• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pembahasan Hasil Analisis Setiap Tahapan Pembelajaran

Pembahasan hasil analisis tahapan pembelajaran dibagi menjadi 3 yakni, tahap pendahuluan pembelajaran, tahap inti pembelajaran, dan tahap penutup pembelajaran.

4.4.1.1. Tahap Pendahuluan Pembelajaran

Tahap pertama adalah Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran. Dari dua aspeknya, yaitu Apersepsi dan Motivasi serta Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan dari 3 pertemuan diperoleh hasil 55,6%. Kategori yang didapat adalah kurang sesuai.

Pada aspek Apersepsi dan Motivasi dari 3 pertemuan, indikator pertama yaitu “Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya” selalu dilakukan oleh guru. Hal ini memudahkan peserta didik untuk lebih memahami materi yang akan dipelajari.

Indikator ketiga yaitu “Menyampaikan manfaat materi

pembelajaran” hanya dilakukan guru pada pertemuaan pertama,

sedangkan pada pertemuan kedua dan ketiga guru tidak melakukan. Pada pertemuan pertama manfaat yang disampaiakan guru adalah untuk menghadapi Ujian Nasional di kelas 9. Guru sebaiknya menyampaikaan manfaat yang lebih mendalam mengenai materi ini agar peserta didik lebih tertarik untuk belajar.

Indikator kedua dan keempat yaitu “Mengajukan pertanyaan menantang” dan “Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan

80

materi pembelajaran” tidak dilaksanakan oleh guru. Indikator kedua bermanfaat untuk membangkitkan minat peserta didik untuk belajar, sedangkan indikator keempat bermanfaat untuk memberikan gambaran nyata materi dalam kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan peserta didik untuk menalar.

Sejak awal, guru meminta peserta didik untuk menyimak pembelajaran yang diberikan guru dan melarang peserta didik mencatat pada awal pelajaran agar peserta didik tidak terhambat dalam menyimak penjelasan guru. Guru tidak memberikan masalah kontekstual yang bisa dianalisis oleh peserta didik. Guru tidak memberikan pertanyaan yang membuat peserta didik ingin menjawab dan mencari tahu lebih banyak tentang materi yang diajarkan dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan.

Dua indikator pada aspek penyampaian kompetensi dan rencana

kegiatan, yaitu “Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai

peserta didik” dan “Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi” dilaksanakan oleh guru dengan baik. Hal ini bermanfaat bagi peserta didik untuk mengetahui kemampuan yang harus dikuasai melalui metode pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik, yaitu mampu menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang (kubus, balok, prisma, dan limas). Ini sesuai dengan yang diidealkan Kurikulum

81

2013. Setelah menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, guru menyampaikan metode yang akan digunakan, yakni metode ceramah dan diskusi singkat. Guru menggunakan metode tersebut karena guru hanya mempunyai sedikit waktu untuk melaksanakan pembelajaran. Bangun Ruang Sisi Datar yang seharusnya dilaksanakan dalam 8 jam pelajaran, ini hanya dilaksanakan dalam 5 jam pelajaran. Peserta didik diminta memerhatikan setiap penjelasan guru karena guru mengajar dengan tempo yang cepat dan langsung pada inti pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Setelah penulis mengamati kegiatan pembelajaran di kelas pada 3 kali pertemuan, dapat penulis simpulkan bahwa guru pada tahapan Pendahuluan pembelajaran tidak banyak melibatkan peserta didik akan tetapi lebih fokus pada materi yang diajarkan. Waktu yang singkat setiap pembelajaran membebani guru dan berdampak pada kurang terpenuhinya aspek pada tahapan pendahuluan pembelajaran. 4.4.1.2. Tahap Inti Pembelajaran

Tahapan kedua adalah Kegiatan Inti Pembelajaran. Ada 6 aspek dalam tahapan ini, yaitu : pertama, penguasaan materi pelajaran, kedua, penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, ketiga, penerapan pendekatan saintifik, keempat, pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran, kelima, pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan keenam, penggunaan bahasa yang benar dan

82

tepat dalam pembelajaran. Hasil analisisnya adalah 61,1% yang berarti termasuk dalam kategori cukup sesuai dengan yang diidealkan Kurikulum 2013.

