• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Hukum Penyelesaian Hak Merek

Dalam dokumen Hukum hak kekayaan intelektual (Halaman 77-85)

DAN INDIKASI GEOGRAFIS

E. Upaya Hukum Penyelesaian Hak Merek

Undang-Undang Hak Merek memberikan pilihan penyelesaian hukum bagi pemegang merek yang haknya dilanggar oleh pihak lain. Berikut ini mekanisme penyelesaian bagi pemegang merek yang

a. Gugatan Perdata, mekanisme ini diatur di dalam pasal 83 UUM. Pemegang merek berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga atas kerugian yang dialami dan memohon kepada pengadilan niaga agar memerintahkan penghentian semua per-buatan yang berkaitan dengan penggunaan merek.

b. Tuntutan Pidana. Ketentuan pidana pelanggaran merek diatur di dalam pasal 100-103 UUM. Pengajuan gugatan perdata tetap bisa dilakukan bersama tuntutan pidana. Proses perdata tidak menggugurkan hak negara untuk melakukan tuntutan pidana. c. Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa/ ADR (Alternative Dispute Resolution) dalam bentuk negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Pasal 93 UUM).

Contoh Kasus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya

Gambar 1: Logo ITS Surabaya dan Logo ITS Inkom TehSnab HhkomCha6

Logo milik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada awal Maret 2012 diduga kuat dijiplak sebuah perusahaan asal Rusia. Perusahaan dengan nama Inkom TehSnab itu mencantumkan sebuah logo pada websitenya yang beralamat di http://www.1hydro.ru. Bentuk logo yang terdapat pada situs tersebut sangat mirip, per-bedaan cuma berada dalam urusan warna. Jika logo ITS menggu-nakan warna biru agak kemudaan, Inkom TehSnab memilih biru tua (detiknet, 02/03/2012).

Analisis Kasus:

Logo ITS pada kasus di atas bisa dilindungi melalui hak cipta dan hak merek. Pada bab ini, kasus ITS akan dikaji melalui tinjauan perlindungan merek. Perlindungan merek di Indonesia menurut

UU No 15 Tahun 2001, adalah menganut prinsip konstitutif, dan prinsip first to file. Prinsip konstitutif maksudnya adalah perlindungan hak atas merek hanya diberikan jika seseorang sudah mendaftarkan mereknya, sedangkan prinsip first to file, adalah siapa yang mendaftar pertama kali adalah dianggap sebagai pemilik mereknya. Namun pendaftaran merek dapat dibatalkan jika merek tersebut memiliki persamaan dengan merek terkenal milik orang lain, sama dengan merek orang lain yang sudah terdaftar lebih dahulu, atau diajukan dengan itikad tidak baik.

Selain menganut prinsip di atas, perlindungan merek juga menganut prinsip teritorialitas yaitu sebuah merek hanya mendapat perlindungan hukum di wilayah di mana merek tersebut di daftarkan. Pada kasus tersebut di atas, logo ITS jika sudah terdaftar di Dirjen HKI, maka logo ITS hanya mendapat perlindungan hukum di wilayah hukum Indonesia. Jika ITS ingin mendapatkan perlindungan hukum di Rusia, maka ITS juga harus mendaftarkan terlebih dahulu di negara tersebut.

Upaya hukum yang sudah dilakukan oleh pihak ITS dalam bentuk surat peringatan merupakan bentuk negosiasi yang bisa dilakukan untuk menjaga reputasi lembaga dan juga reputasi perusahaan. Itikad baik dari Inkom TehSnab untuk mengubah logo telah menjadi upaya damai dari kedua belah pihak dalam penyelesaian perselisihan merek. F. Indikasi Geografis

