• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Oleh : Nila Karina Dewi NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR SKRIPSI. Oleh : Nila Karina Dewi NIM"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 KOTA

MUNGKID TAHUN AJARAN 2016/2017

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Nila Karina Dewi NIM 13303244007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERBANDINGAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 KOTA

MUNGKID TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh: Nila Karina Dewi NIM 13303244007

ABSTRAK

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menganalisis (1) ada tidaknya perbedaan kemampuan berpikir analitis peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, (2) ada tidaknya perbedaan prestasi belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, (3) ada tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir analitis dengan prestasi belajar kimia perserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

Penelitian ini menggunakan desain Quasi-Experimental dengan bentuk rancangan Posttest Only Control Design. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI semester 2 di SMA Negeri 1 Kota Mungkid tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 97 orang. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik cluster

sampling, yaitu peserta didik kelas XI IPA 2 sebagai kelas pendekatan

pengorganisasian konsep dan peserta didik kelas XI IPA 3 sebagai kelas pendekatan sistemik yang masing-masing berjumlah 34 peserta didik dan 32 peserta didik. Instrumen penelitian menggunakan tes kemampuan berpikir analitis yang berupa soal essay dan tes prestasi belajar peserta didik yang berupa soal pilihan ganda. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney dan uji korelasi Kendall’s Tau yang dilaksanakan setelah uji normalitas dan homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan kemampuan berpikir analitis peserta didik dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep; (2) tidak ada perbedaan prestasi belajar peserta didik dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep; (3) tidak ada hubungan antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep.

Kata kunci: pendekatan sistemik, pendekatan pengorganisasian konsep,

(3)

iii

THE COMPARISON OF SYSTEMIC APPROACH AND

ORGANITATIONAL CONCEPT APPROACH TOWARDS STUDENT’S ANALYTICAL THINKING SKILL AND LEARNING ACHIEVEMENT

AT GRADE XI IN SECOND SEMESTER OF SMAN 1 KOTA MUNGKID OF ACADEMIC YEAR 2016/2017

By:

Nila Karina Dewi NIM. 13303244007

ABSTRACT

The purpose of this experimental research were to analyzed (1) the difference of analytical thinking skill between student’s group who learned with systemic approach and organitational concept approach, (2) the difference of learning achievement between student’s group who learned with systemic approach and organitational concept approach, (3) the correlation between analytical thinking skill and learning achievement when student learned by systemic approach and organitational concept approach.

This research was Quasi-Experiment type Posttest Only Control Desain. The population of this research was all grade XI in second semester students in SMAN 1 Kota Mungkid which were 97 students. The sample of this research was taken by cluster sampling, that were class XI IPA 2 and XI IPA 3 respectively 34 and 32 students. The instruments of this research were tests of analytical thinking skill and student’s learning achievement. The data analysis used Mann-Whitney test and Kendall’s Tau correlation test.

The results of this research show that (1) there is a difference of analytical thinking skill between student’s group who learned with systemic approach and organitational concept approach, (2) there is no difference of learning achievement between student’s group who learned with systemic approach and organitational concept approach, (3) there is no correlation between analytical thinking skill and learning achievement when student learned by systemic approach and organitational concept approach.

Keywords: systemic approach, organitational concept approach, analytical thinking skill, student’s learning achievement

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.”

(QS. Ar-Rad: 11)

Kita tidak pernah tau usaha mana yang akan berhasil dan kita tidak pernah tau doa mana yang akan dikabulkan.

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilalamin.

Segala puji dan syukur terpanjatkan untuk Allah SWT, atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Saya persembahkan skripsi ini kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah yang luar biasa,

2. Kedua orang tua saya, Bapak Karman Kurniawan (Alm) dan Ibu Eni Farianingsih yang telah memberikan kasih sayang yang tulus, dukungan dan doa yang tiada henti-hentinya,

3. Ketiga adik saya, Muhammad Bagas Mukti yang sekarang menjadi pengganti Bapak, Bella Ade Savila, dan Maharani Nur Maghfiroh. Terimakasih atas dukungan dan doa selama ini,

4. Teman-teman seperjuangan, teman-teman Pendidikan Kimia A 2013, semua sahabat serta pihak-pihak yang telah membantu, maaf karena tidak bisa menyebutkan satu- persatu. Terimakasih atas pengalaman selama empat tahun ini, dan semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.

5. Ilham Samsu Prawira yang selalu memberikan pendapat, mendengarkan keluh kesah, selalu membantu, dan tidak bosan memberikan semangat.

6. Keluarga besar Hima Kimia periode 2014-2015, khususnya Departemen Seni dan Olahraga, terimakasih atas pengalaman dan persaudaraannya.

7. Almamater tercinta, Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul ”Perbandingan Pendekatan Sistemik dan Pendekatan Pengorganisasian Konsep terhadap Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017”.

Penulisan skripsi ini dapat dilaksanakan dengan lancar atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta,

2. Bapak Dr. Hartono, M.Si selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta,

3. Bapak Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta,

4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Koordinator Tugas Akhir Skripsi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta,

5. Ibu Marfuatun, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar membimbing, memberikan semangat dan memotivasi penulis selama penelitian dan penyelesaian laporan,

6. Ibu Antuni Wiyarsi, M.Sc selaku Dosen Penguji Utama dan Dosen Validator Ahli yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian laporan penelitian,

7. Ibu Susila Kristianingrum, M.Si selaku Dosen Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian laporan penelitian,

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Kimia yang telah membagikan ilmunya,

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii HALAMAN PERNYATAAN ... iv LEMBAR PERSETUJUAN... v HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Deskripsi Teori ... 10

B. Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

(12)

xii

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

1. Populasi Penelitian ... 28

2. Sampel Penelitian ... 28

3. Teknik Sampling ... 28

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 30

1. Perangkat Penelitian ... 30

2. Instrumen Penelitian ... 31

3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Normalitas ... 39

2. Uji Homogenitas ... 40

3. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Asimilasi Pelajaran Menggunakan Pendekatan Pengorganisasian Konsep

... 14

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Analitis Kimia ... 33

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kimia Materi Larutan Asam-Basa ... 34

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 40

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 41

Tabel 6. Ringkasan Data Kemampuan Berpikir Analitis ... 44

Tabel 7. Ringkasan Data Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik... 44

Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney ... 46

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Contoh Peta Konsep Materi Kimia ... 15

Gambar 2. Contoh Diagram Siklis Pada Materi Asam-Basa ... 17

Gambar 3. Perbedaan Representasi Konsep Sistemik Dan Konsep Linier ... 18

Gambar 4. Desain Penelitian Posttest Only Control Design... 27

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP dan LKPD Kelas Sistemik ... 67

