• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI KONVERGENSI PADA RADIO DI KOTA SERANG BANTEN (Studi Deskriptif Penggunaan Media Sosial Pada Radio Xchannel 103.2 FM di Kota Serang Banten) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI KONVERGENSI PADA RADIO DI KOTA SERANG BANTEN (Studi Deskriptif Penggunaan Media Sosial Pada Radio Xchannel 103.2 FM di Kota Serang Banten) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI KONVERGENSI PADA RADIO DI KOTA SERANG BANTEN

(Studi Deskriptif Penggunaan Media Sosial Pada Radio Xchannel 103.2 FM di Kota Serang Banten)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun oleh :

NOVITA DEWI SUCI ANGGRAINI 6662140291

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Novita Dewi Suci Anggraini. 6662140291. SKRIPSI. Penggunaan Media Sosial Sebagai Strategi Konvergensi Pada Radio Di Kota Serang Banten (Studi Deskriptif Penggunaan Media Sosial Pada Radio Xchannel 103.2 FM Di Kota Serang Banten). Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin dan Pembimbing II : Ronny Yudhi Septa P, M.Si

Radio merupakan salah satu media yang harus bertahan di era digital. Untuk dapat bertahan di dunia media, radio Xchannel 103,2 FM melakukan konvergensi. Konvergensi media dilakukan oleh Xchannel yaitu dengan cara menggunakan media digital atau media sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan media sosial sebagai strategi konvergensi pada radio di Kota Serang Banten khususnya Xchannel. Penelitian ini dilakukan di Serang selama 2 (dua) bulan yang dimulai pada 17 Juni 2018 sampai dengan 15 Agustus 2018. Peneliti menggunakan teori Niche (ekologi media) untuk menjabarkan 3 sumber utama penunjang hidup media, yakni capital, types of content, dan types of audiences. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, pengumpulan dokumen serta wawacara dengan divisi media sosial dan marketing radio Xchannel. Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara kepada semua informan menunjukan bahwa radio Xchannel berkonvergensi dengan menggunakan media sosial dan merupakan media radio yang cukup aktif dalam menggunakan media sosial. Beberapa akun media sosial milik Xchannel dirancang kreatif dan inovatif, hal tersebut dilakukan selain untuk mempertahankan pendengar setianya namun juga dipercaya dapat memperluas jaringan pendengar dengan mendapatkan penggemar baru, serta memperoleh pemasukan iklan yang lebih tinggi.

(8)

ABSTRACK

Novita Dewi Suci Anggraini. 6662140291. THESIS. The Uses Of Social Media as a Strategy to Convergence on Radio in Serang, Banten (Study Descriptive Of The Uses of Social Media at Xchannel 103,2 FM Radio in Serang, Banten). Advisor I: Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin and advisor II: Ronny Yudhi Septa P, M.Si.

Radio is one of the media that must survive in this digital era. To survive in the media world, Xchannel 103,2 FM began to converge. Media convergence Xchannel radio is done by using digital media or social media. The purpose of this research is to explain the use of social media as a radio convergence strategy of Xchannel 103,2 FM. This research was conducted in Serang for 2 (two) months starting on June 17th, 2018 until August 15th, 2018. The research method is qualitative research method with descriptive approach through post-positivist paradigm by conducting in-depth interview technique, observation, and documentation study. The results obtained through interviews to all informants that Xchannel converged by using social media and being active in using social media. Some Xchannel social media accounts are designed creatively and innovatively, that condition are besides to retaining loyal listeners but also believed to be able to expanded the network of listeners by gaining new followers and fans. But some of social media that being used are not fully used optimally because of some limitation, one of the limitation is the lack of man power that expert in that field.

(9)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah Maha Tepat Waktu,

Tidak Pernah Terlambat Atau Terlalu Cepat”

Untuk Ayah dan Ibuku tercinta

adalah setinggi-tingginya apresiasi

semulia-mulianya penghargaan

sedalam-dalamnya rasa syukur

dan

segenap rasa cintaku

yang paling sejati.

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil‟alamin, hanya bagi-Nya segala puji diawal dan diakhir segalanya ALLAH SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya, serta hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia di bumi ini. Peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

SEBAGAI STRATEGI KONVERGENSI PADA RADIO DI KOTA SERANG BANTEN (Studi Deskriptif Penggunaan Media Sosial Pada Radio Xchannel 103.2 FM di Kota Serang Banten).

Berbagai kendala dan cobaan telah peneliti alami dalam menyelesaikan skripsi ini, namun hal tersebut peneliti ambil hikmahnya sebagai suatu proses pendewasaan serta melatih kesabaran untuk dapat mencapai suatu hal. Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dari awal sampai akhir tidak terlepas dari bantuan dan dukungan orang-orang yang terdekat, sehingga peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta Wakil Dekan I,II,III. 3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(11)

skripsi ini. Terimakasih atas waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan-arahan dalam penyusunan skripsi hingga selesai. 5. Bapak Ronny Yudhi S.P M.si selaku Dosen Pembimbing II skripsi, yang

telah dengan sabar membantu serta membimbing peneliti dalam penyempurnaan materi. Terimakasih atas ilmu, semangat dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti untuk selalu siap memberikan masukan serta saran.

6. Ibu Nina Yuliana S.Sos.M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, serta motivasi yang sangat membantu dari semester awal hingga semester akhir.

7. Seluruh Dosen dan Staff FISIP , khususnya program studi Ilmu Komunikasi yang telah memberi Ilmu dan teladan selama ini.

8. Terimakasih kepada pihak Radio X Channel 103.2 FM, Khususnya Kak Gema dan seluruh kru Radio X Channel 103.2 FM yang telah memberikan kesempatan observasi dan membantu memberikan data yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Rasa terimakasih ku yang terdalam kepada yang terhormat kedua Orang tuaku tercinta, yang kasih sayangnya selalu tulus, yang doanya selalu terpanjat untukku. Terimakasih atas segala pengorbanan yang telah dilakukan demi aku dan pendidikanku. Semoga aku kelak dapat mewujudkan semua harapan Apa dan Mama.

(12)

doa-doa kepada penulis. Kalian semua telah menguatkan penulis untuk tetap berdiri tegak menghadapi permasalahan yang ada.

11.Terimakasih kepada keluarga keduaku, PDC (Syifa, Dhira, Cici, Fadil, Dhea, Dinda, Aya, Ica). Orang-orang yang paling aku sayangi selama masa kuliahku berlangsung, hingga sekarang, dan akan selamanya. Terimakasih untuk kerja sama dan bantuan kalian selama ini yang tak terhingga.

12.Terimakasih kepada sahabat 10 tahunku. Jenny, Fadillah, Elis dan Rina. Dari mulai berseragam SMP lalu SMA, sampai kemudian beralmamater kampus masing-masing, lalu kini satu persatu telah menjalani kehidupan yang sebenarnya demi merangkai mimpi dimasa kecil. Jangan berhenti untuk selalu bersama-sama ya, kita.

13.M.Primachandra, yang telah memberi semangat serta perhatian setiap harinya kepada penulis. Teman belajar berbagai ilmu dan rekan dalam apapun. Terimakasih selalu bersedia membantu dalam proses penyusunan skripsi hingga selesai, terimakasih karena selalu ada.

Semua pihak yang telah membantu selama peneliti mengemban pendidikan di Universitas tidak dapat disebutkan satu persatu. Semua dukungan, bantuan, dan doa teman-teman semoga dibalas oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini menjadi tabungan ilmu bagi penulis dan manfaat bagi seluruh pembaca.