Indikasi geografis pada UU Merek yang lama mengatur secara umum dan diatur melalui secara khusus dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis. Namun UUM yang baru telah mengatur secara khusus di dalam Pasal 53-71, dan nama UU nya pun juga berubah yaitu UU tentang Merek dan Indikasi Geografis. Pengertian indikasi geografis sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 1 UUM adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan reputasi, kualitas dan karakteristik tertentu pada barang dan atau produk yang dihasilkan. Tanda yang digunakan sebagai indikasi geografis dapat berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama tempat,

daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Pengertian nama tempat dapat berasal dari nama yang tertera dalam peta geografis atau nama yang karena pemakaian secara terus-menerus sehingga dikenal sebagai nama tempat asal barang yang bersangkutan. Perlindungan indikasi geografis meliputi barang-barang yang dihasilkan oleh alam, barang hasil pertanian, hasil kerajinan tangan; atau hasil industri tertentu lainnya (olahan manusia dari barang mentah menjadi barang jadi seperti tenun Sikka, tenun Grinsing (Pasal 53 ayat 3).

Indikasi geografis mendapat perlindungan setelah terdaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh:

a. lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan, yaitu terdiri atas:

1) pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan alam.

2) produsen barang hasil pertanian.

3) pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil industri. 4) pedagang yang menjual barang tersebut.

Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang mempro-duksi barang menurut penjelasan undang-undang adalah lem-baga yang diberi kewenangan untuk mendaftarkan indikasi geografis dan lembaga itu merupakan lembaga Pemerintah atau lembaga resmi lainnya seperti koperasi atau asosiasi.

b. pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota.

Permohonan pendaftaran indikasi geografis tidak dapat didaftar oleh Direktorat Jenderal apabila tanda tersebut:

- bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas agama.

- kesusilaan - ketertiban umum

- dapat memperdayakan atau menyesatkan masyarakat mengenai sifat, ciri, kualitas, asal sumber, proses pembuatan, dan/atau kegunaannya.

- nama yang telah digunakan sebagai varietas tanaman dan di-gunakan bagi varietas tanaman sejenis, kecuali ada penambahan

padanan kata yang menunjukkan faktor indikasi geografis yang sejenis.

Contoh nama indikasi geografis yang didaftarkan di Dirjen HKI

- Beras Adan Krayan

Beras Adan Krayan diajukan pendaftarannya oleh Asosiasi Masyarakat Adan untuk mendapatkan perlindungan hukum indikasi geografis. Beras Adan merupakan beras yang diproduksi oleh petani di wilayah Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yang merupakan salah satu kawasan terluar dan ber-batasan langsung dengan Serawak Malaysia. Dengan keunggulan yang dimiliki maka beras Adan dikonsumsi secara luas di Ma-laysia dan Brunei Darussalam bahkan konon keluarga kerajaan Brunei Darussalam gemar mengonsumsi beras Adan Krayan sebagai sumber makanan pokok sehari-hari (www.Dirjen HKI, 2012). - Susu Kuda Sumbawa didaftarkan oleh Asosiasi Pengembangan Susu Kuda Sumbawa (Kabupaten Dompu) pada tahun 2011. - Madu Sumbawa didaftarkan oleh Jaringan Madu Hutan

Sumbawa (Sumbawa, NTB) pada tahun 2011.

- Kangkung Lombok didaftarkan oleh Asosiasi Komoditas Kangkung Lombok pada tahun 2011.

- Tembakau Hitam Sumedang didaftarkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang didaftarkan pada tahun 2010.

