• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Reward Dengan “Star” Melalui Checklist Reflektif Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 Sd Penelitian Dilakukan Di Sd Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Reward Dengan “Star” Melalui Checklist Reflektif Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 Sd Penelitian Dilakukan Di Sd Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK REWARDDENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST

REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD

Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh NOVI SUSANTI

107018303956

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI ) JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

DAMPAK REWARDDENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST

REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD

Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh NOVI SUSANTI

107018303956

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dra. Eri Rossatria, M. Ag NIP. 19470717 1966082001

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI ) JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Dampak Reward Dengan “Star” Melalui Checklist Reflektif Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 di SD Hikari Desa Karanggan” di susun oleh Novi Susanti, 107018303956, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah, serta berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 06 Februari 2013

Yang mengesahkan

Pembimbing

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

... v

KATA PENGANTAR

... vii

DAFTAR ISI

... ix

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Disiplin dalam pendidikan ... 10

1. Pengertian Disiplin ... 10

2. Pentingnya Disiplin ... 12

3. Tujuan Disiplin ... 14

4. Unsur-unsur Disiplin ... 15

5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif ... 19

B. Hakikat reward dalam pendidikan ... 21

1. Pengertian reward ... 21

2. Fungsi reward ... 24

3. Bentuk-bentuk reward ... 25

(7)

5. Syarat-syarat reward ... 28

C. Pelaksanaan reward dalam pengendalian disiplin siswa ... 29

1. Implementasi disiplin di sekolah ... 31

2. Pengenalan punishment di sekolah ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

B. Metode dan Desaint Penelitian ... 38

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel ... 40

E. Instrument Pengumpul Data ... 41

F. Tehnik Pengumpul data ... 44

G. Validasi Instrument ... 47

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Hikari ... 53

B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian Treatment ... 54

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian... 59

D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak terhadap sikap kedisiplinan siswa ... 67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

... 69

(8)

ABSTRAK

Novi Susanti, “Dampak Reward dengan “Star” melalui Checklist Reflektif

Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 SD”. Skripsi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Eri Rossatria, M. Ag,.

Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak reward dengan “star” melalui

checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SD. Metode

penelitian yang digunakan adalah eksperimen bentuk pre-eksperimental designs

(One- Shot Case Study). Penelitian ini dilakukan di SDS Hikari Kp. Koceak Ds.

Keranggan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten, kelas 1 yang berjumlah 32 siswa pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Subyek penelitian diberikan treatment atau perlakuan berupa reward dengan “Star” serta penggunaan

checklist reflektif selama 21 hari, kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya.

Hasil penelitian menunjukan reward dengan “star” melalui checklist reflektif

dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SDS Hikari desa Keranggan.

Hal ini dapat dilihat dari menurunnya presentase kategori “buruk” hampir pada

semua indikator kedisiplinan. Dengan demikian reward berupa “star” melalui

checklist reflektif berdampak positif pada sikap kedisiplinan siswa.

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis. Shalawat serta salam dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan penjelasan kepada umatnya melalui firman-firman Allah SWT.

Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis tidak mungkin mampu menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga, fikiran maupun materi. Oleh karena itu, penulis haturkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydi Zakaria, M. Ed., M. Phil, I., Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Fauzan M, A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dra. Eri Rossatria, M, Ag., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu, arahan serta bimbingannya kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pencerahan dan bimbingannya selama penulis mengenyam pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Yanti Herlanti S.Pd., M.Pd., Dr. Fadilah Hasim dan Wiwin Heryani S.Pt. Pengampuh kurikulum, ketua yayasan dan kepala sekolah yang telah mengizinkan serta memotivasi penulis melakukan penelitian di SDS Hikari Desa Keranggan.

(11)

8. Kepada kedua orang tua tercinta H. Gunawan (Alm) dan Hj. Ida Farida yang telah membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan berkarya demi ummat dan bangsa. Terkhusus untuk bapak tercinta, tersayang dan inspirasiku, semoga engkau selalu tersenyum di alam sana. Terimakasih atas semua didikan yang bapak berikan kepada penulis selama masa hidupmu.

