• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemantauan Kualitas Air Sungai, Air Laut dan Air Sumur

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

E. BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN 1 SUB BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

8. Pemantauan Kualitas Udara Dalam Ruangan

1.7 Pemantauan Kualitas Air Sungai, Air Laut dan Air Sumur

1.7.1 Pemantauan Kualitas Air Sungai

Waktu pelaksanaan : Bulan Februari, Juni dan September 2015.

Lokasi pemantauan : Sungai Winongo, Code, Gajahwong, Kuning, Konteng, Tambakbayan, Bedog, Oyo, Belik, Bulus.

Laboratorium Penguji : BPIPBPJK, Dinas PUP-ESDM DIY. Hasil Pemantauan:

a. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Code tergolong cemar ringan hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 4,6192 – 15,1511 dengan nilai tertinggi berada di titik C-2 (Jembatan Ngentak, Sariharjo, Ngaglik, Sleman) pada bulan September.

b. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada delapan titik pantau di Sungai Code memiliki skor nilai antara -94 hingga -118 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Code termasuk cemar berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di C-4 (Jembatan Sayidan, Yogyakarta), dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya bakteri coliform, bakteri coli tinja, Oksigen Terlarut (DO), BOD, klorin bebas, nitrit, sulfida, deterjen, fenol, minyak lemak, kadmium, dan seng.

c. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Gajahwong tergolong cemar ringan hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 3,7463 hingga 10,2839 dengan nilai tertinggi berada di G-2 (Jembatan Pelang, Condongcatur Depok, Sleman) pada bulan Februari.

d. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada delapan titik pantau di Sungai Gajahwong memiliki skor nilai antara -88 hingga -102 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Gajahwong termasuk

cemar berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik G-4 (Jembatan

e. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Bedog tergolong cemar sedang hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 5,0034 hingga 11,6274 dengan nilai tertinggi berada di B-2 (Jembatan Gamping, Sleman) pada bulan Februari.

f. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada empat titik pantau di Sungai Bedog memiliki skor nilai antara -90 hingga -143 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Bedog termasuk cemar berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik B-4 (Jembatan Pijenan Gesikan Bantul) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya BOD, COD, klorin bebas, nitrit, sulfida, deterjen, fenol, fosfat, minyak dan lemak, kadmium, tembaga, timbal, bakteri koli tinja dan bakteri total koli. Lokasi titik pantau paling yang juga tercemar adalah B-5 (Tempuran Bedog-Progo) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya DO, BOD, COD, klorin bebas, nitrit, sulfida, deterjen, fenol, fosfat, minyak dan lemak, kadmium, tembaga, warna, timbal, bakteri koli tinja dan bakteri total koli.

g. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Tambakbayan tergolong cemar ringan hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 4,2079 hingga 12,7955 dengan nilai tertinggi berada di Dusun Plosokuning, Ngaglik, Sleman (TB-1) pada bulan Februari.

h. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada empat titik pantau di Sungai Tambakbayan memiliki skor nilai antara -84 hingga -105 (≤-31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Tambakbayan termasuk

cemar berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik TB-1 (Jembatan

Plosokuning Sleman) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya TDS, DO, BOD, COD, nitrit, sulfida, fosfat, kadmium, tembaga, bakteri koli tinja dan bakteri total koli.

i. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Oyo tergolong cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 11,2583 hingga 18,6316 dengan nilai tertinggi berada di Jembatan Kedungwates, Semin, Gunungkidul (OY-1) pada bulan Juni. j. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada empat titik

pantau di Sungai Oyo memiliki skor nilai antara -92 s/d -111 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Oyo termasuk cemar berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik OY-1 (Jembatan Kedungwates, Semin, Gunungkidul) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya BOD, COD, Klorin bebas, Nitrit, Deterjen, Fenol, Bakteri koli, dan bakteri koli tinja.

l. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada empat titik pantau di Sungai Kuning memiliki skor nilai antara -95 hingga -101 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Kuning termasuk cemar

berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik KNG-2 (Jembatan

Ngemplak Sleman) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya parameter TSS, BOD, COD, klorin bebas, nitrit, fosfat, minyak dan lemak, kadmium, tembaga, timbal, bakteri koli tinja dan bakteri total koli.

m. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Konteng tergolong cemar sedang hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 6,5118 hingga 13,8752 dengan nilai tertinggi berada di KTG-3 (Jembatan Pasekan, Balecatur, Gamping) pada bulan September.

n. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada empat titik pantau di Sungai Konteng memiliki skor nilai antara -90 hingga -114 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Konteng termasuk cemar

berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di KTG-3 (Jembatan Pasekan

Balacatur Sleman) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya DO, BOD, klorin bebas, nitrit, sulfida, deterjen, fosfat, minyak lemak, kadmium, timbal, bakteri koli tinja dan bakteri total koli.

o. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Belik tergolong cemar ringan hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 4,2600 hingga 12,8612 dengan nilai tertinggi berada di BL-1 (jembatan Klebengan) pada bulan Februari. p. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada tiga titik pantau

di Sungai Belik memiliki skor nilai antara -120 hingga -149 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Konteng termasuk cemar

berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik Bel-3 (Jembatan

Wonokromo Bantul) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya parameter TSS, DO, BOD, COD, klorin bebas, nitrit, sulfida, deterjen, fenol, fosfat, minyak lemak, kadmium, bakteri koli tinja dan bakteri total koli.

q. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Bulus tergolong cemar sedang hingga cemar berat, dengan nilai indeks pencemaran 4,9634 hingga 10,3029 dengan nilai tertinggi berada di BLS-1 (Jembatan Ngaglik, Sewon, Bantul) pada bulan Februari.

r. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada dua titik pantau di Sungai Belik memiliki skor nilai antara -100 hingga -116 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Konteng termasuk cemar

berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik BLS-1 (Jembatan

Ngaglik Sewon Bantul) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya bakteri BOD, COD, klorin bebas, nitrit, detergen, fenol, minyak lemak, kadmium,

s. Berdasarkan Indeks pencemaran (IP), di Sungai Winongo tergolong cemar ringan hingga cemar sedang, dengan nilai indeks pencemaran 5,0049 hingga 12,1147 dengan nilai tertinggi berada di tiitk W-2 (Jembatan Denggung, Donokerto, Turi, Sleman) pada bulan September.

t. Berdasarkan penilaian status mutu air dengan metode storet pada delapan titik pantau di Sungai Belik memiliki skor nilai antara -73 hingga -110 (≤ -31), hal ini menunjukkan bahwa seluruh titik pantau di Sungai Konteng termasuk cemar

berat. Lokasi titik pantau paling tercemar adalah di titik W-5 (Jembatan

Tamansari, Yogyakarta) dengan parameter yang melebihi baku mutu diantaranya bakteri coliform, bakteri coli tinja, BOD, nirit, deterjen, fenol, fosfat, seng, minyak dan lemak dan timbal.

u. Parameter yang dominan terdeteksi melebihi baku mutu diantaranya adalah BOD, klorin bebas, nitrit, detergen, fenol, minyak lemak, timbal, tembaga, bakteri total koli dan bakteri koli tinja.

v. Secara umum, nilai parameter bakteri koli tinja dan bakteri total koli masih melebihi baku mutu. Akan tetapi nilanya sudah jauh berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2014. Sumber dari bakteri koli tinja dan total koli disinyalir berasal dari limbah domestik dan kotoran ternak.

1.7.2 Pemantauan Kualitas Air Laut

Waktu pelaksanaan : Bulan Maret dan Agustus 2015

Lokasi Pemantauan : Pantai Glagah, Pantai Depok, Pantai Pandansimo, Pantai Parangtritis, Pantai Sundak, Pantai Drini, Pantai Baru, Pantai Samas, Pantai Ngrenehan, Pantai Indrayanti dan Pantai Baron. Laboratorium penguji : Laboratorium Hidrologi dan kualitas air Fakultas Geografi

UGM.

Hasil :

Berdasarkan hasil pemantauan dan pembahasan kualitas air laut di DIY pada dua periode bulan Maret dan Agustus Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kualitas Fisik

Hasil pemantauan parameter fisik air laut yang berupa kekeruhan, temperatur, warna dan TSS air laut adalah sebagai berikut:

 Kekeruhan:

Kekeruhan air laut di DIY menunjukkan bahwa kondisi air laut kurang baik, sebagian besar sudah melampaui baku mutu, yaitu antara 4,01-46,42 NTU dengan bakumutu 5 NTU. Lokasi pantau yang melebihi bakumutu terdapat di 8 (Delapan) titik pantau, yaitu di pantai pantai

Agustus. Kekeruhan dipengaruhi antara lain oleh kondisi DAS, curah hujan, sampah organik dan anorganik.

 Temperatur :

Hasil pengukuran suhu air laut di DIY menunjukkan bahwa temperatur air laut dalam kondisi nyaman, yaitu antara 22,9 - 27,1C untuk wisata bahari. Tinggi rendahnya temperatur ditentukan oleh kelembaban, intensitas matahari dan hujan.

 Warna :

Hasil pengukuran warna air laut di DIY menunjukkan sebagian besar masih normal, hanya ada satu yang melebihi bakumutu di pantai Glagah, yaitu berkisar antara 0,648 - 66,528 Pt-Co dengan ambang batas 30 Pt-Co. Faktor pembentuk warna air laut adalah dari cahaya, kandungan sedimen, dan kandungan zat organik atau anorganik.

 TSS :

Hasil pengukuran TSS pada air laut di DIY berkisar antara 15,1 -33,4 mg/L, yang pada sebagian besar titik pantau telah melebihi bakumutu 20 mg/L. Kandungan TSS yang tinggi terukur pada pantai-pantai yang daerah aliran sungainya banyak mengalami perubahan peruntukan lahan seperti pantai Glagah, Baru, Depok, Pandansimo, Samas, Parangtritis dan Baron. Dari nilai TSS ini dapat digunakan sebagai analisis untuk mengetahui pengaruh daratan terhadap lautan. Adanya dinamika nilai TSS mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan yang berakibat ke perairan.

2. Kualitas Kimia

Pengukuran parameter kimia pada air laut yang diperuntukkan wisata bahari terdiri dari pH, salinitas, Minyak dan Lemak, Nitrat (NO3), Fosfat (PO4), BOD, DO, Fenol, Detergen, dan Amoniak.

 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) air laut antara 7,0 - 8,50, rata-rata masih normal. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air laut masih baik.

 Salinitas

Berdasarkan data pemantauan, kadar salinitas air laut berkisar antara 27,5 - 46‰, yang mengalami penurunan daripada tahun sebelumnya. Tidak ada batasan kadar salinitas, hanya bersifat alami perairan saja. Salinitas mempengaruhi sifat fisik air laut, seperti densitas, titik beku, dan temperatur, dan daya hantar listrik (kondukivitas) serta tekanan osmosis.

 Nitrat (NO3)

Tingginya kadar nitrat menunjukkan kualitas air laut yang buruk karena ketidakdisiplinan para pelaku usaha dalam pengolahan limbahnya.

 BOD

Kadar BOD air laut pada dua periode pemantauan berkisar antara 0,01 - 2,62 mg/L, yang masih berada di bawah ambang batas yaitu 10 mg/L. Rendahnya nilai BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah membusuk di perairan laut DIY masih bisa ditolerir.

 DO

Kadar DO air laut di DIY berkisar antara 5,01 - 9,76 mg/L dengan baku mutu minimal 5 mg/L. Kandungan DO masih baik walaupun kadarnya mendekati batas minimal. Dengan kadar DO yang baik maka kondisi perairan mampu mendukung kehidupan biota laut.

 Fosfat (PO4)

Berdasarkan hasil analisa, kadar fosfat pada dua periode pemantauan telah melampaui batas yang dipersyaratkan yaitu antara ≤0,02 - 0,236 mg/L, dengan ambang batas 0,015 mg/L. Fosfat yang tinggi akan memicu terjadinya eutrifikasi sehingga terjadi ledakan pertumbuhan fitoplankton.

 Fenol

Kadar fenol air laut pada dua periode pemantauan berkisar antara < 0,0001 - 0,1154 mg/L, dimana kandungan fenol dalam air laut tidak diperkenankan atau 0 mg/L. Kadar fenol yang tinggi terukur pada musim penghujan dan sangat rendah pada musim kemarau. Kadar fenol yang tinggi berasal dari daratan yang dibawa oleh hujan melalui sungai. Selain itu, limbah tumpahan bahan bakar minyak pada perahu ikan juga menyumbang kadar fenol di perairan.

 Minyak dan Lemak

Kandungan minyak dan lemak air laut pada semua titik pengambilan sampel pada sebagian besar titik lokasi laut di DIY telah melampaui ambang batas diperkenankan untuk wisata bahari (1 mg/L), yang berkisar berkisar antara 0 - 57 mg/L. Kemungkinan minyak dan lemak berasal dari pencucian atau pembersihan kapal, dari aktivitas rumah makan yang letaknya sangat dekat dengan pantai, atau berasal dari sungai yang mengandung minyak dan lemak dari daratan. Pencemaran minyak dan lemak menyebabkan terganggunya kehidupan biota laut dan mengurangi estetika.