- Kopi Kintamani Bali

Produk Kopi Kintamani Bali diajukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Kintamani Bali pada tahun 2008. Indikasi geografis produk ini menjadi milik masya-rakat produksi kopi di Kecamatan Kintamani, Bangli, Pupuan, Kabupaten Badung, dan beberapa Kecamatan di Kabupaten Buleleng. G. Lingkup Indikasi Geografis

Lingkup indikasi geografis menurut pasal 2 PP No. 51/2007 adalah sebagai berikut:

- Tanda yaitu dalam bentuk nama tempat atau daerah maupun tanda tertentu lainnya yang menunjukkan asal tempat dihasilkan-nya barang yang dilindungi oleh indikasi geografis. Sebagaimana

dijelaskan dalam peraturan pemerintah yang dimaksud “tanda tertentu lainnya” adalah tanda yang berupa kata, gambar, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut, contoh kata “Minang” mengindikasikan daerah Sumatera Barat. Gambar rumah adat Toraja, mengindikasikan daerah Toraja di Sulawesi Selatan. - Barang yaitu dapat berupa hasil pertanian, produk olahan, hasil

kerajinan tangan.

- Indikasi geografis terdaftar tidak dapat berubah menjadi milik umum.

Indikasi geografis tidak dapat didaftar apabila tanda yang dimo-honkan pendaftarannya (pasal 56 UUM):

- Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.

- Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai: ciri, sifat, kualitas, asal sumber, proses pembuatan barang, dan/atau kegunaannya.

- Nama geografis setempat yang telah digunakan sebagai nama varietas tanaman, dan digunakan bagi varietas tanaman yang sejenis. Contohnya adalah nama/kata “Cianjur” telah dikenal sebagai nama salah satu varietas tanaman padi. Oleh karenanya, kata “Cianjur” tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai indikasi geografis bagi varietas tanaman padi lainnya sekalipun pembudidayaannya dilakukan di daerah Cianjur. Hal ini dimak-sudkan untuk menghindarkan timbulnya kemungkinan yang menyesatkan.

- Telah menjadi generik: Indikasi yang bersifat generik adalah indikasi tentang suatu barang yang telah menjadi milik umum karena sering digunakan dalam bahasa sehari-hari, dan karenanya tidak dilindungi. Contoh: tahu, tempe, batik, jeruk bali, pisang am-bon, dan sebagainya.

Indikasi geografis berbeda dengan indikasi asal (pasal 63-64). Indikasi asal hanya mengidentifikasi asal barang diproduksi yang tidak terkait dengan faktor alam. Penjelasan pasal 64 memberikan contoh kamera merek Nikon yang berasal dari Jepang tetapi juga dibuat oleh pabriknya yang berada di Cina melalui lisensi dan pada

kamera produk tersebut ditulis Made in China. Label Made in China inilah yang dinamakan indikasi asal. Hak indikasi asal timbul sejalan dengan perwujudan objek dan bukan melalui pendaftaran, berbeda dengan indikasi geografis yang wajib didaftarkan.

H. Rangkuman

1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (UUM). Hak atas merek menurut Undang-Undang Merek (UUM) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu ter-tentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau mem-berikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. 2. Pembagian Merek menurut UUM ada dua yaitu Merek Dagang

dan Merek Jasa. Merek Dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membeda-kan dengan barang-barang sejenis lainnya, contoh: KFC, Yamaha, Tupperware, dll. Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya, contoh: BRI, TUV Rheinland, AKAS (jasa transportasi), dll.

3. Merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur yaitu: permohonan merek disertai dengan itikad tidak baik, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau kertertiban umum, merek tidak memiliki daya pembeda, merek mengandung tanda-tanda yang telah menjadi milik umum, merek merupakan kete-rangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohon-kan pendaftarannya.

4. Indikasi geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis ter-masuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang

yang dihasilkan. Indikasi geografis mendapat perlindungan setelah terdaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh lem-baga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan, lembaga yang diberi kewenangan untuk itu, dan Pemda.

5. Undang-Undang Hak Merek memberikan pilihan penyelesaian hukum bagi pemegang merek yang haknya dilanggar oleh pihak lain dalam beberapa mekanisme, yaitu gugatan perdata, tuntutan pidana dan penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa/ADR (Alternative Dispute Resolution) dalam bentuk negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Bagian 5 . . .

Dalam dokumen Hukum hak kekayaan intelektual (Halaman 77-85)