• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Rawat Inap Gedung A

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 48-51)

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Unit Rawat Inap Gedung A

Satelit Farmasi Gedung A terletak di lantai dasar gedung unit rawat inap terpadu gedung A. Satelit Farmasi gedung A melayani permintaan perbekalan farmasi dari depo setiap lantai di Gedung A. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang merupakan integrasi dari beberapa departemen yang ada di RSCM. Penulisan resep di Gedung A dilakukan dengan sistem elekronik yang disebut dengan

Electronic Health Record (EHR), kecuali untuk lantai 1, 3, dan 6 menggunakan

formulir resep resmi dari RSCM. Resep diterima oleh petugas depo melalui EHR, kemudian diperiksa ketersediaan perbekalan farmasi yang diminta. Apabila tidak tersedia, petugas depo akan melakukan permintaan (defekta) ke gudang perbekalan farmasi yang dilakukan pada hari senin, rabu, dan jumat. Khusus untuk barang-barang ortopedi, pengadaan dengan cara konsinyasi atau penitipan.

Alur defekta dimulai dengan melakukan sampling terhadap perbekalan farmasi, yaitu kesesuaian dengan kartu stok, stok fisik, dan sistem informasi farmasi (SIF). Sampling dilakukan secara rutin setiap hari terutama untuk barang-barang yang mahal. Daftar barang-barang yang akan diminta dimasukkan ke dalam SIF, kemudian gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta. Petugas dari Gedung A akan mengambil barang serta memeriksa kesesuaian dengan daftar defekta dan tanggal kadaluarsa dari barang. Kemudian daftar defekta yang telah sesuai dimasukkan ke dalam SIF.

Sistem distribusi obat yang digunakan di Gedung A adalah sistem dosis unit yang dikombinasikan dengan floor stock. Dengan sistem dosis unit, setiap resep dikerjakan dan dikemas dalam kemasan yang dibagi tiap waktu penggunaan, yaitu pagi (kantong merah), siang (transparan), sore (biru), dan malam (hijau). Alur pelayanan resep secara umum adalah resep diterima oleh depo kemudian obat disiapkan di depo dan diantarkan ke ruang rawat oleh tenaga farmasi. Pada pelayanan resep TPN, resep yang telah diverifikasi dapat langsung diterima oleh bagian produksi di gedung CMU 2 melalui SIF. Petugas di bagian produksi akan

langsung menyiapkan TPN yang diminta dan akan diantarkan ke satelit gedung A untuk diserahkan ke depo. Pelayanan resep yang memerlukan repacking (pengemasan kembali), misalnya obat antibiotik yang mahal, obat akan disiapkan di satelit gedung A kemudian dibawa ke bagian produksi untuk dikemas kembali secara aseptis. Obat yang telah siap diantarkan kembali ke satelit pusat, lalu diantarkan ke depo. Pada pelayanan resep sitostatika, obat berasal dari satelit gedung A karena ruang sitostatika di lantai 8 dan depo tidak meyimpan obat sitostatika. Pada saat pelayanan obat sitostatika, tenaga kefarmasian harus memahami dengan baik protokol kemoterapi pasien, karena proses perhitungan pelarut pada saat penyiapan obat kemoterapi harus sesuai dengan konsentrasi yang tertera pada protokol kemoterapi masing-masing pasien. Pada saat pelayanan obat sitostatika, petugas harus mengisi formulir pencampuran obat sitostatika Instalasi Farmasi (Lampiran 8). Pasien juga tidak boleh membawa pulang obat sitostatika. Apabila obat telah terlanjur disiapkan tetapi proses kemoterapi tertunda, pasien dapat menitipkan obat sitostatika di ruang sitostatika dengan mengisi formulir penitipan obat pelayanan aseptik dispensing farmasi CMU 2 (Lampiran 9).

Proses pengerjaan resep dimulai dengan melakukan verifikasi resep yang mencakup legalitas resep, kesesuaian sediaan farmasetika, kesesuaian obat yang diresepkan dengan jenis jaminan pasien (untuk pasien jaminan) dan pertimbangan klinis. Setelah seluruh resep selesai diverifikasi, selanjutnya dilakukan pengambilan obat dari rak dan obat dimasukkan ke dalam keranjang-keranjang untuk tiap pasien. Setelah semua obat diambil, dilakukan pengemasan obat ke dalam bentuk dosis unit serta pemberian etiket. Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan ulang resep yang telah dikerjakan. Orang yang melakukan pemeriksaan berbeda dengan orang yang mengerjakan resep. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan sebagai pengecekan ganda untuk menghindari

medication error. Kemudian obat diantarkan ke ruang rawat dan dilakukan proses

serah terima obat dengan perawat. Keseluruhan proses tersebut ditandai dengan melakukan check list dan menuliskan nama petugas yang mengerjakan etiket, mengambil obat, dan melakukan serah terima pada keterangan V (verifikasi), H (harga), D (dispensing), S (serah) pada lembar resep.

