• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Gambaran Umum Sekolah Hikari

Sekolah Hikari adalah sekolah dasar yang didirikan pada tahun 2010. Sekolah yang dibangun di atas tanah seluas 4400 m2 ini, terletak di Desa Keranggan, Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Sekolah Hikari berkibar di bawah naungan bendera Yayasan Semarak Pendidikan Indonesia, yang memiliki Visi

yaitu; “sebagai generasi penerus yang memiliki pengetahuan dasar yang kokoh

dan karakter yang tangguh.” Dan misi dari sekolah ini adalah: 1.

Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang sederhana, ceria, dan efektif sesuai dengan perkembangan anak. 2. Melengkapi pembekalan pengetahuan dasar untuk anak-anak dengan pembentukan karakter, kematangan emosinal, kearifan lokal dan wawasan global.1

Selanjutnya, sesuai dengan bunyi visi dari sekolah Hikari adalah mencetak generasi penerus yang kokoh, tangguh dan berkarakter maka sekolah ini sangat mendukung 100% penerapan sikap kedisiplinan siswanya. Pergerakan untuk memiliki sekolah yang berkarakter selalu di canangkan pada setiap saat. Seminar demi seminar, diskusi demi diskusi, bahkan pertemuan demi pertremuan selalu diadakan rutin oleh yayasan Semarak Pendidikan Indonesia demi terciptanya sekolah yang berkarakter. Demi cita-cita tersebut sekolah ini rela menyisihkan pendapatannya untuk mendidik guru-gurunya mengikuti studi banding ke berbagai sekolah di negara-negara yang sudah berhasil mencetak siswa yang berkarakter. Keunikan selanjutnya terdapat pada lokasi dibangunnya sekolah ini. Sekolah ini sengaja dibangun di tengah-tengah perkampungan yang sebagian besar orang tua wali murid bekerja sebagai buruh pabrik yang berpenghasilan menengah ke bawah. Sistem pendaftaranpun tidak memberatkan orang tua wali murid yang berpenghasilan menengah ke bawah, cukup dengan mengganti pembayaran dengan kotoran kambing atau bekerja membuat batako di sekolah.

Lebih lanjut lagi, proses pembelajaran di sekolah Hikari adalah active learning dan kontekstual learning, yaitu proses pembelajaran yang menggali pengetahuan siswanya dan mengikut sertakan siswa secara langsung apa yang akan dipelajari. Selanjutnya, kurikulum sekolah Hikari menganut kurikulum Indonesia dengan mengkolaborasikan beberapa nilai baik yang dimiliki kurikulum dari negara-negara lain, hal ini dikarenakan tujuan yang utama dari sekolah ini yaitu membentuk karakter yang positif pada diri siswa.

B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian Treatment

Untuk mengetahui kondisi kedisiplinan dan pemberian treatment yang tepat, maka dilakukan beberapa langkah, diantaranya:

a. Observasi Awal:

Pada tahap observasi ini, peneliti atau guru menganalisis sikap yang membuat proses pembelajaran terganggu, setidaknya hampir 90% peserta didik melakukan kegaduhan di kelas, seperti berlarian, mengobrol, bersuara kencang, bahkan sampai berkelahi. Dugaan sementara, sikap gaduh yang dilakukan oleh siswa dikarenakan proses pembelajaran yang tidak menarik

atau “boring”. Melalui observasi awal, sikap boring yang ditunjukan peserta

didik salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya aturan main yang jelas di kelas. Seperti, ketika peserta didik yang melakukan kegaduhan, peserta didik tersebut bersikap seperti acuh tak acuh terhadap perlakuannya. Kurangnya pengajaran tentang konsekuensi menyebabkan sikapnya sulit untuk dikendalikan, tidak adanya konsekuensi juga menyebabkan peserta didik tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran (karena mereka berfikir bahwa tidak adanya pengaruh untuk mereka jika mereka melanggar peraturan). Melalui observasi tersebut, maka perlu adanya pemodifikasian tekhnik dan alat yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, salah satunya adalah pemberian rangsangan berupa reward “star” kepada peserta

b. Perencanaan Tindakan:

