• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia

Dalam dokumen Hukum hak kekayaan intelektual (Halaman 61-64)

PERLINDUNGAN HAK CIPTA DAN HAK-HAK TERKAIT

Pasal 1 angka 2 UUHC

K. Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia

Pelanggaran hak cipta merupakan permasalahan hak cipta di Indonesia yang sampai sekarang masih belum dapat dilakukan penegakan hukum secara maksimal. Munculnya permasalahan hak cipta adalah seiring dengan masalah liberalisasi ekonomi yang ber-dampak pada keadaan sosial budaya masyarakat. Liberalisasi telah menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat transisi indus-trial. Masyarakat transisi industrial adalah masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris yang berbudaya komunal/sosial tradisional ke masyarakat yang berbudaya indi-vidual modern. Keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia yang masih dalam proses perubahan sosial menuju masyarakat yang rasional dan komersial berdampak pada kurangnya pemahaman konsep hak cipta yang sebelumnya belum pernah dikenal pada masyarakat tradi-sional. Pada keadaan masyarakat transisi industrial, tentunya hukum yang mengatur juga mengalami perubahan yaitu dari hukum tradi-sional menjadi hukum modern, contohnya adalah munculnya hukum yang mengatur masalah hak cipta. Konsep hak cipta berasal dari Negara Eropa dengan budaya masyarakat yang menjunjung tinggi hak individu, sedangkan masyarakat Indonesia dengan budaya timur-nya lebih mengutamakan nilai sosial (komunal). Hal ini tentutimur-nya berdampak pada pemikiran bahwa perasaan senang dan tersanjung jika hasil karyanya dapat bermanfaat bagi orang banyak, apalagi karyanya dapat dinikmati dan dikenal publik (Maryadi, 2000: 53).

Dalam fenomena di masyarakat masih sering ditemukan sebagian pencipta yang justru senang jika hasil ciptaannya ditiru, diperbanyak atau dipertunjukkan oleh orang lain. Perbuatan itu dianggap tidak merugikan kepentingan pencipta, namun sebaliknya akan menda-tangkan keuntungan, yaitu semakin di kenalnya karya cipta mereka di masyarakat. Mereka berpendapat bahwa karya cipta tidak hanya

semata-mata berorientasi pada materi, tapi juga memunyai nilai sosial dan keagamaan. Ilmu yang dimiliki seseorang apabila dipelajari dan diamalkan kepada orang lain, maka akan mendapatkan ridho dan pahala dari sang pencipta.

Budaya masyarakat tradisional di Indonesia tidak mengenal konsep hak cipta. Nilai budaya masyarakat Indonesia juga tidak mengenal kepemilikan individu atas karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Kepemilikan cenderung bersifat sosial/ komunal, artinya dimiliki oleh keluarga atau masyarakat hukum adat-nya. Keadaan ini tampak dalam penghargaan kreativitas dan karya seni dalam masyarakat tradisional. Karya seni asli tidak pernah dican-tumkan nama atau tanda lain sebagai pengenal penciptanya (Riswandi, 2004: 140).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penegakan hukum atas pelanggaran hak cipta di Indonesia sulit ditegakkan. Berikut ini beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan hukum hak cipta memunyai keterkaitan erat dengan budaya hukum masyarakat Indonesia.

- Penelitian tentang Undang-Undang Hak Cipta dalam penerapan-nya di masyarakat Pengrajin Kuningan Juwana menunjukkan bahwa peraturan hak cipta berbenturan dengan budaya hukum Jawa yang mengedepankan kerukunan antar tetangga, ewuh

pekewuh, tepa selira, gotong royong. Apabila hukum hak cipta

dite-gakkan secara keras, akan berakibat kerukunan hidup bertetangga akan tergangu. Sebab kebanyakan para pengrajin kuningan di Juwana hidup saling bertetangga bahkan masih ada hubungan kekerabatan, sehingga apabila sampai terjadi tuntut menuntut atau memonopoli suatu karya cipta akan mengakibatkan kereng-gangan bertetangga. Mereka menganggap bahkan seni kerajinan kuningan adalah milik mereka dari milik nenek moyang mereka sehingga siapa saja dapat meniru dan membuatnya (Hadi, 2003). - Penelitian tentang pembajakan CD/VCD di Jawa Tengah menun-jukkan bahwa faktor ekonomi adalah faktor dominan terhadap munculnya pembajakan kaset di samping faktor sosial budaya, pendidikan dan penegakan hukum. Upaya penanggulangan pembajakan kaset belum dilaksanakan secara maksimal karena

masih banyak ditemukan adanya produk-produk kaset bajakan yang dijual di masyarakat. Penegakan hukum dalam pembajakan kaset masih bersifat parsial, belum komprehesif (Hidayah, 2008). Pelanggaran hak cipta selain sering ditemui dalam bentuk pem-bajakan dan plagiarisme di dunia musik juga sering kita temui di lingkungan akademik pendidikan tinggi. Plagiat karya tulis baik dalam bentuk penelitian skripsi atau tesis sering ditemui dilakukan oleh beberapa mahasiswa dan pemerintah terkadang sulit melakukan pengawasan secara ketat terhadap praktik tersebut. Beberapa kasus terhadap pencabutan gelar guru besar karena ditemukan unsur plagiat terhadap hasil karyanya adalah salah satu upaya pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional untuk memberikan pem-belajaran terhadap sikap kejujuran dan bagaimana menumbuhkan budaya menghargai karya orang lain.

Salah satu upaya pemerintah guna menumbuhkan budaya sikap jujur (tidak ada unsur plagiat) maka melalui lembaga kementerian pendidikan dan kebudayaan, Dirjen Dikti telah mengeluarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 27 Januari 2012 tentang kewajiban publikasi karya ilmiah. Kewajiban tersebut meliputi hasil penelitian skripsi harus dipublikasikan dalam jurnal lokal, penelitian hasil tesis dimuat dalam jurnal terakreditasi, sedangkan bagi pene-litian hasil disertasi wajib dipublikasikan di jurnal internasional. Dengan ketentuan kewajiban ini, diharapkan ada pengawasan langsung dari masyarakat terkait hasil penelitian yang sudah dilakukan mahasiswa di setiap perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi telah mensya-rakatkan untuk tugas akhir (skripsi, tesis dan disertasi) wajib lolos tes plagiasi (plagiarism detector), hal ini merupakan bentuk upaya lembaga perguruan tinggi untuk meminimalisasi praktik plagiasi di kalangan mahasiswa.

Prinsip kejujuran dalam membuat sebuah karya tulis di kenal dalam prinsip Islam, sebagaimana hadist berikut di bawah ini:

“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari dan Muslim).”

Hadis di atas menjelaskan bahwa kejujuruan dalam menulis merupakan sebuah kewajiban. Nilai kejujuran sangat dibutuhkan dalam budaya akademik menulis, hal ini bertujuan untuk mening-katkan kualitas karya tulis dan profesionalisme.

L. Pelanggaran Hak Cipta Menurut Kajian Hukum Islam

Dalam dokumen Hukum hak kekayaan intelektual (Halaman 61-64)