1. Aspek penguasaan materi pelajaran

Dari 3 pertemuan, indikator pertama yaitu “Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran” selalu disampaikan oleh guru. Materi yang disampaikan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan mengenai cara mencari luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat tersampaikan dengan baik.

Indikator kedua yaitu “Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan

nyata.” Dalam tiga pertemuan guru tidak mengungkapkan contoh

-contoh dari materi yang ada. Beberapa -contoh yang dikemukakan kurang relevan dengan perkembangan Iptek maupun dengan pengetahuan lain, meskipun sudah sesuai dengan kenyataan. Bagi peserta didik, pelajaran akan lebih menarik jika materi yang disampaikan ada kaitannya dengan kehidupan nyata dan pengetahuan lain yang mereka miliki selain sebagai bekal untuk menghadapi ulangan atau ujian.

Indikator ketiga adalah menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. Hanya pada pertemuan pertama dan kedua guru melakukan hal ini, sedangkan pada pertemuan ketiga guru tidak

83

melakukan. Pembahasan materi dengan alur yang tepat sangat membantu peserta didik dalam menguasi kompetensi yang diharapkan. Pembahasan materi yang dilakukan guru dinilai tepat dan sesuai dengan materi ajar. Materi “luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar” dibahas dengan sangat jelas dan tepat. Hal ini memudahkan peserta didik menerima pelajaran dan menyiasati kurangnya waktu pembelajaran.

Untuk indikator keempat yaitu menyajikan materi secara sistematis (dari mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak) guru selalu melakukan pada 3 pertemuan. MPG Matematika 2013 menyebutkan pendekatan saintifik atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) daripada penalaran deduktif (deductive reasoning). Guru dengan cermat memberikan penjelasan dari contoh yang mudah dan nyata kemudian secara perlahan menuju ke hal yang agak sulit dan abstrak. Hal tersebut dilakukan dengan baik oleh guru walaupun guru hanya memberikan sedikit contoh.

Guru menguasai materi pembelajaran dan cenderung menyajikan materi secara ringkas. Keterlibatan peserta didik yang kurang dan guru yang agak tergesa-gesa dalam mengajar mengakibatkan guru kurang mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek, dan kehidupan nyata. Akan tetapi, karena pembelajaran disajikan secara sistematis, peserta didik

84

tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru.

2. Aspek penerapan strategi pembelajaran yang mendidik

Sebagaimana diungkapkan dalam Permendikbud No. 41 Tahun 2007, pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan antara guru, peserta didik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu dan memperoleh pengalaman yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tertentu dan memperoleh pengalaman yang bermakna pembelajaran harus tetap berada pada lingkar mendidik. Indikator yang ada dalam aspek ini, pertama, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, kedua, memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, ketiga, melaksanakan pembelajaran secara runtut, keempat, menguasai kelas, kelima, melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, keenam, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect) dan ketujuh, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

Dalam observasi yang dilakukan penulis di kelas 8E sebanyak 3 kali pertemuan, guru selalu melakukan indikator pertama, ketiga, keempat, dan keenam. Guru selalu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetansi yang akan dicapai. Dalam pembelajaran guru selalau menyampaikan materi secara runtut mulai dengan kubus,

85

balok, prisma, dan limas. Secara umum guru dapat menguasai kelas dengan baik, walaupun peserta didik cenderung ramai karena belum memahami penjelasan guru. Guru mampu melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, misalnya bertanya jika mengalami kesulitan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, menghargai teman, memberikan pujian bagi yang berhasil, dan menghagai usaha bagi yang belum berhasil.

