• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajara Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Prestasi Belajar

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajara Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negeri 4 Wonogiri

Dari hasil temuan penelitian model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama adalah Pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri sudah sesuai dan sejalan dengan tuntunan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 31, Uandang-Undang no. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 3. Prinsip-prinsip pengembangan dan model pembelajaran inklusi yang harus dilaksanakan sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di SMP Negeri 4 Wonogiri.

Kedua adalah model kurikulum pengajaran di SMP Negeri 4 Wonogiri sebagai sekolah rintisan menggunakan kurikulum sekolah regular yaitu tingkatan satuan pendidikan atau KTSP dengan memadukan materi antara mata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema yang meliputi mata pelajaran matematika, IPA, IPS, Bahasa dan Agama. Sedangkan mata pelajaran lainnya tidak dikolaborasikan, oleh karena itu tema memiliki peran sangat penting, yaitu mengorganisasikan dan sekaligus menjadi konteks pengembangan ketrampilan dan pengembangan bahan ajar.

commit to user

clxiii

Ketiga adalah bentuk dan prosedur kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah dengan system lima puluh persen di kelas dan lima puluh persen di dalam kelas, guru menyampaikan materi dan memberi tugas kepada siswa dan siswa mengerjakan tugas itu. Melalui kegiatan belajar mengajar itu, kemampuan menguasai dan mengimplementasi materi semakin mantap bagi siswa regular dan bagi siswa berkebutuhan khusus ada pengalaman kongkrit sehingga akan bertahan lama dalam ingatan.

Keempat adalah jenis dan fungsi materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan kegiatannya meteri model modeifikasi bahan ajar yang diterapkan di SMP Negeri 4 Wonogiri berbentuk kolaborasi antaramata pelajaran yang mempunyai kesamaan tema yang kesemuannya berfungsi sebagai sarana memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar.

Kelima adalah peran guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru adalah menyampaikan tugas, memotifasi, member fasilitas belajar siswa dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar siswa. Sementara itu peran siswa hanya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Dari kelima dimensi tersebut, yaitu dimensi tujuan pembelajaran, model kurikulum, bentuk kegiatan belajar mengajar, jenis dan fungsi materi pelajaran serta peran siswa dan guru, dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip model modifikasi bahan ajar. Namun secara keseluruhan implementasi model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri termasuk kategori sedang dengan indicator (1) perolehan nilai ujian nasional tidk terlalu tinggi, (2) jumlah lulusan yang diterima disekolah negeri

commit to user

clxiv

yang favorit diatas hanya sedikit, (3) masih ada kendala yang belum teratasi seperti adanya guru pendamping untuk anak tunanetra.

2. Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.

Dalam kaitannya dengan temuan penelitian tentang Kendalan Dan Cara Mengatasi Pelaksanaan Pembelajaran Model Modifikasi Bahan Ajar Pendidikan Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri bahwa terdapat Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah: (1) Perbedaan kemampuan individu dalam hal pembelajaran, peserta didik yang “normal”/umum dan peserta didik yang membutuhkan layanan khusus, (2) Kesiapan kertampilan dan kemampuan guru kurang variatif cenderung membosankan dan membuat pembelajaran pasif, (3) Pola kemapanan guru mengakibatkan guru engan untuk melakukan perubahan, (4) Keterbatasan kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan, (5) Pengetahuan guru yang terbatas, (6) Kurangnya dukungan dari lingkungan sekolah.

3. Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri.

Dalam kaitannya dengan temua Hasil Belajar Dari Pelaksanaan Model Pembelajaran Inklusi Siswa Tunanetra Di SMP Negari 4 Wonogiri dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model modifikasi bahan ajar memiliki rancangan yang baik, penerapannya dalam pengajaran juga baik, karena

commit to user

clxv

pendekatan tersebut mampu membelajarkan siswa secara efektif sehingga dapat meningkatkan taraf sosual anak berkebutuhan kusus diantaranya; terjalin hubungan yang harmonis antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus, bagi siswa berkebutuhan khusus tidak merasa termarjinalkan dan toleransi antar siswa cukup tinggi. Serta meningkatkan taraf intelektual yaitu siswa berkebutuhan khusus termotivasi belajar oleh siswa reguler,penerapan pembelajaran diluar dan didalam kelas memantapkan siswa reguler dalam penguasan materi dan bagi siswa berkebutuhan khusus memperoleh pengalaman yang kongkrit.

