• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa terus mengalami perubahan. Tidak hanya media cetak, media siar terutama radio pun terus mengalami perkembangan. Briggs dan Burke (2000:67) menjelaskan bahwa pada mulanya radio merupakan hasil penemuan Marconi di tahun 1906, kemudian menjadi radio siaran berkat David Sarnoff pada tahun 1915. Perkembangan radio di seluruh dunia diawali dengan munculnya lembaga-lembaga yang bergerak dibidang broadcasting atau penyairan. Misalnya di Amerika ada lembaga penyiaran yaitu NBC dan CBS yang menganggap bahwa lembaga mereka adalah pencetus era penyiaran. Pada tahun 1937 siaran CBS dengan penyiar Orson Welles menjadi awal yang baru dalam dunia radio, yaitu ditayangkannya sebuah sandiwara radio The Fall of The City. Namun dalam waktu dua tahun stasiun radio banyak yang telah dikuasai oleh Nazi. Antara tahun 1939-1945 radio menjadi mesin propaganda, tahun 1930-an radio menjadi

“mikrofon” Hitler dan Goebbels. Tidak hanya di Amerika, di bagian Eropa

banyak radio yang berada di bawah “kuasa perang”. Di Inggris, lembaga BBC

hanya menyiarkan satu acara tunggal. BBC yang hanya mengikuti program pemerintah, pada Januari 1940 lembaga ini membuat sebuah program mengenai angkatan bersenjata sebagai alternative. Meskipun program tersebut masuk dalam sebuah program ringan, namun dalam perkembangannya, kegunaan radio di Eropa khususnya Inggris menjadi suatu hal yang dapat memacu demokrasi dan revolusioner (Briggs & Burke: 2000:67).

Perkembangan radio ini juga terjadi di Indonesia. Memiliki kegunaan yang hampir sama dengan radio internasional, radio di Indonesia bahkan mempunyai peran penting dalam sejarah Negara, yaitu untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Hingga akhir tahun 1966 Indonesia hanya memiliki 1 radio yaitu RRI yang dikuasai oleh pemerintah. Pada saat itu, media dikuasai oleh pemerintah, sehingga media tidak memiliki kebebasan dalam menyiarkan sesuatu. Baik media penyiaran swasta maupun non-swasta wajib mengikuti aturan pemerintah pada saat itu. Peraturan yang diterapkan bagi media saat itu adalah kewajiban media untuk menyiarkan kembali program berita dari RRI dan dilarangnya pihak media selain RRI untuk membuat beritanya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah yang dikeluarkan pada tahun 1970, yaitu Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1970 tentang radio siaran non pemerintah. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa radio siaran non pemerintah harus berfungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidikan dan hiburan. Pada masa pemerintahan orde baru media penyiaran swasta hanya bersifat komersil dan hiburan serta wajib me-relay program berita dari RRI, media penyiaran juga dipersulit untuk ijin pendiriannya. Sampai pada jatuhnya orde baru di tahun 1998, media siar khususnya radio akhirnya merasakan era kebebasan. Dengan diterbitkannya SK No.134/SK/Menpen/1998 mengenai pengurangan kewajiban radio swasta menyiarkan kembali berita dari RRI, dan media penyiaran swasta ini diijinkan untuk membuat dan menyiarkan beritanya sendiri. Pada masa reformasi radio baru mulai bermunculan dengan berbagai konsep. Data dari PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Indonesia) pada tahun 2011 menunjukan

bahwa terjadi peningkatan pada munculnya radio. Jika di masa orde baru terdapat 700 stasiun radio yang beroperasi, di akhir tahun 2010 terdapat 2590 lembaga penyiaran yang berproses di Kemkominfo.

Masyarakat yang terus berkembang membuat kebutuhan mereka akan informasi pun turut meningkat. Pada masyarakat modern seperti sekarang ini informasi merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dengan cepat. Maka media massa pada zaman modern seperti sekarang ini telah beradaptasi atau menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan informasi. Dan salah satu media massa yang berevolusi adalah radio.