Tangerang, 7 September 2018

(13)

DAFTAR ISI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2.1 Komunikasi Massa ... 19

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa ... 20

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat ... 25

2.2 Media Massa ... 27

2.3 Radio ... 28

2.3.1 Radio Dalam Industri Media Massa ... 29

2.4 Perkembangan Radio di Indonesia pada Era Digital ... 32

(14)

2.6 Konvergensi Media ... 39

2.7 Pemanfaatan Media Sosial untuk Menarik Pendengar ... 44

2.8 Teori Niche (Ekologi Media) ... 49

2.9 Penelitian Terdahulu ... 53

2.10 Kerangka Berpikir ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

3.1 Metode Penelitian ... 60

3.2 Paradigma Penelitian ... 61

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.4 Uji Keabsahan Data ... 64

3.5 Teknik Analisis Data ... 64

3.6 Subjek Penelitian ... 65

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 65

3.7.1 Lokasi Penelitian ... 65

3.7.2 Jadwal Penelitian ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Deskripsi Perusahaan ... 67

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ... 69

(15)

Xchannel ... 89

4.3 Pembahasan ... 96

4.3.1 Strategi Konvergensi Xchannel 103,2 FM dalam Upaya Bertahan di Industri Media dalam Perspektif Teori Niche (Ekologi Media) ... 96

BAB V PENUTUP ... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

5.2.1 Saran Akademis ... 100

5.2.1 Saran Akademis ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN... 105

(16)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Daftar Radio di Serang Banten ... 6

TABEL 2 Rate Pemasangan Iklan Pada Radio Ramaloka ... 10

TABEL 3 Pemasukan Iklan Pada Radio Ramaloka ... 10

TABEL 4 Rate Iklan Radio Serang Gawe 102,8 FM ... 12

TABEL 5 Pemasukan Iklan Pada Radio Iklan Radio Serang Gawe 102,8 FM ... 12

TABEL 6 Rate Iklan Radio Xchannel 103,2 FM ... 13

TABEL 7 Pemasukan Iklan Pada Radio Xchannel 103,2 FM ... 14

TABEL 8 Penelitian Terdahulu ... 49

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa terus mengalami perubahan. Tidak hanya media cetak, media siar terutama radio pun terus mengalami perkembangan. Briggs dan Burke (2000:67) menjelaskan bahwa pada mulanya radio merupakan hasil penemuan Marconi di tahun 1906, kemudian menjadi radio siaran berkat David Sarnoff pada tahun 1915. Perkembangan radio di seluruh dunia diawali dengan munculnya lembaga-lembaga yang bergerak dibidang broadcasting atau penyairan. Misalnya di Amerika ada lembaga penyiaran yaitu NBC dan CBS yang menganggap bahwa lembaga mereka adalah pencetus era penyiaran. Pada tahun 1937 siaran CBS dengan penyiar Orson Welles menjadi awal yang baru dalam dunia radio, yaitu ditayangkannya sebuah sandiwara radio The Fall of The City. Namun dalam waktu dua tahun stasiun radio banyak yang telah dikuasai oleh Nazi. Antara tahun 1939-1945 radio menjadi mesin propaganda, tahun 1930-an radio menjadi

“mikrofon” Hitler dan Goebbels. Tidak hanya di Amerika, di bagian Eropa

(18)
(19)

bahwa terjadi peningkatan pada munculnya radio. Jika di masa orde baru terdapat 700 stasiun radio yang beroperasi, di akhir tahun 2010 terdapat 2590 lembaga penyiaran yang berproses di Kemkominfo.

Masyarakat yang terus berkembang membuat kebutuhan mereka akan informasi pun turut meningkat. Pada masyarakat modern seperti sekarang ini informasi merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dengan cepat. Maka media massa pada zaman modern seperti sekarang ini telah beradaptasi atau menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan informasi. Dan salah satu media massa yang berevolusi adalah radio.

Radio memiliki keunggulan dibandingkan media massa lainnya. Selain dapat diakses secara mudah, sebagai media audial atau auditif, radio dapat didengarkan dimana saja sembari melakukan kegiatan lainnya. Penyampaian pesan yang menggunakan bahasa verbal dan menstimuli banyak suara serta berusaha untuk memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi lainnya. Khalayak tidak perlu mempunyai keterampilan khusus untuk membaca isi radio, karena kita hanya perlu mendengarkan isi siaran tersebut. Menurut Komisi Penyiaran Indonesia (2018), keunggulan lain dari radio adalah sifatnya yang santai, khalayak lebih mudah mendapatkan pesan dalam bentuk acara yang menarik, dalam hal ini musik memegang peranan penting, karena pesan disampaikan disela-sela musik.

(20)

tahun 2005 perkembangan internet sebagai media massa menunjukan lebih dari 200 juta orang di Amerika menggunakan internet (Nasrullah, 2015). Media baru ini berkembang sampai menimbulkan konsep baru yaitu second media age. Didukung dengan pernyataan dari Littlejohn & Foss (2014: 413), era media kedua yang menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat. Media baru dikatakan lebih interaktif dan mulai banyak media penyiaran yang memanfaatkan media baru ini sebagai media pendukung.

Dalam era media baru, perkembangan teknologi dalam kehidupan sehari-hari membuat penggunaan internet menjadi sebuah kebutuhan dalam mengakses informasi. Hal ini tercermin dari data Top 20 Countries in Internet Users vs. All The World – December 31,2017 (Internet World Stats, 2018) yang menunjukan pengguna internet dunia berjumlah 4,156,932,140 dan Negara Indonesia termasuk kedalamnya dengan pengguna internet sebanyak 143,260,000.

(21)

(internet, mobile dan sosial media). Bahkan media surat kabar, TV dan radio tidak lengkap jika tidak memiliki layanan media sosial.

Semenjak kemunculan media baru, perkembangan teknologi menjadi begitu cepatnya membuat media massa konvensional khususnya radio mulai menggunakan internet sebagai media pendukung untuk menarik dan mendekatkan audience dengan stasiun radio. Melalui internet khususnya media sosial, audience mampu berinteraksi secara langsung dengan radio. Ditambah lagi dengan munculnya media sosial yang digunakan oleh pihak radio, menimbulkan sebuah model interaktivitas yang baru. Penggunaan media sosial oleh beberapa stasiun radio diharapkan mampu menarik perhatian pendengar mengingat kenyataan sekarang dimana manusia mulai beralih dari analog ke digital.

Di Ibukota banyak radio yang telah menggunakan media sosial sebagai media pendukung. Contohnya Prambors FM Jakarta yang hadir di beberapa media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Hal ini dilakukan untuk terus menarik perhatian para pendengarnya dan sebagai upaya dalam mempertahankan audience. Melalui media sosial ini Prambors FM selalu meng-update info terbaru mengenai para penyiarnya, segment acara, bahkan kuis berhadiah. Selain mendekatkan para pendengar dengan penyiar, media sosial tersebut sangat berguna untuk menarik perhatian para pendengar.

(22)

telah peneliti data Di Kabupaten dan Kota Serang – Banten, terdapat 16 Stasiun Radio. Antara lain:

Tabel 1.1

Daftar Radio di Serang Banten 2018 (Sumber: Analisa Peneliti, 2018)

No Nama Radio Keterangan

1.  Radio Pamor 92,6 FM

 Radio Serang Gawe 102,8 FM  Radio Xchannel 103,2 FM

(23)

adalah Radio Ramaloka 96.5 FM, Radio Serang Gawe 102.8 FM, dan Radio Xchannel 103.2 FM. Ketiga radio ini aktif dalam meng-update kegiatan programnya di media sosial. Hal ini menggambarkan bentuk adaptasi atau sebuah penyesuaian dari ketiga stasiun radio tersebut dalam kemajuan teknologi di era digital ini.

Dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi ini, stasiun radio tidak serta merta bisa mengikuti arusnya teknologinya. Diperlukan sebuah strategi untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan khalayak, sehingga sebuah stasiun radio tetap menjadi pilihan. Strategi merupakan gabungan dari perencanaan (planning) dan manajemen (management) taktik operasional dalam mencapai tujuan (Effendy, 2004). Dalam industri media, strategi yang media terapkan untuk bertahan tidak terlepas dari usaha-usaha kreatif untuk berinovasi menyesuaikan media dengan perkembangan tren. Ketiga radio di Kota Serang ini memilih untuk menggunakan media sosial. Adapun kegiatan memperbarui status pada akun radio dengan program-program yang akan tayang atau hanya sekedar menanyakan sesuatu kepada pengikut di akun sosial mereka, menunjukan bahwa penggunaan media sosial pada ketiga stasiun radio di Serang tersebut memiliki peranan untuk mendukung radio tetap bertahan mempertahankan dan menarik pendengar dalam era teknologi yang semakin berkembang.

(24)

Ramaloka dinilai cukup aktif, pada setiap unggahanya radio Ramaloka mendapatkan respon likes dari warganet kurang lebih sekitar 3-25 likes. Dimedia sosial twitter radio Ramaloka terlihat lebih aktif dibandingkan dengan facebooknya, dengan total pengikut sebanyak kurang lebih 3,237 perbulan September 2018 dan unggahannya yang rutin membuat warganet terlihat antusias dengan mengikuti akun media sosial twitter kepunyaan radio Ramaloka ini. Media sosial berikutnya yaitu instagram, radio Ramaloka kurang mendapatkan respon positif dimedia sosial instagram. Total pengikut pada akun instagram resminya perbulan September 2018 sebanyak 300, dengan likes kurang lebih 2-15 likes pada tiap unggahan.

(25)

warganet, dilihat dari pengikutnya yang cenderung sedikit dibandingkan akun media sosial Serang Gawe yang lain yaitu sebanyak 31 pengikut saja.

Dan stasiun radio terakhir adalah radio Xchannel 103,2 FM. Media sosial yang digunakan radio ini hampir sama dengan Radio Ramaloka dan Radio Serang Gawe. Namun, konten pada tiap media sosialnya yang berbeda yang membuat Xchannel terlihat aktif pada setiap media sosial yang dimilikinya dan unggul diantara radio-radio lainnya. Jumlah pengikut diakun resmi twitter Xchannel yaitu 1,430 dan 4.286 pengikut diakun instagram resminya, jumlah unggahan sebanyak 2.029 perbulan September 2018. Pada tiap unggahannya, Xchannel memperoleh respon positif dari warganet dengan likes mencapai kurang lebih 130 likes. Dari ketiga stasiun radio yang telah menggunakan media sosial, dapat terlihat beberapa perbedaan yang terjadi didalam tiap akun resmi media sosial mereka masing-masing. Karena pada setiap media sosial mereka memiliki kekurangan dan keunggulannya masing-masing.

(26)

Tabel 1.2

Rate Pemasangan Iklan Pada Radio Ramaloka (sumber: Radio Ramaloka Serang Banten)

Bentuk Iklan Durasi Prime Time

(06.00-09.00) & Sponsor Program 30 menit Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,- Sponsor Program 60 menit Rp. 1.750.000,- Rp. 1.750.000,-

(27)

37.500.000,-

(28)

namun pada tahun 2017 belum dapat tercapai. Ditahun 2018 ini pada saat Radio Ramaloka mulai aktif dalam menggunakan media sosial, pemasukan iklan diharapkan dapat mencapai target ataupun melebihi, pemasukan iklan yang diperoleh selama tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 401.800.000 perbulan September 2018. Berbeda dengan Ramaloka, Radio Serang Gawe pun memiliki harga tersendiri untuk pemasangan iklan, yaitu:

Tabel 1.4

Rate Iklan Radio Serang Gawe 102,8 FM (sumber: Radio Serang Gawe)

Tarif Reguler Spot Rp.500.000,-

Adlibs Rp.100.000,-

Talkshow Rp.5.000.000/ Jam

Harga yang disediakan Radio Serang Gawe untuk pemasangan tidak sebanyak pilihan yang ditawarkan oleh Radio Ramaloka. Radio yang terbilang baru ini dibentuk pada bulan April 2016 dan mulai menggunakan media sosial pada akhir tahun 2016. Sebelumnya Radio Serang Gawe bernamakan radio RSPD yang dikelola oleh pemerintah. Pada awal mula terbentuknya RSPD (Radio Siaran Pemerintah Daerah) stasiun radio ini tidak memilik rate pemasangan iklan karena stasiun radionya memang dikelola oleh pemerintah dan tidak berfokus pada pemasukan iklan.

Tabel 1.5

(29)

Rp. - -+Rp. 60.000.000/bulan -+Rp. 85.000.000/bulan

Radio Serang Gawe yang kebanyakan beranggotakan remaja ini mengakui bahwa dengan keaktifannya dimedia sosial pada tahun 2018 membuat meningkatnya audience mencapai 30% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 minat pengiklan pada Radio Serang Gawe masih belum stabil pada setiap bulan yang menyebabkan tidak tercapainya target pemasukan pada tahun 2017. Target pemasukan iklan tahun 2017 Radio Serang Gawe yaitu sebanyak Rp.900.000.000,-, namun belum terpenuhi karena pemasukan iklan selama satu tahun pada Radio Serang Gawe kurang lebih hanya Rp.720.000.000,-. Pada tahun 2018 Serang Gawe mulai meningkatkan kreatifitas dalam penggunaan media sosial terutama instagram, hal ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi calon pengiklan untuk bekerja sama dengan stasiun radio ini.

(30)

Tabel 1.6

Rate Iklan Radio Xchannel 103,2 FM (sumber: Radio Xchannel)

Bentuk Iklan Tahun 2017 Tahun 2018

Loose Spot Rp. 300.000,- Rp. 400.000,-

Adlibs Rp. 400.000,- Rp. 500.000,-

Talkshow Rp. 2.500.000,- Rp. 3.500.000,- Creative Production Rp. 400.000,- Rp. 500.000,- Insertion(quiz/non

quiz)

Rp. 1.100.000,- Rp. 1.250.000,-

Live Report Rp. 650.000,- Rp. 700.000,- Live Broadcast Rp. 7.000.000,- Rp. 7.500.000,-

Tabel 1.7

(31)

Berdasarkan data diatas, Xchannel terlihat mengalami sejumlah kenaikan pemasukan iklan pada tahun 2018 dimana keadaan media sosialnya yang semakin berkembang kreatif. Target pemasukan radio Xchannel setiap bulannya adalah Rp. 100.000.000,- pada tahun 2017, dan meningkat menjadi Rp. 140.000.000,- pada tahun 2018. Selain pemasukan iklan yang hampir selalu mencapai target perbulannya pada tahun 2018 ini, pihak Xchannel juga mengatakan bahwa semenjak aktif dimedia sosial, pendengarnya meningkat hingga 50%.

(32)

Chrisari dan Royan (2017: 370) dalam jurnal Eksistensi Radio Swasta mengatakan untuk mempertahankan eksistensinya, sebuah stasiun radio harus mampu membuat konten acara yang dikemas semenarik mungkin. Keberhasilan sejati media penyiaran ditopang oleh seberapa bagus kreatifitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yaitu teknik, program dan pemasaaran. Kesuksesan dalam mempertahankan loyalitas mendengar juga tergantung pada kualitas sumber daya manusia di ketiga bidang pokok tersebut. Karena itulah strategi dalam sebuah perusahaan penyiaran radio itu di perlukan. Pada penelitian ini, peneliti memilih Radio Xchannel 103.2 FM untuk dijadikan objek penelitian. Radio Xchannel merupakan stasiun radio di Kota Serang yang telah aktif dalam menggunakan sejumlah media sosial bahkan beberapa darinya cenderung aktif. Keaktifannya dalam dunia internet ini membuktikan bahwa adanya kesadaran Xchannel akan perkembangan teknologi di era digital ini. Xchannel sudah menggunakan media sosial dalam waktu yang cukup lama. Dari awal mula terbentuk pada tahun 2003, awal mulanya radio ini bernama 103,2 Power Hitz Radio dan belum menggunakan media sosial apapun. Kemudian pada tahun 2007 berganti nama menjadi Dirgy FM dengan mengusung tagline

“Trend Setternya Banten”. Dirgy FM sudah mulai menggunakan media sosial

(33)

Radio dan Dirgy FM telah bertransformasi menjadi Radio Xchannel 103,2 FM. Xchannel mengakui banyaknya keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan media sosial.

