• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA

C. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara

1. Pemungutan suara

Dengan kondisi tambal sulam menjelang pemungutan suara maka KPU Kota Yogyakarta hanya dapat tinggal berharap bahwa semua TPS dapat melaksanakan pemungutan suara tanpa ada hambatan yang berarti. Peninjauan ke beberapa TPS pada hari H dilakukan bersama dengan Walikota Yogyakarta dan unsur Muspida lainnya. Ada 2 masalah menonjol yang terjadi pada saat pemungutan suara.

1) Masalah tertukarnya beberapa jenis surat suara dengan surat suara dari daerah pemilihan lain di salah satu TPS di Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan Mantrijeron. Penyelesaian masalah yang diambil KPPS dengan saksi atas dasar supervisi dari PPS dan PPK adalah bahwa disetujui surat suara yang tertukar apabila secara teknis lubang hasil coblosan sah, maka hanya akan

dihitung perolehan parpolnya saja sekalipun surat suara tadi dicoblos baik parpol maupun calegnya. Kesepakatan inilah yang dipakai sebagai dasar penghitungan suara dan sudah disepakati sebelum penghitungan suara dilaksanakan supaya terdapat keadilan karena belum mengetahui untuk dicoblos parpol yang mana surat suara tertukar tersebut.

Ternyata keputusan di lapangan ini tidak bertentangan dengan fax dari KPU yang diterima hari itu juga yang menyatakan bahwa untuk kasus tertukarnya surat suara dari daerah pemilihan lain maka penyelesaiannya adalah diserahkan kepada kesepaktan KPPS dengan saksi. Dengan demikian tertukarnya hanya 6 buah surat suara DPRD Kabupaten / Kota Daerah Pemilihan 1 (Manrijeron, Kraton, Mergangsan) di Kecamatan Matrijeron dengan surat suara DPRD Kabupaten / Kota Daerah Pemilihan lainnya tidak menimbulkan gejolak di kalangan peserta pemilu maupun kecurigaan kepada penyelenggara pemilu karena unsur kesengajaan.

2) Masalah tertukarnya distribusi kotak suara di Kelurahan Terban untuk TPS Khusus RS Panti Rapih dengan kotak suara untuk TPS biasa di Kelurahan Demangan. Masalah ini dapat langsung ditanngani oleh PPK Gondokusuman dengan cara menjemput langsung kotak suara yang tertukar sekalipun hal ini sempat menunda proses pemungutan suara di 2 TPS tersebut. Hal ini pun tidak menimbulkan gejolak yang berarti.

Secara umum pelaksanaan pemungutan suara berjalan lancar walaupun dibayangi kekhawatiran adanya keruwetan yang bisa saja terjadi karena distribusi logistik yang tambal sulam. Saksi yang seharusnya idealnya adalah 57 orang per TPS sesuai jumlah parpol dan anggota DPD, ternyata di lapangan banyak yang hanya mencapai 5 - 7 orang. Saksi yang hadir adalah saksi dari parpol besar seperti PDIP, Golkar, PAN, PPP, PKB dan PBB. Sementara untuk saksi calon anggota DPD hampir tidak ada sama sekali karena terkadang dirangkap oleh saksi parpol yang mana dukungan parpol tersebut untuk calon anggota DPD diberikan kepada calon tertentu. Minimnya saksi tentu tidak menghalangi kualitas pelaksanaan pemungutan maupun penghitungan suara karena masyarakat, pemantau maupun pengawas pun ikut menyaksikan proses pemilu.

Jumlah pengawas yang cukup minim juga tidak menurunkan kualitas pemilu karena pengawas sesungguhnya yang jumlahnya tidak terbatas adalah masyarakat itu sendiri. Apalagi di masa keterbukaan seperti sekarang sangat menyulitkan apabila masih ada penyelenggara pemilu yang hendak berbuat curang. Pemantau yang cukup banyak, baik dari dalam maupun luar negeri juga hadir di beberapa TPS.