Lampiran 2. RPP dan LKPD Kelas Pengorganisasian Konsep... 122

Lampiran 3 Lembar Penilaian Sikap ... 175

Lampiran 4. Soal Kemampuan Berpikir Analitis dan Kunci Jawaban ... 180

Lampiran 5. Soal Prestasi Belajar Sebelum Divalidasi dan Kunci Jawaban ... 186

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal ... 201

Lampiran 7. Soal Prestasi Belajar Setelah Divalidasi dan Kunci Jawaban... 203

Lampiran 8. Data Nilai Peserta Didik Kelas Sistemik ... 214

Lampiran 9. Data Nilai Pesera Didik Kelas Pengorganisasian Konsep ... 215

Lampiran 10. Uji Normalitas ... 216

Lampiran 11. Uji Homogenitas ... 217

Lampiran 12. Uji Mann-Whitney U ... 218

Lampiran 13. Uji Korelasi Kendall Tau ... 219

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia, pendidikan mempunyai peranan penting sebagai sarana untuk membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga lebih kompeten dan mampu bersaing di era global. Proses pembelajaran merupakan salah satu diantara beberapa faktor penentu kualitas pendidikan.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa secara edukatif. Menurut Arifin (2005: 2), pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa, berupa pemberian pengalaman belajar siswa yang direncanakan guru untuk membangun pengetahuan baru dan mengaplikasikannya. Suatu perencanaan pembelajaran yang baik sangat dibutuhkan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari, termasuk pada pembelajaran kimia di SMA.

Salah satu tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA adalah agar peserta didik mampu memahami konsep, prinsip, hukum, teori kimia dan keterkaitannya satu sama lain, serta penerapannya untuk memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Rufiati, 2011). Akan tetapi, cara belajar peserta didik yang masih menggunakan teknik hafalan menyebabkan peserta didik kesulitan memahami konsep-konsep kimia secara utuh akibat kemampuan menghafal peserta didik yang terbatas. Oleh sebab itu, peserta didik diharapkan memiliki

(17)

2

pemahaman yang menyeluruh mengenai konsep kimia beserta keterkaitannya agar peserta didik tidak cepat lupa terhadap materi kimia yang dipelajari.

Materi kimia, termasuk materi asam-basa, bukanlah materi yang dapat dipahami hanya dengan menghafal, namun perlu pemahaman yang menyeluruh dalam mempelajari setiap konsep beserta keterkaitannya satu sama lain. Pada materi asam-basa, salah satu keterkaitan antar konsep ditunjukkan pada hubungan kekuatan asam basa dengan sifat periodisitas unsur. Akan tetapi, cara belajar hafalan menyebabkan peserta didik sekedar tahu tentang kekuatan asam-basa tanpa memahami lebih dalam alasan suatu senyawa bersifat kuat atau lemah. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam menghubungkan konsep-konsep kimia belum dikembangkan secara optimal yang mengakibatkan peserta didik menjadi cepat lupa terhadap materi kimia yang dipelajari.

Penerapan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran dapat melatih kemampuan peserta didik dalam menghubungkan antar konsep kimia pada materi asam-basa, salah satunya dengan pendekatan pembelajaran bermakna. Pendekatan bermakna merupakan pendekatan yang dapat mempermudah peserta didik dalam memahami konsep-konsep kimia beserta keterkaitannya. Pendekatan bermakna yang dapat digunakan pada materi asam-basa yaitu pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

Pendekatan pengorganisasian konsep menurut Aussubel adalah suatu pendekatan mengajar yang didasari oleh teori bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis dan kreatif (Arifin, 2005: 68). Pendekatan ini dapat melatih peserta didik untuk memahami materi

(18)

asam-3

basa melalui suatu peta konsep. Pemahaman konsep materi diperoleh dengan cara menemukan informasi berupa konsep-konsep pendukung yang kemudian dihubungkan dan disusun dari konsep umum ke khusus membentuk peta konsep linier. Peta konsep inilah yang akan membantu peserta didik dalam mengorganisasi materi dan meningkatkan pemahaman terhadap materi asam-basa yang dipelajari.

Selain pendekatan pengorganisasian konsep, kemampuan peserta didik dalam menghubungkan antar konsep kimia dapat dilatih melalui penerapan pendekatan sistemik. Menurut Fahmy & Lagowski, pendekatan sistemik adalah pendekatan yang menggunakan suatu susunan konsep-konsep melalui sistem interaksi yang menghubungkan antar konsep tersebut (Suyanta, Marfuatun, & Widjajanti, 2013). Perbedaan utama pendekatan sistemik dengan pengorganisasian konsep adalah peta konsep yang digunakan selalu siklis dengan susunan antar konsep yang saling berhubungan, sehingga keterkaitan antar konsep menjadi lebih jelas dan mudah dipahami, serta pembelajaran menjadi bermakna.

Pembelajaran bermakna terjadi bila informasi baru dikaitkan dengan informasi yang telah dimiliki. Melalui pembelajaran bermakna, peserta didik akan lebih memahami materi asam-basa yang mereka pelajari dan mampu mengaplikasikan konsep yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan kimia, sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (High Order Thinking

Skills) peserta didik lebih berkembang. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

meliputi aspek kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan berpikir analitis (Brierton, Wilson, Kistler, Flowers, & Jones, 2016)

(19)

4

Kemampuan berpikir analitis memiliki korelasi positif terhadap prestasi belajar peserta didik. Kemampuan berpikir analitis berkaitan dengan kemampuan peserta didik menyelesaikan permasalahan kimia dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Kurangnya kemampuan mengaitkan antar konsep kimia menyebabkan lemahnya kamampuan berpikir analitis peserta didik dalam memecahkan masalah kimia, sehingga berakibat pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Oleh sebab itu, penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep diharapkan dapat membantu peserta didik memahami materi kimia secara lebih mendalam, sehingga kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar peserta didik dapat meningkat.

Pada penelitian ini, penerapan pendekatan pembelajaran sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep perlu dibandingkan, untuk mengetahui pendekatan pembelajaran yang lebih efektif diterapkan pada materi asam-basa. Perbandingan penerapan kedua pendekatan tersebut ditinjau dari kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar peserta didik. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Kota Mungkid karena pendekatan pembelajaran yang digunakan di SMA tersebut belum bervariasi, khususnya pada materi asam-basa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan berikut:

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam menghubungkan konsep-konsep kimia belum dikembangkan secara optimal, sehingga peserta didik cepat lupa terhadap materi kimia yang dipelajari.