Media radio yang sebelumnya bersifat analog atau konvensional kini beralih ke digital, dimana informasi seputar radio akan lebih mudah didapatkan dalam media sosial. Radio yang dulu kita kenal hanya sebagai media penyiaran, kini dapat dinikmati dalam media digital. Van Dijk menjelaskan bahwa media mengalami konvergensi antara penyiaran dengan jaringan sebagai medium atau yang nanti dikenal sebagai revolusi media. Revolusi media yang dimaksud adalah dimana media yang lebih tua dihadirkan kembali dalam bentuk yang lebih menarik dan interaktif atau digital. Meike&Young menjelaskan bahwa konvergensi media diperlukan untuk mempertahankan media konvensional. Selain itu adanya konvergensi media menimbulkan populasi industri media yang bersaing dan berkompetisi.

(34)

Xchannel dapat bertahan ditengah perkembangan zaman yang semakin modern dan menuju kearah digital.

Dalam pembahasan mengenai strategi konvergensi radio dengan menggunakan media sosial dalam menghadapi persaingan media radio, penulis menggunakan ekologi media (Teori Niche). Teori Niche dapat digunakan untuk riset tingkat kompetisi antar media massa, baik surat kabar, radio maupun televise. Teori Niche bertitik tolak dari pandangan ekologis dalam melihat persaingan antarmedia. Ibaratnya proses kompetisi antar industri media ini sebagai proses ekologis (bioecology/human ecology) (John Dimmick dan Eric Rothenbuhler, 1984 dalam Haryati, 2012: 158-159).

Berdasarkan pertimbangan dan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, penulis mengambil judul “Penggunaan Media Sosial Sebagai Strategi Konvergensi Pada Radio di Kota Serang Banten”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang di tulis, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana penggunaan media sosial sebagai strategi konvergensi pada radio Xchannel di Kota Serang Banten?

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, identifikasi masalahnya adalah:

(35)

2. Bagaimana implikasi terhadap capital yang didapatkan Radio Xchannel dengan menggunakan media sosial

3. Bagaimana peran media sosial terhadap content yang disajikan Radio Xchannel

4. Bagaimana feedback audiens setelah Xchannel menggunakan media sosial

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan latar belakang yang mendasari Radio Xchannel menggunakan media sosial sebagai strateginya dalam berkonvergensi 2. Menjelaskan implikasi capital yang diperoleh Radio Xchannel dengan

menggunakan media sosial

3. Menjelaskan peran media sosial terhadap content yang disajikan Radio Xchannel

4. Menjelaskan feedback audiens setelah Xchannel menggunaan media sosial

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

(36)

1.5.2 Manfaat Praktis

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam Ardianto, dkk (2007: 3) definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188) yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large

number of people). Dari penjelasan tentang komunikasi massa tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu dilakukan menggunakan media massa. Yang disebut media komunikasi massa adalah radio siaran dan televise, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya dikenal sebagai media cetak; dan media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.

(38)

adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audiovisual yang notabene lebih mudah didefinisikan menurut bentuknya. Dari berbagai definisi yang dibuat oleh para pakar, Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi

massa tersebut menjadi: “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi

yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima

secara serentak dan sesaat”.

2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi interpersonal ataupun komunikasi kelompok. Perbedaannya yaitu pada komponen-komponen yang terlibat didalamnya serta proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Agar karakteristik komunikasi massa tampak jelas, maka pembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi interpersonal. Masih menurut Ardianto, dkk (2004: 7) ada beberapa karakteristik komunikasi massa, yaitu:

1. Komunikator Terlembagakan

(39)

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukkan untuk semua orang dan tidak ditunjukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan dalam komunikasi massa juga harus bersifat umum, dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Kriteria pesan yang penting dan menarik mempunyai ukurannya tersendiri, bagi sebagian besar komunikan. Karena ada saja peristiwa yang mempunyai kategori penting tetapi hanya penting bagi sekelompok orang saja. Berarti peristiwa tersebut tidak dapat disampaikan melalui media massa.

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonym), karena komunikasinya menggunakan alat media, tidak bertatapan muka. Di samping anonym, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda yang dapat dikelompokkan berdasarkan factor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

(40)

Salah satu yang dapat dijadikan contoh media massa menimbulkan keserempakan adalah acara televise yang ditonton oleh jutaan pemirsa. Masyarakat secara serempak pada waktu yang sama menonton acara tersebut padahal mereka berada di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Contoh lainnya dapat kita lihat pada kolom-kolom berita yang memenuhi surat kabar atau yang disiarkan di radio secara serempak dapat diterima oleh pembaca dan pendengar di berbagai tempat.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunya dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana: 2000:99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.

(41)

yang baik dan lain-lain. Semua itu menunjukkan pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikasi massa dilakukan melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa bersifat satu arah.

Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima (Rakhmat, 2003:190).

“Misalnya ketika Saudara mendengarkan radio siaran atau menonton

(42)

komunikasi antarpersona, komunikator dan komunikan saling mengendalikan arus informasi, sedangkan pada komunikasi massa tidak terjadi pengendalian arus informasi.

7. Stimulasi Alat Indra Terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa yang digunakan. Contohnya pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya dapat melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televise dan film, indra penglihatan dan pendengaran lah yang dilakukan.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)

(43)

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).

1) Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama; a) Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); b) Instrumental suiveillance (pengawasan instrumental).

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu.

Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan seharihari. Contoh-contoh pengawasan instrumental adalah bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya.

(44)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditunjukkan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok.

3) Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4) Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

(45)

5) Entertainment (Hiburan)

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televise adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televise setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak memuat acara hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan tekevisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik,teka teki silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

2.2 Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televise (Cangara, 2008: 126). Media massa dapat juga dikatakan sebagai sarana yang menjadi tempat penyampaian hasil kerja aktivitas jurnalistik. Media massa merupakan istilah yang digunakan oleh publik dalam mereferensi tempat dipublikasikannya suatu berita. Secara substansial, media massa dapat dibedakan berdasarkan proses pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyampaian berita yang dilakukan.

(46)

orang, yakni mulai dari pengumpulan, penglolaan sampai pada penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. Ketiga, meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama. Keempat, memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televise, surat kabar, dan semacamnya. Dan yang kelima, bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

2.3 Radio

Radio adalah media komunikasi yang bersifat auditif (dengar) dengan penyajian berita yang mengendalikan sistem gelombang elektronik. Kecepatan merupakan ciri utama media elektronik berbentuk radio. Penyebaran informasi dan berita melalui radio dapat berlangsung cepat dan lebih luas. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran juga mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth state (Ardianto dkk, 2004: 119). Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi control social seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi.

(47)

cepat dan seketika, juga cepat hilang dan gampang dilupakan. Pendengar tidak bisa mengulang apa yang didengarnya. Global, sajian informasi radio bersifat global, tidak detail, karenanya angka-angka pun dibulatkan. Batasan waktu, waktu siaran relative terbatas, hanya 24 jam sehari. Berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman dengan bebas. Linier, program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Mengandung gangguan, seperti timbul-tenggelam (fading) dan gangguan teknis (channel noise factor). Local, media radio bersifat local hanya di daerah yang ada frekuensinya. (Romli, 2009: 21).