Beberapa lembaga pemantau mengkhususkan diri memantau di satu wilayah Kelurahan atau Kecamatan saja karena kurangnya personil kalau untuk memantau seluruh TPS di wilayah Kota Yogyakarta. Pemantau dan pengawas pemilu pada prinsipnya adalah mitra kerja bahkan bisa dijadikan sebagai humas pemyelenggara pemilu karena mereka dapat menyampaikan kepada masyarakat bagaimana pemilu diselenggarakan. Hanya saja masih ada beberapa kejadian salah paham masih terjadi antara penyelenggara dengan pemantau khususnya karena proses pertemuan yang singkat. Tetapi secara umum tidak ada insiden yang berarti. Dapat dikatakan secara singkat bahwa masyarakat, saksi, pemantau dan pengawas selama pemungutan dan penghitungan suara memperoleh akses yang cukup besar dari penyelenggara pemilu khususnya KPPS.

2. Penghitungan suara

Proses penghitungan suara ternyata tidak berjalan semudah yang diperkirakan. Banyak TPS yang baru menyelesaikan penghitungan suara menjelang dini hari pada hari Selasa. Dan tidak sedikit TPS atas dasar kesepakatan antara KPPS dengan saksi menghentikan proses penghitungan suara karena pertimbangan faktor kelelahan, dan dilanjutkan keesokan harinya. TPS yang ditinggalkan dijaga bersama antara petugas Linmas dan masyarakat sekitar. Kondisi ini tentu harus dimaklumi karena KPPS tentu telah bekerja keras sejak H (-3), mulai dari pembuatan surat pemberitahuan sampai hari hari H tanpa henti.

Dalam penghitungan suara ada beberapa TPS yang harus didatangi langsung oleh KPU Kota Yogyakarta karena PPS maupun PPK sudah tidak bisa lagi menangani masalah. Seperti salah 1 TPS di Kelurahan Wirogunan dimana disampaikan oleh PPK kepada KPU Kota Yogyakarta bahwa TPS tersebut tidak bersedia menyerahkan kotak suara beserta isinya padahal penghitungan suara telah selesai dilakukan dengan alasan telah larut malam. Setelah bertemu langsung dengan Ketua KPPS setempat maka dilakukan dialog secara intensif. Dengan pendekatan persuasif, akhirnya dengan pengawalan langsung unsur Muspika dan Panwascam, maka masalah dapat diselesaikan dan kotak suara dikirm ke Kelurahan saat itu juga. Dalam proses di Wirogunan ini dapat dibuktikan keikutsertaan Panwascam dengan penyelenggara pemilu menengahi masalah melalui cara persuasif sehingga masalah cepat selesai.

Proses rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPS maupun PPK berjalan tidak serempak karena memang tidak direncanakan semula. Ini salah satu perencanaan yang luput dari KPU Kota Yogyakarta. Dengan kondisi seperti ini untuk

mempercepat rekapitulasi, maka KPU Kota Yogyakarta turun ke berbagai PPS maupun PPK untuk membantu sekiranya ada masalah.

Banyaknya jenis surat suara yang harus dihitung memang membuat PPS cukup kesulitan dalam melakukan rekapitulasi. Belum lagi mereka harus merekapitulasi dari puluhan TPS. Sementara, Berita Acara dari TPS banyak ditemukan kesalahan-kesalahan sehingga beberapa PPS dengan kesepakatan dari saksi membuka kotak kembali dan membetulkan Berita Acara berdasarkan Formulir C2 ukuran besar. Selain itu juga, penghitungan perolehan suara parpol dan caleg dilakukan sendiri-sendiri yang nota bene merupakan pengalaman pertama, sehingga benar-benar menyulitkan PPS. Apalagi sebelum pemungutan suara mereka tidak mendapatkan pelatihan yang cukup tentang tata cara pengisian berita acara model D. Akhirnya banyak PPS yang mempunyai cara sendiri dalam merekapitulasi dan tidak jarang berakibat lambannya rekapitulasi. Apalagi banyak saksi tingkat PPS yang tidak hadir sejak awal rekapitulasi atau dalam bahasa sederhana mereka tidak menemani PPS dalam membuat rekapitulasi dan hanya mau tahu jadinya saja. Sementara PPK pun tidak berwenang dalam mengintervensi PPS dalam hal teknis rekapitulasi penghitungan suara. Belum lagi kondisi internal di masing-masing PPS ayng berbeda-beda. Ketidakaktifan salah satu anggota PPS atau kurangnya dukungan sekretariat sudah cukup menggangu kinerja PPS yang hanya terdiri dari 3 orang anggota termasuk ketua.