(20)

5

2. Peserta didik cenderung belajar secara hafalan yang mengakibatkan pemahaman konsep kimia menjadi kurang optimal dan kemampuan analitis peserta didik dalam memecahkan permasalahan kimia kurang berkembang. 3. Kemampuan berpikir analitis peserta didik masih sangat lemah dan berakibat

pada rendahnya prestasi belajar kimia peserta didik sehingga perlu adanya penerapan variasi pendekatan pembelajaran yang bermakna.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi tentang penerapan pendekatan pembelajaran bermakna yang belum diterapkan secara optimal, sehingga peserta didik cenderung belajar secara hafalan. Hal ini mengakibatkan kemampuan berpikir analitis peserta didik kurang berkembang dan prestasi belajar kimia peserta didik rendah. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan pendekatan pembelajaran bermakna menggunakan peta konsep untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas XI Semester 2 SMAN 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 pada materi asam-basa, yaitu pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(21)

6

1. Adakah perbedaan kemampuan berpikir analitis peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep?

2. Adakah perbedaan prestasi belajar peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep

3. Adakah hubungan kemampuan berpikir analitis dengan prestasi belajar kimia peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis ada tidaknya perbedaan antara kemampuan berpikir analitis peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Menganalisis ada tidaknya perbedaan antara prestasi belajar peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep

(22)

7

3. Menganalisis ada tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir analitis dengan prestasi belajar kimia perserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Menambah informasi mengenai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis peserta didik dalam memecahkan masalah sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Menambah wawasan kepada pembaca mengenai penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep dalam proses pembelajaran kimia di sekolah khususnya pada materi asam-basa.

3. Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yaitu pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

4. Menambah informasi mengenai pendekatan pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik menguasai konsep secara menyeluruh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(23)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri. Istilah pembelajaran berkaitan erat dengan pengertian belajar. Belajar merupakan proses aktif peserta didik membangun dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing (Arifin, 2005: 2). Menurut Syah (2011: 68), belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Ausubel, belajar berlangsung pada struktur kognitif dan dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu dimensi I yang berhubungan dengan cara informasi diberikan, dan dimensi II yang berhubungan dengan cara siswa dapat mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang ada (Arifin, 2005: 68).

Adapun pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman (Huda, 2013: 3). Pemahaman inilah yang dianggap sebagai perubahan tingkah laku individu, yang menjadi akibat dari proses interaksi dengan lingkungannya. Proses interaksi ini memerlukan suatu perencanaan yang baik, sehingga perubahan tingkah laku yang ditimbulkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran, termasuk

(24)

11

pembelajaran kimia, memiliki beberapa karakteristik, yaitu: suatu proses interaksi, perubahan tingkah laku akibat pengalaman dan proses berpikir, melalui perencanaan, dan mempunyai tujuan.

Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran (Mulyasa, 2006: 132). Banyaknya konsep materi yang harus dipelajari menyebabkan mata pelajaran kimia dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi peserta didik. Hal ini dikarenakan dalam kimia terdapat banyak konsep abstrak, reaksi kimia dan hitungan kimia yang sulit dipahami, serta konsep-konsep kimia yang saling berkaitan satu sama lain. Terlebih lagi mata pelajaran kimia bukan mata pelajaran yang dapat dipahami hanya dengan menghafal, namun perlu adanya pemahaman dalam mempelajari setiap konsep serta keterkaitannya dengan konsep kimia yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Pembelajaran bermakna berlangsung bila informasi atau konsep baru dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa (Dahar, 2006: 100). Melalui pembelajaran bermakna, peserta didik belajar memahami suatu konsep secara menyeluruh, sehingga peserta didik mampu menguasai materi dengan lebih mudah dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2. Pendekatan Pembelajaran

Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat.

(25)

12

Pendekatan pembelajaran menunjukkan orientasi hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki seseorang setelah mengikuti pembelajaran tertentu (Arifin, 2005: 61). Menurut Rusman & Dewi, pendekatan pembelajaran merupakan segala cara yang digunakan dalam menunjang keefektifan dan keefisienan proses mempelajari materi tertentu (Tim Pengembangan MKDP, 2011). Merujuk pada kedua pengertian tersebut, pendekatan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu cara atau metode yang digunakan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

Menjadi guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif (Janawi, 2013: 89). Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik karena pendekatan pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar. Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran yang tepat dan bervariasi diperlukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, efektif, dan menyenangkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

Menurut Arifin (2005: 61), pendekatan pembelajaran ada 6, yaitu pendekatan inkuiri, pendekatan konsep, pendekatan tingkat perkembangan, pendekatan induktif-deduktif, pendekatan pemecahan masalah, dan pendekatan sains, teknologi dan masyarakat. Menurut Sudrajat (2010: 1) pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach).

(26)

13

Menurut O’Neill & Tim McMahon (2005) “…student–centred learning as

focusing on the students’ learning and what students do to achieve this, rather than what the teacher does”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa peserta didik

belajar dari apa yang dilakukan bukan dari apa yang disampaikan guru. Guru hanya berperan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai yang dapat memengaruhi kemampuan berpikir peserta didik karena pendekatan pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran. Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran beragam dengan menggunakan berbagai macam strategi dan metode secara bergantian, sehingga selama proses pembelajaran peserta didik berpartisipasi aktif baik secara individu maupun kelompok dalam menemukan pengetahuan atau konsep-konsep baru.

3. Pendekatan Pengorganisasian Konsep

Pendekatan pengorganisasian konsep menurut David Ausubel adalah suatu pendekatan pembelajaran yang didasari oleh teori bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis dan kreatif (Arifin, 2005: 68). Cara mengasimilasi pelajaran menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep menurut Ausubel dapat dilihat pada Tabel 1.

(27)

14

Tabel 1. Asimilasi Pelajaran Menggunakan Pendekatan Pengorganisasian Konsep (Sumber: Arifin, 2005: 68)

Dimensi I

Dimensi II

Hafalan Bermakna

Penerimaan

- Peserta didik menghafal - Materi disajikan dalam

bentuk final

- Peserta didik memasukkan informasi ke dalam struktur kognitif

- Materi disajikan dalam bentuk final

Penemuan

- Peserta didik menghafal - Materi ditemukan oleh

peserta didik

- Peserta didik memasukkan informasi ke dalam struktur kognitif

- Materi ditemukan sendiri Pada Tabel 1, dimensi I merupakan cara informasi diberikan kepada peserta didik (melalui penerimaan dan melalui penemuan), sedangkan dimensi II merupakan cara peserta didik dapat mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang ada.