2.3.1 Radio Dalam Industri Media Massa

(48)

komunikan. Keenam komunikasi massa bersifat satu arah, ketujuh stimulasi alat indra terbatas dan kedelapan umpan balik tertunda.

Media massa merupakan medium dari komunikasi massa untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Yang termasuk dalam media yaitu koran, majalah, televisi, radio dan internet. Radio termasuk dalam media massa karena ciri-cirinya (Cangara, 2008:126) antara lain bersifat melembaga, meluas dan serempak, menggunakan peralatan teknis, dan bersifat terbuka. Radio merupakan media komunikasi yang bersifat auditif (dengar), dengan penyajian berita yang mengendalikan sistem gelombang elektronik. Penyebaran informasi dan berita melalui radio dapat berlangsung cepat dan lebih luas. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran juga mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth state (Ardianto, dkk, 2004: 119). Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi.

(49)

berbentuk suara, membuat pendengarnya mengimajinasikan suara itu dalam benaknya masing-masing.

Umumnya setiap stasiun radio memiliki program siaran yang diproduksi sendiri, jarang siaran radio yang mengambil program dari luar, kecuali siaran internasional atas kerja sama radio tersebut. Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu, seiring makin banyaknya stasiun penyiaran radio dan makin tersegmentasinya pendengar. Ruang lingkup format siaran tidak saja menentukan bagaimana mengelola program siaran, tetapi juga bagaimana memasarkan program siaran tersebut. Penting untuk mempertimbangkan tingkatan yang ingin diperoleh dari program radio, hal itu merupakan proses perencaan setiap program radio. Radio tidak bisa hanya sekedar membuat program tanpa tahu arah dan tujuan program tersebut, yang ada jika tidak mempertimbangkan secara matang, program akan sia-sia dan tidak terarah (Morissan, 2005:109).

(50)

Pelaku utama dari penyiaran radio adalah penyiar itu sendiri, yang menyeru pada radio. Prayudha dan Andy Rustam (2013:47) dalam buku Radio Is Sound Only menjelaskan bahwa terkadang seorang penyiar dideskripsikan sebagai seorang yang ideal. Sifat ideal tersebut meliputi suasana hangat, memiliki rasa humor, cerdas, punya rasa saling berbagi, teman yang selalu menemani dengan baik, dapat dipercaya, memiliki rasa percaya diri, bersemangat dan optimis. Seorang penyiar setidaknya memiliki kemampuan vocal yang memadai dan dapat mengetahui segmentasi pendengarnya. Dalam membawakan acara siara radio, penyiar harus dapat menghasilkan ide-ide segar dan kreatif setiap siaran.

2.4 Perkembangan Radio di Indonesia pada Era Digital

(51)

dilakukan karena penggunaan teknologi digital memiliki beberapa keunggulan dibanding teknologi analog, kualitas sinyalnya pun tetap bagus dan tidak terjadinya penurunan kualitas sinyal walaupun telah dilakukan berbagai manipulasi terhadap sinyal tersebut. Manfaat yang sangat berarti dalam penggunaan teknologi digital ialah menghemat penggunaan lebar pita spektrum frekuensi radio karena adanya teknik kompresi terhadap sinyal tersebut.

Berdasarkan hasil dari penelitian Daulat Gultom pada tahun 2015 dikatakan bahwa saat ini terdapat sejumlah standar penyiaran radio siaran digital yang berkembang di dunia, seperti Digital Audio Broadcasting (DAB), Digital Radio Mondiale (DRM), dan In-Band On-Channel (IBOC). Peraturan Menteri

Komunikasi dan informatika RI nomor 21 tahun 2009 tentang Standar Penyiaran Digital Untuk Penyiaran Radio pada Pita Very High Frequency (VHF) di Indonesia menyatakan bahwa yang tidak sesuai dengan rencana induk, serta tidak terpenuhinya permohonan untuk penggunaan kanal frekuensi dari masyarakat, maka perlu dicarikan saluran alternatif dengan menggunakan standard penyiaran radio digital, DAB Family.

(52)

Timbulnya kesadaran teknologi komunikasi telah berkembang dengan begitu pesatnya radio-radio juga secepat kilat membuat media-media online misalnya Radio X Channel dengan membuat program streaming program-program radio tersebut. Siaran tidak lagi dipancarkan melalui pemancar biasa melainkan telah melakukan radio streaming di website masing-masing. Dan masih banyak lagi contoh lainnya yang menunjukkan perubahan di era digital.

2.5 Strategi Industri Media Radio dalam Mempertahankan Eksistensi

Industri radio di Indonesia kini tengah mengalami perubahan, kehadiran media digital dinilai memiliki peluang untuk meningkatkan jumlah pendengarnya. Dalam meningkatkan dan memertahankan pendengar, pastinya dilakukan suatu strategi tertentu oleh media massa radio tersebut. Strategi mempertahankan pendengar menurut Susan (1985) dalam Nasution (2010: 23) meliputi pertama, strategi kesesuaian (Compability) yaitu strategi kesesuaian penjadwalan, pemilihan tipe program, dan pokok masalah terhadap kebutuhan khalayak pendengar.

Radio siaran harus membuat program yang sesuai dengan kegiatan sehari-hari pendengarnya dan selalu berbeda-beda dari waktu ke waktu. Karena itu untuk menyesuaikan kondisi dan kebiasaan pendengar, perlu dilakukan pemilihan dan penjadwalan yang tepat. Kedua, strategi pembentukan kebiasan (Habbit Formation) yaitu pembentukan kebiasaan disini adalah membentuk

(53)

waktu tertentu. Ketiga, strategi pengontrolan arus pendengar (Control of Audience Flow) yaitu pengontrolan arus pendengar dilakukan dalam rangka memaksimalkan pendengar yang mengalir dari satu program ke program berikutnya, dan untuk meminimalkan pendengar mengalihkan saluran ke pihak pesaing. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan program yang berbeda dengan radio lain (contering) atau menyajikan program acara serupa atau mirip dengan radio siaran lain (blunting).

Keempat, strategi penyimpanan sumber-sumber Program (Consevation of Program Resources) yaitu penyimpanan sumber-sumber program ini dimaksudkan agar program bisa dipakai lagi suatu saat, tapi tentu saja dengan cara penyajian yang berbeda. Ketersediaan materi dan sumber daya lain sebagai pendukung program harus benar-benar diperhitungkan karena jam siaran yang terus menerus sepanjang hari. Diantaranya dengan mengemas ulang materi tersebut dengan pendekatan dan cara penyajian yang berbeda. Kelima, strategi daya penarik massa (Mass Appeal) yaitu daya penarik massa sangat penting untuk diperhatikan karena stasiun-stasiun penyiaran mendapatkan keuntungan dengan cara semaksimal mungkin untuk menarik perhatian pendengar dengan mengemas program siaran semenarik mungkin dan sesuai dengan kebutuhan pendengar. Perbedaan minat dan hal yang disukai oleh pendengar harus diperhatikan oleh radio siaran. Sehingga semuanya dapat diakomodir dalam program yang disajikan.

(54)

disebut dengan manajemen strategis (management strategic) program siaran yang terdiri dari perencanaan program, produksi dan pembelian program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program.

1. Perencanaan program

Perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran untuk mendapatkan tujuan program dan tujuan keuangannya. Pada stasiun radio perencanaan program mencakup pemilihan format dan isi program yang dapat menarik dan memuaskan kebutuhan audiens. Contohnya sebuah stasiun radio berita harus merencanakan format dan isi dari program-program siaran berita mereka agar tetap menarik. Perlu adanya variasi dalam menyiarkan program berita agar mendengar tidak merasa bosan. Talkshow merupakan variasi dari program berita yang dapat dipilih. Program talkshow atau chatshow (obrolan, bincang-bincang, dialog interaktif) biasanya mendatangkan narasumber atau bintang tamu untuk bincang-bincang tentang sebuah tema atau topic hangat. Agar lebih menarik program siaran berita radio bisa juga melibatkan pendengar dalam melaporkan berita yang sedang terjadi.Sehingga pendengar juga merasa terlibat dalam penyampaian berita.

