• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran Model Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Prestasi Belajar

LAPORAN HASIL PENELITIAN

B. Temuan Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran Model Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Setelah mengadakan pencatatan dokumen, pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian dari bulan April 2011 sampai dengan mei 2011 peneliti telah memperoleh data dan temuan-temuan yang relevansinya dengan pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri meliputi (1) Pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri, (2) Struktur kurikulum pendidikan khusus, (3) Bentuk proses belajar mengajar, (4) jenis dan peran materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar,

commit to user

cviii

(5) Peran guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, (6) Prestasi siswa SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi.

a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Di SMP Negeri 4 Wonogiri Tahap pelaksanaan model pembelajaran inklusi khusus tunanetra dimulai dari proses sosialisai di SMP di Tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri dan Provinsi Jawa Tengah. Kemudian di tingkat sekolah oleh semua guru inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri dilanjutkan dengan pembentukan proposal penyusunan kurikulum satuan pendidikan khusus inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri. hal ini juga berdasarkan kepada wawancara dengan wakil kepala sekolah inklusi Bidang Kurikulum:

“….Ya, model modifikasi bahan ajar digunakan khusus untuk anak berkebutuhan khusus tunanetra, yang mana untuk memudahkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Model modifikasi ini adalah bahan ajar yang menggunakan prinsip media dengan cara diraba dan di sentuh oleh peserta didik supaya dapat memudahkan penangkapan dalam proses pembelajaran”. (CL. 03)

Deskripsi tentang landasan hukum, tujuan, prinsip pengembangan, prinsip pelaksanaan, acuan model pembelajaran inklusi dijelaskan berdasarkan kurikulum pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri.

1) Landasan Hukum a) UUD 1945 pasal 31:

(a) Setiap warga Negara berhak untuk memperoleh pendidikan.

(b) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

commit to user

cix

c) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional.

Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Than Yang Maha Esa, berahklak mulya, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

d) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan.

e) Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.66/MN/2003.20 Januari 2003 perihal Pendidikan Inklusi: menyelenggarakan dan mengembangkan di setiap kabupaten sekurang-kurangnya 4 sekolah: SD, SMP, SMA dan SMK.

f) Deklarasi Nasional Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif 8-14 Agustus 2004 di Bandung.

2) Tujun :

a) Secara teoritis penyusunan buku model-model pengembangan/modifikasi bahan ajar pendidikan inklusif ini bertujuan memberikan kerangka acuan untuk dijasikan rujukan menentukan bahan ajar yang lebih sesuai dengan layanan pendidikan inklusif.

b) Secara praktis penyusunan buku model-model pengembangan/modifikasi bahan ajar pendidikan inklusif bertujuan untuk memberi model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi kepada guru, pelaksana pendidikan di lapangan mengingat selama ini bahan ajar yang bersumber dari kurikulum

commit to user

cx

dipersiapkan untuk sekolah regular belum dirumuskan secara khusus peruntukannya bagi anak yang berkebutuhan khusus.

Menurut para guru, tujuan model modifikasi bahan ajar yang diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi adalah agar siswa mau dan mampu menerima materi dalam kondisi belajar yang berbeda latar belakang fisik, social, intelektual,emosional maupun sensoris, yang terjadi dalam kegiatan dilingkungan sekolah,maupun dalam kelompok belajar tutor sebaya. Kemauan dan kemampuan tersebut tercermin dalam mengemukakan pendapat dengan penuh percaya diri tanpa rasa takut maupun minder atau rendah diri. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang guru bidang stadi:

“Dengan model pembelajaran modifikasi bahan ajar siswa lebih berani menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri baik sambil duduk maupun didalam kelas maupun diluar sekolah karena terbiasa bekerja sama dan belajar bersama antara siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus” (CL.05)

Dalam kaitanya dengan pembelajaran model modifikasi bahan ajar, kepala sekolah , memberikan keterangan sebagai berikut:

“Ya karena disini siswa inklusi sangat heterogen tingkat perbedaannya maka dengan memberi media yang berbeda dalam pembelajaran di kelas maka siswa menganggap dirinya tidak merasa dibedakan dengan teman-teman regular”( CL.01)

3) Prinsip Pengembangan Kurikulum.

Model Modefikasi Bahan Ajar pendidikan inklusi SMP negeri 4 Wonogiri di kembangkan sekolah dan komite sekolah berpedoman pada SI (Standart Isi) dan SKL (Standar kelulusan), panduan penyusunan kurikulum yang dibuat BSNP

commit to user

cxi

di bawah koordinasi Dinas pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan model modifikasi Bahan Ajar pendidikan inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri, pengembangan model pembelajaran didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang maha Esa.

b) Beragam dan Terpadu.

Kurikulum dikembangkan dengan memperlihatkan karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adai istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.

c) Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

commit to user

cxii d) Relevan dengan kebutuhan hidup.