9. Kakak-kakak tercinta (teh’ Nunung, a’Paih, teh’Nuni, a’Inu dan a’Rudi) yang selalu menjaga dan selalu mengingatkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Adik tercinta (Masturoh) yang selalu memberikan suport dan waktunya di saat penulis menyelesaikan skripsi ini

11. Keluarga bear HMI Komisariat Tarbiyah dan Distrik HMI Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Terimakasih atas dukungan dan pengalaman berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis.

12. Sahabat tercinta angkatan 2007: (Ima, Eka, Iim, Yuyun, Dj, Iona, Rita, Heri, Fahmi, Andi, Mufid, Wilda, Dara, Niken, Winda, Dede, dan Nani). Serta keluarga besar jurusan PGMI fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan canda dan senyumannya semasa kuliah sampai sekarang.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan balasan yang terbaik. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca kususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menulis skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 11 Februari 2013 Penulis,

(12)

DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK

Ayat

Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 ... 24

Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ... 25

Tabel Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ... 39

Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ... 40

Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ... 46

Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ... 57

Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas Pada waktunya ... 59

Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ... 60

Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ...61

Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama ...62

Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan ...63

Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca ...65

Diagram Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah ... 43

Grafik Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa ... 64

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 : Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa

1. RPP

2. Uji Validitas Instrumen

3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes

1. Angket: a. Lembar Checklist Reflektif b. Catatan Anekdotal Record

2. Profil SDS Hikari

Lampiran B: surat-surat

1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Observasi 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan 5. Uji Referensi

6. Jurnal mengenai 21 hari

(14)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Keberhasilan pendidikan terlihat dari adanya pewarisan dan pengayaan budaya bangsa dari generasi ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu, keberhasilan tersebut juga terlihat dari tertanamnya nilai-nilai luhur kepribadian bangsa dalam diri peserta didik sehingga dapat menggambarkan karakter suatu bangsa. Dengan kata lain, salah satu keberhasilan tersebut adalah tertanamnya warisan karakter bangsa di dalam proses pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa di masa yang akan datang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas ini menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu pengembangan mutu pendidikan melalui penentuan visi, misi, dan tujuan pada setiap satuan pendidikan haruslah mengarah pada tujuan pendidikan nasional tersebut.

(15)

Dari pasal tersebut juga terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama pendidikan di Indonesia adalah membentuk kepribadian peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat menjadi karakter bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan semua cita-cita di atas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa setiap satuan pendidikan salah satunya harus dapat mengembangkan pola pendidikan berbasis karakter. Tercerminnya karakter bangsa dalam diri peserta didik menjadi satu dari banyak hal yang nyata dari keberhasilan suatu bangsa dalam bidang pendidikan. Salah satu karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik adalah nilai-nilai kedisiplinan.

Tujuan penerapan nilai-nilai kedisiplinan pada diri peserta didik di bangku sekolah adalah mengarahkan peserta didik untuk berprilaku positif, karena dengan membiasakan hidup disiplin meraka akan belajar mengenai hal-hal yang baik, dimana semua kebaikan tersebut dapat menjadi bekal bagi mereka di masa yang akan datang. Nilai-nilai kedisiplinan yang melekat dalam diri peserta didik dapat membuat peserta didik tekun dan terbiasa hidup teratur. Kedisiplinan yang terus dilatih akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam setiap kegiatan kesehariannya.

(16)

Kedisiplinan yang diterapkan di sekolah membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik, yaitu lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan secara konsekuen. Langkah awal yang harus dilakukan pihak sekolah adalah merumuskan beberapa tata tertib yang harus dijalankan di sekolah. Setelah itu, pihak sekolah memerintahkan kepada seluruh peserta didik untuk menjalankan seluruh tata tertib yang telah ditentukan di sekolah tersebut. Seperti yang kita tahu, bahwa penerapan kedisiplinan tidak semudah membalikan telapak tangan, maka tantangan selanjutnya adalah sekolah harus menemukan cara yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai kedisiplinan yang tidak mengengkang dan memberikan rasa nyaman kepada peserta didik. Penerapan kedisiplinan dengan membubuhi reward dan punishment adalah satu dari banyaknya rekomendasi cara yang tepat untuk menerapkan kedisplinan di sekolah. Penghargaan (reward)

diberikan kepada peserta didik yang melaksanakan seluruh tata tertib sekolah dengan baik dan memberikan peringatan (punishment) kepada peserta didik yang melanggar tata tertib.

Penggunaan reward yang ideal untuk menerapkan disiplin di sekolah harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga membuat peserta didik tidak memiliki perasaan yang iri hati, tidak merasa dibedakan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya atau membuat peserta didik justru hanya mengharapkan hadiah itu sendiri. karena tujuan utama dari penerapan disiplin adalah untuk membiasakan peserta didik menaati tata tertib yang telah ditetapkan di sekolah, bukan untuk membuat mereka menjadi diri yang mementingkan reward dari pada perubahan sikap disiplin itu sendiri.

Menurut Ahmad Rohani, “menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar terhadap peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.2 Selanjutnya, Singgih Gunarsa dalam bukunya yang

berjudul “Psikologi Untuk Membimbing” mengatakan bahwa, sesuai

perkembangannya kedisiplinan tidak lagi diajarkan dengan kekerasan terhadap

(17)

pelanggaran, melainkan dengan wejangan-wejangan.3 Oleh karena itu, reward

yang diberikan harus dapat mengarahkan peserta didik untuk selalu berperilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, ketika peserta didik mendapatkan reward, dan akan mampu memahami dengan jelas bahwa reward itu memang berhak didapatkannya, sehingga dengan adanya reward yang mereka dapatkan, mereka akan menganggap perilaku disiplin merupakan sebuah kebutuhan dan bukan hanya pengajaran semata.

Hal yang sama dijelaskan oleh Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul

Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah” bahwa “Reward

diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang. 4. Pendapat ini semakin mempertegas bahwa, hadirnya reward seharusnya membuat peserta didik mematuhi seluruh tata tertib yang telah ditentukan dengan cara yang bahagia, karna reward adalah penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi baik prestasi sikap maupun akademiknya. Penggunaan cara yang tepat, sekolah dengan sendirinya menciptakan suasana disiplin yang baik bagi peserta didiknya.

Selanjutnya, pentingnya disiplin sejak dini juga dijelaskan di dalam buku karangan Elizabet B. Hurlock bahwa anak membutuhkan disiplin. Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan, dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial anak. Teknik penerapan kedisiplinan anak dengan menggunakan reward bertujuan untuk membuat peserta didik semangat untuk melaksanakan disiplin di sekolah. Perilaku disiplin yang dilakukan secara

3 Singgih Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), Cet.Ke-9, h. 137

(18)

terus menerus akan mengarahkan peserta didik untuk terus berperilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut lagi, pendidikan mengenalkan kita pada proses pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri dapat di definisikan sebagai pengaruh permanen atas prilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, yang diperoleh melalui pengalaman.5Selain itu, hal yang sama pentingnya ketika kedisiplinan diajarkan adalah faktor pembiasaan, sesuai dengan pendapat Ivan Pavlov dalam hukum

belajarnya “Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang dituntut, menyatakan bahwa “jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan

(salah satunya berfungsi sebagai reinforce/ penguat stimulus), maka refleks dan

stimulus lainnya meningkat”.6 Pembiasaan yang dituntut adalah sikap kedisiplinan yang dilakukan selama 21 hari, dan pembiasaan 21 hari juga diperkuat kembali oleh Pavlov pada bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An Investigation

of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex, yang menyatakan “perlakuan

yang dilakukan terus menerus selama 21 hari dapat mempengaruhi

pembiasaannya”.

