• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Nutrisi Parenteral

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 67-84)

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.6 Satelit Kirana

4.7.2. Aseptic Dispensing

4.7.2.4. Pelayanan Nutrisi Parenteral

Pembuatan Total Parenteral Nutrition (TPN) yang dilayani hanya untuk anak karena keterbatasan fasilitas. Pencampuran yang sering dibuat untuk pasien anak, yaitu premixed KCl 7,46 % dalam dextrose 40 % dan Ka EN 1B. Pada saat ini, Sub Instalasi Produksi sedang merencanakan pengembangan tempat untuk pembuatan TPN untuk pasien dewasa.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Sistem manajemen perbekalan farmasi sudah cukup baik, tetapi masih terdapat kendala dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi karena tidak semua unit pengguna mampu melakukan perencanaannya dengan baik. Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang perbekalan farmasi dan satelit sudah memenuhi standar JCI dan peraturan perundangan, tetapi masih ditemukan beberapa sediaan farmasi yang penyimpanannya belum sesuai. Pengaturan ruang pelayanan di Satelit Kirana kurang baik sebab tidak dipisahkan tempat antara penyerahan resep dengan pengambilan obat. Pelayanan resep di satelit IGD dan satelit farmasi pusat masih belum baik dilihat dari adanya komplain pasien terkait kecepatan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan.

b. Kegiatan farmasi klinik meliputi skrining resep, medication history taking, monitoring terapi obat, ronde/visite pasien, bedside counseling, pelayanan informasi obat, dan pemantauan penggunaan antibiotik. Kegiatan tersebut sudah terlaksana dengan baik, tetapi belum semua pasien mendapatkannya karena keterbatasan sumber daya apoteker.

c. Apoteker memiliki tugas dan peran penting dalam pelaksanaan kegiatan produksi sediaan farmasi, terutama untuk menjamin tersedianya produk yang aman dan berkualitas bagi pasien. Produksi yang telah dilakukan meliputi produksi sediaan farmasi steril, nonsteril, serta pelayanan aseptic dispensing yang terdiri dari penanganan obat kanker, pelayanan IV admixture, pembuatan TPN, dan pengemasan kembali. Namun, tidak semua kegiatan aseptic

dispensing dilakukan di Sub Instalasi Produksi, seperti penyiapan obat kanker

di Bedah Tumor dan peracikan obat tetes mata di Kirana.

5.2 Saran

a. Dalam sistem manajemen perbekalan farmasi, perlu dilakukan evaluasi perencanaan perbekalan farmasi pada setiap unit pengguna. Sistem

penyimpanan perbekalan farmasi di gudang perbekalan farmasi, satelit farmasi, dan unit pengguna perlu diperhatikan dengan penerapan nilai budaya IF RSCM 5R, misalnya perbekalan farmasi yang diterima oleh unit pengguna harus diberi alas palet agar tidak bersentuhan dengan lantai atau disimpan ke dalam kotak penyimpanan obat yang sesuai. Selain itu, penghematan obat kanker yang akan dikembalikan ke gudang sebaiknya ditata lebih rapi.

b. Sebaiknya dilakukan analisis beban kerja terhadap tenaga kefarmasian, seperti asisten apoteker dan apoteker, khususnya di Sub Instalansi Produksi, Satelit IGD, dan Kirana. Sub Instalansi Produksi membutuhkan seorang apoteker untuk menjadi penanggung jawab produksi sediaan farmasi dan memonitoring terapi obat kanker. Satelit IGD membutuhkan apoteker klinik terutama untuk monitoring pengobatan pasien selama perawatan di IGD, monitoring pengobatan pasien yang stagnant (pasien akan dipindahkan ke gedung A atau ICU tetapi belum memperoleh tempat), pasien pulang (mengantarkan obat pulang dan memberikan informasi pasien pulang), serta memeriksa obat emergensi dan obat yang menumpuk di ruangan. Sedangkan di Satelit Kirana, apoteker klinik dibutuhkan untuk memberikan informasi obat dan mengevaluasi resep obat mata racikan.

c. Kualitas kerja petugas kefarmasian perlu ditingkatkan dalam hal pelayanan resep dan kedisiplinan, yaitu petugas harus dapat menerapkan 3S (senyum, salam, dan sapa), tidak menolak resep saat briefing terutama petugas satelit farmasi pusat, dan selalu menggunakan APD terutama petugas di Sub Instalasi Produksi dan petugas yang meracik obat, menyediakan tempat sampah di ruangan LAF dan BSC, menutup lemari asam saat tidak digunakan, menutup rapat ruang peracikan, dan menyediakan tempat cuci tangan di ruang peracikan.