Radio memiliki keunggulan dibandingkan media massa lainnya. Selain dapat diakses secara mudah, sebagai media audial atau auditif, radio dapat didengarkan dimana saja sembari melakukan kegiatan lainnya. Penyampaian pesan yang menggunakan bahasa verbal dan menstimuli banyak suara serta berusaha untuk memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi lainnya. Khalayak tidak perlu mempunyai keterampilan khusus untuk membaca isi radio, karena kita hanya perlu mendengarkan isi siaran tersebut. Menurut Komisi Penyiaran Indonesia (2018), keunggulan lain dari radio adalah sifatnya yang santai, khalayak lebih mudah mendapatkan pesan dalam bentuk acara yang menarik, dalam hal ini musik memegang peranan penting, karena pesan disampaikan disela-sela musik.

Seiring dengan berkembangnya media cetak dan siar, kini muncul media baru yang turut berkembang pesat. Sejak tahun 1991, media internet muncul dan di tahun 1997 muncul juga sebuah blog pertama yaitu berita untuk berita. Di

tahun 2005 perkembangan internet sebagai media massa menunjukan lebih dari 200 juta orang di Amerika menggunakan internet (Nasrullah, 2015). Media baru ini berkembang sampai menimbulkan konsep baru yaitu second media age. Didukung dengan pernyataan dari Littlejohn & Foss (2014: 413), era media kedua yang menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat. Media baru dikatakan lebih interaktif dan mulai banyak media penyiaran yang memanfaatkan media baru ini sebagai media pendukung.

Dalam era media baru, perkembangan teknologi dalam kehidupan sehari-hari membuat penggunaan internet menjadi sebuah kebutuhan dalam mengakses informasi. Hal ini tercermin dari data Top 20 Countries in Internet Users vs. All The World – December 31,2017 (Internet World Stats, 2018) yang menunjukan pengguna internet dunia berjumlah 4,156,932,140 dan Negara Indonesia termasuk kedalamnya dengan pengguna internet sebanyak 143,260,000.

Penelitian yang dilakukan Forrester tahun 2007 menunjukkan audien dan perhatian bergeser ke channel online dengan temuan 52% warga Eropa biasanya melakukan aktifitas online di rumah, sekitar 36% pengguna internet di Eropa mengurangi menonton TV, 28% mengurangi membaca koran dan majalah, 17% mengurangi aktifitas mendengarkan radio sejak adanya radio online (Koenig-Lewis, 2009 dalam Supradono dan Hanum, 2011: 33). Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa revolusi informasi secara signifikan merubah promosi pemasaran tradisional menuju pemasaran yang disesuaikan dengan teknologi baru

(internet, mobile dan sosial media). Bahkan media surat kabar, TV dan radio tidak lengkap jika tidak memiliki layanan media sosial.

Semenjak kemunculan media baru, perkembangan teknologi menjadi begitu cepatnya membuat media massa konvensional khususnya radio mulai menggunakan internet sebagai media pendukung untuk menarik dan mendekatkan audience dengan stasiun radio. Melalui internet khususnya media sosial, audience mampu berinteraksi secara langsung dengan radio. Ditambah lagi dengan munculnya media sosial yang digunakan oleh pihak radio, menimbulkan sebuah model interaktivitas yang baru. Penggunaan media sosial oleh beberapa stasiun radio diharapkan mampu menarik perhatian pendengar mengingat kenyataan sekarang dimana manusia mulai beralih dari analog ke digital.

Di Ibukota banyak radio yang telah menggunakan media sosial sebagai media pendukung. Contohnya Prambors FM Jakarta yang hadir di beberapa media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Hal ini dilakukan untuk terus menarik perhatian para pendengarnya dan sebagai upaya dalam mempertahankan audience. Melalui media sosial ini Prambors FM selalu meng-update info terbaru mengenai para penyiarnya, segment acara, bahkan kuis berhadiah. Selain mendekatkan para pendengar dengan penyiar, media sosial tersebut sangat berguna untuk menarik perhatian para pendengar.

Tidak hanya di Jakarta, beberapa radio di Serang Banten pun mulai menerapkan media baru sebagai media pendukung. Media baru ini dipercaya mampu memudahkan pendengar ikut berinteraksi dalam program atau setidaknya mengetahui jadwal terbaru dari radio tersebut. Adapun daftar Stasiun Radio yang

telah peneliti data Di Kabupaten dan Kota Serang – Banten, terdapat 16 Stasiun Radio. Antara lain:

Tabel 1.1

Daftar Radio di Serang Banten 2018 (Sumber: Analisa Peneliti, 2018)

No Nama Radio Keterangan

1.  Radio Pamor 92,6 FM  Music City 107,5 FM  Megaswara 91,4 FM  BV Radio 93,0 FM

Tidak memiliki Website sama sekali

2.  Radio IAIN Serang 87,5 FM  Radio Tirta 107,9 FM

Tidak memiliki Website sama sekali

3  RRI Banten 94,9 FM Memiliki Website, namun

hanya berisikan company profile dan belum bisa streaming

4.  Radio Harmony 98,1 FM  Radio Pimas 97,7 FM  Radio PBS 104,8 FM

Memiliki Website, namun pasif 5.  Radio Serang 89,90 FM  Radio Hot 88,2 FM  Radio Polaris 104,0 FM Belum mempunyai Website sendiri,

streaming bisa dilakukan melalui website lain 6.  Radio Ramaloka 96,5 FM

 Radio Serang Gawe 102,8 FM  Radio Xchannel 103,2 FM

Memiliki Website

streaming dan kontennya menarik. Memiliki media sosial (facebook, twitter dan instagram)

Dari data yang telah diperoleh peneliti, terdapat beberapa stasiun radio di Serang Banten, namun belum semuanya berevolusi dengan memanfaatkan media pendukung yaitu internet. Diantara beberapa stasiun radio yang disebutkan diatas, ditemukan tiga stasiun radio yang telah menggunakan internet sebagai media pendukung radionya yaitu dengan memanfaatkan media sosial, radio tersebut

adalah Radio Ramaloka 96.5 FM, Radio Serang Gawe 102.8 FM, dan Radio Xchannel 103.2 FM. Ketiga radio ini aktif dalam meng-update kegiatan programnya di media sosial. Hal ini menggambarkan bentuk adaptasi atau sebuah penyesuaian dari ketiga stasiun radio tersebut dalam kemajuan teknologi di era digital ini.

Dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi ini, stasiun radio tidak serta merta bisa mengikuti arusnya teknologinya. Diperlukan sebuah strategi untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan khalayak, sehingga sebuah stasiun radio tetap menjadi pilihan. Strategi merupakan gabungan dari perencanaan (planning) dan manajemen (management) taktik operasional dalam mencapai tujuan (Effendy, 2004). Dalam industri media, strategi yang media terapkan untuk bertahan tidak terlepas dari usaha-usaha kreatif untuk berinovasi menyesuaikan media dengan perkembangan tren. Ketiga radio di Kota Serang ini memilih untuk menggunakan media sosial. Adapun kegiatan memperbarui status pada akun radio dengan program-program yang akan tayang atau hanya sekedar menanyakan sesuatu kepada pengikut di akun sosial mereka, menunjukan bahwa penggunaan media sosial pada ketiga stasiun radio di Serang tersebut memiliki peranan untuk mendukung radio tetap bertahan mempertahankan dan menarik pendengar dalam era teknologi yang semakin berkembang.