Selanjtnya, baru-baru ini kalangan pendidikan sedang gencar membicarakan tentang rancangan teknik yang tepat untuk perubahan sikap (disiplin) peserta didik. Jadi pembahasan kali ini, memfokuskan pada rancangan pembelajaran di lapangan itu sendiri. Pendekatan pembelajaran behavioral mengatakan bahwa, perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.7 Oleh karena itu, checklist reflektif digunakan sebagai alat penilaian diri berprilaku disiplin. Alat kontrol checklist reflektif dirancang sesuai dengan psikologi pemahaman siswa kelas 1 SD yang di dalamnya mengandung 5 indikator yang disertakan reward yang dapat memotivasi peserta didik mematuhi tata tertib yang ada di sekolah.

5John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 266

6Ratna Yudhawati, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011) h: 4

(19)

Penerapan kedisipilinan dengan reward akhir-akhir ini mulai menjadi trend

pengembangan karakter peserta didik dibeberapa sekolah di kota-kota besar. Salah satu sekolah yang telah menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dengan pemberian

reward beserta punishment adalah SD Al-Fath Cirendeu, Ciputat. Berdasarkan

pengamatan yang peneliti lakukan selama melaksanakan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) selama 4 bulan, peneliti melihat bahwa sebagai sekolah unggulan, sekolah ini sudah dapat dikatakan berhasil menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Penerapan kedisiplinan yang dilakukan adalah penerapan terpadu yang dalam hal ini guru berperan penting dalam mengarahkan peserta didik untuk memahami nilai kedisiplinan tersebut secara terpadu. Keterpaduan antara pemahaman peserta didik pada hal yang baik dan buruk dengan pemahaman yang diberikan guru, menjadikan peserta didik secara sadar berperilaku disiplin dalam setiap kegiatan di sekolah. Selain itu, keberhasilan ini juga sangat didukung oleh perhatian yang diberikan guru terhadap setiap tingkah laku peserta didik, hal ini membuat peserta didik menyadari setiap perilaku yang dilakukan, sehingga mereka dapat membedakan perilaku yang boleh dilakukan dan perilaku yang tidak boleh dilakukan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ety Marwatu ditemukan bahwa sebagian besar peserta didik merasa nyaman melanggar tata tertib yang ditetapkan di sekolah.8 Pelanggaran yang masih sering dilakukan peserta didik di sekolah adalah 1). Peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. 2). Seringnya peserta didik keluar kelas ketika proses pembelajaran. 3). Peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru. 4). Seringnya kondisi peserta didik yang gaduh.

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ternyata belum mampu menjawab semua masalah pelanggaran kedisiplinan di berbagai sekolah. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama mengajar kurang lebih satu semester di SD Hikari pada anak kelas satu, peneliti menemukan kesulitan dalam menerapkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Meskipun nilai

8 Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. “Pemberian Reward dan Punishment dalam

Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif

(20)

kedisiplinan terus diterapkan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung di sekolah, peneliti melihat masih banyak peserta didik yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditentukan. Pelanggaran tersebut, seperti: 1). Peserta didik yang melakukan kegaduhan pada saat pembelajaran berlangsung. 2). Peserta didik yang tidak mendengarkan penjelasan guru ketika sedang belajar. 3). Peserta didik yang melanggar kesepakatan bersama, seperti dilarang menggunakan bahasa gaul 4). Peserta didik yang mengabaikan tugasnya. 5). Dan peserta didik yang berkelahi di jam istirahat.

Bila pelanggaran ini terus berlangsung dan dibiarkan tanpa adanya tindakan yang nyata, dampaknya akan sangat buruk terhadap pembentukkan karakter peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan disiplin peserta didik.

Karena perkembangan psikologis peserta didik pada tingkat SD/MI memerlukan tindakan yang konkrit, maka peneliti akan menggunaan teknik yang lebih konkrit pula untuk mempermudah penerapan reward di sekolah. Teknik

tersebut yaitu dengan penggunaan “star” di dalam proses belajar mengajar.“Star

disini digunakan sebagai reward yang diberikan kepada peserta didik, dan “Star

bisa didapatkan bagi peserta didik yang menerapkan disiplinnya dengan baik. Check list reflektif digunakan sebagai alat untuk melihat sejauh mana siswa secara jujur menerapkan kedisiplinan di sekolah. Checklist reflektif bersifat penilaian diri diharapkan dapat membuat peserta didik menilai dirinya sendiri, sehingga tujuannya adalah peserta didik secara sadar menerapkan kedisiplinan itu sendiri. Dari berbagai permasalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST

REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD HIKARI DESA KARANGGAN”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:

(21)

2. Sekolah yang belum serta merta menerapkan nilai kedisiplinan secara optimal 3. Penggunaan cara, alat atau strategi yang belum tepat untuk menerapkan

disiplin di sekolah dasar

4. Kurangnya pengawasan disiplin di berbagai sekolah

5. Belum terealisasikannya tekhnik Reward yang tepat untuk menerapkan disiplin peserta didik kelas 1 SD.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dan tidak mungkin semuanya dapat diteliti dalam waktu yang bersamaan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada : pemberian “Reward dengan menggunakan teknik “star” melalui checklist reflektif

untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik .

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian adalah:

“bagaimana dampak dari penggunaan reward dengan “star”melalui checklist

reflektif terhadap sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari?”

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan

reward dengan “star” melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan

peserta didik

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada semua pihak yang terkait langsung terhadap dunia pendidikan, terutama bagi: 1. Secara teoritis, dapat memperkaya khasanah pendidikan khususnya tentang

(22)

peserta didik. Dan hasil penelitian ini sebagai penambah bahan kepustakaan UIN Syarif hidayatullah Jakarta tentang alat pendidikan

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian lebih lanjut

(23)

10

A.

Hakikat disiplin dalam pendidikan

1. Pengertian Disiplin

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti “tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib”.1 Selanjutnya pengertian disiplin yang diterangkan oleh Elizabet B. Hurlock dan artikel tentang perkembangan sosial anak, disiplin berasal

dari kata “disciple”, yakni “seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin”.2

Lebih luas lagi dalam kamus populernya

menerangkan pengertian “disiplin” adalah sama dengan “hukuman”. Menurut konsep ini, “disiplin digunakan apabila anak melanggar peraturan dan perintah

yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal”. 3

Demikian pula pernyataan Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari disiplin ialah untuk mengajarkan seseorang mengikuti ajaran dari seorang pemimpin. Dimana tujuan dari disiplin ialah untuk membuat anak-anak anda terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka berbagai bentuk tingkah laku yang pantas atau yang tidak pantas atau masih asing bagi mereka. 4 Sama halnya dengan pernyataan sebelumnya. Psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji, menjelaskan bahwa disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menananmkan pola prilaku dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan

1Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), Cet. Ke-2, h.268

2

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39

3Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak , jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82

4 Charles Schaefer (alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik

dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”,5 (Jakarta: Restu Agung,

(24)

kualitas mental dan moral. 5 Sama halnya dengan pengertian disiplin selanjutnya, menerangkan bahwa, disiplin sendiri adalah cara masyarakat (orang tua, guru, orang dewasa lain) mengajarkan tingkah laku moral pada anak yang dapat diterima oleh kelompoknya. 6 tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah laku, oleh karenanya harus disesuaikan dengan peran yang ditentukan oleh kelompok sosialnya.

Seperti yang disampaikan dalam seminar Seminar Sehari Sinar Harapan, 28 November 1987. Displin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan di mana ia hidup.7

Disiplin juga membantu dalam mengendalikan tingkah laku dan mengembangkan hati nurani, sehingga peka dengan nilai kebenaran. Disiplin memungkinkan anak melakukan hal yang dapat diterima lingkungannya dan mendapat penghargaan atau pujian. Disiplin berkaitan erat dengan cara mengkoreksi, memperbaiki dan mengajarkan seseorang anak dalam bertingkah laku yang baik tanpa merusak harga diri anak. Disiplin juga berperan penting dalam perkembangan anak, karna dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan kepastian tingkah laku. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap moral individu yang terbentuk melalui serangkaian prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

5Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004) ,h: 36

6

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta: gaya favorit Press) h. 39

(25)

2. Pentingnya Disiplin

Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan nilai bagi anak merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan di era global dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai yang mungkin dianggapnya baik. Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu masyarakat akan mungkin terjadi secara terbuka. Seperti yang telah diutarakan

Prof. Wina Sanjaya bahwa, “Nilai-nilai yang dianggap baik pada suatu kelompok masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat”8.

