• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas yang Mendapat Model TSTS dengan Srategi REACT

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Pelaksanaan Penelitian

4.1.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas yang Mendapat Model TSTS dengan Srategi REACT

Pada kelas eksperimen yaitu kelas VII E, pembelajaran menggunakan model TSTS dengan strategi REACT. Model tersebut dapat membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sebab mereka diharuskan bekerja secara kelompok untuk mendiskusikan materi dan menyelesaikan suatu masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang ilmu lain. Dalam pembelajaram menggunakan model TSTS dengan strategi REACT, setiap kelompok diberi LKS yang dapat membantu siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan melatih kemampuan siswa untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan bidang ilmu lain.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas yang mendapat model TSTS dengan strategi REACT meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, proses pembelajaran diawali dengan pemberian salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, mengecek pengetahuan prasyarat yang harus

dimiliki siswa sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya, dan menjelaskan alur aktivitas dari model pembelajaran yang digunakan.

Pada kegiatan inti, terbagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap presentasi guru, (3) tahap kegiatan kelompok, dan (4) tahap formalisasi. Pada tahap pertama yaitu tahap persiapan, guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Pada tahap kedua yaitu tahap presentasi guru, guru menggunakan aspek relating untuk mengenalkan dan menjelaskan secara singkat materi dengan cara mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, serta mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk mendorong siswa menemukan konsep, teori atau pemahaman yang lebih bermakna. Tahap ini sesuai dengan indikator dari kemampuan koneksi matematis yaitu siswa mampu menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan siswa mampu menggunakan koneksi antar topik matematika.

Pada tahap ketiga yaitu tahap kegiatan kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setiap kelompok harus berdiskusi untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang tertera pada LKS. Pada LKS terdapat aspek experiencing yang disajikan dalam bentuk aktivitas penemuan konsep. Selain itu, pada LKS juga terdapat aspek applying dan transferring yang disajikan dalam bentuk latihan soal. Siswa mulai mencermati dan menjawab pertanyaan yang diajukan dalam LKS. Tahap ini sesuai dengan indikator dari kemampuan koneksi matematis yaitu siswa mampu mencari koneksi dari satu prosedur ke

prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang ilmu lain. Ketika mengerjakan LKS, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan data/informasi sebanyak-banyaknya dengan membaca literatur, buku, dan lain-lain. Guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah selesai mengerjakan LKS, dua dari empat anggota masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara anggota lain yang tetap tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, setelah memperoleh informasi dari anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing untuk melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Diharapkan dalam tahap ini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa melalui kegiatan kelompok karena pada tahap ini sesuai dengan indikator motivasi belajar yaitu sikap positif siswa di kelas dan keterlibatan kognitif dalam strategi pembelajaran.

Pada tahap keempat yaitu tahap formalisasi, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya, kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi dan menyempurnakan apa yang telah dipresentasikan. Guru memberikan konfirmasi dari hasil jawaban siswa. Setelah presentasi di depan kelas selesai, guru meminta semua siswa untuk kembali ke tempat duduk semula lalu guru memberikan KUIS untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kemudian

guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik dengan tepuk tangan dan memberikan tambahan poin pada buku keaktifan. Pada tahap ini sesuai dengan indikator motivasi belajar yaitu keyakinan (kepercayaan diri) yang dapat terlihat pada saat siswa mempresentasikan hasil kerja di depan kelas. Selain itu, indikator motivasi belajar yang lain seperti sikap positif siswa juga dapat terlihat pada saat siswa menanggapi jawaban dari kelompok yang presentasi di depan kelas serta pemberian penghargaan yang dilakukan oleh guru kepada kelompok terbaik dengan tujuan agar siswa lain dapat termotivasi untuk lebih kompak dalam kegiatan belajar kelompok.

Pada kegiatan penutup dalam pembelajaran, guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dikaji, kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, lalu guru memberikan PR yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu, guru menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah.

