• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.3 Strategi Pembelajaran REACT

2.1.3.2 Tujuan Strategi Pembelajaran REACT

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih strategi yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Tujuan dari strategi REACT dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5 Tujuan Strategi REACT

Aspek REACT Tujuan

Relating (1) Siswa dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi sebelumnya dan dengan kehidupan sehari-hari (2) Siswa dapat menyadari betapa pentingnya suatu konsep

matematika bagi keseharian mereka sehingga mereka dapat menjadi antusias dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Experiencing Siswa dapat bereksplorasi dan menjadi lebih kreatif dalam menemukan konsep dan memecahkan suatu permasalahan. Applying Siswa dapat menerapkan materi yang sedang dipelajari untuk

memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Cooperating (1) Siswa dapat mengembangkan sikap positif seperti saling menghargai, tanggung jawab, dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat.

(2) Melatih kemampuan berkomunikasi yang baik.

Transferring Siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang sudah dipelajarinya ke dalam bidang ilmu lain sehingga siswa dapat

memperluas pengetahuannya.

2.1.4 Model Pembelajaran TSTS dengan Strategi REACT

Model pembelajaran TSTS dengan strategi REACT dalam penelitian ini adalah model TSTS yang dipadukan dengan strategi REACT dimana kelima aspek yang terdapat pada strategi REACT meliputi relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring disisipkan pada langkah-langkah pelaksanaan model TSTS sehingga menghasilkan langkah-langkah pelaksanaan yang dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran TSTS dengan Strategi REACT

Tahap-tahap TSTS

Aspek

REACT Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa Persiapan Cooperating Guru membagi siswa dalam

satu kelas menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 3-4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa.

Siswa mengkondisikan diri untuk bergabung dengan kelompoknya sesuai pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru.

Presentasi Guru

Relating Guru mengenalkan dan menjelaskan materi secara singkat sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Dalam mengkaji materi, guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya.

Siswa mencari ide-ide matematika yang berhubungan dengan materi yang sedang

dipelajari, serta memahami bagaimana ide-ide tersebut bisa saling terkoneksi.

Kegiatan Kelompok Experiencing , Applying, Relating, Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dengan tujuan

Siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk mengerjakan LKS dimana

Transferring, Cooperating

untuk melatih siswa mengkonstruk

pemahamannya sendiri.

pada LKS tersebut terdapat

aspek relating,

experiencing, applying, dan transferring yang sudah disusun sedemikian rupa.

Guru mengawasi jalannya diskusi dan membimbing kelompok yang sedang kesulitan.

Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.

Guru meminta dua dari empat anggota

masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sedangkan sisanya diminta tetap tinggal dalam kelompok untuk membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

Siswa sebagai tamu berkunjung ke kelompok lain untuk mencari informasi dan memahami keterkaitan antara informasi yang dimiliki kelompoknya dengan informasi yang dimiliki kelompok lain. Sedangkan siswa sebagai tuan rumah menjelaskan informasi kepada tamu yang datang. Guru meminta tamu kembali

ke kelompoknya semula untuk menyampaikan temuan dan mencocokan hasil kerja

Siswa sebagai tamu kembali ke kelompoknya semula. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk dapat memahami keterkaitan antara

informasi yang diperoleh dengan permasalahan yang ada pada LKS, serta mempertimbangkan jawaban manakah yang paling tepat.

Formalisasi Salah satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerja. Sedangkan kelompok yang lain menyimak, menanggapi, menyanggah, dan memberi

saran terhadap hasil kerja yang dipresentasikan kelompok yang maju. Guru memberikan kuis

individu kepada siswa untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman mereka.

Siswa mencari keterkaitan antar ide-ide matematika yang berhubungan dengan permasalahan yang ada pada soal kuis dan berusaha menggunakan ide-ide matematika

tersebut untuk

memecahkan permasalahan itu secara tepat.

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

Siswa memberi tepuk tangan dan mebgucapkan selamat kepada kelompok yang memperoleh

penghargaan. 2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional Dengan Metode Ceramah, Tanya

Jawab, Dan Diskusi

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari. Dalam penelitian ini, model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru matematika kelas VII SMP N 13 Semarang yaitu pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Sintaks model pembelajaran konvensionalnya adalah

(1) guru menyampaikan materi secara lisan dan tertulis,

(2) guru mengadakan tanya jawab kepada siswa untuk mengkaji materi, (3) guru memberikan beberapa contoh soal ,

(4) guru memberikan tugas/latihan soal-soal kepada siswa, (5) guru dan siswa bersama-sama membahas tugas/latihan soal,

(6) pemberian evaluasi berupa kuis. 2.1.6 Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan koneksi matematis menurut Ruspiani sebagaimana dikutip oleh Permana & Sumarmo (2007: 117) adalah kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep-konsep dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya. Selanjutnya menurut Mousley (2004: 377), ada tiga interpretasi yang paling umum dari kemampuan koneksi matematis, yaitu (1) hubungan antara informasi baru dan pemahaman yang sudah dimiliki, (2) hubungan antara ide-ide matematika dan representasi yang berbeda, dan (3) hubungan antara konsep matematika dengan konteks kehidupan nyata.

Menurut NCTM dalam Linto et al (2012: 83) koneksi matematika terbagi ke dalam tiga aspek kelompok koneksi yang akan menjadi indikator kemampuan koneksi matematika, yaitu: 1) Aspek koneksi antar topik matematika, 2) Aspek koneksi dengan ilmu lain, 3) Aspek koneksi dengan dunia nyata siswa/ koneksi dengan kehidupan sehari-hari.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil indikator kemampuan koneksi matematis yang dikemukakan oleh Sumarmo (2006: 4) yaitu sebagai berikut (1) Mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; (2) Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; (3) Memahami representasi ekuivalen konsep atau prosedur yang sama;

(4) Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen;

(5) Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topik matematika dengan topik lain.

2.1.7 Motivasi Belajar

Menurut Slavin sebagaimana dikutip oleh Rifa’i & Anni (2011: 159), motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus – menerus. Menurut Lee (2010: 57), motivasi belajar adalah proses psikologi internal yang menyebabkan seseorang untuk memahami suatu objek dalam aktivitas pembelajaran, dan secara spontan mempertahankan aktivitas tersebut. Dengan kata lain, motivasi belajar merupakan suatu gerakan yang ada pada dalam diri seseorang untuk memahami suatu objek selama aktivitas pembelajaran berlangsung, memberi energi untuk melakukan aktivitas pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti mengambil indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Meece (2001: 72), yaitu sebagai berikut.

(1) Perceived competence / confidence (keyakinan)

Siswa dapat melaporkan tanggapan mereka tentang kemampuan kompetensi akademik mereka. Harter, Whitesall, dan Kowalski dalam Meece (2001: 72) mengembangkan skala untuk anak-anak dengan menanyakan beberapa pertanyaan tentang seberapa baik mereka memahami tugas sekolah, seberapa mudah bagi mereka mengerjakan tugas, seberapa pintar mereka merasa, dan seberapa baik yang mereka lakukan di sekolah.

Item ini menilai seberapa baik siswa menyukai atau tidak menyukai sesuatu yang ada selama proses pembelajaran di kelas.

(3) Cognitive engagement in learning strategies (keterlibatan kognitif dalam strategi pembelajaran)

Ukuran lain yang berkaitan dengan motivasi belajar adalah bagaimana tindakan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Item ini dapat menilai tingkat kemampuan kognitif siswa dalam mengatur pembelajaran mereka. 2.1.8 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berfungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS juga merupakan sebuah media pembelajaran karena dapat digunakan secara bersama-sama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain (Widjayanti, 2008: 1).

Fungsi LKS menurut Widjayanti (2008: 2) adalah sebagai berikut.

(1) Untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar;

(2) Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik;

(3) Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar;

(4) Dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun lebih baik, sistematis, dan menarik;

(5) Dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu.

Struktur LKS menurut Depdiknas (2008: 26) adalah sebagai berikut. (1) Judul,

(2) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa), (3) Kompetensi yang akan dicapai, (4) Informasi pendukung,

(5) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, (6) Penilaian.

Dokumen terkait