• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONIDISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

C

ONDITION OF

I

NFORMATION AND

C

OMMUNICATION

T

ECHNOLOGY IN

W

EST

S

OUTHEAST

M

ALUKU

R

EGENCY

Yayat D. Hadiyat

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Dr. Abdurahman Basalamah II No. 25 Makassar 90123, Telp/Fax : (0411) 4460084

Email: ayat.dh@gmail.com

diterima: 8 Agustus 2014 | direvisi: 5 September 2014 | disetujui: 18 September 2014

ABSTRACT

Geographical conditions and the vast area of Indonesia make it difficult to development of ICT infrastructure. Southeast Maluku district is one of the districts the form of islands that succeeded in the development of ICT with ICT-Pura awarded in 2011. Although successful in the development of ICT, in its development, there are some obstacles. This study is a qualitative study aimed to describe the condition of ICT infrastructure and the problems encountered in the development of ICT in Kabupaten Maluku Tenggara Barat. The data collection methods used were interviews, direct observation, and documentation. Results showed that Kabupaten Maluku Tenggara Barat has had a good ICT Infrastructure through the universal service obligation (USO). There are some problems faced by the local government and has made a road map for the development of ICT as a reference in the development of ICT. The recommendation of this study include equity necessary ICT infrastructure in other districts because ICT infrastructure being concentrated in Saumlaki and Larat. Coordination and consultation between needs to be improved. The quality and quantity of human resources field of communication and information needs to be increased.

Keywords: infrastructure, geography, information and communication technology

ABSTRAK

Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu kabupaten yang berbentuk kepulauan yang berhasil dalam pengembangan TIK dengan memperoleh penghargaan ICT-Pura pada tahun 2011. Meski berhasil dalam pengembangan TIK, dalam perkembangannya ada beberapa kendala yang dihadapi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi infrastruktur TIK dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan TIK di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah memiliki infrastrutur TIK yang cukup baik melalui program kewajiban pelayanan universal (KPU)/universal service obligation (USO). Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan telah membuat road map pembangunan TIK sebagai acuan dalam pengembangan TIK. Adapun rekomendasi dari penelitian ini antara lain perlu pemerataan sarana dan prasarana TIK di kecamatan lain karena infrastuktur TIK hanya terpusat di Saumlaki dan Larat. Koordinasi dan konsultasi baik itu dengan antar instansi Kominfo kabupaten/kota se-Maluku dengan Kominfo Provinsi Maluku maupun Kementerian Kominfo perlu ditingkatkan. Kualitas dan kuantitas SDM aparatur bidang komunikasi dan informatika perlu ditingkatkan lagi.

I. PENDAHULUAN

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam beberapa dekade terakhir ini berkembang dengan sangat pesat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. TIK adalah sebuah terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek, yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, alat penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi menjadi satu konsep yang tidak bisa dipisahkan menjadi TIK (Depdiknas, 2003). Ada tiga hal utama terkait TIK yaitu komputer yang digunakan memproses data menjadi informasi, kedua adalah jejaring komunikasi mengenai bagaimana informasi ditransmisikan, dan ketiga adalah skill untuk dapat menggunakan teknologi dalam rangka mentransmisikan informasi.

Konvergensi antara komputer dan telekomunikasi yang menghasilkan media baru internet telah membawa manusia memasuki babak baru dalam kehidupan yaitu era revolusi informasi. Namun dibalik pesatnya perkembangan TIK ini juga membawa konsekuensi negatif bagi masyarakat yaitu tidak meratanya infrastruktur dan pemanfaatannya yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan digital. Hal ini kemudian akan menghambat tujuan untuk

mencapai masyarakat informasi seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025, bahwa masyarakat informasi Indonesia ditargetkan akan terwujud pada tahapan jangka menengah ketiga, yaitu tahun 2015-2019. Penetapan sasaran ini didasarkan pada kenyataan bahwa kemampuan untuk mendapatkan, mengolah, dan memanfaatkan informasi mutlak dimiliki oleh suatu bangsa tidak saja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa tersebut, tetapi juga untuk meningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakatnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah ketersediaan infrastruktur komunikasi dan informatika yang memadai, baik jumlah akses, kapasitas, kualitas, jangkauan, maupun tarif layanan.

Pemerataan infrastruktur komunikasi dan informatika secara umum merupakan bentuk implementasi amanat Pasal 28F10 Amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Isu pemerataan infrastruktur komunikasi dan informatika juga merupakan isu global dan dibahas pada World Summit on The Information Society (WSIS) pada tahun 2003 di Tunisia yaitu:

“To build a people-centered, inclusive and development-oriented information society, premised on the purposes and principles of

Kondisi Teknologi Informasi dan Komunikasi ... Yayat D. Hadiyat

the charter of the UN, international law and multilateralism, and respecting fully and upholding the Universal Declaration of Human Rights, so that every people can create, access, utilize, and share information and knowledge, to achieve their full potential and to attain the internationally agreed development goals and objectives, including the Millennium Development Goals”

Hasil dari pertemuan tersebut adalah kesepakatan global dengan memperhatikan tujuan dan kondisi nasional masing-masing negara untuk mencapai target pembangunan pada tahun 2015. Beberapa target yang terkait dengan TIK antara lain menghubungkan desa dan membentuk community access point; memastikan bahwa seluruh populasi di dunia mempunyai akses untuk pelayanan televisi dan radio; mendorong pengembangan konten dan penggunaan semua bahasa dunia di internet; memastikan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia mempunyai akses dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Muara dari upaya ini adalah tercapainya masyarakat informasi, sebagaimana tertuang dalam “Action Plan World Summit on the Information Society”, yang harus dicapai oleh negara-negara anggota WSIS, termasuk Indonesia pada tahun 2015.

