sosialisasi di tingkat Kecamatan, dengan sasaran para tokoh masyarakat di tingkat Kelurahan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d. 23 Desember 2004 di 45 Kelurahan se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan PPS (panitia Pemungutan Suara) di masing-masing Kelurahan.

(31)

d. Pencanangan Pekan Sosialisasi Pemilu 2004.

Kegiatan ini dirancang sebagai momentum dimulainya Pekan Sosialisasi Pemilu di Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2004 di Gedung Pamungkas. Sasaran/Peserta Kegiatan ini adalah Ketua-ketua RW se-Kota Yogyakarta (sebanyak 617 RW). Dalam kegiatan tersebut selain acara seremonial juga ditampilkan simulasi Pemilu oleh anggota KPU Kota dan Walikota Yogyakarta. Pada acara tersebut juga disampaikan materi sosialisasi pemilu dari KPU Propinsi DIY khususnya berkaitan dengan materi pendaftaran pemilih.

Narasumber : Dra. Any Rohyati, M.Si. e. Sosialisasi untuk Narapidana.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran utama para pemilih dengan

kubutuhan khusus yaitu para narapidana Penghuni Lembaga

Pemasayarakatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2004 di LAPAS Wirogunan Yogyakarta. Kegiatan ini sekaligus juga dimanfaatkan untuk melakukan koordinasi dalam rangka persiapan tehnis pendirian TPS Khusus di Lapas tersebut.

Narasumber : Rahmat Muhajir N, SH. f. Sosialisasi untuk Penyandang Cacat.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran utama para pemilih dengan kebutuhan khusus yaitu para Penyandang Cacat (defabel) se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2004 di Pendopo Balaikota. KPU Kota bekerjasama dengan LSM CIQAL dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Dalam acara tersebut diadakan simulasi pemungutan suara dengan menggunakan berbagai alat Bantu bagi pemilih defabel. Peserta kegiatan ini adalah Penyandang Cacat se-kota yogyakarta dan anggota PPK serta PPS. Nara sumber : Hendy Setiawan, S.IP.

g. Sosialisasi untuk Pekerja Seks Komersial (PSK).

Kegiatan ini memang cukup unik karena PSK sebenarnya bukan termasuk pemilih khusus, tetapi mengingat mereka juga sebagai pemilih yang memiliki hak untuk mendapatkan informasi pemilu sedangkan mereka termasuk komunitas yang jauh dari informasi pemilu maka KPU Kota melaksanakan kegiatan ini agar para PSK nantinya dapat menggunakan hak pilihnya dengan benar. Peserta kegiatan ini adalah penghuni Lokalisasi Pasar Kembang. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2004 di salah satu Aula RW

(32)

Kelurahan Sosromenduran. KPU Kota bekerjasama dengan PPS Sosromenduran dalam melaksanakan kegiatan ini.

Nara sumber : Nasrullah, SH. h. Sosialisasi untuk Siswa SMU

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan penjelasan Pemilu kepada Para Pemilih Pemula khususnya Siswa SMU se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas P dan P Kota Yogyakarta. Peserta kegiatan ini para siswa SMU yang telah memiliki hak pilih. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dijabarkan sebagai berikut :

No. Waktu Nara sumber Tempat

1. 13 Maret 2004 Drs. Miftachul Alfin,

MSHRM

Di SMA N 5 Yk

2. 15 Maret 2004 Rahmat Muhajir N, SH Di SMA Muhammadiyah 2

3. 16 Maret 2004 Nasrullah, SH SMA Bopkri 1 Yk

4. 17 Maret 2004 Aan Kurniasih, SH SMA Negeri 4 Yk

5. 18 Maret 2004 Hendy Setiawan, S.IP SMA Taman Madya

6. 20 Maret 2004 Rahmat Muhajir N, SH Di SMK 5 Yk (Perwakilan

dari masing-masing SMU dan SMK se-Kota

Yogyakarta

Selain kegiatan sosialisasi yang direncanakan dan dilaksanakan oleh KPU Kota sebagaimana telah dipaparkan di atas, KPU Kota juga memenuhi undangan sosialisasi dari berbagai instansi, LSM dan warga masyarakat di Kota Yogyakarta, sebagaimana terlampir.

2. Media Elektronik

Sosialisasi melalui media elektronik dilaksanakan dengan cara menggelar talkshaw di berbagai radio seperti Radio Retjo Buntung FM, Radio Istakalista, Radio Unisi, Radio Trijaya FM, RRI, dll. Kegiatan talkshaw ini ada yang dilakukan secara insidentil sesuai dengan permintaan dari radio tersebut, tetapi ada juga yang

(33)

dilaksanakan secara terjadwal oleh KPU Kota bekerjasama dengan salah satu radio, yakni radio Retjo Buntung, sebagaimana dipaparkan di bawah ini.

No. Waktu Tema Radio Nara Sumber

1. 19 Juli 2003 Pembentukan PPK & PPS

RB FM Hendy Setyawan, SIP

2. 26 Juli 2003 Pendaftaran Partai Politik peserta pemilu

RB FM Rahmat Muhajir Nugroho, SH 3. 2 Agustus 2003 Peran Politik Perempuan RB FM Aan Kurniasih, SH

KPI 4. 9 Agustus 2003 Pemetaan Daerah

Pemilihan

RB FM Drs. Miftachul Alfin, MSHRM

5. 16 Agustus 2003 Pemantauan Pemilu RB FM - Nasrullah, SH - Forum LSM DIY

7. 23 Agustus 2003 Peran dan fungsi PPK RB FM Hendy Setyawan, SIP

8. 30 Agustus 2003 Kode etik KPU RB FM Rahmat Muhajir N, SH

9. 6 September 2003 Peran dan Fungsi PPS RB FM Hendy Setyawan, SIP

10. 13 September 2003 Tahap-tahap pemilu RB FM Rahmat Muhajir N, SH

11. 20 September 2003 Pemilu dan kekerasan politik

RB FM - Nasrullah, SH - Poltabes

12. 27 September 2003 Verifikasi administratif dan faktual parpol

RB FM Drs. Miftachul Alfin, MSHRM

13. 4 Oktober 2003 Penegakan Hukum dalam pemilu

RB FM - Nasrullah, SH - Panwaslu

- Kajari

14. 11 Oktober 2003 Mekanisme Penyusunan Caleg oleh Parpol

RB FM - Drs. Miftachul

Alfin, MSHRM

(34)

Selain di Radio KPU Kota juga beberapa kali diundang di TV yakni TVRI Yogyakarta. Di dunia maya/virtual KPU Kota juga menyebarkan informasi pemilu melalui

situs KPU Kota di website : kpu.jogja.go.id

3. Media Cetak

Sosialisasi melalui media cetak yang dimaksud disini adalah penyebaran informasi pemilu dengan cara membuat barang cetakan dan publikasi indoor maupun out door.

a. Leaflet, Brosur dan Poster

Ketiga bentuk media informasi tersebut dicetak kemudian kami sebarkan ke masyarakat dengan berbagai cara yakni melalui PPK, PPS, dan KPPS. Selain itu juga kami sebarkan melalui RT dan RW dengan harapan akan benar-benar sampai ke masyarakat. Leaflet. Brosur dan Poster masing-masing dicetak sejumlah 5.000 eksemplar, selain disebarkan melalui instansi-instansi tersebut, KPU Kota juga turun langsung ke masyarakat dalam Program Sebar Brosur di Mall, untuk menyebarkan dan menempel di tempat-tempat umum dan strategis, misalnya di galleria mall, malioboro mall dan perempatan kantor pos besar. b. Stiker

Pembuatan stiker dimaksudkan untuk memberikan informasi yang simpel dan mudah kepada masyarakat dan bersifat lebih permanen. Stiker dicetak sejumlah 5.000 lembar dengan sasaran sosialisasi adalah pengendara sepeda motor, mobil dan angkutan umum. Ada 2 titik lokasi penyebaran stiker yaitu pertama, di perempatan kantor pos besar Untuk pengendara sepeda motor dan mobil sedangkan yang kedua di terminal Umbulharjo untuk angkutan umum yaitu bus kota dan bus antar kota dalam propinsi.