Pada pertemuan I yang dilaksanakan tanggal 20 Agustus 2015, Sub materi pembelajarannya adalah pengertian dari pernyataan, kalimat terbuka, dan PLSV. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan pertama dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. RPP pertemuan pertama dapat dilihat pada Lampiran 10. Kendala yang dihadapi guru adalah pada saat penyusunan kelompok. Banyak siswa yang protes dengan pembagian kelompok yang dilakukan guru, sehingga kelas menjadi tidak kondusif. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberi pengertian pada siswa sehingga mereka

menerima kelompoknya masing-masing. Pada pertemuan pertama ini siswa masih kesulitan dalam mengisi LKS sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk siswa menyelesaikan LKS. Hal ini dikarenakan isian pada LKS pertemuan I terdiri dari tiga sub materi dan berorientasi pada penemuan konsep yang jarang dilakukan oleh siswa. Pada pertemuan I ini, siswa agak kesulitan dalam mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur saat menjawab pertanyaan dan mengisi kalimat rumpang yang ada pada LKS karena siswa lupa dengan beberapa konsep matematika yang pernah dipelajarinya waktu duduk di bangku Sekolah Dasar. Selain itu, siswa juga kesulitan menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari saat mengerjakan soal cerita yang ada pada LKS. Hal tersebut dikarenakan siswa masih bingung mengubah permasalahan dari soal cerita menjadi bentuk model matematika. Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan dorongan pada siswa untuk benar-benar memahami masalahnya dahulu dan membiasakan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta memberikan bimbingan dalam menyusun suatu model matematika. Pada aspek motivasi belajar, kegiatan yang perlu ditingkatkan adalah mengerjakan kuis individu dengan jujur karena masih ada siswa yang mencontek saat mengerjakan kuis individu. Selain itu, memberikan pendapat saat diskusi kelompok juga perlu ditingkatkan karena masih ada siswa yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan LKS.

Pada pertemuan II yang dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2015, Sub materi pembelajarannya adalah persamaan-persamaan yang ekuivalen. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan kedua dengan

alokasi waktu 2 x 40 menit. RPP pertemuan kedua dapat dilihat pada Lampiran 11. Pada RPP pertemuan kedua terdapat perbaikan dari RPP pertemuan pertama. Pada tahap presentasi guru, sebelum guru mengkaji materi tentang persamaan ekuivalen melalui serangkaian pertanyaan, guru terlebih dahulu mengingatkan kembali kepada siswa tentang konsep operasi aljabar dan memberikan contoh soal tentang operasi aljabar, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih mudah menghubungkan berbagai representasi konsep operasi aljabar dengan konsep PLSV. Waktu pengisian LKS pada pertemuan kedua ini lebih singkat daripada pertemuan pertama dikarenakan materi yang diajarkan hanya satu subbab saja. Pada saat mengerjakan LKS, siswa lebih mudah dalam mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur. Hal tersebut dapat terlihat karena mereka berhasil menjawab pertanyaan dan mengisi kalimat rumpang yang ada pada LKS dengan benar. Selain itu, dalam meyelesaikan suatu soal cerita, siswa sudah membiasakan diri untuk menuliskan hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan terlebih dahulu agar dapat mengubah permasalahan menjadi model matematika bentuk PLSV dengan mudah. Namun, siswa mengalami kesulitan untuk mencari koneksi dari satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen. Hal tersebut dikarenakan siswa masih bingung untuk menentukan operasi manakah yang harus diberikan pada kedua ruas dari suatu PLSV. Pada aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif memberikan saran atau pendapat kepada temannya dalam mengerjakan LKS dibanding pertemuan pertama. Selain itu, pada pertemuan kedua ini, guru memberikan sanksi kepada siswa yang ketahuan mencontek saat mengerjakan kuis individu

sehingga di pertemuan kedua ini siswa lebih jujur dalam mengerjakan kuis individu.

Pada pertemuan III yang dilaksanakan tanggal 27 Agustus 2015, Sub materi pembelajarannya adalah cara menentukan penyelesian PLSV. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan ketiga dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. RPP pertemuan ketiga dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada RPP pertemuan ketiga ini terdapat perbaikan dari RPP pertemuan pertama dan kedua. Agar siswa tidak bingung lagi menentukan operasi manakah yang harus diberikan pada kedua ruas dari suatu PLSV untuk mencari penyelesaiannya, maka guru memberikan bimbingan pada siswa dengan memberikan petunjuk yang dituliskan di papan tulis. Pada pertemuan ketiga ini siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa sudah mampu menggunaan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari serta mampu mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur. Pada aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif memberikan saran atau pendapat kepada temannya dalam mengerjakan LKS dibanding pertemuan pertama dan kedua. Selain itu, siswa lebih disiplin dan jujur dalam mengerjakan kuis individu.