Disiplin adalah satu dari banyaknya karakter yang harus dikembangkan di dalam diri anak-anak. Menurut Emile Durkeim, “disiplin berguna bukan hanya demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan demi kesejahteraan individu itu sendiri. Melalui kedisiplinan kita belajar mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mendapatkan kebahagiaan”. 9Lebih lanjut lagi, Elizabet B. Hurlock mengatakan bahwa anak

membutuhkan disiplin. “Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan,

dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya”10

. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial anak.

Disiplin memberikan manfaat kepada anak, sebagaimana dijelaskan Hurlock dan artikel perkembangan sosial anak menjelaskan bahwa ada 5 manfaat yang diberikan oleh disiplin, yaitu: (1) disiplin memberi anak rasa aman dengan memberi tahukan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. (2) disiplin membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan rasa malu akibat prilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin

8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006) h: 275

9 Emile Durkheim (Alih Bahasa: Drs. Lukas. Ginting) Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori

dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga,1990), h.35-36

(26)

memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. (3) disiplin mengajarkan anak belajar untuk bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan. (4) disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya. (5) disiplin membantu anak

mengembangkan hati nurani “suara dari dalam” pembimbing dalam

pengambilan keputusan dan pengendalian prilaku.11 12

Dari banyaknya manfaat disiplin yang dibutuhkan oleh anak dan merupakan penemuan pada proses penelitian ini, penerapan disiplin yang baik seyogyanya memberikan keluasan untuk berpendapat sesuai dengan kemauan mereka. Karena pada saat kedisiplinan diterapkan seorang anak akan senang jika peraturan dan hakikat dari kedisiplinan tersebut keluar dari dalam hati mereka, dan kesan tersebut sungguh memberikan dampak positif untuk membiasakan hidup disiplin. Artinya, menerapkan disiplin yang baik tidak harus dengan pengekangan dan kekerasan yang membuat mereka takut melainkan disaat disiplin diterapkan mereka harus merasa nyaman untuk melakukan kedisiplinan di lingkungannya. Selanjutnya, meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan mereka bervariasi. Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangat penting, diantaranya:13

(1) karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun disiplin yang sama. (2) kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. (3) kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin. (4) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. (5) disiplin lebih dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil. (6) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia.

11Ibid., h.83 12

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39

(27)

3. Tujuan Disiplin

Seperti beberapa pernyataan tentang pentingnya disiplin dalam kehidupan manusia, disiplin juga memiliki tujuan berbeda yang diungkapkan beberapa ilmuan. Diantaranya, Elizabeth menyatakan bahwa tujuan disiplin ialah

“membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran

yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu berada”. 14

Selanjutnya,

menurut Seto Mulyadi pendidikan disiplin pada anak bertujuan untuk “membuat

anak bertanggung jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat segala

konsekuensi dari segala tindakan yang dilakukannya”.15

Tujuan berikutnya adalah

“untuk membantu dan membimbing anak dalam menananmkan tingkah laku yang baik dan mengajarkan anak menghindari tingkah laku yang buruk”. Tujuan disiplin yang ketiga adalah untuk “membimbing, mendidik, dan melatih anak agar

ia mampu menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana”. 16

Dari tujuan yang diterangkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, sikap kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan sejak dini. Seperti pertumbuhan fase-fase awal pada umumnya, usia dini perlu diarahkan kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun sesuai tingkat perkembangannya. Sehingga dengan pendidikan kedisiplinan mereka memahami dengan sadar kesalahan yang mungkin pernah mereka lakukan, untuk kemudian tidak akan mengulanginya lagi.