c. Kalender

Kalender Pemilu 2004 didesain untuk memberikan informasi tahapan-tahapan pemilu legislatif dalam bentuk kalender, sehingga mudah diingat oleh masyarakat. Kalender ini dibuat sejumlah 2.000 eksemplar dengan sasaran penyebaran yaitu seluruh ketua RW se-Kota pada saat acara Pencanangan Pekan Sosialisasi Pemilu di Gedung Pamungkas tanggal 12 Desember 2003. Selain itu juga disebarkan di kantor-kantor instansi pemerintah di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta.

d. Rontek

Rontek pemilu 2004 dibuat untuk mendukung program kegiatan Kampanye Berbudaya. Rontek ini dibuat sejumlah 500 buah. Titik lokasi pemasangan

(35)

berada di beberapa jalan protocol di Kota Yogyakarta. Isi dari rontek tersebut berupa pesan-pesan yang menyejukkan untuk menciptakan situasi yang kondusif selama kampanye pemilu legislatif 2004.

e. Baliho

Baliho yang dibuat ini juga untuk mendukung program kegiatan Kampanye Berbudaya agar bertambah meriah. Jumlah Baliho yang dibuat sebanyak 1 buah dan dipasang di perempatan Gondomanan selama masa Kampanye sampai dengan pasca pemungutan suara.

f. Spanduk

Spanduk pemilu dibuat sebanyak 20 buah dan di pasang di 20 titik lokasi strategis yang mudah dibaca oleh masyarakat luas.

g. Jumpa Pers

Jumpa pers dilaksanakan dengan cara mengundang wartawan media cetak dan elektronik untuk mempubikasikan setiap kegiatan atau informasi dan kejadian penting dalam pemilu melalui media massa, sehingga masyarakat dapat terus memantau perkembangan proses dan pelaksanaan Pemilu di Kota Yogyakarta.

(36)

BAB VII

PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILU

A. Pendahuluan

Kegiatan Kampanye Pemilu 2004 sangat berbeda dengan kegiatan kampanye Pemilu 1999, hal ini disebabkan adanya perubahan dari sebuah sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum. Pelaksanaan kampanye di Kota Yogyakarta pada Pemilu 2004 baik untuk peserta pemilu partai politik dan perseorangan maupun kampanye pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama dan kedua dapat dikatakan berjalan dengan baik, dikarenakan adanya upaya prakondisi yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta dengan melibatkan beberapa pihak yang terkait dalam penyelenggaraan Pemilu antara lain peserta pemilu Parpol dan Perseorangan, Pemerintah Kota Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kepolisian Kota Besar Yogyakarta dan, KODIM Kota Yogyakarta.

Dalam penyelenggaraan Kampanye Pemilu 2004, KPU Kota Yogyakarta mempunyai Visi dan Misi yaitu “KAMPANYE BERBUDAYA” yaitu kampanye yang anti kekerasan, ramah lingkungan, bernilai estetika, sopan, tertib, dan edukatif. Latar belakang munculnya kampanye berbudaya tidak terlepas dari upaya dari masing-masing calon dalam berkampanye untuk lebih mengenal kondisi sosial-kultur masyarakat dimana calon akan melakukan kegiatan kampanye disuatu daerah pemilihan. Prakondisi kampanye berbudaya yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan “PENCANANGAN KAMPANYE BERBUDAYA”.

Beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta pra-kampanye, yaitu :

1. Sosialisasi Keputusan KPU No. 701 Tahun 2004 tentang Tata Cara Kampanye anggota DPR, DPD, dan DPRD kepada Partai Politik, Panwaslu Kota Yogyakarta, Poltabes Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kodim Kota Yogyakarta, dan PPK se Kota Yogyakarta.