2. Produksi dan pembelian program

(55)

radio semua bagian terlibat dalam proses perencanaan sampai pada pembuatan program. Biasanya stasiun radio menggunakan sumber daya yang mereka miliki untuk pembuatan program. Contohnya dalam pembuatan iklan yang akan disiarkan, stasiun radio merekam sendiri suara dan dialog iklan yang akan disiarkan, biasanya mereka menggunakan penyiar mereka sendiri sebagai pengisi suara. Hal ini memberikan keuntungan tambahan yaitu biaya produksi yang relative lebih kecil.

3. Eksekusi program

Eksekusi program merupakan kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah diterapkan. Strategi penayangan yang baik sangat ditentukan oleh bagaimana menata atau menyusun berbagai program yang akan ditayangkan. Orang yang menyusun jadwal acara atau biasa disebut programmer harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan pendengar. Agar program yang ditayangkan sesuai dengan yang telah direncanakan maka setiap jamnya kita harus mengatur elemen-elemen acara yang sudah direncanakan agar tertata dengan baik. Dalam kepenyiaran disebut “Hot Clock” atau “Format

Wheel”. Kemasan inilah yang nantinya akan menjadi “roh” penyiaran dengan

kemasan produksi yang khas dan berbeda dari stasiun penyiaran radio lain (Prayudha, 2005:48)

4. Pengawasan dan evaluasi program

(56)

dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Jumlah dan komposisi audien serta jumlah penjualan iklan dapat diukur dengan laporan analisis rating dan analisis pendapatan. Apabila jumlah penonton dan tingkat penjualan iklan tidak sesuai, maka perlu dilakukan adanya penyesuaian dengan mendiskusikan solusi kepada pihak-pihak yang terkait sehingga tujuan yang telah ditetapkan stasiun penyiaran dapat tercapai

Selain strategi program, strategi dalam penyiaran juga menjadi hal yang penting. Salah satu yang membedakan radio satu dengan yang lainnya adalah ciri khas penyiar. Hal yang harus dimiliki oleh seorang penyiar selain suara yang memang enak di dengar dalam membawakan program acara. Para pendengar akan mudah mengingat sebuah program acara apabila seorang pembawa acara atau penyiar mempunyai ciri khas yang menarik.

Karena radio bersifat selintas maka seseorang penyiar radio harus memiliki strategi saat siaran agar pesan yang disampaikan dapat disimak oleh pendengar. Suara pemberita yang unik, khusus, orisinil dan trendi saar siaran merupakan jalan menuju sukses sebagai radio yang berbasis pemberitaan (Adam, 2000: 35). Dalam persaingannya dengan radio lain dengan format siaran yang sama, terdengar berbeda dan mempunyai keunikan tersendiri dalam melakukan siaran merupakan factor yang sangat penting dalam persaingan.

(57)

Motto, merupakan semboyan atau ungkapan khas stasiun radio sebagai “ungkapan

atau sapaan tambahan” dan menjadi ciri khas.

Jingle, Call Sign, adalah bunyi berirama, lagu, atau music pendek untuk

menunjukan identitas sebuah stasiun radio (ID Station), berdurasi tidak lebih dari 60 detik. Tune adalah lagu atau sebuah music instrument sebagai pengantar atau pembuka dan penutup sebuah program. Terdiri dari Opening Tune, diputar sebagai tanda sebuah program segera dimulai.Closing Tune, diputar saat program berakhir atau penanda program selesai (Prayudha, 2005: 35).

Adapun hal yang harus dihindari seorang penyiar pada saat sedang siaran yaitu cara berbicara janga terlalu cepat dan jangan berbicara datar atau terkesan membosankan. Pertama, berbicara terlalu cepat saat siaran akan mengakibatkan pesan yang ingin disampaikan tidak bisa didengar dengan jelas oleh pendengar. Kedua, berbicara datar atau membosankan. Tugas seorang penyiar bukan hanya memandu sebuah program acara tetapi juga bagaimana membuat pendengar tidak mematikan radio karena bosan mendengarkan siaran (Ningrum, 2007: 40).

2.6 Konvergensi Media

Zaman yang semakin berkembang membuat banyaknya bentuk media komunikasi baru yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari bentuk yang lebih dulu muncul. Artinya, ketika bentuk bentuk media komunikasi yang baru muncul, bentuk-bentuk yang terdahulu biasanya tidak mati, melainkan terus berkembang dan beradaptasi.

(58)

Mediamorfosis adalah transformasi media komunikasi. Mediamorfosis terjadi sebagai akibat interplay yang rumit dari kebutuhan-kebutuhan yang dibayangkan, tekanan-tekanan kompetitif dan politis, serta inovasi-inovasi sosial dan teknologis Menurut Roger Fidler (2003) mediamorfosis bukanlah sekadar teori sebagai cara berpikir yang terpadu tentang evolusi teknologi media komunikasi. Mediamorfosis mendorong kita untuk memahami semua bentuk sebagai bagian dari sebuah system yang saling terkait, dan mencatat berbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk-bentuk yang muncul di masa lalu, masa sekarang, dan yang sedang dalam proses kemunculannya. Media baru tidak akan muncul begitu lama. Dan ketika bentuk bentuk media komunikasi yang baru muncul, bentuk bentuk yang terdahulu biasanya tidak mati – terus berkembang dan beradaptasi.

Fidler menyatakan bahwa Transformasi media komunikasi berasal dari tiga Konsep dasar, yaitu : Koevolusi, Konvergensi, dan kompleksitas. Ketiga konsep ini membentuk perubahan medium komunikasi akibat evolusi teknologi komunikasi.

1. Koevolusi

(59)

dasar media diwujudkan dan diteruskan melalui kode kode komunikator yang kita sebut bahasa. Bahasa, tanpa harus dibandingkan satu sama lain, telah menjadi agen perubahan yang paling berpengaruh dalam rangkaian evolusi manusia. perkembangan bahasa lisan dan tulisan melahirkan dua transformasi besar, atau mediamorfosis, dalam system komunikasi manusia. Mediamorfosis ketiga yang siap mempengaruhi evolusi komunikasi dan peradaban secara radikal adalah bahasa digital. Bahasa ini merupakan lingua franca computer dan jaringan telekomunikasi global. Domain domain komunikasi. Sejak kelahiran bahasa tulis, berbagai bentuk media terus berkoevolusi dalam tiga jalur yang berbeda, yang disebut domain. Bahasa digital telah mentransformasikan bentuk bentuk media komunikasi yang ada. Inilah agen perubahan yang paling bertanggungjawab atas pengaburan perbedaan perbedaan di antara domain domain historis komunikasi.

2. Konvergensi

Konvergensi selalu menjadi esensi evolusi dan proses mediamorfosis. Fidler juga menguraikan konsep konvergensi yang secara garis besar merupakan penyatuan berbagai macam teknologi dan bentuk media yang hadir secara bersamaan. Konvergensi ini pada akhirnya akan mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Konvergensi lebih menyerupai persilangan atau perkawinan, yang menghasilkan transformasi atas masing masing entitas yang bertemu dan penciptaan entitas baru.