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevebsi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

e) Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajiakn secara berkesinambungan antara jenjang pendidikan.

f) Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum.

Berdasarkan model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri, pelaksanaan model pembelajaran mengunakan prinsip-prinsip;

a) Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi didrinya.peserta didik akan diberi pelayanan pendidikan yang bermutu kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.

commit to user

cxiii

b) Dengan menegakkan kelima pilar belajar,yaitu:

(a) Belajar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (b) Belajar untuk mampu memahami dan menghayati.

(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif. (d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain.

(e) Belajar membangun dan menemukan jati diri melalui pembelajaran yang efektif, selektif, inovatif, kreatif dan meyenengkan.

c) Memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayakan, dan percepatan sesuai dengan potensi tahap perkembangan dan kondisi peserta didik.

d) Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, dan terbuka.

e) Dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategis dan multi media sumber belajar dan teknologi.

f) Dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah.

g) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, kesinamnungan yang cocok dan memadahi.

commit to user

cxiv

5) Unsur Pelaksanaan Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi.

Pelaksanaan pembelajaran inklusif sama dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas umum. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan model penempatan siswa yang berkebutuhan khusus. Unsur pelaksanaan yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan inklusif adalah guru umum dengan guru pendidikan khusus (GPK) atau guru luar biasa. Guru umum membutuhkan rekan kerja untuk membuat program dan berperan untuk memberikan dukungan dalam tim guru dalam arti mendiskusikan pada komite sekolah yang terdiri dari orang tua, tokoh masyarakat, tenaga medis dan tenaga ahli yang terkait.

Untuk mencapai tujuan tersebut para guru yang tergabung dalam tim sesuai jadwal pelaksanaan pembelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah, maka kemudian tim menyusun materi atau mendesain rangkaian kegiatan belajar mengajar dalam bentuk kolaborasi antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan dengan menyesuaikan model modifikasi bahan ajar yang akan disajikan, sebagaimana dikatakan oleh wakil kepala sekolah bidng kurikulum,:

“ Ya dalam penentuan tema pembelajaran dibentuk tim yang terdiri dari wakil kepala sekolah, urusan kurikulum, dan perwakilan guru mata pelajaran serta guru khusus inklusi” ( CL. 03 )

Adapun mata pelajaran yang dipadukan atau dikolaborasikan model pembelajarannya, utamanya yang banyak unsur, analisisnya, dan ingatan. Sehingga akan membantu siswa dalam memahami dan mengingat terutama siswa berkebutuhan khusus atau tidak semua mata pelajaran dikolaborasikan dengan

commit to user

cxv

satu media/model pembelajaran, seperti yang dikatakan salah satu guru bidang stadi:

“Ya mata pelajaran yang dipadukan diantaranya: matematika,IPA, bahasa, agama dan PPkn” ( CL. 05)

Lebih lanjut diagramnya sebagai berikut:

Selain Unsur-unsur diatas terdapat juga unsur yang lain untuk mendukung dalam pembelajaran inklusif adalah:

1) Perangkat lunak:

a) Rencana Program Pengajaran (RPP). b) Pengembangan kurikulum.

c) Penyususnan Program pembelajaran. d) Pelaksanaan pembelajran.

Model Modifikasi Bahan Ajar

Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum Perwakilan Guru mapel Perwakilan Guru Mapel Perwakilan Guru Mapel

commit to user

cxvi e) Pengendalian program pembelajaran. f) Penilaian program pembelajaran.

g) Perangkat kelas: jam kedatangan, kartu soal, pohon nilai, kantong ilmu, papan baca Braille, alat tulis Braille.

2) Perangkat keras.

a) Gedung: ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas yang difasilitasi dengan sarana aksessibilitas sesuai dengan kebutuhan siswa.

b) Mebeler: meja, kursi, lemari, papan tulis. Papan kartu, papan pajangan, cermin. Dan perangkat lain yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

c) Computer, computer dengan software Braille, scanner, CCTV, radio sekolah, tape recorder.

d) Fasilitas ruang sumber dan laboratorium. e) Fasilitas ruang perpustakaan.

b. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus.

Struktur kurikulum pendidikan inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan /atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua katagori:

1) Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata.

commit to user

cxvii

2) Peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata.

Kurikulum yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi pada tahun 2007/2008 sudah menggunakan kurikulum sekolah regular sampai sekarang dan pada saat ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Seperti diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum :

“ kurikulum sekolah inklusi memang menerapkan kurikulum sekolah regular dan saat ini di SMP negeri 4 Wonogiri sedang melakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)”( CL. 03 ).