4. Unsur-unsur Disiplin

Disiplin diharapkan mampu untuk membentuk dan mendidik anak sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Disiplin memiliki unsur-unsur pokok yang harus dipahami diantaranya: 17

a. Peraturan sebagai pedoman prilaku

Pokok pertama disiplin adalah peraturan, sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya, bahwa disiplin adalah salah satu pokok yang ditetapkan untuk

14Ibid., h. 82.

15Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004) h.36

16 Ibid.,h: 38

(28)

tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman-teman bermainnya. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman prilaku yang disetujui dan tidak di setujui dalam situasi tertentu. Tentu saja dengan adanya peraturan yang jelas maka anak akan memahami dengan baik mengapa peraturan tersebut harus diikuti dan tidak diikuti, peraturan tersebut membantu anak bersikap tegas atas pembentukan karakternya.

Peraturan sendiri memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi manusia yang bermoral. (1) peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada prilaku anak yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. (2) peraturan membantu mengengkang perilaku yang tidak diinginkan. Jika seorang anak dihukum ketika melakukan kesalahan, maka anak tersebut belajar tentang perilaku yang ia lakukan tidak diterima oleh masyarakat atau golongan tertentu. Dan alhasil anak akan jera untuk melakukan kesalahan yang sama.

2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan

Pokok kedua disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa latin

punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,

perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa hukuman ini akan mendidik anak mempelajari hal-hal yang baik untuk dirinya, jika sebuah hukuman secara jelas di terapkan maka dipastikan seorang anak tidak akan melakukan hal yang salah tersebut, sehingga hasil akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tegas.

Fungsi hukuman memiliki tiga peran penting yaitu: (1) hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. (2) hukuman berfungsi sebagai pendidik, sebelum seorang anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar tindakan tertentu benar dengan tidak dihukumnya mereka, dan tindakan tertentu yang salah dengan dihukumnya mereka. (3) sebagai motivasi untuk menghindari prilaku yang tidak diterima, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk meninghindari kesalahan tersebut.18

(29)

Dari ketiga fungsi diatas, jelas bahwa hukuman penting bagi tumbuh kembang psikologi anak. Tentu saja dengan di dasari pemberian hukuman yang mendidik (tidak ke fisik) dan hukuman yang bermakna (mengajarkan seorang anak untuk memahami mengapa mereka dihukum). Selanjutnya, hukuman akan dibahas pada bab punishment.

3. Penghargaan untuk prilaku yang baik.

Pokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan. Istilah

“penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.

Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukkan dipunggung.

Penghargaan memiliki tiga peranan penting: (1) penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui maka tindakan itu bernilai baik. (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. Dan yamg (3) penghargaan berfungsi sebagai memperkuat prilaku yang disetujui secara sosial. Dan lemahnya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku ini. Selanjutnya penghargaan akan dijelaskan lebih jauh di bab reward.19

4. Konsistensi

Konsistensi adalah pokok keempat, konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan. Dalam pembahasan tentang konsistensi, Hurlock menjelaskan bahwa, konsistensi mempunyai tiga peran penting, diantaranya: (1) ia mempunyai nilai mendidik yang besar. (2) konsiten memiliki nilai motivasi yang kuat. (3) konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. 20

Selanjutnya, pembahasan yang sama mengenai konsisten menerangkan bahwa, konsisten akan membuat anak tidak bingung terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin memegang tiga peran penting:

“pertama, mendidik. Aturan yang konsisten mempercepat anak mempelajari aturan. Kedua, konsistensi dapat meningkatkan motivasi. Anak yang selalu

19 Ibid., h.90

(30)

mendapatkan ganjaran setiap menunjukan tingkah laku tersebut akan termotivasi untuk mempertahankan tingkah laku tersebut. ketiga, konsistensi membuat anak menghargai aturan dan figur otoritas”. 21

Konsistensi mempunyai beberapa nilai penting. Ia memacu proses belajar dengan membantu anak mempelajari peraturan dan menggabungkan peraturan tersebut kedalam suatu kode moral. Hasilnya, anak-anak yang terus menerus diberikan pendidikan moral secara konsisten cenderung secara keseluruhan menjadi lebih matang secara moral dibandingkan teman sebayanya yang diberikan

pendidikan moral yang tidak konsisten. “Pengetahuan bahwa disiplin yang

diterima di rumah dan di sekolah konsisten, akan menciptaka dalam diri anak rasa

hormat terhadap orang tua dan guru”.