Peneliti telah melakukan pengamatan ringkas pada tiap akun media sosial yang dimiliki oleh ketiga stasiun radio yang telah memiliki media sosial. Pertama yaitu Radio Ramaloka 96,5 FM, radio ini memiliki beberapa akun media sosial resmi yaitu facebook, twitter dan instagram. Di facebook keberadaan Radio

Ramaloka dinilai cukup aktif, pada setiap unggahanya radio Ramaloka mendapatkan respon likes dari warganet kurang lebih sekitar 3-25 likes. Dimedia sosial twitter radio Ramaloka terlihat lebih aktif dibandingkan dengan facebooknya, dengan total pengikut sebanyak kurang lebih 3,237 perbulan September 2018 dan unggahannya yang rutin membuat warganet terlihat antusias dengan mengikuti akun media sosial twitter kepunyaan radio Ramaloka ini. Media sosial berikutnya yaitu instagram, radio Ramaloka kurang mendapatkan respon positif dimedia sosial instagram. Total pengikut pada akun instagram resminya perbulan September 2018 sebanyak 300, dengan likes kurang lebih 2-15 likes pada tiap unggahan.

Adapun Radio Serang Gawe 102,8 FM yang sama-sama menggunakan media sosial sebagai strateginya dalam berkonvergensi. Media sosial yang digunakan oleh radio Serang Gawe ini yaitu facebook, twitter dan instagram. Dari laman resmi facebooknya, radio Serang Gawe dilihat aktif karena unggahannya yang rutin namun kebanyakan unggahan berasal dari akun media sosial instagramnya yang terhubung dengan facebook, maka setiap kali akun instagramnya mengunggah sebuah postingan dapat langsung membagikannya juga ke akun atau halaman facebook yang dikelola radio Serang Gawe. Likes yang diperoleh pada setiap unggahannya difacebook kurang lebih 1-15 likes. Akun resmi instagramnya sendiri memperoleh pengikut sebanyak 3.119 perbulan September 2018 dengan likes sebanyak 5-25 likes pada tiap unggahannya. Namun akun resmi twitter radio Serang Gawe kurang mendapatkan respon positif dari

warganet, dilihat dari pengikutnya yang cenderung sedikit dibandingkan akun media sosial Serang Gawe yang lain yaitu sebanyak 31 pengikut saja.

Dan stasiun radio terakhir adalah radio Xchannel 103,2 FM. Media sosial yang digunakan radio ini hampir sama dengan Radio Ramaloka dan Radio Serang Gawe. Namun, konten pada tiap media sosialnya yang berbeda yang membuat Xchannel terlihat aktif pada setiap media sosial yang dimilikinya dan unggul diantara radio-radio lainnya. Jumlah pengikut diakun resmi twitter Xchannel yaitu 1,430 dan 4.286 pengikut diakun instagram resminya, jumlah unggahan sebanyak 2.029 perbulan September 2018. Pada tiap unggahannya, Xchannel memperoleh respon positif dari warganet dengan likes mencapai kurang lebih 130 likes. Dari ketiga stasiun radio yang telah menggunakan media sosial, dapat terlihat beberapa perbedaan yang terjadi didalam tiap akun resmi media sosial mereka masing-masing. Karena pada setiap media sosial mereka memiliki kekurangan dan keunggulannya masing-masing.

Selain adanya perbedaan dari jumlah pengikut serta keaktifannya dalam pengupdatean konten, terdapat pula perbedaan lain dari Radio Ramaloka, Radio Serang Gawe dan juga Radio Xchannel dilihat dari pemasukan iklan ketiga radio tersebut. Harga yang dipasang pada tiap stasiun radio pun berbeda-beda, dengan kondisi media sosial yang dimiliki dinilai dapat menjadi daya tarik bagi calon pengiklan untuk menjalin kerja sama dengan radio guna mempromosikan produk atau jasa yang dimilikinya. Adapun data yang diperoleh oleh peneliti berupa rincian harga pemasangan iklan dan pemasukan yang didapat oleh radio sebelum dan sesudah menggunakan media sosial.

