• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MEDIA ONLINE TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT MEDIA ONLINE UTILIZATION AS COMMUNITY’S SOCIAL INTERACTION

Firda Abraham

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin

Jl. Yos Sudarso No. 29 Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Telp. (0511) 3353849 / Hp. 08125313529 Email: firda.abraham@gmail.com

diterima: 23 Agustus 2014 | direvisi: 22 September 2014 | disetujui: 29 September 2014

ABSTRACT

The study was be held in three provinces, South Kalimantan, Central Kalimantan, and Sulawesi, in each province have been six districts / cities. Furthermore, the district / city as research areas are determined randomly by the total respondents as many as 680 people from a total of 5,239,239 total population in the study area. This study aims to determine the public's knowledge of the online media / social media and determine public opinion against its use in social interaction through online media / social media. Approach to research conducted by using descriptive approach kuantitati, Withdrawal sample in this study is the random sampling method kish grid. The results showed five major social interactions on social media, ie, share files, add friends / relatives, search for information, communication and online buying and selling. In addition, online media interaction provides benefits, ie, to meet with people who have similar interests, increase knowledge, and certainly adds to the relationship. Productive age are more open to keep up with technology, although there is a fee to adopt the technology, but it does not become an obstacle the respondent to continue to follow the development of these technologies. Should use online media in order to be maximized for education and jobs, such as providing information or notice, because it is very fast online media to be accessed.

Keyword: Social Interaction, communication, technology, online media

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di tiga provinsi, Kalsel, Kalteng, dan Sulteng, di masing-masing provinsi dipilih enam kabupaten/kota. Selanjutnya kabupaten/kota yang menjadi lokasi penelitian ditentukan secara acak dengan total responden sebanyak 680 orang dari total 5.239.239 total populasi pada wilayah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap media online/media sosial dan mengetahui pendapat masyarakat terhadap pemanfaatannya dalam berinteraksi sosial melalui media online/media sosial. Pendekatan penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitati, Penarikan sample pada penelitian ini adalah dengan random sampling menggunakan metode kish grid. Hasil penelitian menunjukan lima interaksi sosial yang utama pada media sosial, yaitu, berbagi file, menambah teman/relasi, mencari informasi, berkomunikasi dan jual-beli online. Selain itu interaksi media online memberikan manfaat, yaitu, bertemu dengan orang yang memiliki minat yang sama, menambah pengetahuan, dan tentunya menambah relasi. Usia produktif lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan teknologi, walaupun ada biaya untuk mengadopsi teknologi tersebut, tetapi ini tidak menjadi halangan para responden untuk terus mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Hendaknya penggunaan media online agar lebih dimaksimalkan untuk pendidikan dan pekerjaan, seperti memberikan informasi atau pemberitahuan, karena sifatnya media online yang sangat cepat untuk diakses.

I.

PENDAHULUAN

Semakin baiknya infrastruktur IT di Indonesia seseorang dapat memanfaatkan media online/media sosial untuk memenuhi kebutuhannya terhadap informasi melalui tahapan proses pembelajaran, baik melalui pembelajaran formal maupun pembelajaran informal. Melalui proses pembelajaran inilah, maka sesorang mengenal, mengetahui, memahami perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) dari teknologi informasi dan informatika. Sangatlah mustahil seseorang tanpa proses pembelajaran langsung bisa mengoperasionalisasikan perangkat teknologi informasi dan informatika, seperti menjalankan komputer dan internet. Atas dasar itulah maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memandang perlu mencantumkan pembelajaran teknologi informasi dan informatika dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah tahun 2006. Sejak diberlakukannya pembelajaran teknologi informasi dan informatika secara nasional di sekolah negeri, swasta, maka ada sekian banyak anak-anak bangsa ini yang secara formal telah mengenal dan mengetahui teknologi informasi dan informatika. Melalui pendidikan formal ini Negara telah menciptakan generasi bangsa yang melek teknologi informasi dan informatika. (Handani dan Razak, 2011)

Realitas menunjukan, terutama di ibukota provinsi dan ibukota kabupaten, seperti di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah, tumbuh usaha baru yang berkait dengan pemanfatan media online. Tumbuhnya usaha ini berkait erat dengan makin baiknya infra struktur teknologi informasi dan informatika,

makin meleknya masyarakat terhadap teknologi informasi dan informatika, dan makin terjangkaunya pemilikan perangkat keras komunikasi dan informatika, seperti personal komputer, laptop, notebook, tablet, dan mobil phone. Memang ada sebagian dari masyarakat yang melek teknologi informasi dan informatika tapi belum memiliki perangkat keras komunikasi dan informatika. Mereka ini umumnya dapat memanfaatkan media online di warung internet terdekat dengan tempat tinggalnya.

Jumlah pengguna internet di Indonesia pada kuartal pertama 2014 mencapai 74 juta orang. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 22% dari tahun 2013. (Fatanti, 2014. Hal. 17-28)

Pesatnya angak pertumhunam pengguna internet tahun 2014 memiliki banyak faktor yang mendorong orang menggunakan media online/media sosial, adalah karena karakteristik yang dimiliki oleh media itu sendiri. Menurut Iswara (2004) karakter media itu adalah:

1. Kecepatan (aktualitas) informasi. Kejadian atau peristiwa di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs media online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari. Distribusi informasi cepat ke pasar (pengakses), dengan jangkauan global lewat jaringan internet, dan dalam waktu yang bersamaan, informasi sudah tertuang dalam bentuk kata dan fakta.

2. Adanya pembaruan (updating) informasi. Informasi disampaikan secara terus menerus, karena adanya pembaruan informasi. Penyajiannya bersifat realtime, karena penyediaan informasi berlangsung tanpa

Pemanfaatan Media Online Terhadap Interaksi... Firda Abraham

putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengaksesnya.

3. Interaktifitas. Media online memiliki fungsi interaktif. Melalui fungsi ini pengguna media online dapat menyampaikan keluhan, saran, tanggapan. Contohnya seperti chatroom, e-mail, online poling/survey, dan games. 4. Personalisasi. Media online memberikan

peluang kepada setiap pengguna hanya mengambil informasi yang relevan dengan dirinya.

5. Kapasitas. Informasi yang dimuat media online memiliki kapasitas besar, nyaris tanpa batas. Penyimpanannyapun ada di server komputer dan sistem global. Informasi dapat ditambah kapan saja, pengguna dapat mencarinya kapan saja dengan mesin pencari (search engine).

6. Hyperlink. Setiap data dan informasi yang disajikan dapat dihubungkan dengan sumber lain yang berkaitan dengan informasi tersebut. Karakter hyiperlink ini membuat pengakses/pengguna media online bisa berhubungan dengan pengakses lainnya ketika masuk ke sebuah situs media online dengan menggunakan fasilitas yang sama dalam media tersebut, misalnya dalam chatroom, lewat e-mail atau games.

Berkaitan dengan muatan dari media online/media sosial ini sifatnya begitu bebas dan vulgar akan berdampak bagi pengaksesnya. Dampaknya ini bisa positif dan negatif. Kalau dampaknya positif adalah baik untuk masyarakat dan itulah yang diharapkan oleh Negara, tetapi kalau dampaknya negatif berarti dapat merugikan si pengguna itu sendiri sebagai akibat dari

penyalahgunaan pemanfaatannya. Secara kasat mata, bahwa pengguna terbanyak media online/media sosial adalah para anak muda, baik mereka yang masih bersekolah/kuliah (pelajar/mahasiswa) maupun mereka yang tidak lagi melanjutkan sekolah/kuliahnya di lembaga pendidikan menengah/tinggi.

Makin banyaknya pengguna media online/media sosial termasuk anak-anak remaja memunculkan kekuatiran dikalangan pendidik termasuk orang tua yang peduli terhadap dampak negatif media online/media sosial. Akhir-akhir ini sebagian besar anak remaja semakin familiar dengan berbagai situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan google plus. Mereka terlena dengan keasyikan di dunia maya sehingga mereka menyampingkan kewajibannya belajar pada jam-jam di luar jam-jam sekolah. Anak remaja menjadi malas belajar, lebih mementingkan diri sendiri, rentan dengan penipuan, dan perjudian, kontrol diri rendah.

Menurut Nurdin Abdul Hakim, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Riau menjelaskan, keberadaan media sosial merupakan hasil dari revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki dampak positif dan negatif yang harus diwaspadai. Media sosial memungkinkan orang bebas berekpresi dan berbicara, namun dalam pemanfaatannya generasi muda harus memfilter dari berbagai pandangan ekstrim dan radikal serta ancaman penyalahggunaan, penipuan maupun pornografi. (Zaki, 2013).

Di luar koneksi via personal computer (PC), pemanfaatan internet juga kini secara lebih massif diakses dengan menggunakan laptop. Merespon

hal ini, banyak perkantoran, gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, restoran, bahkan sekolah dan kampus menyediakan fasilitas hot spot. Di kantor pengguna internetnya sebesar 20,4 %, di kampus serta sekolah 10 %, dan pengguna internet di rumah hanya sebesar 0,4 %. Setiap pengguna rata-rata dapat menghabiskan waktu 1-2 jam per hari (Indikator TIK, 2013).