4.2.2 Farmasi klinik Satelit Gedung A

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di Gedung A adalah medication

history taking (pengambilan riwayat pengobatan pasien), ronde (ronde bersama

dan visite mandiri), skrining resep, monitoring resep, konseling pasien pulang, pemberian informasi obat pasif dan aktif, serta mendokumentasikan kegiatan.

Pengambilan riwayat pengobatan pasien dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai obat yang digunakan pada terapi sebelumnya, riwayat alergi, atau adverse drug reaction (ADR). Informasi yang diperoleh menjadi dasar untuk pengobatan selanjutnya dan memastikan bahwa pengobatan yang dilakukan berkesinambungan.

Kegiatan ronde adalah kegiatan mengunjungi untuk mendiskusikan rencana pengobatan selanjutnya oleh seluruh tenaga kesehatan, baik dokter, perawat dan apoteker secara bersama-sama. Apoteker dapat memberikan rekomendasi kepada dokter terkait dengan rencana pengobatan tersebut.

Skrining dilakukan pada saat verifikasi sebelum resep disiapkan oleh farmasi. Farmasi akan melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian farmasetik, farmakologi, dan klinik. Selain itu, dilakukan juga monitoring pengobatan pasien dengan mengisi formulir monitoring pengobatan yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Salah satu bentuk monitoring adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap adanya diskrepansi, yaitu perbedaan antara resep, kardeks, dan status pasien. Perbedaan tersebut ditelusuri untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

medication error.

Konseling di Gedung A dilakukan untuk pasien pulang yang menerima obat sampai waktu untuk kontrol kembali ke rumah sakit (bedside counseling). Apoteker akan mengisi formulir informasi obat pulang yang berisi petunjuk singkat tentang obat yang diberikan. Formulir informasi obat pulang dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut perlu dilakukan karena saat di rumah sakit pemberian obat pasien diawasi oleh perawat sedangkan di rumah pengawasan berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat kepatuhan minum obat dari pasien dan meningkatkan medication error.

Pemberian informasi obat terdiri dari pemberian informasi secara aktif dan pasif. Pemberian informasi aktif dilakukan dengan pemberian brosur atau lembar

informasi seperti cara pemakaian inhaler sedangkan pemberian informasi pasif dilakukan dengan melayani pertanyaan dari tenaga kesehatan lain, profesi lain, dan masyarakat terkait dengan obat. Pertanyaan diajukan pada apoteker klinis di ruang apoteker klinis yang ada di lantai dasar gedung A.

Seluruh kegiatan klinik yang dilakukan oleh apoteker akan didokumentasikan dengan tujuan sebagai penilaian atau evaluasi kinerja apoteker. Apoteker juga melakukan supervisi yaitu pengecekan terhadap lemari obat. Seorang apoteker bertanggung jawab untuk memastikan pengobatan yang diberikan pada pasien telah tepat. Supervisi tersebut merupakan salah satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Jika terdapat obat yang tertinggal di lemari obat, apoteker harus segera melakukan pengecekan silang dengan perawat mengenai alasan mengapa pasien tidak memperoleh obat yang seharusnya. Kejadian kehilangan obat juga harus menjadi perhatian khusus bagi apoteker karena selain merugikan rumah sakit, hal tersebut juga berpotensi untuk menimbulkan

medication error. Hal yang paling berbahaya adalah apabila pasien sebenarnya

telah menerima obat, tetapi memperoleh lagi obat yang sama karena perawat mengira obat hilang dan meminta kembali ke satelit farmasi. Oleh karena itu, apabila terjadi kejadian seperti itu, apoteker tidak boleh langsung memberikan obat kecuali dalam keadaan pasien sangat membutuhkan obat untuk kelangsungan hidupnya. Setelah obat diberikan kembali pun, masih harus terus dilakukan pengusutan mengenai obat yang hilang tersebut. Supervisi juga perlu dilakukan secara rutin untuk menghindari retur obat yang banyak dari ruang rawat.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 48-51)

Dokumen terkait