 Hidrogen Sulfida (H2S)

Konsentrasi sulfida air laut di DIY yang dipantau dalam dua periode berkisar antara <0,001 - 0,025 mg/L, dimana ambang batas yang

Faktor yang menyebabkan tingginya Sulfida atara lain pembusukan limbah bahan organik aktivitas ikan tangkap, budidaya ikan di sekitas pantai serta restoran. Disamping itu, juga dapat berasal dari daratan yang dibawa aliran sungai, dimana pada bulan April (penghujan) banyak asupan air dari darat.

 Detergen

Data pengukuran detergen air laut di DIY pada 11 pantai berkisar antara 0,1373 - 0,316 mg/L, dimana sebagian besar telah melampaui baku mutu (0,001 mg/L). Dari 11 lokasi pantai yang dipantau, dimana semua titik pantau sudah melebihi bakumutu. Detergen ini berasal dari aktivitas restoran dan kamar mandi yang jumlahnya sangat banyak sehingga limbah domestiknya cukup tinggi. Hal ini juga didukung oleh sifat lahan pasir yang bersifat sangat porous, yang sangat cepat meresapkan bahan-bahan cair ke dalam tanah.

 Amoniak (NH3-N)

Hasil pengukuran kadar amoniak air laut di DIY sudah cukup tinggi yaitu berkisar antara ≤ 0,0094 mg/L dimana untuk laut wisata bahari tidak diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/ WC atau kegiatan pertanian di daerah pesisir. Banyaknya pemupukan pada lahan pertanian pesisir menyebabkan tingginya kadar amoniak.

3. Kualitas Biologi

 Koli Tinja

Kandungan Koli tinja dalam dua periode menunjukkan hasil berkisar antara Nihil. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air laut masih baik jika ditinjau dari kualitas bakteriologinya. Jika dibandingkan dengan kadar Bakteri Koli pada tahun-tahun sebelumnya, kandungan koli tinja semakin menurun.

 Total Koli

Kandungan Koli tinja dalam dua periode menunjukkan hasil berkisar antara 0 - ≥ 2400 MPN/100 ml. Total Koli terdeteksi melebihi baku mutu di pantai Depok, Pandansimo dan Baron, terutama pada bulan Maret. Total Koli selain berasal dari manusia dan hewan juga berasal dari udara, sehingga apabila kandungan total koli tinggi maka udara sekitar pantai kurang bersih dan banyak mengandung Koli.

4. Kualitas Logam Terlarut

 Krom (Cr)

Kandungan krom pada pemantauan air laut dalam dua periode berkisar antara <0,00001 - 0,0305 mg/L. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa air laut telah tercemar logam berat Kromium karena telah melampaui ambang batas yang diperkenankan untuk laut wisata bahari, yaitu 0,002 mg/L, yaitu di pantai Glagah, Pandansimo, dan Baron pada periode bulan Maret. Krom yang mencemari air laut kemungkinan berasal dari limbah industri kulit yang dibuang ke badan sungai, akhirnya masuk ke laut.

 Tembaga (Cu)

Hasil pengukuran tembaga dalam air laut di DIY pada dua periode berkisar antara 0,0119 - 0,0983 mg/l, dimana 5 titik pemantauan telah melebihi ambang batas (0,05 mg/L), yaitu di pantai Glagah, Pandansimo, Depok, dan Parangtritis. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air laut di DIY kurang baik ditinjau dari kandungan tembaganya, sehingga masih perlu peningkatan kualitas pengelolaan limbah industrinya.

 Timbal (Pb)

Kandungan Timbal air laut pada dua periode di delapan pantai DIY berkisar antara 0,0173 - 0,3799 mg/L. Baku mutu yang diperkenankan untuk laut Bahari adalah 0,005 mg/L, sehingga kandungan Timbal di perairan laut di DIY telah melampaui batas pada semua titik. Sumber timbal di pesisir DIY kemungkinan berasal dari limbah industri yang mempergunakan pewarna atau cat mengandung Pb, atau perusahaan percetakan dan pengolahan/ penyepuhan logam.

 Kadmium (Cd)

Hasil pengukuran logam Kadmium pada air laut di DIY dalam dua periode menunjukkan hasil berkisar antara 0,0139 - 0,0455 mg/L, dimana semuanya telah melampaui baku mutu untuk wisata bahari, yaitu 0,002 mg/L. Kadar Kadmium tertinggi terdapat di pantai Pandansimo pada bulan Maret. Keadaan musim tahunan berpengaruh terhadap kandungan kadmium air laut, ketika musim penghujan terjadi pengenceran dan pada waktu musim kemarau lebih pekat karena penguapan yang tinggi.