Pembelajaran menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep melatih peserta didik untuk memahami konsep-konsep kimia menggunakan suatu pemetaan konsep (concept mapping). Peta konsep memberikan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari (Parlin & Badiran, 2013). Hal ini sesuai dengan Novak & Canas (2008), yang menyatakan bahwa peta konsep merupakan media atau alat dimaksudkan untuk mengorganisasi dan merepresentasikan suatu pengetahuan atau informasi. Dalam hal ini, informasi atau pengetahuan yang dimaksud meliputi beberapa konsep materi yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga hubungan antar konsep dapat ditunjukkan dengan garis yang menghubungkan dua konsep atau lebih.

(28)

15

Pembelajaran menggunakan peta konsep ini mengacu pada teori belajar Ausubel, yaitu terdapat tiga gagasan yang mendasari pembentukannya. Salah satunya yaitu struktur kognitif tersusun secara hierarkis dengan konsep dan proporsi yang lebih inklusif superodinal terhadap konsep dan proporsi yang kurang inklusif dan lebih khusus (Dahar, 2006: 106). Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran menggunakan peta konsep mengajarkan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka peroleh dari konsep yang bersifat umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus. Contoh peta konsep linier untuk materi kimia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh peta konsep materi kimia (Sumber: Osman, Wahidin, & Meerah, 2013)

(29)

16

Menurut Kinchin (2014), peta konsep yang baik adalah peta konsep yang menggunakan lebih banyak konsep di dalamnya, kemudian disusun sedemikian rupa membentuk suatu hierarki yang lebih kompleks dari umum ke khusus namun tetap sistematis sehingga memperlihatkan hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain. Menurut Ahlberg (2004), suatu peta konsep yang ideal harus memiliki susunan hierarki. Setiap garis yang menghubungkan antar konsep disertai tanda panah yang menunjukkan arah hubungan konsep satu dengan konsep yang lain. Peta konsep inilah yang akan membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam mengorganisasi materi dan meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Kelebihan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran yaitu untuk memfasilitasi proses pembelajaran bermakna. Selain itu, penggunaan peta konsep melatih peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat disimpan dalam ingatan jangka panjang (Novak & Canas, 2008). Adapun menurut Dahar (2006: 110), peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengetahuan peserta didik mengenai pokok bahasan yang diajarkan. Hal ini peta konsep berfungsi sebagai alat evaluasi.

4. Pendekatan Sistemik

Pendekatan pembelajaran sistemik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang didasari oleh teori pembelajaran konstruktivistik dan bermakna (Fahmy & Lagowski, 2011). Pendekatan sistemik bertujuan untuk memahami masalah pembelajaran sebagai

(30)

17

suatu keseluruhan secara tuntas dan cara masing-masing komponen pembelajaran saling berinteraksi, berfungsi, dan saling bergantung. Melalui pendekatan sistemik, peserta didik dapat lebih mudah memahami keterkaitan antar konsep kimia, serta peserta didik dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Pendekatan pembelajaran sistemik ini hampir sama dengan pembelajaran menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep. Kedua pendekatan tersebut sama-sama menggunakan pemetaan konsep dalam proses pembelajarannya. Akan tetapi, peta konsep yang digunakan pada pendekatan sistemik berupa diagram siklis yang menghubungkan konsep materi yang sedang dipelajari dengan materi yang telah diperoleh sebelumnya (Fahmy, 2014). Contoh diagram siklis pada materi asam basa dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh diagram siklis pada materi asam-basa

Peta konsep pada pendekatan sistemik selalu siklis dan menghubungkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep yang diperoleh sebelumnya. Berbeda dengan pendekatan sistemik, penggunaan peta konsep pada pendekatan

Kekuatan Asam-Basa Sifat Periodisitas Unsur Ikatan Kimia Sifat Elektrolit Non-elektrolit Derajat Pengionan

(31)

18

pengorganisasian konsep cenderung linier dan hanya menghubungkan antar konsep yang ada dalam materi pembelajaran, yang disusun dari konsep umum ke khusus. Adapun perbedaan representasi peta konsep linier dan sistemik dapat dilihat pada Gambar 3.

(A) (B)

Gambar 3. Perbedaan representasi konsep sistemik (A) dan konsep linier (B) Menurut Fahmy (2014), pendekatan sistemik dalam pembelajaran kimia merupakan pembelajaran mengenai susunan konsep kimia melalui sistem berinteraksi sehingga setiap hubungan antar konsep kimia menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Hal ini tentu akan mempermudah peserta didik dalam memahami materi secara utuh sebagai ingatan jangka panjang, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Menurut Ausubel dalam Dahar (2006: 95), pembelajaran bermakna (meaningful learning) didefinisikan sebagai suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.

Pendekatan sistemik diimplementasikan dengan meminta peserta didik untuk membuat diagram siklis yang menggambarkan keterkaitan antar materi kimia. Hal ini tentu akan mendorong peserta didik untuk berpikir sistemik

(systemic thinking). Berpikir sistemik (systemic thinking) adalah sebuah cara

(32)

19

tersebut untuk kemudian mengetahui pola hubungan yang terdapat di dalamnya dengan mengkombinasikan dua kemampuan berpikir yaitu, kemampuan berpikir analitis (analytical thinking) dan berpikir sintesis (Hendrawati, 2012).

Aplikasi pendekatan sistemik dalam pembelajaran kimia selain mengingatkan peserta didik pada materi sebelumnya secara utuh, juga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran kimia yang sedang diajarkan. Jika peserta didik mempelajari dasar dari proses sistemik dalam konteks pembelajaran kimia, mereka akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus dengan mempelajari kimia dan belajar melihat semua subjek dalam suatu konteks yang lebih baik (Fahmy, 2013).

5. Berpikir Analitis

Berpikir analitis sesuai dengan prinsip belajar dari Gestalt bahwa belajar dimulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian, keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian begitu pula sebaliknya (Maghfiroh & Sugianto, 2011). Jonassen menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis (analytical

thinking) termasuk problem solving skills yang sangat dibutuhkan untuk

menyelesaikan masalah baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur (Priadi, Sudarisman, & Suparmi, 2012). Saat menyelesaikan masalah kimia, peserta didik diminta menggabungkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dan mengkonstruksi pengetahuan atau konsep barunya. Sehingga kemampuan berpikir analitis yang dikembangkan dapat membantu peserta didik meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oscarson & Oseberg (2010) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir, termasuk

(33)

20

kemampuan berpikir analitis berkorelasi signifikan terhadap prestasi kognitif peserta didik pada materi kimia.

