• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi SiswaTunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Prestasi Belajar

LAPORAN HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi SiswaTunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Sebagaimana diskripsi temuan penelitian, pembahasan atas temuan penelitian tentang model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi siswa tunanetra di SMP Negeri 4 Wonogiri dilakukan dari enam demensi yaitu: (1) pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri (2) Struktur kurikulum

commit to user

clii

pendidikan inklusi. (3) Bentuk kegiatan belajar mengajar. (4) jenis dan peranan materi pelajaran dan kegiatan mengajar. (5) peranan guru dan siswa dalam PBM dalam mencapai prestasi belajar. (6) Prestasi siswa SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai rintisan inklusi.

a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Di SMP Negeri 4 Wonogiri. Pelaksanaan pembelajaran pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah agar siswa mau dan mampu menerima materi pelajaran dalam kondisi belajar yang berbeda latar belakang fisik, social, intelektual, emosional, dan sensorik yang terjadi dalam kegiatan dilingkungan sekolah. Hal itu sesuai dengan teori pembelajaran berdasarkan psikologi humanistic (Tuti Sukamto, 1996), pada teori ini dalam menyusun pembelajaran perlu memperhatikan pengalaman emosional, karakteristik khusus seseorang,aktualisasi diri,pemahaman diri serta realisasi diri orang yang belajar.

Tak terkecuali dengan model modifikasi pembelajaran terpadu yang memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan (Cony Setiawan Stamboel< 1982), dengan pembelajaran yang direncanakan bersama-sama antara guru dalam tim dan antara guru dengan siswa, mereka akan termotivasi untuk belajar, dan siswa akan belajar tanpa paksaan, sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, keberanian dan kemandirian. Dengan demikian paksaan pelaksanaan program pembelajaran dengan model modifikasi bahan ajar akan memberikan kontribusi bagi siswa secara langsung serta guru yang melaksanakan. Siswa lebih mampu mengatur cara belanjanya sendiri, sebaliknya untuk guru keberhasilan siswa dalam

commit to user

cliii

belajar akan memberikan rasa puas serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk lebih mengembangkan cara mengajarnya.

Dari uraian diatas berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan pihak sekolah dalam mendesain model modifikasi bahan ajar membuat tim yang terdiri dari perwakilan guru mata pelajaran dengan diarahkan guru khusus inklusi, namun belum melibatkan siswa untuk mendesain topik pembelajaran. b. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus.

Kurikulum berarti susunan rencana pelajara (KBBI), didalam kurikulum dapat dilihat bagaimana butir-butir pelajaran disusun dan diorganisasikan. Penyusunan dan pengorganisasian meteri pelajaran tersebut mencerminkan pendekatan yang digunakan yang pada dasranya berbeda-beda.

Sejauh ini sudah terjadi beberapa kali pergantian kurikulum dan yang terakhir saat ini dipakai yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sehubungan dengan hal tersebut diatas kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi adalah kurikulum sekolah regular dalam hal ini adalah kurikulum tingkatan satuan pendidikan. Sedangkan untuk muatan local disesuaikan dengan kondisi sekolah, yaitu materi yang ada disekitar sekolah yang disebut kurikulum berbasis lingkungan dan yang lebih penting siswa regular maupun siswa berkebutuhan khusus sama-sama bias mengakses.

Dari uraian diatas berdasar pengamatan penelitian dilapangan penerapan kurikulum di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi sudah

commit to user

cliv

menerapkan kurikulum sekolah regular dalam hal ini kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kurikulum yang berbasis lingkungan.

c. Bentuk Proses Belajar Mengajar.

Tujaun utama pembelajaran model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah agar siswa mau dan mampu menerima materi dengan kondisi latar belakang yang berbeda, maka kegiatan belajar mengajar yang diterapkan adalah belajar didalam dan diluar kelas serta belajar diluar sekolah yang berlangsung bersama-sama antara siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus hal itu sesuai dengan pernyataan Salamanca (2006), bahwa prinsip dasar dari sekolah inklusi adalah bahwa selama memungkinkan semua anak seyohyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka sehingga semua anak dengan berbagai latar belakang perbedaan dapat tersentuh oleh layanan pendidikan yang efektif dan kreatif (Miriam D. Skjorten dan Berit H Johnsen serta Cliiff Mayers 2005). Mengacu pada teori diatas terkait dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan inklusi, penerapannya berlangsung didalam dan diluar kelas serta diluar sekolah akan membantu siswa dalam menguasai materi dan menghilangkan rasa perbedaan.

d. Jenis Dan Peran Materi Pelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar.

Materi ajar pada pada sekolah inklusi berfungsi sebagai sarana yang memperlancar jalannya pembelajaran yang berupa pembelajaran didalam dan diluar kelas, bila hal itu dikaitkan denganteori pengembangan pembelajaran,

commit to user

clv

bahwa pengembangan pembelajaran merupakan pengembangan sumber-sumber belajar secara sistematis agar dapat terjadi perubahan prilaku. Maka fungsi materi ajar di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah inklusi dengan menkolaborasikan beberapa mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema akan merupakan metode yang sistematis dalam penyampaiannya, dan akan membawa perubahan pada prilaku siswa yang semula kurang berminat mengikuti pelajaran yang dianggap sulit, dan ketika mata pelajran tersebut dikolaborasikan dengan mata pelajaran lain, ternyata menjadi daya tarik siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Hal inipun sesuai dengan teori pembelajaran Geralc dan Ely dalam Karti Suharto (1955) bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi sifat dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa, dan kenyataannya strategi pembelajaran dengan mengkolaborasikan bebrapa mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema merupakan pilihan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan belajar sekolah inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri.

e. Peran Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar.