2. Koordinasi rutin dengan pihak kepolisian, pemerintah Kota Yogyakarta, peserta pemilu Parpol dan Perseorangan, Panwaslu Kota Yogyakarta, dan Pemerintah Kota Yogyakarta.

Dalam laporan ini, masing-masing kegiatan kampanye di bagi menjadi 4 sub bagian yaitu penyusunan jadwal kampanye, Implementasi teknis kampanye, penegakan

(37)

peraturan kampanye, dan startegi dan pendekatan yang dilakukan dalam menciptakan Yogyakakarta yang aman dan damai.

B. Pelaksanaan Kampanye Pemilu 2004

1. Penyusunan Jadwal dan Tempat Kampanye

Sebelum dilakukannya penyusunan jadwal kampanye, KPU Kota Yogyakarta terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan KPU Provinsi DIY terkait mekanisme penyusunan jadwal kampanye, dan koordinasi dengan Pemerintah Kota Yogyakarta terkait dengan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, serta koordinasi dengan jajaran kepolisian terkait dari sektor pengamanan. Adapun hasil dari koordinasi KPU Kota Yogyakarta dengan KPU Provinsi tersebut sebagai berikut :

a. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota hanya memfasilitasi penyusunan jadwal kampanye dengan partai partai politik sesuai tingkatan masing-masing dalam bentuk kampanye pertemuan terbatas, tatap muka, dan pemasangan alat peraga di tempat umum, sedangkan kampanye dalam bentuk rapat umum, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, dan penyiaran melalui radio dan/atau televisi diatur sepenuhnya oleh KPU.

b. Dikarenakan Provinsi tidak jelas kewilayahannya, maka secara teknis KPU Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk memfasilitasi kegiatan kampanye yang dilakukan di daerah dengan mendudukkan KPU Propinsi sebagai supervisi dalam kegiatan kampanye tersebut.

c. Perlunya dibuat rancangan jadwal kampanye untuk memudahkan partai politik menyusun jadwal kampanye yang definitif.

d. KPU Propinsi DIY segera melakukan koordinasi dengan KPU Propinsi Jawa Tengah untuk mengantisipasi mobilisasi massa luar daerah DIY dengan batasan-batasan daerah tertentu antara lain Kabupaten Klaten, Magelang, dan Purworejo dengan melibatkan Kepolisian Daerah (POLDA) masing-masing. e. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, secara tegas memegang ketentuan

peraturan yang berlaku sesuai dengan UU No 12 Tahun 2003 dan Kep KPU No. 701 tahun 2004.

Sedangkan hasil koordinasi KPU Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai berikut :

a. Terdapat beberapa tempat/lokasi yang dilarang untuk melakukan aktifitas kampanye yaitu; Jl. Malioboro, Jl. A. Yani, Jl. Mangkubumi dan Jl. Suroto.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis model pembiayaan ibadah haji dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan Business Canvas Model yang terdiri dari 9 elemen, yaitu: segmen nasabah,

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan penulis di Perpustakaan SMP Negeri 1 Bantul dapat diketahui bahwa kegiatan pengolahan bahan pustaka di perpustakaan SMK

Berdasarkan PMK Nomor 76/PMK.03/201 untuk sumbangan bencana alam nasional di Indonesia yang dapat dibebankan dalam fiskal adalah jika bencana alam tersebut merupakan

Mengenai Pendaftaran Sertifikasi WPPE    Q: Pendaftaran dilakukan kemana? 

Oleh karena itu, perlu adanya penerapan pendekatan pembelajaran bermakna menggunakan peta konsep untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia

Oleh karena itu tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang meliputi kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan

Dari keseluruhan siswa, lebih dari setengahnya merasa pembelajaran kaiwa dengan teknik dubbing lebih komunikatif dari teknik lain merasa terbantu untuk

Menurut Inskeep (1991), untuk mengoptimalkan kegiatan wisata dan meminimalkan.. dampak yang ditimbulkan karena kegiatan ini, diperlukan perencanaan dan manajemen yang baik,