Mengembangkan kemampuan berpikir analitis sangat penting dalam proses belajar siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan proses pembelajaran yang bermakna. Kemampuan berpikir analitis merupakan salah satu High Order

Thinking Skills (HOTS). Menurut Bloom, kemampuan menganalisis dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian:

1) menganalisis suatu unsur adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan dan menganalisis suatu unsur secara signifikan, yaitu menemukan ringkasan isi untuk membedakan fakta dan opini, persamaan dan perbedaan serta penyebab dan efek;

2) menganalisis hubungan yaitu kemampuan untuk menghubungan konsep dan alasan, yaitu membandingkan dan menganalisis atau informasi yang bertentangan atau tidak rasional;

3) menganalisis prinsip-prinsip organisasi adalah kemampuan untuk mencari prinsip-prinsip hubungan antar informasi, yaitu mengidentifikasi hal-hal kunci dengan memperhatikan relevansi cerita dan mampu merangkum informasi ke dalam satu konsep (Areesophonpichet, 2013).

Menurut Maghfiroh & Sugianto (2011), berpikir analitis peserta didik dapat dilatih pada keseluruhan rangkaian pembelajaran melalui kebiasaan bertanya dan menjawab pertanyaan, mengidentifikasi pola-pola, membuat prediksi, mengorganisasikan bagian-bagian sampai dengan belajar mengambil keputusan. Pemberian pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lembar kerja peserta

(34)

21

didik (LKPD) merupakan alternatif untuk melatih kemampuan berpikir analitis peserta didik lebih berkembang. Pada penelitian ini, indikator kemampuan berpikir analitis yang digunakan adalah indikator berpikir tingkat tinggi menurut Bloom. Menurut Anderson & Krathwohl indikator berpikir tingkat tinggi yaitu meliputi kemampuan menganalisis (analyze-C4), mengevaluasi (evaluate-C5), dan mencipta (create-C6) (Istiyono, Mardapi, & Suparno, 2014).

Meningkatnya kemampuan berpikir analitis menjadikan peserta didik dapat

berfikir secara menyeluruh mengenai konsep-konsep yang ada di dalam kimia, tanpa melupakan bagian-bagian kecil dari konsep yang sudah ia miliki sebelumnya. Selain itu, meningkatnya kemampuan berpikir analitis dapat membantu

peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam kimia dengan mudah. Menurut Ramos, Dolipas, & Villamor (2013), pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir tingkat tinggi, termasuk kemampuan berpikir analitis lebih mudah untuk diterima, sehingga siswa dengan pemahaman konseptual yang mendalam akan jauh lebih mungkin untuk menerapkan pengetahuan yang mereka punya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jika kemampuan memecahkan masalah siswa meningkat maka prestasi belajarnya juga akan meningkat.

6. Prestasi Belajar Kimia

Pembelajaran dikatakan baik, apabila peserta didik belajar dengan pengalaman langsung, ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta mendapatkan sebuah pengalaman dari proses pembelajaran tersebut salah satunya berupa prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar menurut Gagne & Briggs adalah

(35)

22

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik (learner’s

performance) (Suprihatiningrum, 2013: 37). Adapun prestasi belajar menurut

Sugihartono (2007: 130) merupakan hasil pengukuran yang berupa angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi peserta didik. Berdasarkan urain tersebut, prestasi belajar kimia dapat didefinisikan sebagai tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran kimia.

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran kimia. Hasil tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Prestasi belajar kimia peserta didik dapat diukur pada akhir kegiatan pembelajaran sebagai indikator ketercapaian tujuan pembelajaran kimia, yang didahului dengan mengukur kemampuan berpikir peserta didik melalui uji kepahaman atau pemberian soal-soal dalam bentuk lembar kerja sebagai pengukuran hasil belajar.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Fitriyana & Marfuatun (2016) yang berjudul ”Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Sistemik (Systemic

Approach) terhadap Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia

Peserta didik Kelas XI Semester II SMA N 1 Pengasih Tahun Ajaran 2015/2016”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik. Selain itu, kemampuan berpikir

(36)

23

analitis berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar kimia peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik.

Penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Parlin & Badiran (2013) yang berjudul ”Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Penerapan Strategi Pengorganisasian Peta Konsep (Concept Mapping)”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep dalam pembelajaran dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Tsurayya (2014) melakukan penelitian yang berjudul ”Perbandingan Penerapan Pendekatan Pembelajaran Sistemik dan Konvensional terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI Semester 2 SMAN 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran sistemik dan pendekatan konvensional jika pengetahuan awal peserta didik dikendalikan secara statistik.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan terdapat pada penelitian Fitriyana & Marfuatun (2016) serta Tsurayya (2014), yaitu pada pendekatan pembelajaran sistemik yang digunakan, pengukuran kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik. Perbedaan dengan ketiganya yaitu penggunaan pendekatan pengorganisasian konsep sebagai pembanding untuk mengukur kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik. Adapun persamaan dengan Parlin & Badiran terletak pada penggunaan peta konsep pada

(37)

24

kegiatan pembelajaran. Perbedaannya terletak pada pengukuran kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

Materi pelajaran kimia bukan merupakan materi yang terpisah secara mutlak, tetapi memiliki hubungan antara konsep satu sama lain. Oleh karena itu, memahami konsep-konsep yang ada dalam pelajaran kimia dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu melatih peserta didik untuk memahami konsep secara menyeluruh dan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik termasuk kemampuan berpikir analitis.

Kemampuan berpikir analitis peserta didik dapat dilatih melalui pembelajaran menggunakan bantuan visual berupa peta konsep. Hal ini dikarenakan pembelajaran kimia menggunakan peta konsep mengajarkan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka peroleh dari konsep yang bersifat umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus, sehingga peserta didik dapat memahami materi kimia secara global. Pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep dan pendekatan sistemik merupakan pendekatan yang menggunakan pemetaan konsep dalam proses pembelajarannya.

Pendekatan pengorganisasian konsep menerapkan penggunaan peta konsep linier dalam proses pembelajaran, dengan pengetahuan dikonstruksi oleh peserta didik sendiri. Pendekatan ini dapat membantu peserta didik mengorganisasikan suatu informasi atau konsep materi sebelum konsep tersebut dipelajari, sehingga kemampuan peserta didik dalam mengkonstruksi konsep materi menjadi lebih berkembang. Adapun pendekatan sistemik merupakan

(38)

25

pendekatan yang menggunakan susunan konsep-konsep dalam bentuk diagram siklis sehingga keterkaitan antar konsep tersebut akan menjadi lebih jelas dan lebih mudah untuk dipahami.