Pada pertemuan IV yang dilaksanakan tanggal 31 Agustus 2015, Sub materi pembelajarannya adalah cara menentukan penyelesian PLSV bentuk pecahan. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan keempat dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. RPP pertemuan keempat dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada pertemuan keempat ini siswa sudah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa sudah mampu mencari koneksi dari satu

prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen dalam proses menentukan penyelesaian PLSV bentuk pecahan. Selain itu, dengan membiasakan diri menuliskan hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan dari soal, siswa dapat dengan mudah menggunakan koneksi antar topik matematika. Hal tersebut dapat terlihat saat siswa berhasil mengerjakan kuis individu. Pada kuis tersebut, siswa diajak untuk mengkoneksikan materi PLSV dengan materi geometri. Pada aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif memberikan saran atau pendapat kepada temannya dalam mengerjakan LKS dibanding pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain itu, siswa lebih kondusif dan jujur dalam mengerjakan kuis individu.

Meskipun pembelajaran telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya namun masih ada beberapa kekurangan yang terjadi selama penelitian. Diantaranya sebagai berikut

(1) Kegiatan pembelajaran menggunakan model TSTS dengan strategi REACT membutuhkan waktu yang lama karena mendorong kemampuan koneksi matematis siswa yang maksimal. Jarangnya siswa diasah untuk menyelesaikan soal non rutin menyebabkan mereka lambat dalam bekerja sehingga pembelajaran cenderung kekurangan waktu.

(2) Kondisi siswa yang lupa dengan konsep-konsep matematika yang telah lalu membuat guru harus mengulang beberapa konsep tersebut.

(3) Pada saat pembelajaran berlangsung, ada anggota kelompok siswa yang masih kurang aktif dalam mengerjakan LKS.

(4) Pada saat bertamu ke kelompok lain, ada beberapa siswa yang tidak serius menjalankan tugasnya dan menyebabkan kegaduhan.

Beberapa upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi beberapa kekurangan itu adalah sebagi berikut

(1) Agar siswa tidak lambat bekerja, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami kesulitan untuk bertanya. Selain itu, guru juga berkeliling untuk membimbing kelompok yang sedang mengalami kesulitan.

(2) Agar siswa ingat kembali dengan konsep-konsep yang telah lalu, guru menjelaskan kembali konsep-konsep tersebut dan meminta siswa untuk membuka kembali buku matematika tingkat Sekolah Dasar.

(3) Agar semua siswa dapat aktif dalam mengerjakan LKS, guru berkeliling dan memotivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat dalam kegiatan belajar kelompok.

(4) Agar tidak terjadi kegaduhan, guru berkeliling dan berusaha mengkondisikan siswa untuk tenang dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Selain kekurangan, peneliti juga menemukan beberapa kelebihan dari penerapan model pembelajaran TSTS dengan strategi REACT yaitu sebagai berikut

(1) Dengan adanya aspek relating pada strategi REACT, siswa dapat menyadari bahwa ada keterkaitan antara materi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan materi yang sedang dipelajari.

(2) Dengan adanya aspek experiencing pada strategi REACT, siswa dapat dilatih untuk belajar mandiri dalam menemukan konsep.

(3) Dengan adanya aspek cooperating pada strategi REACT, siswa dapat meningkatkan motivasi belajar, sikap untuk saling menghargai,

bertanggungjawab dalam menjalankan tugas, dan melatih kemampuan berkomunikasi yang baik.

(4) Dengan adanya aspek applying pada strategi REACT, siswa dapat menyadari bahwa ilmu matematika sangat penting peranannya dalam kehidupan sehari-hari.

(5) Dengan adanya aspek transferring pada strategi REACT, siswa dapat menyadari bahwa ilmu matematika bermanfaat untuk menyelesaikan persoalan yang ada pada bidang ilmu lain.

4.1.3.4 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas yang Mendapat Model

Dokumen terkait