Hal ini tercermin dari lima indikator sebagai berikut, pertama tingakat kehadiran, siswa baik reguler maupun yang berkebutuhan khusus terlihat sama-samaaktif masuk sekolah maupun juga dalam kegiatan kelompok diluar sekolah.kedua kegiatan tutor sebaya yang berlangsung pada sore hari. Ketiga motivasi belajar siswa berkebutuhan khusus bertahan karena bersifat attention, relefance, konfidence dan setisfacion. Keempat motivasi guru yang ditandai dengan selalu hadir pada setiap jam tatap muka atau jam mengajar. Dan kelima,prestasi siswa yang terlihat banyaknya hasil kejuaraan lomba baik akademis maupun non akademis.

B. Implikasi

Temuan penelitian ini mendukung teori-teori model modifikasi bahan ajar yang mengutamakan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, terutama yang berkenaan dengan pengaruh model modifikasi bahan ajar terhadap prestasi belajar siswa berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi.

commit to user

clxvi

Temuan penelitian ini memperkuat juga teori-teori model modifikasi bahan ajar yang dalam penyajiannya memadukan antara teori,konsep dan fakta. Model modifikasi bahan ajar menuntut adanya keterlibatan siswa dalam menemukan fakta dan konsep melalui proses pembelajaran, dengan menggunakan model modifikasi bahan ajar berarti keterlibatan mental dan fisik siswa semakin banyak untuk mempelajari penegtahuan yang dipelajarinya, sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep dan pengetahuan secara lebih baik, penguasaan bahan yang dipelajari lebih mendalam. Oleh karenanya bagi siswa berkebutuhan khusus motivasi belajarnya meningkat dan secara umum prestasi lebih baik.

Pendekatan modifikasi bahan ajar dirancang untuk menetapkan prinsip atau azas keterpaduan dalam bentuk kegiatan atau proses yang berisi serentetan pengalaman interaksi belajar mengajar secara sengaja diprogramkan untuk menyatukan unsur-unsur: (1) subjek belajar, (2) subtansi materi yang dipelajari, (3) tempat lingkungan belajar, (4) kontek situasi dan kondisi belajar peristiwa belajar yang hendak dipelajari, (5) pemanfaatan berbagai sumber dan fasilitas belajar (6) dampak-dampak pengiring yang diharapkan dapat dicapai melalui program yang bersangkutan. Keenam hal tersebut merupakan konsep dan ciri pokok model modifikasi bahan ajar.

Oleh karena tuntuntan dan perkembangan jaman pelaksanaan model pembelajaran inklusi di SMP Negeri 4 Wonogiri merupakan suatu bentuk proses pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang harus dilaksanakan sehingga nantinaya diharapkan menghasilkan lulusan yang mempunyai prestasi belajar sesuai dengan perkembangan siswa yang normal. Sebagai tindak lanjut

commit to user

clxvii

untuk menjadikan evaluasi dan revisi guna penyempurnaan pelaksanaan pendidikan inklusif, perlu disampaikan implikasi sebagai berikut:

a. Adanya contoh konkrit tentang model modifikasi bahan ajar pendidikan inklusi sesuai kebutuhan guru/kondisi anak didik. b. Pelatihan guru dalam pemahaman bahan ajar yang tepat untuk anak

didik berkebutuhan khusus.

c. Penambahan/penempatan guru, khususnya guru yang menangani siswa berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif.

d. Efektifitas keterlibatan dinas terkait dalam nenangani pendidikan inklusif.

e. Peran orang tua dalam pendampingan belajar siswa perlu diciptakan.

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran model modifikasi bahan ajar di SMP Negeri 4 Wonogiri adalah program pendidikan dalam pengajaran. Menjadi kewajiban bagi seluruh warga sekolah khususnya para pendidik dalam rangka mempersiapkan kualitas proses belajar mengajar untuk menghasilkan ketuntasan yang maksimal.

commit to user

clxviii

2. Karena merupakan sekolah pemerintah, SMP Negeri 4 Wonogiri harus mengupayakan bantuan dalam bentuk sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Koordinasi yang rutin dan berkelanjutan untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran bagi guru juga sangat dibutuhkan agar tugas dan tanggung jawabnya dilaksanakan dengan benar.

3. Lembaga sekolah disarankan dapat menciptakan kondisi belajar yang memadahi, khususnya penyediaan sarana ataupun fasilitas belajar dengan buku-buku perpustakaan.

4. Kepada peneliti disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang keefektifan model modifikasi bahan ajar pada sekolah inklusi pada pengaruh-pengaruh yang lain, sehingga hasilnya mendekati yang diharapkan.