 Nikel (Ni)

Hasil pengukuran Nikel air laut pada dua periode menunjukkan kandungan nikel yang melampaui ambang batas (0,075 mg/L), yaitu berkisar antara 0,012-0,3099 mg/L. Konsentrasi nikel pada periode Maret lebih rendah daripada bulan Agustus. Hal ini menunjukkan bahwa kadar

pembakaran sampah dan bahan bakar minyak. Namun demikian, terjadi penurunan kadar Nikel pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa pengelolaan limbah industri di DIY semakin baik walaupun masih harus ditingkatkan lagi agar tidak melampaui batas baku mutu.

 Seng (Zn)

Hasil pengukuran Seng air laut pada dua periode menunjukkan kandungan seng yang masih berada di bawah ambang batas (0,095 mg/L), yaitu antara 0,0036 - 0,0442 mg/L. Unsur seng di dalam air laut cenderung kecil karena terikut dalam proses rantai makanan biota perairan. Kandungan seng pada periode Agustus relatif lebih tinggi daripada periode Maret. Kemungkinan hal ini disebabkan pada musim kemarau banyak terjadi penguapan air laut, sehingga kadar air laut menjadi lebih pekat.

 Air Raksa (Hg)

Kandungan air raksa dalam air laut di DIY dalam dua periode pemantauan adalah antara ≤0,00006 - 0,000135 mg/L, dimana semuanya masih memenuhi bakumutu (0,002 mg/L). Kadar air raksa terukur hampir sama di semua titik pemantauan, pada dua periode, kecuali di pantai Drini terukur 0,000135 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi logam Hg sangat kecil sehingga perbedaan antar lokasi pemantauan tidak terdeteksi oleh alat.

5. Antara parameter satu dengan yang lain saling terkait, seperti pH dan suhu berpengaruh terhadap kelarutan logam, senyawa atau unsur kimia serta faktor-faktor fisik lainnya.

6. Secara umum, kualitas air laut di DIY ada peningkatan kualitas ditinjau dari kualitas kimia dan logam terlarutnya, walaupun beberapa parameter masih melampaui ambang batas yang diperkenankan. Sedangkan untuk parameter biologi Koli Tinja masih baik, tetapi parameter Total Koli telah melebihi bakumutu pada tiga titik.

7. Faktor akurasi dalam pengambilan sampel dan analisis, serta alat merupakan faktor yang menentukan ketepatan data.

1.7.3 Pemantauan Kualitas Air Sumur Waktu pelaksanaan :

Lokasi pemantauan : Sumur yang berada di Kantor Pemerintahan di lingkup DIY, Puskesmas dan Sekolah sesuai dengan usulan kab/ kota. Laboratorium penguji : Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Hasil Pemantauan :

 Sampel yang parameter bakteri total kolinya melebihi baku mutu berjumlah 26 sampel (38,24%) dan tersebar di empat kabupaten/ kota.

 Lima sampel (7,35%) di Kabupaten Kulon Progo diketahui memiliki kadar mangan di atas baku mutu, yaitu di:

- SMA N 2 Wates - SMP N 1 Temon - SMK 1 Pengasih - SMA N 1 Temon - SMP N 1 Pengasih

 Hanya ada satu sampel (1,47%) air sumur yang tidak memenuhi baku mutu untuk parameter kekeruhan yaitu Sumur SMA N 1 Temon.

Dua puluh enam sampel (38,24%) air sumur tidak memenuhi parameter Total Dissolved Solids (TDS), dan dua puluh tujuh sampel (39,70%) tidak memenuhi baku mutu untuk Daya Hantar Listrik (DHL).

 Parameter Nitrat yang melebihi baku mutu ditemukan di dua sumur (2,94%), di Kota Yogyakarta yaitu sumur di Kantor Kecamatan Umbulharjo dan Kantor Kecamatan Kotagede.

 Parameter Timbal yang melebihi baku mutu ditemukan di tiga sumur (4,41%), di Kota Yogyakarta yaitu sumur di Kantor Kecamatan Mergangsan, Kantor Kecamatan Gondomanan dan Kantor Kecamatan Mergangsan.

Berikut ini adalah dokumentasi kegiatan Pengendalian, Pencemaran Air, Tanah, dan B3 Tahun 2015:

Pembangunan IPAL di Grojogan, Wirokerten, Banguntapan, Bantul

Pemantauan Air Laut

IPAL Komunal di Banyumeneng, Banyuraden, Gamping, Sleman

Pengukuran Parameter Lapangan saat pemantauan kualitas air sungai

Pemantauan Air Sumur

2. PENGUJIAN KADAR POLUSI LIMBAH PADAT DAN LIMBAH CAIR