Sepenuhnya penelitian sajikan dalam struktur program mata pelajaran sebagaimana table dibawah ini:

STRUKTUR PROGRAM MATA PELAJARAN KELAS VII SAMPAI KELAS IX

TAHUN 2010/2011 Kode Mata Pelajaran Jumlah Jam

Pelajaran

Keterangan

1 Pendidikan Agama 2 Pengembangan Diri 1 jm

2 PKN 2 Upacara 1 jam

3 Bhs.Indonesia dan Sastra Indo 4 Pembinaan 1 jam

4 Matematika 4

5 IPA 4

commit to user cxviii 7 Bhs. Inggris 5 8 Penjaskes 2 9 TIK 2 10 Seni Budaya 2 11 Mulok Daerah 2 12 Mulok Sekolah 2 Jumlah 36

Table : Struktur Program kelas VII sampai kelas IX

Mengapa disekolah inklusi khususnya di SMP Negeri 4 Wonogiri menggunakan kurikulum sekolah regular? Hal itu mengacu pada pedoman penyelenggaraan sekolah inklusi yang dikeluarkan oleh Direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa, Departemen Pendidikan Nasional, yaitu bahwa kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi pada dasarnya menggunakan kurikulum sekolah regular yang berlaku disekolah umum.

Namun karena di SMP Negeri 4 Wonogiri terdapat berbagai ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi,mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai berat, maka dalam implementasinya kurikulum regular perlu dilakukan modifikasi atau penyelarasan, dan modifikasi tersebut dilakukan oleh tim pengembangan kurikulum yang ada di SMP tersebut, dan mengkolaborasikan antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema. Hal ini meneurut hemat peneliti para pengembang kurikulum disekolah tersebut

commit to user

cxix

memperhatikan bahwa: semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak didiskriminasikan dan memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya, dan perbedaan itu sendiri merupakan penguat dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa, serta sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

Kurikulum pendidikan khusus terdiri atas delapan (8) sampai dengan sepuluh (10) mata pelajaran muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri.

1) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, substansinya muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.

2) Program khusus berisi kegiatan yang bervareasi sesuai dengan jenis ketunaannya yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tuna netra, bina komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tuna rungu, bina diri untuk peserta didik tuna grahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, dan bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras.

3) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru .pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

commit to user

cxx

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta didik berkelaianan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, diperluakan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat tematik untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Seperti yang diungkapkan ketua penyelenggara inklusi, bahwa:

“ dalam pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar pembagian waktunya 50% didalam kelas dan 50% diluar kelas atau outbound sehingga waktunyapun secara otomatis sama yaitu masing-masing 40 menit sehingga siswa yang berkebutuhan khusus minimal bisa mengikuti proses pembelajaran dengan adananya model yang disajikan oleh guru”( CL. 02 ).

Peserta didik berkelainan tanpa disertai kemampuan intelektual di bawah rata-rata yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti pendidikan secara inklusif. Pada satuan pendidikan umum sejak sekolah dasar. Peserta didik yang mengikuti pendidikan pada satuan pendidikan SDLB, setelah lulus, didorong untuk dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama umum.dan peserta tidak

commit to user

cxxi

memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke SMPLB dan SMALB. Seperti yang diungkapakn salah satu siswa berkebutuhan khusus:

“ saya senang belajar di sekolah ini bu, meskipun saya cacat tapi saya semangat untuk belajar disini. Karen dengan belajar disini otomatis saya dituntut bisa menyesuaikan dengn teman-teman yg kondisinya jauh lebih baik dari saya.dengan sekolah disini saya berkesempatan sekolah yang lebih tinggi daripada saya sekolah di SLB”( CL. 06 ).

Dalam memberi kesempatan kepada peserta didik yang memerlukan pindah jalur pendidikan antara satuan pendidikan yang setara sesuai dengan ketentuan pasal 12 ayat (1), undng-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka mekanisme pendidikan bagi peserta didik melalui jalur formal dapat digambarkan sebagai berikut:

SDLB SMPLB SMALM Masyarakat

Jalur 1

ALB/ABK

Jalur 2

SD/MI SMP/MTs SMA/MA PT/Masyarakat

SMK/MAK

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, struktur kurikulum satuan pendidkan khusus dikembangkan dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

commit to user

cxxii

1) Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan kurikulum SDLBA, B, D, E dan SMALB, B, D, E (A= tuna netra. B= tunarungu, D= tunadaksa ringan, E= tunalaras).

2) Kurikulum peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata, menggunakan sebutan kurikulum SDLB C, C1, D1, G dan SMALB C, C1, D1, G (C= tunagrahita ringan, C1= tuna grahita sedang, D1= tunadaksa sedang, G= tunaganda).

3) Kurikulum satuan pendidikan SDLB, B, D. E relative sama dengan kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E dan SMALB A, B, D, E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk emlanjutkan pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi.

4) Proporsimuatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E terdiri atas 60% - 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek ketrampilan vokalisional. Muatan isi kurikulum satauan pendidikan SMALB A, B, D, E terdiri atas 40% - 50% aspek akademik dan 60% - 50% aspek keterampilan vokasional.

5) Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D1, G dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual.

6) Pembelajaran untuk Satuan Pendidikan Khusus SDLB, SMPLB dan SMALB C, C1, D1, G menggunakan pendekatan tematik.

commit to user

cxxiii

7) Standar Kompentensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran umum SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E mengacu kepada SK dan KD sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, dikembangkan oleh BNSP, sedangkan SK dan KD untuk mata pelajaran program khusus, dan ketrampilan dikembangkan oleh satuan pendidikan Khusus dengan memperhatikan tingkat dan jenis satuan pendidikan.

8) Program khusus sesuai jenis kelainan peserta didik melalui sebagai berikut:

(a) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra.

(b) Bina komunikasi, persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu.

(c) Bina diri untuk peserta didik tunagrahita ringan dan sedang. (d) Bina gerak untuk peserta didik tunadaksa ringan.

(e) Bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras.

(f) Bina diri dan bina gerak untuk peserta didik tunadaksa sedang, dan tunaganda.

9) Jumlah dan alokasi waktu jam pembelajaran diatur sebagai berikut:

(a) Jumlah jam pembelajar SDLB A, B, D, E kelas I, II, III berkisar antara 28-30 jam pembelajaran/minggu dan 34 jam pelajaran/minggu untuk kelas IV, V, VI. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SD umum karena ada tambahan mata pelajaran program khusus.

commit to user

cxxiv

(b) Jumlah jam pembelajaran SMPLB A, B, D, E kelas VII, VIII, IX adalah 34 jam/minggu. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SMP umum karena ada penambahan mata pelajaran program khusus.

(c) Jumlah jam pembelajaran SMALBA, B, D, E, KELAS X. XI, XII dalah 36 jam/minggu, sama dengan jumlah jam pembelajaran SMA umum.program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakulatif dan tidak termasuk beban pembelajaran.

(d) Jumalh jam pelajaran SDLB, SMPLB, SMALBC, C1, D1, G sama dengan jumlah jam pembelajaran pada SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E tetapi penyajiannya melalui pendekatan tematik.

(e) Alokasi per jam pembelajaran untuk SDLB, SMPLB dan SMALBA, B, D, E maupun C, C1, D1, G masing-masing 30 menit, 35 menit dan 40 menit. Selisih 5 menit dari sekolah regular disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkelainan.

(f) Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah maksimum 6 jam pembelajaran/minggu untuk seluruhnya jam pembelajaran, dan 4 jam pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan yang bersangkutan. 10) Muatan isi pada seetiap mata pelajaran diatur sebagai berikut:

(a) Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB, A, B, D, E pada dasarnya sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan dan kebutuhan khususnya, maka diperlukan modifikasi dan/atau penyesuaian secara terbatas.

commit to user

cxxv

(b) Muatan isi mata pelajaran Program Khusus disusun tersendidri oleh satuan pendidikan.

(c) Muatan isi mata pelajaran SMPLB A, B, D, E bidang akademik mengalami modifikasi dan penyesuaian dan penyesuaian dari SMP umu sehingga menjadi sekitar 60%-70%. Sisanya sekitar 40%-30% muatan isi kurikulum ditekankan pada bidang ketrampilan vokasional. (d) Muatan isi mata pelajaran ketrampilan vokasional meliputi tingkat

dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir.jenis ketrampilan yang akan dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta kondisi satuan pendidikan.

(e) Muatan isi mata pelajara untuk SMALB A, B, D, E bidang akademik mengalami modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum sehingga menjadi sekitar 40%-50% bidang akademik, dan sekitar 60%-50% bidang ketrampilan vokasional.

(f) Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALBC, C1, D1, G lebih ditekankan pada kemampuan menolong diri sendiri dan ketrampilan sederhana yang memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta didik. Oleh karena itu, proporsi muatan ketrampilan vokasional lebih diutamakan.

(g) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

commit to user

cxxvi

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

11) Strktur Kurikulum SMPLB sebagai berikut:

Table Struktur Kurikulum SMPLB Tunanetra

KOMPONEN Kelas dan alokasi Waktu

VII VIII IX A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Ilmu pengetahuan Alam 8. Seni Budaya

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

10.Ketrampilan Vokasional/Tekonolgi Informasi dan komunikasi*) B. Muatan Lokal

C. Program Khusus (Orientasi dan Mobilitas) D.Pengembangan Diri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 2 2 2**) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 2 2 2**) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 2 2 2**)

commit to user

cxxvii

JUMLAH 34 34 34

*) Ketrampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis ketrampilan vokasional/teknoloi informasi yang