Indikator yang masih perlu diperhatikan adalah indikator kedua, kelima, dan ketujuh. Ketiga indikator ini dari 3 kali pertemuan belum dilakukan. Guru belum memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta belum melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Kedua hal ini cenderung kurang ditunjukkan dalam proses pembelajaran karena pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan kurangnya contoh yang bersifat kontekstual. Hal ini tidak selaras dengan tujuan Kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan. Peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Guru juga belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Dalam satu pertemuan guru meninggalkan kelas

86

sebelum waktu pembelajaran berakhir dan waktu pembelajaran dikurangi dalam satu pertemuan.

3. Aspek penerapan pendekatan saintifik

Pada aspek ini terdapat 7 indikator yang akan dikaji. Pertama, memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. Setelah kegiatan pembelajaran kelas 8E dianalisis, dari 3 kali pertemuan guru melakukan pada pertemuan pertama dan kedua, itu pun tidak banyak, sedang pada pertemuan ketiga, guru tidak melakukan. Guru lebih banyak memberikan ceramah tentang materi pembelajaran. Dari hasil deskripsi pembelajaran, hanya beberapa kali guru bertanya kepada peserta didik. Guru menanyakan kepada peserta didik mengenai rusuk. Atau Guru menanyakan cara mencari panjang diagonal ruang kepada peserta didik dengan memberikan catatan, yang harus diperhatikan adalah panjang, lebar, dan tinggi. Pertanyaan tersebut memancing peserta didik untuk mengamati objek yang dihadirkan guru. Guru menyajikan gambar di papan tulis yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik.

Indikator kedua adalah memancing peserta didik untuk bertanya. Dari 3 kali pertemuan, guru belum melakukan hal ini. Guru tidak membuat peserta didik banyak bertanya. Sebagian besar pertanyaan peserta didik disebabkan peserta didik kurang mendengarkan penjelasan dari guru dan kurang memahami materi, bukan pertanyaan mengenai pengembangan kreativitas, rasa ingin tahu, atau kemampuan

87

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013.

Ketiga adalah indikator memfasilitasi peserta didik untuk mecoba. Sama seperti sebelumnya, dari 3 kali pertemuan hal ini juga belum dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Diungkapkan M. Hosnan (2014: 67), dengan melakukan eksperimen atau mencoba, peserta didik menjadi lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari pendidik dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sifat ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik. Hal-hal tersebut kurang didapatkan oleh peserta didik saat kegiatan pembelajaran.

Indikator keempat adalah memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca sehingga meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Kegiatan tersebut dalam 3 kali pertemuan telah diterapkan oleh guru. Peserta didik diajak untuk melihat guru mencontohkan proses menggambar dan memberi nama bangun ruang. Peserta didik menyimak dan mendengarkan penjelasan guru dan membaca buku siswa sebagai sumber belajar, serta membaca tulisan guru di papan tulis.

88

Indikator kelima adalah memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis atau mengolah informasi. Menurut H. E. Mulyasa (2014: 66), kemampuan mengolah informasi atau analisis melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh peserta didik. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan katerkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil kesimpulan dari pola yang ditemukan. Guru mengajak peserta didik mengolah informasi dari hasil pengamatan terhadap penjelasan yang diberikan guru sehingga peserta didik mampu menangkap maksud guru dan memahami setiap pesan dan pembelajaran dari guru. Dalam 3 kali pertemuan, guru selalu melaksanakan hal ini. Hal tersebut dtunjukkan pada saat menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar dengan terlebih dahulu menentukan luas sisi-sisi datarnya.

Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berfikir yang logis dan sistematis) merupakan indikator keenam. Menalar, sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, hal ini belum terlihat karena peserta didik sama sekali tidak

89

melaksanakan eksperimen atau percobaan sehingga sulit memunculkan proses berpikir yang logis dan sistematis.