Informasi merupakan salah satu motor penggerak utama dalam masyarakat modern. Selama beberapa dekade terakhir penggunaan istilah informasi pada berbagai bidang kehidupan menjadi hal yang biasa. Ada asumsi yang mengatakan bahwa informasi tidak memiliki nilai yang melekat (Dilli, 1997). Informasi menjadi bernilai ketika dapat diakses dan dimanfaatkan sehingga hal ini tergantung pada aksesibilitas terhadap informasi. Salah satu medium dalam

memudahkan aliran informasi dan menawarkan kesempatan pada masyarakat yang terpinggirkan untuk mendapatkan akses yang sama terhadap informasi adalah TIK. Dengan adanya pemerataan informasi bagi seluruh lapisan masyarakat diharapkan bahwa masyarakat yang terpinggirkan (secara sosial ekonomi, geografis, ataupun gender) dapat menjadi bagian dari warga dunia yaitu komunitas besar yang bernama masyarakat informasi. Hal ini dikemukakan oleh Dewan dan Riggins (2005) bahwa akses universal terhadap TIK akan berpengaruh pada interaksi dengan komunitas global, perekonomian, memperbaiki standar hidup, dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Selain itu, TIK memiliki peran potensial dan penting dalam mendukung pembangunan pedesaan. Inisiatif TIK saat ini cenderung berfokus pada pembangunan infrastruktur dan ekstensi layanan informasi dan komunikasi dari pusat ke pinggiran (G8 DOTForce: 2001, World Bank: 1999). Dibandingkan daerah perkotaan, wilayah pinggiran lebih sulit dalam mengakses informasi karena ketimpangan penetrasi TIK (Salman, 2011).

Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan sebagai syarat untuk berfungsinya sektor sebagai layanan dan fasilitas agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik diperlukan dalam pengembangan sebuah wilayah. Infrastruktur merupakan bagian penting dalam kerangka pembangunan TIK. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang kondisi TIK dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Maluku Tenggara Barat dalam pengembangan TIK di wilayah tersebut.

Sedangkan tujuan penelitian ini berdasarkan permasalahannya yaitu untuk menggambarkan kondisi infrastruktur TIK dan permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dalam pengembangan TIK di Kjabupaten Maluku Tenggara. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengambil kebijakan dalam pemerataan infrastruktur khususnya di wilayah timur Indonesia yang banyak berbentuk kepulauan.

II. METODOLOGI

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang kondisi infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan permasalahan yang dialami dalam pengembangannya ini dilakukan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. C. Sampel Penelitian

Informan penelitian ini dipilih secara purposif yaitu sampel dipilih secara sengaja berdasarkan dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Adapun informan penelitian ini adalah pejabat dan staf Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Maluku Tenggara Barat karena mengetahui permasalahan yang akan diteliti. D. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan secara mendalam dan semi terstruktur yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat tetapi tetap ada ruang mengeksplorasi hal-hal yang dianggap penting. Sedangan melalui dokumentasi akan didapat data tertulis yang berupa peraturan-peraturan pemerintah, transkrip, laporan dan data lainnya yang relevan dengan penelitian.

Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh maka akan digunakan metode triangulasi. Ada tiga metode triangulasi yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumen (Nasution, 2003).

III. HASIL PENELITIAN

A. Kabupaten Maluku Tenggara Barat Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuklah Kabupaten Maluku Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pada Tahun 2009 kembali terjadi pemekaran wilayah, yaitu kecamatan Wuarlabobar dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Wuarlabobar dan Kecamatan Molu Maru sesuai dengan Peraturan Daerah

Kondisi Teknologi Informasi dan Komunikasi ... Yayat D. Hadiyat

Gambar 1. Peta Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Figure 1. West of Maluku Southeast Maps

Sumber : BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2012

Source : Central Statistical Agency of West of Maluku Southeast, 2012

Kabupaten Maluku Tenggara Barat Nomor 27 Tahun 2009. Dengan kondisi tersebut, secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terbagi atas 10 wilayah kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Tanimbar Selatan 2. Kecamatan Wertamrian 3. Kecamatan Wermaktian 4. Kecamatan Selaru

5. Kecamatan Tanimbar Utara 6. Kecamatan Yaru

7. Kecamatan Wuarlabobar 8. Kecamatan Molu Maru 9. Kecamatan Nirunmas 10. Kecamatan Kormomolin

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kabupaten yang berbentuk kepulauan yang biasa disebut Kepulauan Tanimbar.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki luas keseluruhan 52.995,19 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 (19,06 %) dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km2 (80,94 %).

Secara Astronomis Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada 60 35’24”- 8024’36” Lintang Selatan dan 1300 37’47” Bujur Timur. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan:

 Sebelah Utara : Laut Banda

 Sebelah Selatan : Laut Timor dan Australia

 Sebelah Barat : Kabupaten Maluku Barat Daya

B. Kondisi Infrastruktur TIK

Teknologi Informasi dan Komunikasi