Di tingkat PPK, proses yang tidak jauh berbeda juga berlangsung. Tampaknya kurangnya pelatihan khusus tata cara pengisian berita acara Model D maupun DA menjadi faktor mendasar sulitnya PPS dan PPK melakukan rekapitulasi penghitungan suara. KPU Kota Yogyakarta pun tidak segan-segan membantu langsung ikut mengerjakan rekapitulasi. Toh semuanya demi kepentingan penyelenggara agar proses rekapitulasi berlangsung cepat. Apalagi masyarakat tentu tidak akan mau tahu proses yang lambat berlangsung pada tingkatan mana. Tahunya proses rekapitulasi lambat, itu saja.

Dengan melihat kesiapan dari laporan PPK yang sudah masuk, maka KPU Kota

Yogyakarta memutuskan akan mengadakan sidang pleno Rekapitulasi

Penghitungan Suara Tingkat Kota Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 12 April 2004, pukul 09.00 sampai selesai, bertempat di Pendopo Balaikota Yogyakarta. Dalam sidang yang dihadiri Muspida, saksi, PPK, Pers dan tamu undangan lainnya itu pada awalnya laporan dari PPK yang masuk baru berasal dari 11 Kecamatan. 3 Kecamatan yang belum masuk karena sedang dalam proses adalah kebetulan 3 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan terbesar yaitu Umbulharjo, Gondokusuman

dan Tegalrejo. Beruntung dalam urutan Kecamatan dari Daerah Pemilihan 1 sampai 5, urutan ketiganya adalah nomor 8, 12 dan 13. Dengan kesepakatan saksi maka proses rekapitulasi tetap berlangsung dari Kecamatan Mantrijeron sambil menunggu datangnya laporan dari ketiga Kecamatan yang belum. Alhamdullilah ketika gilirannya belum sampai, laporan dari 3 Kecamatan ini suah masuk secara bergantian sehingga tidak perlu sampai menunda rekapitulasi atau dilewati Kecamatan lainnya terlebih dahulu.

Untuk Kecamatan Gondokusuman yang baru selesai hari itu juga ternyata jumlah total dari 5 Kelurahan di wilayahnya belum dihitung sehingga sempat ditunda untuk memberi kesempatan kepada PPK Gondokusuman menghitung jumlah akhir. Sedangkan laporan dari Kecamatan terbesar yaitu Umbulharjo sempat masuk tepat sebelum gilirannya tiba untuk dihitung. Satu kondisi yang sempat membuat khawatir KPU Kota Yogyakarta.

Secara teknis karena harus menghitung 4 jenis perolehan suara dan untuk mempersingkat waktu maka proses rekapitulasi dilakukan dalam 2 penghitungan sekaligus. Pada sayap timur Pendopo dilakukan penghitungan surat suara DPR dan DPD. Sedangkan sayap barat Pendopo untuk menghitung surat suara DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota. Dengan menggunakan 2 layar besar yang didukung 2 set LCD dan LCD Projector maka penghitungan dapat berjalan lancar. Semua yang hadir dapat menyaksikan pada layar besar penghitungan berlangsung secara jujur dan adil. Saksi yang hadir juga dibagi ke dalam 2 kelompok. Satu kelompok mengawasi layar timur dan satunya lagi mengawasi layar barat. Dengan pola seperti ini rekapitulasi dapat diselesaikan secara keseluruhan 14 Kecamatan pada sekitar pukul 18.00 WIB.

Setelah beristirahat satu jam untuk istirahat, sholat dan makan, pada pukul 19.00 WIB sidang pleno dilanjutkan kembali. Beberapa tamu undangan tidak hadir kembali. Setelah semua penghitungan dirampungkan dan atas persetujuan saksi maka rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kota Yogyakarta dapat diselesaikan dan hasilnya dapat disetujui. Penandatanganan berita acara pun dilakukan antara KPU Kota Yogyakarta dengan saksi yang hadir. Dengan selesainya rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kota Yogyakarta sempat beredar berita yang menggembirakan bagi KPU Kota Yogyakarta bahwa yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta merupakan yang pertama di seluruh Indonesia. Apalagi mengingat banyaknya petugas pemilu di bawah yang tidak siap dan memahami dalam pengisian berita acara.

BAB XI