Tabel 1.2

Rate Pemasangan Iklan Pada Radio Ramaloka (sumber: Radio Ramaloka Serang Banten)

Bentuk Iklan Durasi Prime Time

(06.00-09.00) & (15.00-19.30) Reguler Time (09.00-12.00), (12.00-15.00) & (19.30-23.00) Loose Spot 30 detik Rp. 100.000,- Rp. 75.000,- Loose Spot 60 detik Rp. 125.000,- Rp. 100.000,-

Adlips 30 detik Rp. 75.000,- Rp. 50.000,- Sponsor Program 30 menit Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,- Sponsor Program 60 menit Rp. 1.750.000,- Rp. 1.750.000,-

Time Signal 30 detik Rp. 100.000,- Rp. 100.000,- Time Signal 60 detik Rp. 150.000,- Rp. 150.000,- Insert 30 detik Rp. 100.000,- Rp. 100.000,- Insert 60 detik Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-

Tabel 1.3

Pemasukan Iklan Pada Radio Ramaloka (sumber: Radio Ramaloka Serang Banten) Sebelum

Menggunakan Media Sosial

Setelah Menggunakan Media Sosial (2017) Setelah Menggunakan Media Sosial (2018) Rp. 30.000.000,- /bulan Januari Rp. 35.000.000,- Januari Rp. 38.000.000,- Februari Rp. 37.500.000,- Februari Rp. 38.500.000,- Maret Rp. 33.000.000,- Maret Rp. 40.100.000,- April Rp. 38.000.000,- April Rp. 38.000.000,- Mei Rp. 36.600.000,- Mei Rp. 40.000.000,- Juni Rp. 38.300.000 Juni Rp.

37.500.000,- Juli Rp. 41.000.000,- Juli Rp. 39.200.000,- Agustus Rp. 38.000.000,- Agustus Rp. 38.000.000,- September Rp. 35.500.000,- September Rp. 39.500.000,- Oktober Rp. 36.000.000,- November Rp. 37.500.000,- TOTAL Rp. 401.800.000,- Desember Rp. 37.500.000,- TOTAL Rp. 443.900.000,-

Tarif pemasangan iklan pada Radio Ramaloka tetap sama pada saat sebelum ataupun sesudah menggunakan media sosial. Kenaikan pemasukan iklan tidak terlihat signifikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2017 pengikut media sosial Ramaloka khususnya Instagram adalah sebanyak kurang lebih 75, pada saat itu media sosial fokus digunakan untuk sarana mempromosikan program dan tidak mengunggah konten lain. Tidak sedikit juga audience yang lebih memilih berinteraksi dengan radio Ramaloka melalui pesan singkat. Pada tahun 2018, Ramaloka mulai mengembangkan media sosialnya dan memperoleh pengikut sebanyak 238 dimedia sosial Instagram, telah terlihat adanya beberapa poster iklan produk yang diunggah, namun pemasukan terhadap radio tidak terlalu melonjak drastis. Target pemasukan iklan pada Radio Ramaloka masih tetap sama dari tahun 2017 sampai dengan 2018 yaitu sebesar Rp.600.000.000,-/tahun,

namun pada tahun 2017 belum dapat tercapai. Ditahun 2018 ini pada saat Radio Ramaloka mulai aktif dalam menggunakan media sosial, pemasukan iklan diharapkan dapat mencapai target ataupun melebihi, pemasukan iklan yang diperoleh selama tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 401.800.000 perbulan September 2018. Berbeda dengan Ramaloka, Radio Serang Gawe pun memiliki harga tersendiri untuk pemasangan iklan, yaitu:

Tabel 1.4

Rate Iklan Radio Serang Gawe 102,8 FM (sumber: Radio Serang Gawe)

Tarif Reguler Spot Rp.500.000,-

Adlibs Rp.100.000,-

Talkshow Rp.5.000.000/ Jam

Harga yang disediakan Radio Serang Gawe untuk pemasangan tidak sebanyak pilihan yang ditawarkan oleh Radio Ramaloka. Radio yang terbilang baru ini dibentuk pada bulan April 2016 dan mulai menggunakan media sosial pada akhir tahun 2016. Sebelumnya Radio Serang Gawe bernamakan radio RSPD yang dikelola oleh pemerintah. Pada awal mula terbentuknya RSPD (Radio Siaran Pemerintah Daerah) stasiun radio ini tidak memilik rate pemasangan iklan karena stasiun radionya memang dikelola oleh pemerintah dan tidak berfokus pada pemasukan iklan.

Tabel 1.5

Pemasukan Iklan Pada Radio Iklan Radio Serang Gawe 102,8 FM (sumber: Radio Serang Gawe)

Sebelum Menggunakan Media Sosial Setelah Menggunakan Media Sosial (2017) Setelah Menggunakan Media Sosial (2018)

Rp. - -+Rp. 60.000.000/bulan -+Rp. 85.000.000/bulan

Radio Serang Gawe yang kebanyakan beranggotakan remaja ini mengakui bahwa dengan keaktifannya dimedia sosial pada tahun 2018 membuat meningkatnya audience mencapai 30% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 minat pengiklan pada Radio Serang Gawe masih belum stabil pada setiap bulan yang menyebabkan tidak tercapainya target pemasukan pada tahun 2017. Target pemasukan iklan tahun 2017 Radio Serang Gawe yaitu sebanyak Rp.900.000.000,-, namun belum terpenuhi karena pemasukan iklan selama satu tahun pada Radio Serang Gawe kurang lebih hanya Rp.720.000.000,-. Pada tahun 2018 Serang Gawe mulai meningkatkan kreatifitas dalam penggunaan media sosial terutama instagram, hal ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi calon pengiklan untuk bekerja sama dengan stasiun radio ini.

Selain radio Ramaloka dan Serang Gawe, terdapat radio Xchannel yang juga telah memanfaatkan internet yaitu dengan aktif menggunakan media sosial. Hal tersebut membuktikan adanya konvergensi media yang berlangsung. Berbeda dengan kedua radio sebelumnya, Xchannel memanfaatkan media sosial miliknya sebagai bonus untuk para pengiklan pada radio tersebut. Berikut ini merupakan tarif iklan Radio X Channel 103.2 FM yang ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan yang ingin mengiklankan produk atau jasa nya di Radio X Channel 103.2 FM tahun 2017:

Tabel 1.6

Rate Iklan Radio Xchannel 103,2 FM (sumber: Radio Xchannel)

Bentuk Iklan Tahun 2017 Tahun 2018

Loose Spot Rp. 300.000,- Rp. 400.000,- Adlibs Rp. 400.000,- Rp. 500.000,- Talkshow Rp. 2.500.000,- Rp. 3.500.000,- Creative Production Rp. 400.000,- Rp. 500.000,- Insertion(quiz/non quiz) Rp. 1.100.000,- Rp. 1.250.000,- Live Report Rp. 650.000,- Rp. 700.000,- Live Broadcast Rp. 7.000.000,- Rp. 7.500.000,- Tabel 1.7

Pemasukan Iklan Pada Radio Xchannel 103,2 FM (sumber: Radio Xchannel)

Sebelum Menggunakan

Media Sosial

Setelah Menggunakan Media Sosial (2017)

Setelah Menggunakan Media Sosial (2018) Rp. - Januari Rp. 88.000.000,- Januari Rp. 140.000.000,- Februari Rp. 115.000.000,- Februari Rp. 135.000.000,- Maret Rp. 100.000.000,- Maret Rp. 145. 000.000,- April Rp. 98.000.000,- April Rp. 155.000.000,- Mei Rp. 130.000.000,- Mei Rp. 145.000.000,- Juni Rp. 135.000.000,- Juni Rp. 150.000.000,- Juli Rp. 120.000.000,- Juli Rp. 142.000.000,- Agustus Rp. 105.000.000,- Agustus Rp. 142.000.000,- September Rp. 100.000.000,- September Rp. 145.000.000,- Oktober Rp. 130.000.000,- November Rp. 102.000.000,- TOTAL Rp.1.299.000.000,- Desember Rp. 145.000.000,- TOTAL Rp. 1.368.000.000,-

Berdasarkan data diatas, Xchannel terlihat mengalami sejumlah kenaikan pemasukan iklan pada tahun 2018 dimana keadaan media sosialnya yang semakin berkembang kreatif. Target pemasukan radio Xchannel setiap bulannya adalah Rp. 100.000.000,- pada tahun 2017, dan meningkat menjadi Rp. 140.000.000,- pada tahun 2018. Selain pemasukan iklan yang hampir selalu mencapai target perbulannya pada tahun 2018 ini, pihak Xchannel juga mengatakan bahwa semenjak aktif dimedia sosial, pendengarnya meningkat hingga 50%.

Radio Ramaloka, Radio Serang Gawe dan Radio Xchannel memiliki perbedaan dalam pemasukan iklan. Ketiga radio tersebut sama-sama telah memiliki media sosial namun penggunaannya berbeda-beda. Yang pertama yaitu Radio Ramaloka, tidak terlalu banyak unggahan iklan pada media sosial milik stasiun radio Ramaloka. Iklan hanya dilakukan pada saat On Air saja. Isi dari media sosial ramaloka kebanyakan meliputi informasi program dan deretan playlist lagu yang akan atau sedang diputar. Sedangkan pada Radio Serang Gawe, media sosial lebih difokuskan kepada aktifitas-aktifitas yang sedang atau telah terjadi di studio, terdapat pula unggahan beberapa iklan yang diterbitkan dengan cara unik yaitu si penyiar menikmati langsung produk yang dijual oleh si pengiklan. Berbeda dengan Ramaloka dan Serang Gawe, semua iklan pada stasiun Radio Xchannel dipromosikannya melalui media sosial juga. Bahkan pihak Xchannel membuat desain iklan tersebut agar senada dengan feed instagram miliknya dan terlihat menarik. Program-program yang dimilikinya juga diunggah kedalam media sosial, hal tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada pendengar setianya agar selalu mendengarkan siaran radio Xchannel.

Chrisari dan Royan (2017: 370) dalam jurnal Eksistensi Radio Swasta mengatakan untuk mempertahankan eksistensinya, sebuah stasiun radio harus mampu membuat konten acara yang dikemas semenarik mungkin. Keberhasilan sejati media penyiaran ditopang oleh seberapa bagus kreatifitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yaitu teknik, program dan pemasaaran. Kesuksesan dalam mempertahankan loyalitas mendengar juga tergantung pada kualitas sumber daya manusia di ketiga bidang pokok tersebut. Karena itulah strategi dalam sebuah perusahaan penyiaran radio itu di perlukan. Pada penelitian ini, peneliti memilih Radio Xchannel 103.2 FM untuk dijadikan objek penelitian. Radio Xchannel merupakan stasiun radio di Kota Serang yang telah aktif dalam menggunakan sejumlah media sosial bahkan beberapa darinya cenderung aktif. Keaktifannya dalam dunia internet ini membuktikan bahwa adanya kesadaran Xchannel akan perkembangan teknologi di era digital ini. Xchannel sudah menggunakan media sosial dalam waktu yang cukup lama. Dari awal mula terbentuk pada tahun 2003, awal mulanya radio ini bernama 103,2 Power Hitz Radio dan belum menggunakan media sosial apapun. Kemudian pada tahun 2007 berganti nama menjadi Dirgy FM dengan mengusung tagline

“Trend Setternya Banten”. Dirgy FM sudah mulai menggunakan media sosial

sebagai sarana berinteraksi dengan pendengar setianya, beberapa media sosial yang digunakan yaitu Facebook, dan Twitter. Dirgy FM cukup aktif di media sosial facebook, namun di media sosial twitter Dirgy FM kurang mendapatkan respon positif, dapat dilihat dari jumlah pengikut yang cenderung sedikit dan kurangnya respon dari warganet pada setiap unggahannya. Saat ini, Power Hitz

Radio dan Dirgy FM telah bertransformasi menjadi Radio Xchannel 103,2 FM.

Dokumen terkait