• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Dinas Sosial Kota Salatiga Dalam Rehabilitasi Sosial Anak Terlantar

B. HASIL PENELITIAN

1. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Dinas Sosial Kota Salatiga Dalam Rehabilitasi Sosial Anak Terlantar

Kota Salatiga merupakan kota yang strategis keberadaannya serta memiliki mobilitas penduduknya sangat tinggi. Disamping itu pula, Kota Salatiga memiliki banyak penduduk yang sebagian besar bukan penduduk asli Kota Salatiga. Tidak dapat dihindari jika di Kota Salatiga masih saja terdapat masalah sosial dibeberapa sudut kota. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Salatiga, jumlah penduduk miskin di Kota Salatiga dihitung per 11 November 2019 berjumlah 380.856 jiwa.58 Oleh karena pemerintah memberikan wewenang kepada Dinas Sosial Kota Salatiga untuk penanganan masalah-masalah sosial yang ada. Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Walikota Salatiga No. 29 Tahun 2016 tentang Pembentukan Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial menyatakan bahwa Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah bidang sosial dan tugas pembantuan yang diberikan kepada daerah.

Masalah-masalah sosial dalam hal ini berkaitan dengan masalah sosial anak yang termasuk dalam PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial). PMKS adalah seorang atau keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau

58

gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif di lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Penanganan PMKS telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 12 Tahun 2018 tentang PMKS. Salah satu macam jenis PMKS dalam hal ini adalah anak terlantar.

Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus (children in need of special protection).59 Secara teoritis, penelantaran adalah sebuah tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja yang membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan, papan).60 Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Sosial merupakan salah satu wujud tanggung jawab pemerintah untuk menangani masalah anak terlantar yang sampai sekarang masih menjadi pusat perhatian di dalam masyarakat.

Maka dari itu berdasarkan Pasal 11 Ayat (2) Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 12 Tahun 2018 tentang PMKS dijelaskan bahwa Dinas Sosial mempunyai tugas menyusun rencana, startegi, mekanisme, pembinaan, pengawasan dan pengendalian penanganan PMKS sebagai bagian dari penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dinas Sosial Kota Salatiga memiliki wewenang penuh untuk mengurus dan menangani PMKS dalam hal ini adalah anak terlantar untuk dilakukan rehabilitasi sosial sebagai bentuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial daerah (Pasal 13).

59 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Edisi Pertama, Cetakan-1, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2003, h. 212.

60

Sampai saat ini Dinas Sosial Kota Salatiga terfokus dengan penanganan-penanganan bagi PMKS termasuk pula anak terlantar untuk melakukan rehabilitasi sosial. Bagi Dinas Sosial Kota Salatiga rehabilitasi sosial, yaitu membangun atau memperbaiki kembali yang sudah ada baik dari sisi moral, spiritual dan skill supaya ada jaminan bagi masa depan anak tersebut. Perbaikan dalam sisi karakter atau mental seorang anak sangat ditekankan dalam rehabilitasi di Dinas Sosial Kota Salatiga. Perbandingannya sendiri adalah 60% untuk perbaikan karakter atau mental seorang anak, dan 40% bagi pendidikan atau keterampilan bagi seorang anak. Karena karakter atau mental seorang anak dianggap menjadi prioritas yang utama dalam kegiatan rehabilitasi. Di tingkat individu, biasanya anak terlantar tumbuh dengan sikap yang inferior, rendah diri, atau bahkan akan menjadi agresif hanya sekedar untuk mencari perhatian dari orang lain. Karakter atau mental yang kuat dan baik dianggap akan mampu menunjang sisi-sisi lain di kehidupan yang akan datang.

Dikaitkan pula, bahwa seorang anak terlantar juga membutuhkan sebuah perlindungan, berdasarkan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak seorang anak tidak dapat didiskriminasikan termasuk pula hak seorang anak terlantar untuk mendapatkan perlindungan.

Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga No. 29 Tahun 2016 tentang Pembentukan Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial, pelaksanaan serta kebijakan pelaksanaan bidang sosial yang telah dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Salatiga sudah terwujud dengan baik. Wujud pelaksanaan tugas dan wewenang nyata Dinas Sosial Kota Salatiga dalam menangani anak terlantar dalam rehabilitasi sosial, sebagai berikut:

a. Pendekatan Dengan Komitmen Tulus Secara Persuasif

Sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Salatiga No.12 Tahun 2018 tentang PMKS, salah satu pendekatan yang dilakukan yaitu secara persuasif. Membentuk sebuah komitmen yang tulus dalam menangani masalah anak terlantar dengan cara melakukan pendekatan secara tulus kepada anak terlantar. Anak-anak terlantar biasanya tergolong anak yang kurang mendapatkan kasih sayang, pengawasan, dan perhatian dari keluarga secara utuh. Tidak hanya dari keluarga, anak-anak terlantar juga tidak mendapatkan perhatian dari publik secara serius. Pendekatan dan komitmen yang tulus dalam menangani masalah anak terlantar merupakan upaya yang utama terlebih dahulu dalam Dinas Sosial Kota Salatiga menangani anak terlantar. Karena pada umumnya anak memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga tidak mudah bagi Dinas Sosial Kota Salatiga untuk melakukan pendekatan.

Mental spiritual yang kuat dalam diri seorang anak akan memberikan arah dan tujuan yang baik bagi anak tersebut. Dalam hal ini memperbaiki pengarahan mengenai ajaran agama bagi anak terlantar merupakan hal yang utama dilakukan bagi Dinas Sosial Kota Salatiga dalam melakukan rehabilitasi sosial. Hal tersebut dilakukan guna memberikan pendirian dan karakter yang baik dan kuat bagi anak tersebut, agar masa depan anak tersebut dapat terjamin dan selaras dengan ajaran agama yang sesuai.

c. Merencanakan Dan Melaksanakan Program-Program Untuk Kepentingan Anak Terlantar

Setelah melakukan pendekatan secara persuasif dengan anak-anak terlantar, Dinas Sosial Kota Salatiga melaksanak-anakan program-program yang sudah direncanakan. Salah satu program-program yang direncanakan untuk anak terlantar yaitu program rehabilitasi sosial sesuai dengan Pasal 13 Peraturan Daerah Kota Salatiga No.12 Tahun 2018 tentang PMKS. Dalam melaksanakan program rehabilitasi sosial, terdapat berbagai bentuk yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Salatiga. Bentuk-bentuk tersebut diantaranya sosialisasi dengan anak-anak terlantar, melakukan razia di sekitaran wilayah Kota Salatiga, serta menggelar pelatihan keterampilan yang beragam seperti menjahit, tata boga, tata rias, potong rambut dan lain sebagainya. Program yang dilaksanakan pemerintah daerah disesuaikan dengan anggaran APBD yang diberikan pemerintah pusat untuk menangani

anak terlantar. Selain itu, anak-anak terlantar yang tinggal di Panti Rehabilitasi ataupun Panti Sosial dibawah tanggung jawab Dinas Sosial Kota Salatiga akan mendapatkan pendidikan formal yang seluruh biayanya akan ditanggung oleh negara.

d. Program Penanganan Anak Terlantar Berbasis Masyarakat

Program penanganan anak terlantar berbasis masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut memberikan arti bahwa, Dinas Sosial Kota Salatiga juga melakukan penyuluhan dalam beberapa kegiatan supaya masyarakat sekitar lebih peka terhadap masalah sosial yang berada ditengah-tengah kehidupan bermasyakat, seperti halnya keberadaan anak terlantar. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperluas jangkauan terhadap pelayanan dan kepedulian terhadap anak terlantar dan PMKS yang sifatnya dibutuhkan secara langsung. Karena berkaitan pula dengan jumlah anak terlantar dan PMKS yang tidak dapat diprediksi dari hari ke hari (fluktuatif), pemerintah dalam hal ini sangat membutuhkan peran dan bantuan dari seluruh masyarakat.