Tindakan pada penelitian ini, diawali dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS), sedangkan materi yang diajarkan pada tindakan ini adalah tata tertib di Sekolah pada pembelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya RPP yang dibuat didiskusikan dengan pengampu kurikulum sekolah (Ibu. Yanti Herlanti) untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan disajikan kepada

peserta didik. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan “discipline report

atau daftar check list reflektif, papan star, dan pin star. Media ini digunakan sebagai alat bantu penerapan reward dan punishment di kelas maupun di sekolah. Tidak hanya alat yang dipersiapkan, guru dalam hal ini mempersiapkan kertas anekdotal record untuk digunakan sebagai catatan yang menceritakan gerak gerik perubahan sikap peserta didik

Penelitian dilaksanakan di kelas I yang berjumlah 32 siswa. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa diajak membahas pentingnya hidup dengan cara mengikuti tata tertib yang ada dan juga siswa diajak memahami bahwa di sekeliling mereka banyak sekali tata tertib yang wajib di ikuti. Temuan mengenai tata tertib dibagi oleh guru menjadi 3, yaitu tata tertib yang ada di rumah, tata tertib yang ada di sekolah, dan tata tertib yang ada di masyarakat. Selanjutnya penemuan dibahas dengan cara memberikan contoh tata tertib dari ketiga bagian tersebut melalui kegiatan sehari-hari yang telah mereka jalani. Adapun kegiatan tersebut diantaranya:

1. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di rumah : pulang sekolah ganti baju dan menggantungkannya di tempat yang telah disediakan, mencuci tangan dan kaki, mengerjakan PR, dan meminta izin sewaktu ingin bermain ke luar rumah.

2. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di sekolah: datang tepat waktu (10 menit sebelum masuk sekolah), mengerjakan tugas LKS, tidak membuat kegaduhan sewaktu jam pelajaran berlangsung, menggunakan seragam yang sesuai, dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

3. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di masyarakat : mengikuti rambu-rambu lalau lintas dengan baik, tidak membuang sampah disembarang tempat, tidak berkelahi, tidak berkata kasar, dll.

4. Pada tahap ini, peneliti ingin memeberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai tata tertib yang harus diikuti dengan proses pembelajaran

yang bermakna. Pemahaman yang nantinya dibekalkan dengan “discipline

report” (dijelaskan pada pembahasan berikutnya) atau check list reflektif

selama 21 hari, diharapkan mampu mengubah kebiasaan buruk peserta didik sewaktu berada di sekolah. Selanjutnya, pembekalan pemahaman melalui materi pembelajaran yang bermakna ini menitik beratkan pada seberapa jauh peserta didik memahami secara dalam mengenai pentingnya bersikap disiplin demi terciptanya tata tertib yang selaras dengan lingkungan mereka.

c. Tahap Pelaksanaan Pemberian Checklist Reflektif Dan Reward.

Pembelajaran mengenai materi tata tertib pada pembelajaran Kewarganegaraan berlangsung selama 1 hari. Peserta didik diajak membahas tata tertib yang harus mereka ikuti, proses pembahasan didapatkan melalui temuan siswa mengenai contoh-contoh kegiatan yang mereka rasakan sebagai contoh tata tertib, dan penekanan terkahir, mengerucut kepada pengenalan mengenai alat-alat penelitian seperti “discipline report”, papan star, dan pin

star.

1. Discipline Report; digunakan sebagai refleksi dari penerapan disiplin di Sekolah. Penilaian diberlakukan seperti penilaian ranah afektif, yaitu penilaian diri. Diharapkan dengan catatan yang dimiliki masing-masing peserta didik, maka dapat memberikan shock terapi mengenai penerapan disiplin di Sekolah.