Indikator terakhir adalah memfasilitasi peserta didik untuk berkomunikasi. Berkomunikasi dan membentuk jejaring atau networking menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 adalah menyampaikan hasil pengamatan atau menyampaikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik. Hal ini belum dilaksanakan oleh guru dalam 3 kali pertemuan karena tidak sekali pun peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan metode diskusi. Sepenuhnya guru mengambil peran utama dalam proses pembelajaran dan tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati maupun menganalisis materi dalam diskusi kelompok. Hal ini berakibat tidak ada bahan bagi peserta didik untuk mengomunikasikan hasil pengamatan atau analisisnya.

Pendapat M. Hosnan (2014: 34) bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

90

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu. Jika mengacu pada hal ini, maka kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sesuai dengan yang diharapkan karena kurang sesuai dengan karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik menurut M. Hosnan (2014: 36). Kegiatan pembelajaran tidak berpusat pada peserta didik, tidak melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, kurang dalam hal melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat peserta didik, dan kurang mengembangkan karakter peserta didik karena semua dalam kendali guru.

4. Aspek keempat pemanfaatan sumber belajar/media dalam pembelajaran.

Penggunaan sumber belajar sebagai penunjang kegiatan pembelajaran adalah penggunaan buku pegangan siswa, buku pegangan guru, maupun buku lain sebagai sumber belajar. Media pembelajaran sangat beragam jenisnya. Untuk materi Bangun Ruang

91

Sisi Datar ini beberapa media yang bisa digunakan adalah barang-barang berbentuk kubus, balok, prisma, dan limas, seperti kardus makanan, bekas bungkus coklat, atau kotak makanan. Kerangka bangun ruang kubus, balok, prisma, dan limas juga merupakan media yang mendukung proses pembelajaran. Media lainnya adalah proyektor, laptop, dan power point materi ajar.

Dari lima indikator aspek keempat, hanya 2 yang terpenuhi yakni melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar dan melibatkan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran. Guru mengajar hanya berbekal pengetahuan mandirinya tanpa menggunakan media yang bermakna. Guru menggunakan papan tulis sebagai media dan menggambar bangun ruang untuk membantu pemahaman peserta didik. Guru menggunakan media ruang kelas sebagai contoh bangun ruang kubus dan balok. Guru selalu melibatkan peserta didik dalam penggunaan media ini. Sumber belajar yang dimiliki peserta didik adalah Buku Matematika Kelas VIII SMP/Mts Kurikulum 2013 yang dipinjamkan sekolah kepada seluruh peserta didik.

Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru jarang menggunakan buku pegangan guru. Guru menggunakan buku pegangan guru hanya pada saat memberikan soal kepada peserta didik. Guru kurang menghasilkan pesan yang menarik bagi peserta didik.

92

Menurut Kemendikbud, sedikitnya ada dua faktor besar dalam keberhasilan Kurikulum 2013. Salah satunya yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Buku teks yang diterbitkan pemerintah adalah Buku Matematika Kelas VIII SMP/MTs Kurikulum 2013 yang ditulis berdasarkan pada materi dan kompetensi yang disesuaikan dengan standar internasonal. Kompetensi pengetahuan tidak hanya meliputi kemampuan memahami secara konseptual, tetapi sampai kepada penerapan melalui pengetahuan prosedural dalam pemecahan masalah matematika. Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Akan tetapi masalah yang timbul adalah dalam buku teks mata pelajaran Matematika SMP, materinya terlalu tinggi sehingga kurang sesuai untuk anak-anak yang baru lulus sekolah dasar.

Berdasarkan daftar pustaka yang disajikan pada bagian akhir buku, buku teks Matematika menggunakan buku-buku referensi untuk konsumsi mahasiswa Jurusan Matematika. Contoh soal yang disajikan pun tidak berjenjang dari mudah ke sukar, namun langsung ke persoalan yang sukar dipahami oleh peserta didik. Bahkan, banyak soal latihan yang bobotnya setara dengan soal-soal untuk Olimpiade

93

Sains Nasional (OSN). Bukan hanya peserta didik yang mengeluhkan sulitnya memahami buku teks, guru pun demikian. Masalah yang timbul ini menjadikan buku teks Matematika jarang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