e. Pembinaan Dalam Bentuk Kewirausahaan

Pembekalan dalam bentuk keterampilan dalam kewirausahaan sangat ditekankan oleh Dinas Sosial Kota Salatiga dalam menangani anak terlantar. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk membangun sikap mandiri dan produktif seorang anak. Semakin besar minat seorang anak dalam bidang kewirausahaan, maka akan semakin

berkembang pula keinginan dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai ide-ide yang dapat dituangkan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Namun dalam Dinas Sosial memberikan wadah dalam bentuk keterampilan, tetap ada saja anak-anak terlantar yang tidak mau hadir dalam kegiatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan, anak-anak tersebut sudah tidak peduli dengan dirinya lagi. Oleh karena itu, Dinas Sosial Kota Salatiga melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak-pihak Panti Rehabilitasi ataupun Panti Sosial untuk membantu dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.

f. Melakukan Razia Anak Terlantar

Razia (cara represif) yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Salatiga terhadap anak terlantar seharusnya dilakukan 10 kali dalam kurun waktu satu tahun. Namun pada kenyataannya Dinas Sosial Kota Salatiga dapat melakukan razia lebih dari 10 kali dalam kurun waktu 1 tahun. Hal tersebut dilakukan karena laporan-laporan dari masyarakat yang mendapati anak terlantar di wilayah Kota Salatiga. Selain itu, razia dilakukan atas dasar inisiatif pihak-pihak dari Dinas Sosial Kota Salatiga sebagai salah satu upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kota Salatiga untuk menekan jumlah keberadaan anak terlantar. Dalam melakukan razia, Dinas Sosial Kota Salatiga sedikit mengalami kesulitan untuk menemui mereka. Hal tersebut dikarenakan, anak-anak tersebut langsung terburu-buru lari menghindar dari mobil patrol

Dinas Sosial Kota Salatiga. Sehingga diperlukan perencanaan dan koordinasi terlebih dahulu oleh Dinas Sosial Kota Salatiga sebelum melakukan razia.

Pelaksanaan tugas dan wewenang yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Salatiga sudah sesuai dengan wewenang yang terdapat dalam Pasal 12 Ayat Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 12 Tahun 2018 tentang PMKS. Selain itu, sesuai dengan Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Walikota Salatiga No. 29 Tahun 2016 tentang Pembentukan Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial, Dinas Sosial Kota Salatiga juga sudah melaksanakan fungsinya dengan baik. Tetapi berdasarkan Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 12 Tahun 2018 tentang PMKS mengenai pengelolaan data, Dinas Sosial Kota Salatiga tidak memiliki data secara kuantitatif, khususnya anak terlantar karena jumlahnya yang fluktuatif dan selalu berubah-ubah. Seharusnya, Dinas Sosial Kota Salatiga melakukan pendataan bagi anak terlantar dan PMKS lainnya. Supaya dapat memperbandingkan di tiap tahunnya jumlah PMKS yang terdapat di wilayah Kota Salatiga.

Dalam penanganan anak terlantar, Dinas Sosial Kota Salatiga memiliki kendala diantaranya anggaran APBD yang sangat minim. Hal tersebut dikarenakan, dalam penanganan anak terlantar, dibutuhkan banyak pembiayaan terutama pada saat melakukan kegiatan rehabilitasi sosial. Jumlah anak terlantar yang ada terkadang tidak sebanding dengan jumlah anggaran yang diberikan oleh pemerintah. Sehingga tidak semua anak terlantar mendapatkan rehabilitasi sosial yang baik dari Dinas Sosial Kota Salatiga. Namun dalam hal ini, Dinas Sosial

Kota Salatiga tetap menangani anak-anak terlantar dan PMKS lainnya dengan bijak dan kerelaan hati dalam menanganinya. Sehingga, jumlah anak terlantar dan PMKS lainnya semakin menurun dan dapat tertangani dengan baik.

2. Tingkat Keberhasilan Dinas Sosial Kota Salatiga Dalam Rehabilitasi