• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satelit Intensive Care Unit (ICU)

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 53-57)

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU)

ICU melayani resep yang berasal dari ruang ICU yang memiliki kapasitas 15 tempat tidur, terdiri dari 12 tempat tidur digunakan untuk penanganan pasien, 2 tempat tidur untuk pasien isolasi, dan 1 tempat tidur digunakan sebagai cadangan. Kriteria-kriteria pasien yang masuk ke ruang ICU yaitu pasien-pasien yang mengalami penurunan tanda vital seperti penurunan kesadaran, gagal nafas, sepsis, dan pasien-pasien post-operasi yang membutuhkan penanganan khusus. Prosedur memasuki ruang ICU bagi dokter, perawat, apoteker, petugas kebersihan, dan pengunjung pasien adalah melepas alas kaki, mencuci tangan dengan cairan pencuci tangan (hand rub), serta menggunakan masker.

Satelit farmasi di ICU memiliki 2 apoteker, yaitu apoteker klinik dan apoteker manajemen yang dibantu oleh 3 asisten apoteker dengan pelayanan resep yang terbagi dalam dua shift, yaitu shift pagi (jam 08.00-16.00) dan shift sore (jam 14.00-20.00). Untuk kebutuhan perbekalan farmasi pasien ICU di malam hari, pelayanan resep dialihkan ke satelit farmasi pusat.

4.4.1 Prosedur pelayanan resep

sesuai prosedur yang berlaku. Selanjutnya dilakukan input resep ke dalam sistem informasi farmasi dengan menu resep yang sesuai dengan status pasien (umum dan jaminan), kemudian dicetak surat penyerahan barang (SPB). Perbekalan farmasi disiapkan sesuai dengan resep dan aturan kefarmasian. Setelah itu, perbekalan farmasi yang telah disiapkan dapat diserahkan kepada pasien. Pendistribusian perbekalan farmasi di ICU dilakukan dengan menerapkan sistem

daily dose, yaitu perbekalan farmasi disiapkan untuk pemakaian pasien selama

satu hari.

4.4.2 Peran apoteker

Apoteker klinik berperan dalam monitoring pengobatan pasien yang dilakukan dengan cara menilai interaksi obat dan membuat FPO (Formulir Pemberian Obat) secara manual ataupun komputerisasi dari kardeks pasien. Apoteker klinik juga berperan dalam diskusi klinik (parade) setiap pagi bersama dokter dan perawat dengan tujuan untuk menilai perkembangan pasien dan merencanakan tindakan dan/atau pengobatan yang akan diberikan kepada tiap pasien juga informasi obat yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, seperti kesesuaian obat dengan Formularium RSCM, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, kesesuaian dosis obat dengan indikasinya, dan interaksi obat.

Selain itu, apoteker melakukan pengkajian terhadap resep seperti ketepatan dan kelengkapan penulisan resep oleh dokter (penulisan nama obat, jumlah, dan bentuk sediaan juga interval pemakaian) dan kesesuaian antara obat yang dituliskan dalam resep dengan obat yang dituliskan pada kardeks (diskrepansi). Di satelit ICU banyak ditemukan resep-resep yang tidak lengkap, seperti tidak terdapat regimen pengobatan. Jika hal ini terjadi sebaiknya asisten apoteker melakukan verifikasi ke dokter atau perawat yang merawat pasien.

Apoteker menajemen di satelit ICU bertanggung jawab atas pengelolaan perbekalan farmasi, seperti pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi. Satelit ICU melakukan pengadaan/defekta ke gudang farmasi pusat setiap dua kali dalam seminggu.

4.4.3 Sistem penyimpanan obat

Ruang penyimpanan yang terbatas di satelit ICU membuat apoteker di satelit ICU harus dapat memanfaatkan ruang yang ada. Namun, penempatan lemari pendingin di satelit ICU kurang sesuai karena terhalang meja kerja apoteker. Hal ini akan mempersulit petugas dalam mengambil obat-obat yang disimpan dalam lemari es, dan dapat menyebabkan terjadinya medication error. Sebaiknya dilakukan relokasi terhadap susunan lemari penyimpanan di satelit ICU.

Apoteker di satelit ICU sebaiknya meningkatkan kegiatan pengawasan terhadap obat-obat yang disimpan di laci dekat tempat tidur pasien. Hal ini disebabkan pernah ditemukannya cairan elektrolit pekat (KCl 7,46%) disimpan pada laci dekat tempat tidur pasien dan adanya beberapa obat tanpa identitas yang terdapat di ruang perawatan. Sesuai standar JCI, cairan elektrolit pekat ini tidak boleh disimpan di laci dekat tempat tidur pasien, tetapi harus disimpan pada lemari khusus di ruang perawatan.

4.5 Satelit Farmasi Pusat

Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di Satelit Farmasi Pusat antara lain mengamati dan melaksanakan pelayanan resep, meliputi prosedur administrasi resep yang masuk berdasarkan status pasien dan proses pengerjaan resep, dimulai dari penerimaan resep, penyiapan obat, hingga penyerahan obat kepada pasien

Satelit Farmasi Pusat memberikan pelayanan selama 24 jam yang terbagi menjadi 3 shift dan memiliki seorang apoteker penanggung jawab yang dibantu oleh 11 asisten apoteker dan 3 pekarya. Apoteker di Satelit Farmasi Pusat bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berlangsung di Satelit Farmasi Pusat, seperti pengelolaan perbekalan farmasi dan masalah lain yang berhubungan dengan pelayanan obat kepada pasien.

4.5.1 Pelayanan resep

Pelayanan resep yang diberikan oleh Satelit Farmasi Pusat adalah resep pasien-pasien rawat jalan dan rawat inap, baik pasien jaminan maupun pasien

yaitu pasien-pasien BCH, Perinatologi, Unit Luka Bakar (ULB), Bedah Toraks, Psikiatri, ICCU, ICU (hanya pada malam hari), dan PJT. Sedangkan pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan dari satelit farmasi pusat yaitu pasien-pasien Poli Bedah Tumor, Poliklinik Thalasemia, Hematologi, dan Onkologi.

Pemberian obat-obat khusus seperti obat sitostatika harus melampirkan protokol pengobatan dan jadwal terapi dari dokter, albumin harus melampirkan hasil pemeriksaan laboratorium, dan obat-obat mahal harus mendapatkan persetujuan dari pejabat Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang ditunjuk (untuk pasien Gakin).

4.5.2 Sistem pengelolaan obat

Alur pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat, yaitu mulai dari perencanaan, pembuatan defekta yang ditujukan ke gudang pusat, pengambilan perbekalan farmasi sesuai dengan defekta sampai barang perbekalan farmasi dibawa ke Satelit Farmasi Pusat. Defekta obat/alkes ke gudang pusat dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu.

Sistem pendistribusian yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat adalah resep individual. Sistem distribusi resep individual memberikan keuntungan untuk rumah sakit, yaitu memudahkan perhitungan biaya sediaan farmasi yang akan dibebankan kepada penderita dan akan memudahkan pengawasan obat-obatan yang ada, sedangkan kerugiannya yaitu sediaan farmasi memerlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke pasien, khususnya untuk pasien rawat inap, selain itu kestabilan obat juga tidak terjamin karena pasien ataupun keluarga pasien tidak benar-benar mengetahui penyimpanan yang sesuai.

Satelit Farmasi Pusat memiliki kartu kendali pengobatan pasien yang berisi jumlah obat yang diberikan kepada pasien. Kartu kendali ini digunakan untuk memantau dan mengendalikan penggunaan obat pada pasien-pasien khusus seperti obat kanker, Koate®, Hemapo®, Ferriprox®, Eprex®, dan sebagainya. Untuk pengendalian terhadap pemberian obat bagi pasien jaminan, petugas di satelit farmasi pusat menuliskan nama obat dan jumlah yang diberikan di bagian belakang surat jaminan. Sama seperti kartu kendali, penulisan nama dan jumlah

obat di belakang surat jaminan bertujuan untuk memantau dan mengendalikan pemberian obat agar obat yang diberikan tidak berlebih ataupun kurang.

Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi juga dilakukan melalui resep. Di setiap lembar resep terdapat kolom VHDS yang wajib diisi/diparaf oleh petugas farmasi yang melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk verifikasi dan pemberian harga dapat dilakukan oleh petugas yang sama, tetapi untuk petugas pengemas dan pemberi obat harus dilakukan oleh petugas yang berbeda. Pengisian kolom VHDS ini dapat dijadikan sebagai cara pengawasan dan pengendalian, terutama jika terjadi kesalahan dalam pelayanan resep.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 53-57)

Dokumen terkait