2. Papan Atau Kartu Star: digunakan sebagai refleksi dari penerapan disiplin secara nyata. Papan star nantinya akan digunakan apabila peserta didik mampu menerapkan disiplin dengan baik selama 1 hari penuh,

maka 1 kali check list akan digantikan dengan 1 star. Jadi peserta didik setiap melaksanakan tata tertib dengan baik selama 1 hari penuh maka akan mendapatkan bintang sebanyak 19 star. Namun hal yang berbeda akan terjadi jika peserta didik melanggar tata tertib yang telah mereka sepakati. Setidaknya mereka mendapat teguran berupa; berkurangnya star atau pencabutan star apabila terjadi pelanggaran yang berat. Pelanggaran tersebut berupa melukai teman, tidak meminta maaf jika berbuat salah, dan berkata kasar atau jorok. star tersebut selanjutnya akan ditempelkan

oleh peserta didik di papan “Save My Discipline

3. Pin Star : digunakan sebagai hasil akhir dari penerapan disiplin. Pembagian star diberikan pada setiap akhir pekan sekolah atau pada hari

Jum’at. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi pembangkit atau shock refleksi dari penerapan disiplin disekolah dengan baik. Pin star tersebut akan dipakai peserta didik kemanapun mereka pergi bermain, baik di rumah maupun di Sekolah.

d. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan ini tertuju pada pengolahan hasil check list reflektif

atau“discipline report” yang telah diisi selama 21 hari setiap kali jam pulang sekolah oleh siswa. Sebelumnya, guru atau peneliti mengulang terus-menerus aturan main yang tertulis di “discipline report”. Hal ini dilakukan agar

peraturan main selalu diingat siswa dan tidak lagi melanggar hal yang sama. Selain itu, data juga diperkuat dengan adanya anekdotal record, yaitu catatan yang menceritakan mengenai perkembangan dan perubahan sikap disiplin peserta didik selama berada di sekolah.

Berdasarkan pengamatan atau anekdotal record selama proses pembelajaran berlangsung, berikut ini adalah catatan kondisi awal siswa sebelum diberikannya treatment berupa check list reflektif melalui reward,

Tabel 4.1

Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment

No Indikator disiplin Kondisi awal 1 Membiasakan diri

datang tepat waktu dan masuk kelas pada waktunya

 Masih ada 2-3 bahkan 6 peserta didik yang datang terlambat di setiap harinya (lihat Anecdotal record pada tanggal: 29 maret dan 2 april 2012)

2 Melaksanakan dan mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawab dengan tepat waktu

 Ketika mengerjakan tugas, peserta didik banyak yang bercanda seperti berlarian, mengobrol, sampai dengan bersuara kencang

 3-6 peserta didk yang belum menyelesaikan tugasnya dengan baik (A R: 12 April 2012)

3 Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas

 Masih ada peserta didik yang makan dan minum sambil berjalan atau berdiri

 Masih ada peserta didik yang tidak meminta izin ketika pembelajarn berlangsung seperti; ke kamar kecil, minum ataupun bertanya

 Masih adanya peserta didik yang tidak menaruh alat-alat sekolahnya tidak pada tempatnya. Seperti; tas di loker dan sepatu di rak sepatu

 Masih adanya peserta didik yang gaduh sewaktu proses pembelajaran berlangsung

 Masih adanya peserta didik yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

 Dan masih adanya peserta didik yang berkata kotor dan menggunakan bahasa yang gaul (A R : 2 maret 2012)

untuk mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya

tanaman, berkelahi dan mengucapkan kata-kata kotor (lihat A R : 18 April 2012)

 Masih adanya peserta didik yang mengobrol sewaktu guru bicara

 Masih adanya peserta didik yang acuh ketika kondisi kelas kotor

 Masih adanya peserta didik yang acuh dengan teman sebangkunya. (A R: Catatan guru kelas, A R: 2 maret dan 2 April 2012)

5 Memahami tata tertib berpakaian rapih

 Masih adanya peserta didik yang memakai seragam yang tidak sesuai dengan harinya

 Masih adanya peserta didik yang tiak memakai dasi dan topi sewaktu upacara hari senin

 Masih adanya peserta didik yang acuh dengan kerapihan seragamnya (A R: 2 Maret 2012)

Berdasarkan tabel pengamatan terlihat jelas bahwa sikap disiplin peserta didik sangat memprihatinkan. Sikap tidak disiplin tersebut akan menjadi penyakit yang sulit dihilangkan jika tidak ditangani sedini mungkin.

C. Pembahasan dan Analisis Penelitian

Dari keseluruhan pembahasan, berikut ini adalah hasil penelitian yang diuraikan secara rinci berupa tabel dan grafik yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap indikator. Analisis data menggunakan tekhnik katagorisasi, yaitu tekhnik yang membantu menginterpretasikan data mengenai perubahan sikap. Dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada perubahan sikap disiplin siswa, maka katagorisasi yang dapat menginterpretasikan data dengan tepat adalah; katagori sangat baik, baik dan buruk. Perubahan tersebut terinterpretasikan sebagai berikut:

Indikator 1; Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya

Melihat kondisi awal, bahwa banyaknya peserta didik yang selalu datang terlambat ke Sekolah sehingga menggangu proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka sekolah mengharuskan peserta didiknya untuk tiba dan masuk kelas pada waktunya. Peraturan yang mengikuti karakteristik sekolah ini, memutuskan bahwa jam tiba di sekolah pada pukul 07.10 yaitu 20 menit sebelum bel sekolah berbunyi yaitu, pukul 07.30 WIB. Sosialisasi peraturan ini, mengikutsertakan RPP sehingga peserta didik tidak hanya dipaksa untuk melakukan peraturan yang berlaku, melainkan mereka memahami dengan

“hakiki” untuk apa mereka melakukan hal tersebut. Treatment ini dilakukan dengan proses pembiasaan yang mengikutsertakan reward di dalamnya, yaitu mereka akan mendapatkan bintang jika mereka tidak datang terlambat ke

Sekolah. Untuk memudahkan proses pembiasaan indikator “tiba dan masuk kelas

pada waktunya”, guru membekalkan setiap anak beberapa alat yang dapat mereka

gunakan untuk mengisi “discipline report” terkait dengan indikator 1 ini, diantaranya: jam digital dan pensil yang ditempelkan di tembok. Ketika anak-anak tiba di Sekolah, mereka akan langsung disambut dengan jam analog, pensil,

dan discipline report. Mereka harus menuliskan di rapor disiplinnya yang

disesuaikan dengan waktu yang ada di jam tersebut, dan proses ini berlangsung selama 21 hari. Berikut ini adalah akumulasi perubahan sikap selama proses dan pasca yang disertai pengkategorian, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Membiasakan Diri Untuk Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya

Kategori Proses Pasca

Interval f % Interval f %

Sangat Baik > 92,9 16 50 100 29 90,625

Baik 86,9 - 92,9 4 12,5 99,4 - 100 0 0

Buruk < 86,9 12 37,5 < 99,4 3 9,375

Deskripsi

Data diatas menjelaskan bahwa, disiplin pada indikator datang dan masuk kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif. Terjadi peningkatan pada proses ke pasca, terlihat angka yang berubah pada setiap kategori, interval dan frekuensi, dengan data angka sebagai berikut; sangat baik memiliki peningkatan dengan selisih frekuensi 13 point dan kategori buruk memiliki penurunan dengan selisih frekuensi 9 point.

Indikator 2; Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu

Sama seperti indikator sebelumnya bahwa, yang menjadi dasar perlunya diberlakukan peraturan pada indikator 2 ini adalah gambaran awal situasi peserta didik yang menyederhanakan tugas yang telah diberika oleh guru. Sikap peserta didik yang acuh terhadap tugas membuat guru harus ekstra strategi untuk menumbuhkan minat belajar siswa ketika mengerjakan tugas. Seperti yang kita tahu bahwa, fungsi dari tugas (LKS) adalah sebagai penilaian dan juga feedback

dari peserta didik atas pemahaman pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya. Seperti biasa pada indikator ini, ketika siswa mengerjakan tugasnya maka siswa akan membubuhi tanda check list pada disciplin report dan kemudian akan ditukarkan dengan staryang dapat mereka tempelkan di kartu star miliknya. Untuk mengatahui progres perubahan sikap pada indikator 2, berikut ini adalah tabel yang menerangkan perubahan tersebut.

Tabel 4.3

Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu

Kategori Proses Pasca

Interval f % Interval f %

Sangat Baik 100 17 53,125 100 32 100

Baik 92,7 - 100 5 15,625 100 0 0

Buruk < 92,7 10 31,25 < 100 0 0

Deskripsi

Sama seperti indikator sebelumnya bahwa terjadi peningkatan ke arah yang positif, hanya saja pada indikator ini peningkatannya sangat terlihat. Data diatas menunjukan angka maksimal yaitu 100% pada perubahan sikap peserta didik pasca check list reflektif diberlakukan. Semua peserta didik merasa termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu.

Indikator 3; Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas

Pada indikator ini peserta didik diharuskan mematuhi 11 sub peraturan yang telah disepakati sebelumnya oleh sekolah. Pertimbangan ini didasari oleh karakteristik sekolah dan lingkungan Sekolah Hikari. Pada 11 sub tersebut diantaranya: (1) berbaris rapih ketika bel berbunyi, (2) memberi salam ketika bertemu denga seseorang, (3) makan dan minum sambil duduk, (4) meminta izin ketika ingin memakai barang milik orang lain, (5) membuang sampah pada tempatnya, (6) tidak merusak tumbuhan, (7) menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya, (8) menyimpan sandal pada tempatnya, (9) memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran, (10) tidak mencoret-coret meja dan tembok, (11) berkata baik dan sopan pada setiap pelajaran. Kondisi peserta didik ketika proses dan pasca diberikannya pembiasaan kedisiplinan dapat terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel : 4.4

Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas

Kategori Proses Pasca

Interval f % Interval f % Sangat Baik > 98,3 21 65,625 > 83 15 46,875 Baik 97,8 - 98,3 0 0 80,4 - 83 7 21,875 Buruk < 97,8 11 34,375 < 80,4 10 31,25 Total 32 100 32 100 Deskripsi

Berbeda dengan indikator yang lainnya, pada indikator ini sikap kedisiplinan peserta didik justru mengalami perubahan yang negatif. Pernyataan

tersebut terlihat dari data diatas bahwa, peserta didik justru mengalami penurunan. Kategori sangat baik mempunyai selisih frekuensi penurunan sebanyak 6 point dan kategori buruk hanya mempunyai selisih frekuensi peningkatan sebanyak 1 point. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya sub indikator yang harus diikuti oleh peserta didik dan ketidak sengajaan peserta didik melakukan pelanggaran yang ada pada indikator ketiga.

Indikator 4; Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama

Pada indikator ke 4 ini, peserta didik harus mengikuti 3 sub indikator yang telah disepakati bersama-sama, diantaranya: (1) tidak mengobrol sewaktu bu guru sedang menjelaskan, (2) bekerjasama setelah belajar untuk memebersihkan kelas, (3) saling membantu jika ada teman yang kesulitan mengisi LKS. Terbentuknya indikator ini didasari oleh kondisi kelas yang gaduh. Untuk memudahkan pemahaman peserta didik, sub indikator disisipi kedalam proses pembelajaran. Pada awalnya peserta didik diberikan pertanyaan tentang “kenyamanan” yang mereka harapkan ketika ada di dalam

kelas. Kemudian guru menuliskan semua pendapat peserta didik yang berkaitan dengan pernyataan tersebut. Setelah terkumpul, pendapat tersebut di kaji bersama-sama antara guru dan peserta didik, dan disepakati ada 3 sub indikator yang harus dipatuhi bersama-sama. Berikut ini data yang menunjukan perubahan sikap disiplin peserta didik pada indikator yang ketiga, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama

Kategori Proses Pasca

Interval f % Interval f %

Sangat Baik > 96,0 16 50 100 18 56,25

Baik 94,5 - 96,0 4 12,5 95,6 - 100 4 12,5

Buruk < 94,5 12 37,5 < 95,6 10 31,25

Deskripsi

Berbeda dengan indikator sebelumnya, pada indikator ini peserta didik justru mengalami perubahan ke arah yang positif. Mudah untuk mengikuti peraturan yang diberlakukan adalah alasan peserta didik mengapa indikator disiplin ini mengalami peningkatan. Terlihat pada meningkatnya interval dan frekuensi dari proses ke pasca, kategori baik naik sebanyak 2 point dan kategori buruk turun sebanyak 2 point. Hal tersebut membuktikan bahwa indikator ke 4 ini menunjukan peningkatan yang baik untuk sikap kediaplinan peserta didik.