5. Aspek kelima pelibatan peserta didik dalam pembelajaran.

Secara keseluruhan aspek ini sudah dilaksanakan guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Peserta didik menikmati cara guru mengajar dan guru mampu melibatkan peserta didik dalam menjawab soal maupun menjawab pertanyaan peserta didik. Respon positif ditunjukkan saat guru memberikan pujian dan menanggapi segala bentuk pertanyaan dan komentar peserta didik dengan bijak. Ada sedikit kendala karena sumber belajar tidak begitu berperan sehingga partisipasi peserta didik terbentuk hanya pada saat guru memberikan penjelasan, tidak bisa lebih dari itu.

Pelibatan peserta didik secara umum dapat dinilai baik. Hanya sedikit kurang pada bagian menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, dan sumber belajar. Interaksi antara guru dan peserta didik baik, tetapi interaksi antara guru dan peserta didik dengan sumber belajar masih kurang. Sedangkan indikator lain yakni merespon positif partisipasi peserta didik, menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik, menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif, dan

94

menumbuhkan keceriaan atau antuisiasme peserta didik dalam belajar sudah dilaksakan dengan baik.

6. Aspek keenam penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.

Pada aspek keenam ada 2 indikator yang diamati yaitu (1) menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar dan (2) menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. Kedua hal ini selalu dilaksanakan guru pada 3 kali pertemuan. Secara umum bahasa tulis dan bahasa lisan yang digunakan guru sudah sesuai dengan EYD Bahasa Indonesia. Namun pada beberapa kesempatan guru masih menggunakan bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah ini masih dapat dimengerti oleh peserta didik sehingga tidak menghambat kegiatan pembelajaran, tetapi justru memperjelas pembahasan materi pembelajaran.

Setelah peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas pada 3 kali pertemuan, dapat disimpulkan bahwa guru pada tahapan inti pembelajaran cukup sesuai dengan kegiatan pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk mencapai pembelajaran yang diidealkan dalam Kurikulum 2013, perlu pemenuhan pada 4 aspek pertama khususnya aspek pendekatan saintifik.

95

4.4.1.3. Tahap Penutup Pembelajaran

Tahap penutup pembelajaran terdiri dari 4 indikator, pertama, melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik, kedua, memberikan tes lisan atau tertulis, ketiga, mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio, dan keempat, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan. Analisis terhadap kesesuaian tahap penutup pembelajaran dengan Kurikulum 2013 dalam tiga pertemuan diperoleh hasil 50,0%. Kategori tahapan penutup pembelajaran adalah kurang sesuai.

Guru kembali menegaskan hal-hal penting yang telah dipelajari dan merangkum bersama dengan peserta didik tentang luas permukaan bangun ruang sisi datar. Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan peserta didik serta menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya. Dua hal tersebut menunjukkan bahwa guru telah melakukan indikator pertama dan keempat. Hal ini baik dilakukan agar peserta didik mengetahui hasil belajar yang diperoleh dan peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Guru belum memberikan tes lisan, tes tertulis, dan belum mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. Tidak ada percobaan yang mengharuskan peserta didik membuat portofolio. Karena waktu yang sedikit, guru tidak sempat memberikan tes lisan maupun tes tertulis untuk peserta didik. Pada dua pertemuan pertama,

96

guru mengajar hanya separuh waktu karena harus mengikuti rapat di luar sekolah sebagai persiapan UN kelas 9. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa guru tidak melaksanakan indikator kedua dan ketiga. Tes lisan maupun tes tertulis sangat dibutuhkan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Portofolio juga dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan dan tanggungjawab peserta didik atas tugas yang diberikan.

Setelah peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas pada 3 kali pertemuan, dapat disimpulkan bahwa guru pada tahapan penutup pembelajaran kurang sesuai dengan kegiatan pembelajaran Kurikulum 2013. Guru belum sepenuhnya melaksanakan seluruh

Dokumen terkait