(60)

dilakukan Radio Xchannel 103,2 FM adalah www.1032fm.com, yang menggabungkan media radio dan media internet. Bila selama ini kita menikmati siaran radio dengan duduk diam disatu tempat sambil mendengar radio analog, kini ada cara berbeda yang ditawarkan. Berbagai acara yang ditayangkan di www.1032fm.com bisa dinikmati melalui gadget berupa smartphone ataupun perangkat lain. Cukup dengan terkoneksi pada jaringan internet. Ada juga produk lain yaitu Kompas TV (kompas.com), yang menggabungkan media cetak, media televisi, dan internet.

3. Kompleksitas

Kompleksitas merupakan sebuah kondisi yang „memaksa‟ terjadinya

perubahan. Selama masa perubahan besar, sebagaimana yang dinyatakan Fidler (1997:42), sebagai masa yang kita alami saat ini dimana sekeliling kita mungkin tampakberada dalam kondisi kacau atau chaos.

Dari penjabaran diatas Peneliti dapat memahami lebih luas mengenai Konsep Mediamorfosis yang melahirkan teori Konvergensi Media. adapun Sejarah Awal Teori Konvergensi media seperti yang dijelaskan oleh Fidler (2003) yaitu berawal pada tahun 1979, ketika Nicholas Negroponte mulai mempopulerkan istilah Konvergensi dalam kuliah kelilingnya untuk mengumpulkan dana pembangunan gedung laboraturium Media di Massachusetts Institute of Technology, hanya segelintir orang yang mempunyai pemahaman tentang Konvergensi. Para peserta Kuliah seringkali terpana pada kenyataan yang

diungkapkan Negroponte bahwa “Semua teknologi komunikasi sama-sama

(61)

tepat jika didekati sebagai Objek tunggal”. Untuk memberi gambaran pada

konsep ini, Negroponte membuat tiga lingkaran yang tumpang tindih, yang diberi

nama “Industri Penyiaran dan Gambar Hidup”, “Industri Komputer”, dan

“Industri percetakan dan Penerbitan”. Sejak saat itu, gagasan bahwa Industri inni

secara bersama-sama menciptakan berbagai bentuk Komunikasi baru, melahirkan banyak pemikiran tentang masa depan media massa dan Komunikasi Manusia. (Fidler,2003).

Adapun Menurut Meike & Young dalam bukunya Media Convergence, ada dua hal yang mempengaruhi konvergensi media. Hal pertama berhubungan dengan proses konsolidasi dan ekspansi media tersebut untuk tetap bertahan dan membuat media tersebut tumbuh semakin besar dan berhubungan. Hal kedua adalah mengenai bagaimana media mengadopsi dan beradaptasi dengan teknologi. Khususnya media penyiaran konvensional, ketika mereka hendak melakukan konvergensi media dengan menggunakan media baru, media konvensional ini akan mengeksplorasi media baru tersebut. Sebagai contoh, media penyiaran konvensional sekarang ini banyak yang mulai menyediakan layanan streaming bagi para audience-nya. Sehingga para audience ini dapat menikmati tayangan yang ingin mereka lihat di manapun dan kapanpun. Selain itu banyak pula media penyiaran konvensional yang mulai menggunakan media sosial untuk terus terhubung dengan para penikmatnya. Konvergensi dalam hal ini juga membuat nama dari media penyiaran tersebut tetap terdengar.

(62)

konvergensi untuk meningkatkan bisnis mereka. ((Castells: 2009 dalam Meike&Young)) menjelaskan bahwa media yang melakukan konvergensi menjadi bisnis yang terus meningkat karena tidak ada media yang benar-benar local ataupun benar-benar global. Karena semuanya akan terhubung oleh proses globalisasi dan digitalisasi. Hal tersebut yang ingin diketahui melalui penelitian ini, yaitu apakah setelah media konvensional melakukan konvergensi akan berpengaruh kepada pendengar. Karena media radio Xchannel di Kota Serang kini mulai berkonvergen, baik dalam penggunaan radio streaming ataupun penggunaan media sosial.

2.7 Pemanfaatan Media Sosial untuk Menarik Pendengar

Mengakses sebuah media telah menjadi salah satu kebutuhan primer dari setiap orang untuk memenuhi kebutuhan mereka akan informasi, hiburan dan sebagainya. Selama ini institusi medialah yang menjadi lembaga yang mendominasi pemberitaan, namun kehadiran internet dan media sosial memberikan keluasaan bagi khalayak untuk ikut dalam berkompetisi menyebarkan informasi atau peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Ada perbedaan antara institusi media dan internet dalam menyebarkan suatu berita ataupun peristiwa, institusi media bisa saja menyembunyikan peristiwa, namun sebaliknya melalui internetlah khalayak dapat mengetahui peristiwa tersebut melalui khalayak lain.

(63)

mendapatkan tontonan seperti ditelevise hanya dengan mengakses media sosial Youtube. Bahkan kehadiran Youtube dapat menjadi alternative pilihan menonton tayangan audio-visual karena kemudahan dalam pengaksesannya dan khalayakpun dapat menentukan tayangan apa yang dia inginkan tanpa harus menunggu jam tayang acara tersebut seperti ditelevise. Kemudahan yang ditawarkan media sosial memang tak mengherankan kehadiran media sosial menjadi fenomenal.

Adapun definisi media sosial menurut Boyd (2012) (Nasrullah, 2017: 11), media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Facebook, Instagram, Youtube, hingga Twitter adalah beberapa jenis media sosial yang banyak diminati khalayak. Adanya kebutuhan untuk menjalin suatu hubungan sosial di internet merupakan alasan utama khalayak dalam mengakses media sosial. Kondisi seperti ini tidak dapat didapatkan khalayak saat mengakses media tradisional.

(64)

secara khusus memberikan arah komunikasi yang lebih interaktif. Dengan adanya sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Tracy L. Tuten (2008: 33-54) dalam (Nasrullah, 2017: 164) yaitu Friendvertising, untuk menunjukkan bagaimana komunikasi yang terjadi antara bentuk-bentuk komunitas sosial secara online. Konsep tersebut menunjukkan bahwa adanya keruntuhan pengguna media massa sebagai sumber dari periklanan. Hal tersebut karena adanya hubungan yang pasif antara pengiklan-media-konsumen. Dibandingkan dengan hubungan yang ada di media sosial, dimana semua pengguna yang ada di dalam jaringan terdekat memiliki interaksi dan komunikasi yang lebih intens.

Tujuan dari menggunaan media sosial oleh sebuah perusahaan adalah untuk pemasaran kepada khalayak. Semakin besar jumlah dan luas wilayah khalayak yang disasar dalam program pemasaran, semakin terbuka peluang untuk memasarkan produk/jasa serta kesempatan produk/jasa tersebut diketahui oleh khalayak. Media sosial menawarkan khalayak yang beragam, banyak dan berada diwilayah yang lebih luas atau global. Tidak hanya itu, khalayak dimedia sosial tidak hanya akan menjadi penerima saja tetapi juga mempunyai kekuatan sebagai sarana promosi kepada orang lain.

(65)

khalayak sudah ramai membicarakan berhentinya siaran radio yang biasa mereka dengar. Khalayak juga banyak bertanya-tanya mengapa radio serentak mati dan tidak terima jika radio kesukaannya tidak bisa didengar kembali. Pada tahun yang sama, Hard Rock FM juga mengklaim bahwa radionya tetap eksis meskipun makin banyak layanan musik streaming (Ananda, 2017). Hal tersebut membuktikan bahwa radio tetap memiliki pendengar, hanya saja pendengarnya juga menggunakan internet sebagai alternatif informasi lain. Dahulu khalayak setia dengan satu media, namun dengan perkembangan zaman banyak media-media yang dapat digunakan dalam waktu yang sama tanpa harus meninggalkan salah satu media yang lain.