Kedua pendekatan di atas dapat menunjang proses pembelajaran bermakna. Melalui pembelajaran bermakna, informasi atau konsep baru dikaitkan dengan informasi yang telah dimiliki sehingga pengetahuan yang diperoleh akan menjadi ingatan jangka panjang yang kemudian dapat diaplikasikan dalam memecahkan permasalahan kimia. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis peserta didik terhadap suatu konsep abstrak kimia dan permasalahan yang ada didalamnya. Meningkatnya kemampuan berpikir analitis dapat memudahkan peserta didik menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam pelajaran kimia. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan kimia tentu akan meningkatkan prestasi belajar kimia di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan bermakna, yaitu pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui perbandingan penerapan pendekatan sistemik dengan pendekatan pengorganisasian konsep terhadap kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik di sekolah.

D. Hipotesis

(39)

26

1. Ada perbedaan kemampuan berpikir analitis peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Ada perbedaan prestasi belajar peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

3. Ada hubungan kemampuan berpikir analitis dengan prestasi belajar kimia peserta didik kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid Tahun Ajaran 2016/2017 setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan yaitu Quasi-Experimental dengan bentuk Posttest Only Control

Design. Menurut Sugiyono (2011: 114), desain ini terdiri dari dua kelompok yang

masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan sistemik, dan kelompok kontrol diberi perlakuan yang seimbang, yaitu dengan pendekatan pengorganisasian konsep. Paradigma penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Desain Penelitian Posttest Only Control Design

O1 dan O2 merupakan hasil pengukuran kemampuan berpikir analitis, sedangkan O3 & O4 merupakan hasil pengukuran prestasi belajar setelah diberi perlakuan dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

B. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Mungkid, Kabupaten Magelang.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu satu bulan yaitu dimulai bulan Oktober 2016 sampai Februari 2017.

R X O1, O3 R O2, O4

(41)

28 C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2003: 53). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI semester 2 SMA Negeri 1 Kota Mungkid tahun ajaran 2016/2017 untuk program IPA yang terdiri dari 3 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3 dengan jumlah total peserta didik sebanyak 97 anak.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat maupun karakteristik dengan populasi. Menurut Sukardi (2003: 54), sampel penelitian atau cuplikan merupakan sebagian dari jumlah populasi penelitian yang dipilih untuk sumber data. Pada penelitian ini, digunakan dua kelas sampel dari seluruh kelas XI IPA yang terdapat di SMAN 1 Kota Mungkid, yaitu satu kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pendekatan sistemik, dan satu kelas diberi perlakuan dengan pendekatan pengorganisasian konsep.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probabilitas (probability sampling), yaitu teknik cluster sampling. Menurut

(42)

29

Margono, Sudaryono, & Rahayu (2014: 127), teknik sampling ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Selain itu, teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti sangat luas.

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah satu kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan pendekatan pembelajaran sistemik dan satu kelas pembanding diberi perlakuan menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep. Selanjutnya, peserta didik kelas XI IPA 3 dipilih sebagai kelas pendekatan sistemik dan peserta didik kelas XI IPA 2 dipilih sebagai kelas pendekatan pengorganisasian konsep. Masing-masing kelas terdiri dari 32 peserta didik dan 34 peserta didik.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Margono, Sudaryono, & Rahayu, 2013: 23). Variabel bebas merupakan variabel yang dapat dipilih dan dimanipulasi secara sistematis serta mempunyai pengaruh terhadap variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pembelajaran dengan pendekatan pengorganisasian konsep.

(43)

30 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Margono, Sudaryono, & Rahayu, 2013: 23). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Perangkat Penelitian

Perangkat penelitian dibuat untuk membantu peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perangkat penelitian yang digunakan harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, serta pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Berikut perangkat penelitian yang digunakan: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan tujuan agar pembelajaran lebih terarah dan terstruktur sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Pada penelitian ini digunakan dua jenis RPP, yaitu RPP untuk kelas eksperimen yang kegiatan pembelajarannya menggunakan pendekatan sistemik dan RPP untuk kelas pembanding yang kegiatan pembelajarannya menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep. Masing-masing RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik atau LKPD berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik selama proses pembelajaran. LKPD yang digunakan

(44)

31

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik dan dapat digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini juga digunakan dua jenis LKPD, yaitu LKPD untuk kelas eksperimen yang disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran sistemik yang digunakan dan LKPD untuk kelas pembanding yang disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan pengorganisasian konsep. Setiap LKPD terlampir pada RPP pada setiap pertemuan dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi (2008: 90), instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan peneliti untuk mempermudah, memperlancar, dan membuat pengumpulan data menjadi lebih sistematis, sehingga tujuan penelitian lebih mudah dicapai. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu soal kemampuan berpikir analitis dan soal prestasi belajar kimia peserta didik. Masing-masing instrumen dibuat untuk mengetahui perubahan subjek setelah mendapatkan suatu perlakuan. Selain itu, instrumen penelitian yang digunakan perlu diketahui validitas dan reliabilitasnya. Berikut instrumen pada penelitian ini: a. Soal Kemampuan Berpikir Analitis

Soal kemampuan berpikir analitis pada penelitian ini berupa soal essay (uraian) tentang materi asam-basa yang dibuat sama untuk kedua kelas. Soal ini dikembangkan dari indikator kemampuan berpikir analitis (C4) pada taraf kognitif taksonomi Bloom (Areesophonpichet, 2013). Menurut Anderson & Krathwohl, indikator kemampuan berpikir analitis (C4) antara lain: memisahkan suatu bagian

(45)

32

konsep (differentiating), menganalisis hubungan antar konsep (organizing), menganalisis prinsip-prinsip organisasi konsep. Jika peserta didik mampu menganalisis suatu konsep dengan baik, maka peserta didik dapat dengan mudah merepresentasikan konsep atau informasi yang telah diperoleh dalam bentuk peta konsep, diagram, ataupun grafik.

Soal kemampuan berpikir analitis diberikan setelah kegiatan pembelajaran berakhir secara keseluruhan. Soal tersebut diberikan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan peserta didik berpikir analitis dalam menyelesaikan persoalan kimia yang berkaitan dengan materi larutan asam-basa. Sebelum diujikan, soal divalidasi terlebih dahulu secara logis melalui pertimbangan ahli materi. Validasi melalui pertimbangan, pendapat ahli, atau orang yang berpengalaman mencakup ahli metode penelitian, ahli konten, ahli bahasa (keterbacaan butir) seperti ini disebut juga validasi secara Expert Judgement. Menurut Widoyoko (2014: 176), validasi secara expert judgement dilakukan dengan cara instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu dan selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Salah satu kegunaan dari validasi secara expert judgement adalah untuk memastikan suatu soal berfungsi secara efektif dan benar.

Selain itu, validasi logis dilakukan melalui penyusunan soal yang didahului dengan merumuskan tujuan yang akan dievaluasi dan pembuatan kisi-kisi soal. Kisi-kisi-kisi soal kemampuan berpikir analitis kimia dapat dilihat pada Tabel 2. Soal kemampuan berpikir analitis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

(46)

33

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Analitis Kimia No.

Indikator Kemampuan Berpikir Analitis

Indikator Soal Bentuk Soal

No. Soal 1. Memisahkan suatu

bagian konsep

Menuliskan persamaan reaksi larutan asam-basa dan menggolongkannya berdasarkan teori asam-basa

uraian 1

2. Menganalisis suatu bagian konsep

Menuliskan persamaan reaksi dari suatu campuran dan menggolongkannya menjadi larutan asam atau basa berdasarkan struktur Lewis dan senyawanya

Uraian 2

3. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi konsep

Menentukan tingkat kekuatan asam-basa berdasarkan voltasenya.

Uraian 3

4. Menganalisis hubungan antar konsep

Menentukan pH suatu larutan berdasarkan data, menentukan perubahan warna indikator yang terjadi, serta menentukan pergeseran kesetimbangannya

Uraian 4

5. Menganalisis suatu bagian konsep

Menghitung konsentrasi H+, Ka, dan menentukan perubahan warna yang terjadi jika ditetesi dengan indikator asam-basa

Uraian 5

6. Menganalisis suatu bagian konsep.

Menghitung pH, persentase yang terionisasi, serta menentukan perubahan warna yang terjadi dalam larutan jika diuji dengan indikator asam-basa

Uraian 6*

Keterangan: tanda (*) menyatakan butir soal berpikir analitis yang gugur

Berdasarkan validasi soal kemampuan berpikir analitis secara expert

judgement, soal nomor 6 dinyatakan gugur atau tidak valid karena soal tersebut

merupakan soal C3, sedangkan soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir analitis adalah soal C4 sampai C6.

b. Soal Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik

Soal prestasi belajar digunakan untuk mengukur prestasi belajar kimia peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran larutan asam-basa secara

(47)

34

keseluruhan. Soal prestasi belajar pada penelitian ini berupa soal pilihan ganda atau objective-test dengan lima alternatif jawaban. Soal prestasi belajar kimia juga perlu divalidasi terlebih dahulu secara logis oleh validator ahli (dosen atau ahli materi) maupun empiris oleh peserta didik, untuk menentukan kelayakan soal sebelum diujikan kepada peserta didik.

Penyusunan soal prestasi belajar kimia peserta didik disesuaikan dengan indikator yang termuat dalam kisi-kisi soal yang akan diujikan. Oleh sebab itu, penyusunan soal perlu didahului dengan membuat kisi-kisi yang memperhatikan sebaran tingkat kognitifnya. Tingkat kognitif menurut taksonomi Bloom ada 6, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mensintesis (C5), dan mengevaluasi(C6) (Brierton, 2016). Kisi-kisi soal prestasi belajar peserta didik pada materi asam-basa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kisi-kisi soal prestasi belajar kimia materi larutan asam-basa

Materi Aspek Kognitif Jumlah

C1 C2 C3 C4,5,6 Awal Valid Teori asam-basa 1*,2*,3*, 4,30 5,6,7,8 9* 10 6 Sifat larutan 14 31,32,34 15 33* 6 5 Konsep pH 19,24,36 18*,20,22, 23, 28 21, 25* 10 8 Kekuatan asam basa 26,35,40 ,41 11,17, 10*,12*,27, 37*,39,46* 29*,38*, 47* 15 8 Indikator asam basa 43* 44,45* 13,49 16,42, 48*,50 9 6 Jumlah awal 11 14 15 10 50 33 Jumlah valid 7 13 9 4 *

) butir soal tidak valid

Soal prestasi belajar diujikan setelah peserta didik mendapat soal kemampuan berpikir analitis. Soal objektif ini dibuat sebanyak 50 butir soal dan divalidasi secara empiris dengan mengujikan soal tersebut kepada 55 peserta

(48)

35

didik, yaitu sebanyak 31 peserta didik kelas XI IPA 1 SMAN 1 Kota Mungkid dan 24 peserta didik kelas XI IPA 3 SMAN 1 Ngaglik. Penskorannya menggunakan penskoran dikotomi asli, dimana jawaban benar mendapat skor satu (1) dan jawaban salah mendapat skor nol (0). Kemudian butir soal prestasi belajar dianalisis menggunakan rumus korelasi point biserial untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, data variabel pertama berupa dikotomi asli dan data variabel kedua berupa data interval.

Rumus korelasi point biserial:

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = 𝑀𝑝− 𝑀𝑡

𝑆𝐵 √

𝑝 𝑞

rpbis : korelasi point biserial

Mp : rerata skor dari subjrk yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya

Mt : rerata skor total

SB : simpangan baku dari skor total p : proporsi yang menjawab benar q : proporsi yang menjawab salah (1-p)

Oleh karena jumlah peserta didik yang dijadikan subjek sebanyak 55 anak, maka harga rtabel yang digunakan untuk menentukan butir soal yang valid adalah 0,266 pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar dari 0,266. Data uji validitas butir soal prestasi belajar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

(49)

36

Hasil validasi soal prestasi belajar kimia peserta didik menunjukkkan bahwa dari 50 butir soal yang diujikan, diperoleh butir sebanyak 33 butir soal valid. Dengan demikian, soal prestasi belajar kimia yang dapat diujikan pada kelas sampel sebanyak 30 butir soal sesuai hasil uji validitas. Soal prestasi belajar kimia peserta didik setelah validasi dan kunci jawaban dapat dilihat pada Lampiran 7.