Menurut Muhammad Davit bahwa dampak positif teknologi informasi tentu yang diharapkan dalam kehidupan sosial, seperti masyarakat yang mulai mendapatkan informasi mengenai berita apapun dengan memanfaatkan media online. Majalah ataupun Koran sudah mulai ditinggalkan. Selain itu dampak teknologi informasi juga mempengaruhi dari berbagai bidang, seperti bidang transportasi dapat diimplementasikan pembuatan E-Toll card (kemudahan pembayaran tol) yang sekarang sudah dimulai diterapkan di Jakarta. Dalam bidang bisnis, penerapan E-commerce sangat membantu para pengusaha dalam menjalankan usahanya. Dengan teknologi ini tidak perlu lagi proses jual beli secara face to face, namun cukup dengan jaringan internet semua proses dapat dilakukan dengan efisien. Kemudian dari bidang pendidikan dengan adanya E-learning memungkinkan proses belajar mengajar dari jarak jauh sehingga menjadi lebih efektif dan efesien.

Selanjutnya menurut Iwan Awaluddin Yusuf bahwa pada tataran individu, orang menggunakan internet akan mengalami realitas diluar apa yang dijalaninya sehari-hari. Pada titik tertentu orang-orang yang mengakses teknologi informasi dengan fasilitas komunikasi via internet misalnya, menjadi tidak peduli dengan tatanan moral, sistem nilai dan norma yang telah disepakati dalam masyarakat

selama berabad-abad. Intinya tidak lagi peduli pada aturan yang ada. Belum lagi sifat individualisme yang makin meninggi makin ditunjang dengan sifat internet sebagai komunikasi interaktif yang tidak mengharuskan komunikasi pertemuan. Sebaliknya di sisi lain, sejarah juga mencatat kontribusi positif internet. Masuknya lembaga pers dalam memanfaatkan internet untuk jurnalisme misalnya, telah membantu masyarakat dalam memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Internet mampu mewadahi teknologi cetak, radio, televisi. Informasi yang ditampilkan tidak saja di-update setiap saat, tetapi juga lebih menarik dan lengkap dengan format teks, audio, dan audiovisual. Dengan internet, mereka dapat berinteraksi secara bebas dan membentuk komunitas hanya dengan menekan tombol. Selain itu, lokasi-lokasi untuk melakukan koneksi kini semakin luas dan mudah dijangkau masyarakat.

Berdasarkan uraian yang disebutkan di atas bahwa pengkajian terhadap media online/media sosial dipandang perlu dilakukan melalui sebuah penelitian. Apalagi penelitian sebelumnya Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap Perilaku Remaja Di Kota Makassar, oleh: Christiany Juditha ada hubungan antara penggunaan facebook dengan perilaku remaja yang positif dan negatif. Penelitian ini diharapkan memperoleh temuan dari masyarakat yang memanfaatkan media online/media sosial, terutama untuk mengetahui pengetahuan dan pemanfaatan terhadap interaksi sosial masyarakat. Menyimak dari apa yang telah disampaikan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah Bagaimana masyarakat

Pemanfaatan Media Online Terhadap Interaksi... Firda Abraham

memanfaatkan media Online untuk interaksi sosial?

II. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pemilihan pendekatan ini, karena ingin menggambarkan atau mendeskripsikan masalah yang digali dalam penelitian, sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan. Metode penelitian yang relevan sehubungan dengan penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini dipilih karena ditujukan kepada sejumlah individu yang diteliti dan tersebar di lokasi penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ditentukan secara purposive, yaitu berdasarkan cakupan wilayah kerja BPPKI Banjarmasin yaitu, Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tengah. Kemudian di masing-masing provinsi dipilih enam kabupaten/kota. Selanjutnya kabupaten/kota yang menjadi lokasi penelitian ditentukan secara acak.

Setelah ditentukan secara acak, terpilih tabeberapa kabupaten/kota yaitu, Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Laut, dan Kotabaru. Kalimantan Tengah yaitu, Palangka Raya. Kapuas, Pulang Pisau, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, dan Barito Selatan. Untuk lokasi terpilih di Sulawesi Tengah yaitu, Palu, Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Tojo Una-Una, Toli-Toli.

C. Populasi dan Sample

Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal dan menetap di tiga lokasi penelitian.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Melalui cara ini setiap kabupaten/kota yang menjadi lokasi penelitian dipilih secara proporsional 2 (dua) kecamatan, yaitu kecamatan wilayah urban dan rural.

Setiap kecamatan dipilih 2 (dua) kelurahan/desa, kemudian diambil 2 RW pada setiap kelurahan/desa. Selanjutnya setiap RW diambil sampling 2 RT, responden yang menjadi sampel penelitian di tingkat RT dipilih secara acak. Responden terpilih di tingkat RT ditetapkan sebagai primary sampling unit (PSU).

Jumlah Penduduk di ketiga Provinsi tersebut adalah 5,133,189 jiwa (BPS, 2010). Metode penentuan ukuran sample menurut Slovin dalam Sugiono (2007) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑎

2

Keterangan: Remarks: