• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Pemasaran dalam perbankan Syariah

Pemasaran merupakan ujung tombak dari perusahaan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang, dan meningkatkan keuntungan. Dalam memberikan definisi pemasaran, para pakar pemasaran mempunyai pendapat dan argumentasi masing-masing walaupun esensinya sama. Menurut (Kotler, 2000:8) pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai bagi satu sama lain. Sementara itu kegiatan pemasaran tentu adalah suatu kegiatan yang selalu harus dilakukan dalam organisasi

atau perusahaan tidak terkecuali perbankan syariah. Pentingnya kegiatan pemasaran bagi bank syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna jasa perbankan syariah itu sendiri. Hal yang tidak kalah penting adalah upaya untuk menghadapi persaingan antar sesama organisasi perbankan yang tentu saja dari waktu ke waktu sudah semakin meningkat. Oleh karena itu bank syariah perlu melakukan aktivitas pemasaran dengan kata lain bank syariah harus mengetahui siapa pelanggan yang akan dituju, siapa relasi yang dapat mendukung kemajuan usaha perbankan syariah, siapa saja yang dianggap sebagai pesaing uasah bank syariah. Untuk dapat memahami hal-hal tersebut, berbagai pemahaman yang perlu dilakukan oleh bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Riset pemasaran

Merupakan studi mengenai kebutuhan dan keinginan nasabah pengguna jasa bank dan cara-cara agar bank dapat memenuhi kebutuhan nasabah tersebut. Riset pemasaran tersebut dapat diperoleh dengan cara menyewa (jasa) sebuah perusahaan riset pemasaran untuk melakukan penelitian. Di sisi lain, kebanyakan perusahaan besar memiliki departemen riset pemasaran tersendiri.

2. Perilaku nasabah (costumer/costumer behavior)

Merupakan studi dari proses keputusan mengapa nasabah bersedia menjadi nasabah bank dengan memanfaatkan produk-produk yang ditawarkannya. Perilaku pasar dapat tercermin dari keputusan pembelian. Keputusan pembelian yang dimaksud bisa merupakan pilihan terhadap produk, pilihan terhadap merek, pilihan terhadap distributor, pilihan terhadap waktu pembelian, dan pilihan terhadap jumlah pembelian.

3. Loyalitas merek

Merupakan pola perilaku regular dari nasabah yang selalu setia menggunakan jasa perbankan berdasarkan pada kepuasan terhadap suatu pelayanan dan produk yang ditawarkan.

(marketing mix) adalah hal yang sangat menarik dan juga merupakan sebuah keniscayaan untuk mempercepat perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Elemen bauran pemasaran untuk usaha jasa khususnya bank syariah meliputi 7p, yaitu product, place, promotion, people, process, physical evidence. Perlu diketahui bahwa perbedaan yang substansial antara perbankan syariah dan perbankan konvensional adalah tentang strategi harga. Bank syariah dalam menentukan harga berbasis bagi hasil, margin, dan fee. Sedangkan penentuan harga bank konvensional berbasis bunga dan fee. (Danupranata, 2013). Berikut ini adalah penjelasan dari strategi pemasaran untuk perbankan syariah berdasarkan konsep pemasaran, yaitu: 1. Product (produk), produk yang dihasilkan dalam perbankan syariah bukan berupa

barang, melaikan jasa. Tentunya ciri khas yang dihasilkan haruslah mengacu pada nilai-nilai syariat atau yang diperbolehkan dalam Al-Qur’an dan hadist. Produk yang dihasilkan tersebut juga harus lebih dapat menarik minat konsumen dengan strategi differensiasi sehingga masyarakat dapat menciptakan nilai tambah dalam penilaian bagi bank tersebut.

2. Price (harga), salah satu elemen yang membedakan antara perbankan syariah dengan bank konvensional. Dalam menejermahkan pengertian harga dalam perbankan syariah bisa dianalogikan dengan melihat seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan oleh seorang konsumen untuk mendapatkan sebuah manfaat dalam bentuk jasa yang setimpal atas pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh konsumen tersebut. Ketika jasa yang dihasilkan oleh perbankan syariah mampu memberikan sebuah nilai tambah (keuntungan) lebih besar daripada perbankan konvensional pada saat ini maka artinya harga yang ditawarkan oleh perbankan syariah tersebut mampu bersaing bahkan berhasil mengungguli perbankan konvensional.

3. Place (tempat atau saluran distribusi), tidak kalah penting dengan unsur produk dan harga. Dalam melakukan penetrasi pasar, perbankan syariah yang baik tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh tempat atau saluran distribusi yang baik dalam menjual jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Menyebarkan unit

pelayanan perbankan syariah hingga ke pelosok daerah adalah sebuah keharusan jika ingin melakukan penetrasi pasar dengan baik.

4. Promotion (promosi), dalam pemasaran efektivitas sebuah iklan sering kali digunakan untuk menanamkan citra merek (brand image). Ketika konsep citra merek telah tertanam dalam benak masyarakat umum maka penjualan produk baik dalam bentuk barang maupun jasa akan tentu jauh lebih mudah. Kemudian kurangnya sosialisasi, edukasi, dan promosi yang dilakukan perbankan syariah tentu bisa menjadi suatu penyebab lambannya perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

5. People (SDM), strategi penempatan SDM di perbankan syariah yang sesuai dengan kapasitas dan tempatnya sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan nasabah sehingga hal tersebut sangat berhubungan dengan tingkat kepuasan para pelanggan perbankan syariah.

6. Process (proses), dalam pebankan syariah bagaimana proses atau mekanisme mulai dari melakukan penawaran produk hingga proses menangani keluhan pelanggan perbankan syariah yang efektif dan efisien perlu dikembangkan dan di tingkatkan. Hal ini akan menjadi salah satu bagian yang sangat penting bagi perkembangan perbankan syariah agar dapat menghasilkan jasa yang dapat berjalan efektif dan efisien dan diterima dengan baik oleh masyarakat umum. 7. Physical evidence (bukti fisik), produk perbankan syariah merupakan susuatu yang

tidak berwujud (intangible) atau tidak dapat diukur secara pasti. Cara dan bentuk pelayanan kepada nasabah perbankan syariah ini merupakan bukti nyata yang seharusnya bisa dirasakan atau dianggap sebagai bukti fisik bagi para nasabahnya, yang tentunya secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi masyarakat umum guna mendukung percepatan perkembangan perbankan syariah menuju arah yang lebih baik lagi dari saat ini. (Danupranata, 2013).

B. Jasa

Dokumen terkait