(66)

Selain layanan streaming pada situs website, radio saat ini juga menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan youtube agar tetap bisa berinteraksi dengan pendengarnya. Jika streaming untuk mendengarkan siaran berlangsung, media-media sosial tersebut berfungsi untuk interaksi dengan pendengar, seperti request lagu, diskusi mengenai tema yang sedang diangkat, atau sekedar kuis yang dibuat oleh program radio. Semua itu dilakukan untuk memperlihatkan bahwa radio tersebut masih berjalan sebagai suatu media.

Radio Xchannel 103,2 FM juga menggunakan media sosial sebagai media penyebaran informasinya, biasanya dalam satu hari peneliti melihat akun-akun tersebut mengunggah aktifitas mereka di ruang siaran. Selain aktifitas, biasanya penyiar menanyakan pendengar ingin me-request lagu apa, atau menanyakan komentar atas topik yang sedang dibahas oleh penyiar tersebut. Peneliti melihat akun instagram, twitter dan facebook milik Radio Xchannel 103,2 FM.

2.8 Teori Niche (Ekologi Media)

(67)

Niche secara harfiah dapat diartikan sebagai celung, ruang kehidupan, atau wilayah makanan sebagai sumber penunjang suatu mahluk hidup. Menurut teori ini, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya setiap makhluk hidup memerlukan penunjang yang ada di alam sekitarnya. Media massa lah yang dianggap sebagai makhluk hidupnya dan yang berkompetisi memperebutkan sumber penunjang di lingkungan industri media massa, begitu pula media massa radio.

Memahami ekologi bagi media massa, tidak jauh berbeda dengan ilmu ekologi pada umumnya. Hal ini disebabkan ekologi pada media massa, seperti yang disebutkan Dimmick & Rothenbuhler (1984) merupakan hasil adopsi dari penerapan ilmu ekologi makhluk hidup yang telah lebih dulu diaplikasian dalam bidang psikologi dan ekonomi oleh para sosiolog pada tahun 1920. Sementara itu Randle (2003) menjelaskan dasar dari teori Niche memprediksikan kemungkinan dari hidup berdampingan dan kepunahan ketika dua spesies berkompetisi untuk sumber penunjang yang sama di dalam lingkungan yang telah ditentukan. Ruang kehidupan (Niche) binatang didefinisikan berkaitan dengan makanan dan lawan; interaksi diantara keduanya menentukan kemampuan binatang untuk bertahan (Zeenath Hanif, 2012).

(68)

mendapatkan dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut. Persoalannya adalah jika sumber makanan yang ada di lingkungan tersebut terbatas sementara makhluk hidup yang menggantungkan dirinya kepada sumber tersebut semakin banyak maka faktor kompetisi tidak terelakkan (Mudjiyanto, 2017:118). Dengan demikian ekologi media menggambarkan usaha-usaha media dalam berkompetisi dengan media lainnya demi memperebutkan sumber kehidupan. Dimana sumber kehidupan suatu media ialah sumber-sumber ekonomi demi kelangsungan hidup media itu sendiri.

Zeenath Hanif (2012) menjelaskan penerapan teori niche dalam media massa dimulai pada tahun 1981, saat itu National Association of Broadcaster menggunakan ekologi niche sebagai perumpaan untuk memprediksi fluktuasi program-program jaringan kabel nasional di tengah-tengah bentuk media baru. Serta digunakan untuk mempelajari iklan di televisi, radio dan koran (Dimmick & Rothenbuhler, 1984). Teori ini juga digunakan untuk menguji penggunaan online berdasarkan faktor gender dan perpindahan fungsi (Kayany & Yelsma, 2000). Duta-Bergman (2004) menyebutkan teori ini juga digunakan untuk membandingkan pengunaan dalam konten berita tradisional antara penguna online dan offline. Lee & Lung (2004) teori ini digunakan dalam mengukur efek perpindahan yang disebabkan oleh penambahan internet dalam anggaran suatu media.

(69)

cara untuk bertahan dalam kompetisi dengan media lainnya. Dimmick & Rothenbuhler (1984) menyampaikan tiga faktor dalam eksistensi suatu media, yaitu: capital, types of content and types of audience.

Faktor capital, meliputi struktur permodalan dan pemasokan iklan. Hal ini ini dapat dilihat dari besaran kue iklan yang didapatkan (misalnya secara nasional) dan bagaimana proporsi yang akan dikonsumsi oleh berbagai media. Types of audiences menunjukan jenis khalayak sasaran atau target audiences. Faktor ini dapat dilihat dari data asumsi/profile media yang bersangkutan atau dari penelitian khusus untuk mengetahui profile khalayak dan kebutuhan konsumsi media mereka. Types of content, menunjukan aspek program atau jenis ini media. Faktor konten merupakan deskripsi isi dari media yang bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi atau program acara yang ada (Herawati & Budi, 2007).

Ketiga faktor inilah yang harus dilakukan oleh media dengan melakukan berbagai strategi. Faktor-faktor tersebut juga dapat dijadikan tiang utama agar media massa dapat berkembang dalam kondisi persaingan yang ketat. Adanya pertambahan jumlah media dan munculnya media baru berarti meningkatkan kompetisi di antara media lama dan baru untuk memperebutkan dan mempertahankan audiensnya. Dengan demikian kompetisi antar media massa pada dasarnya adalah kompetisi untuk memperebutkan ketiga sumber daya tersebut.

(70)

content, types of audience dan capital bahwa: semakin baik isi suatu media, maka semakin banyak khalayak sasaran yang dapat direbut, dan semakin besar pemasukan iklan bagi industry media tersebut (Haryati, 2012).

Perkembangan teknologi telah menggeser perilaku audiences dalam mengakses informasi, tanpa dipungkiri hal ini memengaruhi cara media radio bekerja. Media saat ini bersaing dalam menarik audience melalui media sosial. Karena khalayak yang semakin berkembang dengan penggunaan media sosial. Selain itu melalui media sosial, media analog atau konvensional ini dapat memberikan informasi seputar program mereka kepada audience. Sehingga media sosial menjadi salah satu penunjang kehidupan media analog. Kenyataanya ini dikarenakan media radio perlu melakukan suatu cara untuk tetap menjaga keberlangsungannya dengan melihat masyarakat yang kebanyakan juga menggunakan media sosial. Oleh sebab itu, media massa yang digunakan juga harus sesuai dengan yang diminati masyarakat digital agar mampu tetap bertahan untu mempertahankan loyalitas pendengarnya.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Rate Pemasangan Iklan Pada Radio Ramaloka
Tabel 1.4 Rate Iklan Radio Serang Gawe 102,8 FM
Tabel 1.6 Rate Iklan Radio Xchannel 103,2 FM
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cattleya Zahrunisa, 2016, PEMANFAATAN MEDIA BARU OLEH MEDIA KONVENSIONAL RADIO (Studi Kasus Pola Pemanfaatan Media Sosial Twitter oleh Lembaga Penyiaran Publik RRI

Berdasarkan terpaan media komunitas diharapkan radio komunitas mampu memenuhi kebutuhan masyarakat pendengar karena saat ini pendengar sangat selektif dalam memilih

menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Penggunaan Media Sosial Instagram Dalam Penyampaian Informasi Di Radio PR FM 107,5 Bandung”, yang merupakan

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa program Pos Sahabat Anak di Kota Serang belum efektif hal ini ditunjukan dengan Pelaksanaan program pos sahabat anak

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten (JAMSOSRATU) adalah salah satu Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Pemerintah Provinsi Banten untuk menjamin

Hasil tersebut menunjukkan bahwa gaya komunikasi penyiar memiliki pengaruh paling besar atau dominan terhadap minat dengar masyarakat dibanding dengan penggunaan

Peneliti juga mengucapkan terima kasih karena hanya atas karuniaNyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI

Alasan radio gen 103.1fm memilih media sosial tiktok adalah karena media tersebut saat ini mempunyai traffic yang sangat baik dan besar di masyarakat, media sosial tiktok juga paling