Selain uji validitas, soal prestasi belajar kimia peserta didik juga perlu diketahui reliabilitasnya. Instrumen dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau konsisten bila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2014: 188). Menurut Sudaryono (2013: 120), suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya atau reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran pada subjek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam siri subjek memang belum berubah. Reliabilitas soal diperoleh menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:

𝑟11 = 𝑘 𝑘−1[ 𝑆𝐵2−∑ 𝑝𝑞 𝑆𝐵2 ] Keterangan : r11 : reliabilitas soal k : banyaknya butir soal

SB : simpangan baku dari skor awal p : proporsi jawaban benar

q : proporsi jawaban salah

Menurut Sugiyono (2010: 257), kriteria koefisien reliabilitas yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut:

(50)

37 0,000-0,199 : sangat rendah 0,200-0,399 : rendah 0,400-0,599 : sedang 0,600-0,799 : kuat 0,800-1,000 : sangat kuat

Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan rumus KR-20, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen prestasi belajar kimia sebesar 0,8710. Hasil ini menunjukkan bahwa soal prestasi belajar kimia peserta didik memiliki koefisien reliabilitas sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas soal prestasi belajar kimia peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 6.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua, yaitu kemampuan berpikir analitis dan Pada penelitian ini, teknik ujian atau tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik setelah mendapatkan perlakuan.

Tes sebagai instrumen pengumpulan data merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Secara umum, tes atau ujian diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu (Sudaryono, 2013: 40). Pengumpulan data dilakukan setelah akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik untuk kelas ekperimen dan pendekatan pengorganisasian konsep untuk kelas

(51)

38

pembanding pada materi asam-basa. Diagram alur kerja penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Alur Penelitian F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian berkaitan dengan desain penelitian yang dilakukan. Teknik analisis statistika parametris pada penelitian komparatif memiliki syarat data sampel homogen dan berdistribusi normal. Berbeda dengan

Pengetahuan Awal

Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Pembanding

Pembelajaran dengan Pendekatan Sistemik Pendekatan Pengorganisasian Konsep

Data Tes Berpikir Analitis Populasi penelitian

Data Tes Prestasi Belajar Kimia

(52)

39

statistik parametris, satatistik non-parametris pada penelitian komparatif tidak melibatkan parameter-parameter distribusi seperti normalitas dan homogenitas. Oleh karena itu, sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas untuk menentukan analisis lanjut yang akan digunakan untuk uji hipotesis.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis uji normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Hipotesis nol (H0) pada uji normalitas diterima jika –ztabel < zhitung < ztabel dan phitung>0,05 pada taraf signifikansi 5% (α=0,05). Normalitas data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam program IBM SPSS 21. Ringkasan hasil uji normalitas ditunjukkan seperti pada Tabel 4.

(53)

40

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Variabel Kelas zhitung P Db Status Kemampuan

Berpikir Analitis

Pendekatan Sistemik 0,249 0,000 32 Tidak normal Pendekatan

Pengorganisasian konsep 0,089 0,200 34 Normal Prestasi

Belajar

Pendekatan Sistemik 0,184 0,007 32 Tidak normal Pendekatan

Pengorganisasian konsep 0,137 0.105 34 Normal Hasil uji normalitas pada Tabel 4 menunjukkan bahwa data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas sistemik tidak berdistribusi normal. Adapun data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas pengorganisasian konsep berdistribusi normal. Hasil uji normalitas secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel yang digunakan berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Hipotesis uji homogenitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi yang homogen Ha : sampel tidak berasal dari populasi yang homogen

Hipotesis nol (H0) pada uji homogenitas diterima jika Fhitung < Ftabel dan phitung > 0,05 pada taraf signifikansi 5% (α=0,05). Homogenitas data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik dianalisis menggunakan uji Levene dalam program IBM SPSS 21. Ringkasan hasil uji homogenitas ditunjukkan seperti pada Tabel 5.

(54)

41

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

Variabel Fhitung p db1 db2 Status Kemampuan

Berpikir Analitis 1,083 0,302 1 64 Homogen Prestasi Belajar

Kimia 2,260 0,138 1 64 Homogen

Hasil uji homogenitas pada Tabel 5 menunjukkan bahwa data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik berasal dari populasi yang homogen. Hipotesis nol kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik diterima dengan nilai phitung>0,05. Hasil uji homogenitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.

Analisis lanjut statistik parametrik tidak dapat dilakukan karena terdapat data yang tidak berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis menggunakan statistik nonparametrik.

3. Uji Hipotesis

Menurut Sriwidadi (2011), tidak semua data statistik bisa diolah menggunakan metode parametrik, baik hal itu disebabkan jumlah data yang minim, distribusi data yang tidak normal, jenis data ataupun sebab lainnya. Pada penelitian ini, uji hipotesis menggunakan analisis statistika non-parametris. Secara umum, analisis statistika non-parametris digunakan jika data penelitian tidak berdistribusi normal. Analisis statistika non-parametris yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Mann-Whitney dan uji Korelasi Kendall’s Tau.

a. Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney atau uji U merupakan analisis non-parametris dua sampel tidak berhubungan atau two independent samples, artinya pengukuran

Gambar

Tabel 1. Asimilasi Pelajaran Menggunakan Pendekatan Pengorganisasian  Konsep (Sumber: Arifin, 2005: 68)
Gambar 1. Contoh peta konsep materi kimia (Sumber: Osman, Wahidin, &amp;
Gambar 2. Contoh diagram siklis pada materi asam-basa
Gambar 3. Perbedaan representasi konsep sistemik (A) dan konsep linier (B)  Menurut  Fahmy  (2014),  pendekatan  sistemik  dalam  pembelajaran  kimia  merupakan  pembelajaran  mengenai  susunan  konsep  kimia  melalui  sistem  berinteraksi sehingga setiap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rekapitulasi pengamatan dari tujuh kali panen terhadap buah yang busuk akibat penyakit antraknos yang serangannya paling rendah yaitu perlakuan varietas

Pada tahap ini kelompok menyimpulkan upaya pemecahan tentang Penyebab Pada tahap ini kelompok menyimpulkan upaya pemecahan tentang Penyebab Lama Waktu Tunggu Pasien Rawat Jalan

Adanya perbedaan kadar sakarosa pada gula semut yang dihasilkan koperasi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil petani disebabkan, pada Koperasi dilakukan pengolahan lanjut dalam

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang

Pengaruh Kompensasi Finansial, Promosi Jabatan dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Parigata Resort and SPA Sanur-Bali. E-Jurnal Manajemen

Panjang akar tembus lilin (PATel) galur turunan SK dan SN tidak ada yang melebihi genotipe Cabacu, baik pada tanah Oksisol maupun Ultisol (Tabel 3), namun ada beberapa galur

Oleh karena itu,usaha yang perlu dilakukan PT Karunia Alam Segar untuk menurunkan cacat (defect ) pada proses produksi packing noodle adalah melakukan kontrol

Tabel 4.2.3 Banyaknya Penempatan Tenaga Kerja Baru di Perusahaan Menurut Sektor Lapangan Kerja yang Terdaftar di Dinsosnaker Kota Jambi Tahun 2013.. Table 4.2.3