Indikator 5; Berpakaian Rapih dan Sopan

Indikator terakhir yang harus diikuti oleh peserta didik adalah berpakaian rapih dan sopan, untuk memahami indikator ini peserta didik hanya mengerjakan LKS yang berkaitan dengan kerapihan berpakaian. Kerapihan ini meliputi: memakai seragam tepat pada hari yang telah ditentukan, penggunaan dasi dan topi pada saat upacara, selalu memperhatikan kerapihan seragam sekolah ketika masuk kedalam kelas, dan memperhatikan kebersihan seragamnya. Sedangkan berpakaian sopan meliputi: memakai rok dibawah lutut dan memakai seragam yang tidak ketat di badan, peraturan ini berlaku sama, pada pakaian yang mereka gunakan diluar jam pelajaran sekolah. Berikut ini perubahan sikap kedisiplinan peserta didik di SD Hikari pada proses ke pasca, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Berpakaian Rapih dan Sopan

Kategori Proses Pasca

Interval f % Interval f % Sangat Baik > 95,2 23 71,875 100 25 78,125 Baik 93,7 - 95,2 0 0 94,2 - 100 0 0 Buruk < 93,7 9 28,125 < 94,2 7 21,875 Total 32 100 32 100 Deskripsi

Sama seperti indikator sebelumnya, indikator berpakaian rapih dan sopan mengalami peningkatan dari proses ke pasca. Terlihat dari data diatas,kategori

sangat baik mengalami peningkatan sebanyak 2 point dan penurunan pada kategori buruk sebanyak 2 point. Hal ini membuktikan bahwa indikator berpakaian rapih dan sopan mengalami keberhasilan yang positif.

dibawah ini adalah grafik perubahan sikap kedisiplinan berkategori secara keseluruhan, diantaranya:

Grafik 4.1

Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa

Deskripsi

Diagram diatas menerangkan bahwa¸ penerapan kedisiplinan dengan menggunakan checklist reflektif + reward mengalami perubahan yang positif. Terlihat dari data kuantitatif diatas, bahwa 4 indikator berada dalam katagori

“sangat baik” dengan keterangan meningkat, sedangkan 6 indikator disiplin berkategori “buruk” berada dalam keterangan menurun. Dengan deskripsi data, indikator 1 terdapat penurunan sebesar 9 point, indikator 2 sebesar 10 point, indikator 4 sebesar 2 point, dan indikator 5 sebesar 2 point., dan indikator 3 sebesar 1 point. Dari hasil data kuantitatif diatas membuktikan bahwa sebagian

0 5 10 15 20 25 30 35

proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

sangat baik baik buruk

besar peserta didik sudah terbiasa berprilaku disiplin dan penggunaan checklist

reflektif + reward mengalami keberhasilan.

Gambaran umum tentang hasil penelitian diuraikan berupa tabel dan grafik yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap indikator, adalah sebagai beriku:

Tabel 4.7

Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca

Indikator Proses % Pasca % Selisih % Keterangan Membiasakan diri untuk datang kesekolah

dan masuk kelas pada waktunya

86,91 99,4 12,49 Meningkat

Melaksanakan dan mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu

92,7 100 7,3 Meningkat

Membiasakan diri mematuhi peraturan kelas 97,78 80,47 -17,31 Menurun

Membiasakan diri mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya

94,55 95,63 1,08 Meningkat

Berpakaian rapih dan sopan 93,75 94,27 0,52 Meningkat

Peningkatan dan penurunan sikap disiplin siswa akan lebih terlihat pada grafik berikut ini

Grafik 4.2

Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap Deskripsi

Diagram 4.1 menunjukan bahwa perubahan sikap siswa ketika proses ke paska terjadi peningkatan hampir pada setiap indikator. Pada indikator 1 terdapat peningkatan sebesar 12,49%, indikator 2 sebesar 7,3 %, indikator 4 sebesar 1,08%, dan indikator 5 sebesar 0,52%. Namun pada indikator 3 terjadi penurunan sebesar 17,31%. Hal tersebut terjadi karena, peraturan yang dituntut pada indikator 3 lebih banyak, sedangkan waktu yang disedikan untuk mendisiplinkan peserta didik sangat singkat. Sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk mematuhi peraturan –peraturan yang diberikan. Selain itu, karena terlalu banyak

peraturan yang diberikan ada beberapa peserta didik “lupa” dengan peraturan -peraturan yang diberikan

D.Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak terhadap sikap

Dokumen terkait