d. Pengawasan dan pengendalian mutu sediaan farmasi perlu ditingkatkan, seperti adanya quality control pada sediaan yang dikemas kembali dan pemeriksaan ganda (double checking) dengan orang yang berbeda pada pembuatan obat steril, nonsteril, dan aseptic dispensing. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap obat high alert dan obat yang tidak memiliki

e. Perlu dilakukan sosialisasi kepada perawat agar tidak melakukan pengoplosan obat kanker di ruang rawat, tetapi menyerahkannya kepada petugas farmasi di ruang penyiapan obat kanker serta membawa obat yang telah dioplos menggunakan kotak pembawa.

f. Alur pelayanan dan penyiapan obat kanker perlu disederhanakan agar efektif dan efisien. Serah terima obat kanker sebaiknya tidak perlu melalui perawat, tetapi langsung dari depo ke ruang penyiapan obat kanker, atau dengan menyimpan obat di ruang penyiapan. Sedangkan di Satelit Kirana, penataan ruang pelayanan resep belum efektif. Sebaiknya, tempat penerimaan resep dan penyerahan obat dipisahkan. Tata ruang yang kami sarankan adalah sebagai berikut.

Gambar 5.1 Usulan alur dan tata ruang pelayanan di Satelit Kirana Keterangan:

= arah pasien masuk = arah pasien keluar A = pintu masuk

B = tempat penyerahan berkas administrasi C= komputer tempat cek harga

D = kasir

E = komputer tempat input dan pemantauan pasien jaminan F = tempat penyerahan obat dan PIO

G= penyimpanan sementara obat/alkes yang didefekta dari gudang H = penyimpanan obat oral

I = penyimpanan alkes

J = penyimpanan obat topikal dan injeksi K = kulkas

L = penyiapan obat, etiket, dan pemantauan pasien jaminan M = pintu keluar

DAFTAR ACUAN

Formularium Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. (2012). Jakarta.

Kelly, W.N. (2002). Pharmacy, what it is and how it works. Boca Raton: CRC

Press LLC.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit. (2004). Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 tahun 2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit. (2010). Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 mengenai Tenaga Kesehatan. (1996). Jakarta.

Siregar, C. (2004). Farmasi rumah sakit teori dan penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Surat Keputusan Dirut Nomor 2632/TU.K/34/III/2010 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUP. Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. (2010). Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. (2009). Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. (2009). Jakarta.

6 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalansi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

PJ Gas Medis

Kepala Instalansi Farmasi

PJ Admin & SDM PJ Keuangan

PJ Akuntansi & IT

Ka. Sub Intalasi Adminkeu

Ka. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi PJ Perencanaan PJ Penyimpanan & Pendistribusian PJ Satelit Farmasi

Ka. Sub Instalasi Produksi

PJ Produksi

PJ Aseptic Dispensing

Ka. Sub Instalasi Farklin Diklitbang

PJ Farklin

Lampiran 3. Resep yang Berlaku di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

6

Lampiran 4. Etiket yang Berlaku di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

(a)

(b)

(c) Keterangan:

(a) : Etiket untuk Obat Dalam (b) : Etiket untuk Obat Luar (c) : Etiket untuk Alat Kesehatan

Lampiran 9. Formulir Penitipan Obat Pelayanan Aseptik Dispensing Farmasi CMU−2

Lampiran 11. Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun Mudah meledak (explosive) Bersifat pengoksidasi (oxidizing) Bersifat pengoksidasi (oxidizing)

Bersifat beracun (toxic) Bersifat berbahaya Bersifat iritasi (irritatif) (harmful)

Bersifat bahaya gas bertekanan (pressure gas)

STABILITAS KIMIA OBAT SUNTIK KEMAS ULANG

(REPACKING)

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SITI MASITOH, S.Farm

1106047360

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .. ... 3 2.1 Pengemasan Obat Kembali (Repacking) ... 3 2.2 Faktor Pertimbangan dalam Pengemasan Kembali ... 3 2.3 Stabilitas Obat ... 4 2.3.1 Stabilitas Kimia ... 4 2.3.2 Stabilitas Fisika ... 6 2.3.3 Stabilitas Mikrobiologi ... 7 2.3.4 Stabilitas Terapi ... 7 2.3.5 Stabilitas Toksikologi ... 7 BAB 3 METODE PENELITIAN ... 8 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 8 3.2 Metode Penelitian ... 8 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 67-84)

Dokumen terkait