• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Pemanfaatan Media Sosial untuk Menarik Pendengar

Mengakses sebuah media telah menjadi salah satu kebutuhan primer dari setiap orang untuk memenuhi kebutuhan mereka akan informasi, hiburan dan sebagainya. Selama ini institusi medialah yang menjadi lembaga yang mendominasi pemberitaan, namun kehadiran internet dan media sosial memberikan keluasaan bagi khalayak untuk ikut dalam berkompetisi menyebarkan informasi atau peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Ada perbedaan antara institusi media dan internet dalam menyebarkan suatu berita ataupun peristiwa, institusi media bisa saja menyembunyikan peristiwa, namun sebaliknya melalui internetlah khalayak dapat mengetahui peristiwa tersebut melalui khalayak lain.

Fungsi-fungsi media tradisional yang telah ada selama ini juga dapat didapatkan dengan menggunakan internet. Seperti contohnya televise yang menyediakan tayangan untuk menghibur pemirsa, kini khalayak dapat pula

mendapatkan tontonan seperti ditelevise hanya dengan mengakses media sosial Youtube. Bahkan kehadiran Youtube dapat menjadi alternative pilihan menonton tayangan audio-visual karena kemudahan dalam pengaksesannya dan khalayakpun dapat menentukan tayangan apa yang dia inginkan tanpa harus menunggu jam tayang acara tersebut seperti ditelevise. Kemudahan yang ditawarkan media sosial memang tak mengherankan kehadiran media sosial menjadi fenomenal.

Adapun definisi media sosial menurut Boyd (2012) (Nasrullah, 2017: 11), media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Facebook, Instagram, Youtube, hingga Twitter adalah beberapa jenis media sosial yang banyak diminati khalayak. Adanya kebutuhan untuk menjalin suatu hubungan sosial di internet merupakan alasan utama khalayak dalam mengakses media sosial. Kondisi seperti ini tidak dapat didapatkan khalayak saat mengakses media tradisional.

Khalayak dimedia sosial dapat dikatakan bergerak dengan sangat cair. Mereka dapat dengan bebas menyampaikan aspirasi, menyampaikan kritik, opini, bahkan menyebarkan sebuah informasi kepada pengguna lainnya. Akun pribadi bukan hanya dimiliki oleh individu saja tetapi juga oleh sebuah komunitas, perkumpulan ataupun perusahaan produksi/jasa salah satunya yaitu media sosial pribadi perusahaan radio. Perusahaan radio dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana dalam mempromosikan program-programnya, event yang akan diadakan atau yang sedang berlangsung dengan mudah. Kehadiran media sosial

secara khusus memberikan arah komunikasi yang lebih interaktif. Dengan adanya sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Tracy L. Tuten (2008: 33-54) dalam (Nasrullah, 2017: 164) yaitu Friendvertising, untuk menunjukkan bagaimana komunikasi yang terjadi antara bentuk-bentuk komunitas sosial secara online. Konsep tersebut menunjukkan bahwa adanya keruntuhan pengguna media massa sebagai sumber dari periklanan. Hal tersebut karena adanya hubungan yang pasif antara pengiklan-media-konsumen. Dibandingkan dengan hubungan yang ada di media sosial, dimana semua pengguna yang ada di dalam jaringan terdekat memiliki interaksi dan komunikasi yang lebih intens.

Tujuan dari menggunaan media sosial oleh sebuah perusahaan adalah untuk pemasaran kepada khalayak. Semakin besar jumlah dan luas wilayah khalayak yang disasar dalam program pemasaran, semakin terbuka peluang untuk memasarkan produk/jasa serta kesempatan produk/jasa tersebut diketahui oleh khalayak. Media sosial menawarkan khalayak yang beragam, banyak dan berada diwilayah yang lebih luas atau global. Tidak hanya itu, khalayak dimedia sosial tidak hanya akan menjadi penerima saja tetapi juga mempunyai kekuatan sebagai sarana promosi kepada orang lain.

Begitupun penggunaan media sosial pada stasiun radio. Dikutip dari halaman situs Liputan6, tahun 2017 lalu di dunia maya diramaikan dengan matinya radio dengan tagar Radio Gue Mati atau #radioguemati. Ternyata hal tersebut merupakan kampanye dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) DKI Jakarta (Wardani, 2017). Kampanye tersebut dilakukan selama 15 menit untuk menyambut hari radio. Walaupun hanya sebentar,

khalayak sudah ramai membicarakan berhentinya siaran radio yang biasa mereka dengar. Khalayak juga banyak bertanya-tanya mengapa radio serentak mati dan tidak terima jika radio kesukaannya tidak bisa didengar kembali. Pada tahun yang sama, Hard Rock FM juga mengklaim bahwa radionya tetap eksis meskipun makin banyak layanan musik streaming (Ananda, 2017). Hal tersebut membuktikan bahwa radio tetap memiliki pendengar, hanya saja pendengarnya juga menggunakan internet sebagai alternatif informasi lain. Dahulu khalayak setia dengan satu media, namun dengan perkembangan zaman banyak media-media yang dapat digunakan dalam waktu yang sama tanpa harus meninggalkan salah satu media yang lain.

Menurut Presiden PT Mahaka Radio, Adrian Syarkawie (mediaindonesia.com, 2017) radio masih memiliki pendengar meski mengalami penurunan dibanding saat masa kejayaannya. Berdasarkan hasil diskusi dengan lembaga riset Nielsen, penurunan terjadi karena migrasi pendengari dari cara mendengarkan radio konvensional ke digital seperti streaming. Mungkin streaming 10 tahun yang lalu tidak seramai saat ini, karena dahulu orang belum banyak beralih dari konvensional menuju digital, namun saat ini semua sudah digital dan masyarakat khususnya tinggal di perkotaan pasti memiliki perangkat yang tersambung dengan internet. Perpindahan inilah yang mendorong setiap industri radio untuk mulai menambahkan platform mereka ke internet atau biasa orang mengenal dengan streaming. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat terus memiliki pendengar setia demi eksistensi suatu radio.

Selain layanan streaming pada situs website, radio saat ini juga menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan youtube agar tetap bisa berinteraksi dengan pendengarnya. Jika streaming untuk mendengarkan siaran berlangsung, media-media sosial tersebut berfungsi untuk interaksi dengan pendengar, seperti request lagu, diskusi mengenai tema yang sedang diangkat, atau sekedar kuis yang dibuat oleh program radio. Semua itu dilakukan untuk memperlihatkan bahwa radio tersebut masih berjalan sebagai suatu media.

Radio Xchannel 103,2 FM juga menggunakan media sosial sebagai media penyebaran informasinya, biasanya dalam satu hari peneliti melihat akun-akun tersebut mengunggah aktifitas mereka di ruang siaran. Selain aktifitas, biasanya penyiar menanyakan pendengar ingin me-request lagu apa, atau menanyakan komentar atas topik yang sedang dibahas oleh penyiar tersebut. Peneliti melihat akun instagram, twitter dan facebook milik Radio Xchannel 103,2 FM.

Dokumen terkait