Menurut Atwi Suparman tugas atau peran guru dalam PBM ada beberapa tahap yaitu (1) tahap pengemabangan, (2) tahap pelaksanaan intriksional, dan (3) tahap evaluasi pelaksanaan intruksional. Dalam kaitan dengan teori tersebut peran guru di sekolah inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri yang tergabung dalam tim kolaborasi, langkah awal adalah melaksanakan pengembangan

commit to user

clvi

instruksional dengan merancang atau menetapkan tujuan serta mendesain kegiatan, selanjutnya pelaksanaan PBM melibatkan seluruh guru, sedangkan dalam evaluasi dilakukan sendiri-sendiri karena mata pelajaran aspek penilainnya tidak sama. Sedangkan siswa memperhatikan, mempraktekan dan bertanya serta menjawab materi yang telah disajikan oleh guru.

Dari uraian diatas tampak bahwa peran guru dalam PBM sangat luas, hasil pengamata ndilapangan juga memperlihatkan bahwa peran guru memainkan peran yang variatif yaitu menyampaikan tugas, memotivasi siswa, memberi fasilitas belajar siswa, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Peran-peran tersebut dimainkan dan diperlukan agar siswa benar-benar dapat belajar dengan baik, yang akan mengantarkan siswa untuk lebig berprestasi. Begitu juga dengan peran siswa juga harus bias memanfaatkan motivasi dan melaksanakan tugas dari guru untuk dapat mencapai prestasi yang diharapakan.

f. Prestasi Siswa SMP Negeri 4 Wonogiri Sebagai Sekolah Rintisan Inklusi.

Motivasi yang dimiliki siswa berkebutuhan khusus cukup tinggi, terlihat adanya dorongan untuk belajar agar prestesi belajarnya tercapai. Siswa berkebutuhan khusus terlihat adanya minat, perhatian dan bekerja keras agar prestasi belajarnya tercapai. Tingginya motivasi belajar terefleksi dengan temuan berikut: ia selalu masuk sekolah dan selalu hadir dalam kegiatan kelompok tutor sebaya. Kerajinan tersebut ia lakukan karena ia merasa kurang dan ingin berprestasi sebaik mungkin dan tidak ingin nilainya jelek, ia juga ingin meneladani kesuksesan teman-teman regular.

commit to user

clvii

Indikasi adanya motivasi belajar yang tinggi juga peneliti temukan dalam ketaatannya mengikuti tata tertib sekolah. Dalam sepanjang perjalanan di SMP Negeri 4 Wonogiri siswa-siswi berkebutuhan khusus belum pernah melanggar tata tertib sekolah.

2. Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.

Kendala ataupun hambatan dalam sebuah program kegiatan disuatu lembaga pasti selalu ada, tak terkecuali disekolah inklusi SMP Negeri 4 Wonogiri dalam kegiatan belajar maupun dalam operasional lain, yang menyangkut aktivitas siswa terdapat beberapa kendala diantaranya Hambatan/kendala faktor ekonomi orang tua, Hambatan yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar (PBM), Hambatan/kendala Kesiapan ketrampilan dan kemampuan guru yang kurang variatif cenderung membosankan dan membuat pembelajaran pasif, Hambatan/kendala keterbatasan guru untuk mengikuti pelatihan, dan Hambatan/kendala perbedaan kemampuan individu dalam hal ini perbedaan peserta didik normal/regular dan peserta didik yang membutuhkan layanan khusus.

Dari beberapa kendala atau hambatan tersebut bila dikaitkan dengan teori sekolah inklusi, bahwa setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana pendidikan dan kependidikan, system pembelajaran sampai dengan system penilaian.(Direktorat

commit to user

clviii

PSLB, Dinas Pendidikan Nasional) maka konsekuen penyelenggara pendidikan inklusi dalam hal ini pihak sekolah dituntut melakukan berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorentasi pada kebutuhan individu tanpa diskriminasi.

Dari hasil pengamatan diatas bahwa kendala-kendala itu dapat diatasi dengan factor-faktor yang telah ada. Hasil yang diharapakan dari model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi adalah:

1) Baik peserta didik yang normal/umum maupun peserta didik yang berkebutuhan khusus dapat menerima dan memahami bahan ajar dengan mudah dalam proses belajar mengajar.

2) Guru dapat menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik dengan tepat sehingga tidak terjadi kesenjangan sosisal dalam kelas atau merasa rendah diri karena keadaan fisik.

3) Untuk memudahkan proses pembelajaran guru hendaknya menyiapkan dulu model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi apabila di kelas regular tidak memungkinkan dipakai anak berkebutuhan khusus.

4) Lembaga Masyarakat/sekolahan yang menjadi penyelengara inklusi sebaiknya pada awal tahun member sosialisasi dilingkunganya, agar anak berkebutuhan khusus dapat diterima dilingkungan sekolah atau lingkungan kelas.

Dari uraian diatas berdasar hasil pengamatan dilapangan pihak sekolah telah berusaha untuk mengatasi berbagai kendala tersebut diatas tertentu saja sesuai dengan tingkatan kemampuan sekolah, dan kenyataannya dari berbagai

commit to user

clix

kendala yang ada proses belajar mengajar tetap berlangsung lancer, aktivitas siswa tunanetra juga tidak terganggu, namun demikian khusus untuk guru pendamping pihak sekolah belum menjalin kerja sama dengan Sekolah Luar Biasa setempat. Hal itu tidak menutup kemungkinan untuk bias kerja sama dengan SLB setempat mengingat siswa berkebutuhan khusus yang tergolong tunanetra sangat membutuhkan guru pendamping dan kenyataannya di SMP Negeri 4 Wonogiri terdapat siswa tunanetra walau jumlahnya hanya sedikit.

3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa