• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemaknaan Cover atau Sampul Majalah Charlie Hebdo edisi 19 September 2012

Korpus 6 pada Cover Majalah Charlie Hebdo edisi 19 September 2012 Sumber: Majalah Charlie Hebdo edisi 19 September 2012, dokumentasi

D. Pemaknaan Cover atau Sampul Majalah Charlie Hebdo edisi 19 September 2012

Secara keseluruhan, peneliti mencoba untuk merangkum pemaknaan cover depan majalah Charlie Hebdo berdasarkan konsep tata letak dalam jurnalistik. Tata letak atau sering disebut dengan layout merupakan bagian dari aktifitas jurnalistik yang berhubungan dengan cara penyusunan kolom, pemakaian tipografi, dan penempatan berita pada halaman yang tersedia.Tata letak atau layout media cetak memperhatikan beberapa hal, antara lain estetika, desain, dan tipografi. Hal yang berkaitan dengan estetika mengacu pada perpaduan komposisi tampilan media cetak yang disesuaikan dengan tradisi baca masyarakat sehingga memudahkan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan pembaca. Hal yang berkaitan dengan desain mengacu pada aspek teknik penyajian desain media cetak sesuai dengan rubrikasi dan berita yang disajikan, sehingga dapat mengundang daya tarik pembaca. Hal yang berkaitan dengan tipografi (perwajahan) mengacu pada aspek perwajahan atau penampilan konkret media cetak, termasuk komposisi penggunaan huruf judul berita dan isi berita, foto, iklan, dan sebagainya (Yunus, 2010:99-100).

Tipografi sebagai bagian dari layout disebut sebagai make up produk jurnalistik. Tipografi dijadikan dasar pembaca dalam memilih dan membaca berita yang disajikan dan berguna dalam membentuk citra atau karakter media cetak bersangkutan. Tipografi tidak hanya terbatas pada penggunaan huruf, tetapi juga menyangkut proses perencanaan penentuan pola dan penataan halaman. Perencanaan tersebut meliputi penyajian paragraf, kalimat dalam baris, dan huruf-huruf yang digunakan (Yunus, 2010:102). Seperti dijelaskan di atas, hal pertama yang akan dilihat oleh pembaca adalah sampul atau cover depan dari media cetak, baik itu surat kabar, majalah, maupun tabloid. Estetika, desain, dan tipografi yang diterapkan pada layout cover menjadi hal utama dalam penentuan daya tarik pembaca.

Adapun seperti yang dijelaskan di atas, layout berperan penting dalam mempengaruhi daya tarik pembaca untuk membeli dan membaca berita

yang ada di dalamnya (Yunus, 2010:99). Berikut juga dengan cover depan majalah Charlie Hebdo edisi 19 September 2012 yang mengatur layout-nya sedemikian rupa. Berdasar dari korpus-korpus yang dipaparkan pada tahapan pemaknaan denotatif-konotatif, ditemukan beberapa korpus yang menunjukkan persamaan dengan peran layout menurut menurut Yunus ini.Seperti korpus 2 (rubrik 1 sampai 5). Pada korpus-korpus ini melalui penggunaan warna merah pada font, dan jenis font menunjukkan bahwa rubrik ini mempengaruhi daya tarik pembaca. Selain itu, penempatannya pada bagian cover depan memperlihatkan bahwa rubrik ini dirujuk sebagai tajuk ataupun artikel yang perlu dibaca terlebih dahulu oleh pembaca. Pada dasarnya layout bertujuan untuk menjual dan menentukan rangking berita dan membantu pembaca dalam menentukan berita mana yang layak untuk dibaca terlebih dahulu (Yunus, 2010:99).

Selain itu, layout sering kali berperan sebagai penanda ciri dan karakter dari suatu institusi media cetak (Yunus, 2010:98-99). Sama halnya dengan cover Charlie Hebdo ini yang ditunjukkan pada korpus 1, 2 (rubrik 1 sampai 5), dan korpus 4. Pada korpus 1, melalui jenis font menunjukkan ciri majalah yang berkonsep kartun. Pada korpus 2 (rubrik 1 sampai 5) dan korpus 4 menunjukkan ciri majalah pada pemberitaannya. Melalui penggunaan warna font, jenis font, nama rubrik, judul tajuk atau artikel, dan visualisasi kartun pada main image-nya, majalah ini mengkhususkan pemberitaan yang bersifat menyindir atau satire di berbagai bidang seperti politik, sosial, agama, budaya, dan ideologi. Menurut editornya, Stéphane Charbonnier, majalah ini memang menampilkan berbagai anekdot76, lelucon, polemik dari sudut pandang kalangan pluralis termasuk para golput (golongan putih).

Seperti dijelaskan di atas, layout berperan sebagai penanda dan karakter dari institusi media cetaknya. Bagi peneliti tidak hanya berperan sebagai penanda media cetak tetapi juga penanda negara Perancis. Hal ini                                                                                                                

76 Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

didasarkan dari hasil penemuan Wening Udasmoro mengenai persoalan sentral dan periferi dalam jurnalnya yang berjudul Critical Discourse Analysis terhadap Wacana Politik Pluralis Prancis: Mempersoalkan Sentral dan Periferi. Menurut Wening Udasmoro, Perancis bertindak sebagai superior atas negara-negara yang kurang mampu dalam persoalan keberagaman budaya. Superioritas di sini memunculkan asumsi bahwa untuk persoalan keberagaman budaya, Perancis perlu memikirkan untuk mendidik dan mensupport negara-negara lain (Udasmoro,2009:8).

Bagi peneliti, posisi Perancis yang bertindak sebagai superior (memiliki superioritas) ini juga tertuang dalam pemberitaan setiap rubrik pada cover majalah Charlie Hebdo edisi 19 September 2012. Melalui tajuk, artikel, dan main image yang berkaitan dengan bidang ekonomi, agama, maupun sosial, mengokohkan posisi Perancis sebagai superior. Posisi superior ini dilihat dari berita-berita yang tabu, sensitif, atau bahkan tidak boleh publikasikan bagi negara-negara tertentu. Sebaliknya di Perancis, pemberitaan seperti ini tertuang pada korpus 2 (rubrik 1 sampai 5) dan korpus 4 Charlie Hebdo edisi terkait. Sebagai contoh tajuk pada korpus 2 (rubrik 2) yang menceritakan pendapat editorial Cahrlie Hebdo mengenai nominasi film-film anti muslim. Pada rubrik ini, tajuk digambarkan dengan kartun-kartun yang mengilustrasi film-film anti-muslim. Terdapat sepuluh film yang dinominasikan dan opini dari instansi majalah Charlie Hebdo tentang memvisualisasi Nabi Muhammad yang dilarang oleh ajaran Islam. Berdasarkan isi tajuk, pemberitaan mengenai topik yang sensitif untuk dibicarakan ini, menunjukkan kekuasaan media massa dalam mengeksplore kebebasan berekspresi. Perancis memiliki sistem pers yang terbuka dan menjunjung tinggi demokrasi, oleh karenanya Perancis menunjukkan superioritas yang dimiliki melalui produk-produk media massanya. Walaupun bukan pemerintah Perancis sendiri yang membentuknya, akan tetapi majalah ini menjadi cerminan bagaimana masyarakatnya juga berperan dalam pemposisian Negara Perancis.

Konsep sebagai majalah satire, menurut peneliti tidak merupakan sebuah masalah. Hal ini dikarenakan di Perancis memiliki sistem pers yang terbuka dan bebas, maka wajar jika di Negara ini terdapat majalah demikian. Selain itu penerimaan oleh masyarakat Perancis dengan latar belakang budaya konteks-rendahnya, oleh sebab itu, layout dari majalah Charlie Hebdo ini juga menyesuaikan dengan latar belakang pembacanya. Sama halnya pada korpus 4 main image Charlie Hebdo edisi 19 September 2012. Main image ini menimbulkan aksi protes karena muatan pesan di dalamnya. Namun perlu diperhatikan bahwa, majalah ini disasarkan kepada masyarakat mana. Ajidarma menjelaskan bahwa berbagai jenis koran menyandang perjuangan ideologi masing-masing, sehingga kartun yang termuatpun wacananya bersesuaian dengan kepentingan dalam wacana publik pembaca korannya (Ajidarma, 2012:51). Begitu juga dengan majalah ini, kita perlu melihat siapa masyarakat yang menjadi sasaran pemasarannya, sehingga kita dapat memahami secara menyeluruh apa makna kartun main image majalah Charlie Hebdo edisi ini.