Selanjutnya, Soegeng Prijodarminto, sebagaimana dikutip oleh Dr.Soedijarto dalam bukunya, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu,

mengatakan bahwa “kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipengaruhi oleh

pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin kedalam

dirinya.” Seorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki disiplin pribadi yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang positif dari usanya melaksanakan disiplin, tetapi sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalan menuju kedewasaan mengalami kekecewaan dalam mencoba berdisiplin.22

Disiplin tidak akan terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan proses untuk menumbuhkanya. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai dan dibiasakan dengan melakuknya secara berulang-ulang atau terus menerus sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian.

Seperti telah dijelaskan oleh teori belajar behaviorisme, Mengenai pembiasaan yang membutuhkan kontinuitas, mendapatkan penjelasan yang sama oleh John B.Watson yang menyatakan bahwa, “yang terpenting dalam belajar

21

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40

(31)

adalah latihan yang kontinu”. 23

Yang diutamakan dari teori ini adalah belajar yang terjadi secara otomatis. Teori ini juga mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu “hasil latihan atau kebiasaan

bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam

kehidupannya”. Selanjutnya, teori Watson berpendapat bahwa,24

(a) perangsang atau stimulus itu adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam, perubahan sikap peserta didik yang perlu diobservasi secara bermakna digunakan oleh manager kelas yaitu guru sebagai alat pengendalian sikap disiplin peserta didik. (b) respons adalah reaksi objektif dari pada individu terhadap situasi sebagai perangsang. Hal yang sama diutarakan oleh Wina Sanjaya, berpendapat

yang sama yaitu “ perubahan sikap terjadi disebabkan kebiasaan (conditioning).

Cara belajar sikap demikian menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap suatu objek.25

Lebih jauh lagi, pendekatan behavioral menekankan pentingnya bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan oleh Skinner, Skinner menekankan pada proses peneguhan respon anak. Setiap kali anak akan menunjukan prestasi yang baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Lama kelamaan anak akan berusaha meningkatkan sikap positifnya26. pembahasan reinforcement atau penguatan akan lebih luas dijelaskan pada bab reward.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kontinuitas akan menghasilkan perubahan sikap. Wina Sanjaya pada buku yang sama menerangkan bahwa selain pola pembiasaan, perubahan sikap juga dipengaruhi oleh

“modeling”, yaitu, “pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh”. Namun, anak harus diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan,

23 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2006) h. 86

24 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2010) h.267 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006) h: 278

(32)

hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Selanjtnya, pemodelan dalam

proses pembelajaran juga dijelaskan oleh Dra.Sumiati yaitu, “proses pembelajaran

dengan menghadirkan pemodelan akan lebih mudah dipahami dan diterapkan

oleh siswa”

5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif a. Mengenal akibat disiplin yang dipaksakan

Kedisiplinan diterapkan sejak dini, tetapi penerapan disiplin tidak selamannya dapat diterima dengan sepenuh hati oleh peserta didik. Peserta didik mungkin tidak menyukai peraturan yang diterapkan oleh guru atau orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa menjalankan disiplin. Berikut ini Seto mulyadi menjelaskan beberapa akibat yang ditimbulkan karena disiplin yang dipaksakan, diantaranya:

(1) Disiplin yang terjadi sesaat saja, peserta didik cenderung berlaku disiplin hanya saat ada guru atau orang tua. Hal ini dilakukan untuk menghindari konsekuensi dari ketidakdisiplinannya. (2) Anak cenderung lebih mengingat hal negatif dari disiplin dari pada hal-hal positif, orang tua berharap agar anak dapat menjalankan disiplin dengan senang hati dan sukarela. Anak yang menjalankan disiplin dengan keterpaksaan justru melakukannya dengan hati yang berat dan merasa terbebani. Akibatnya anak menjadi tertekan atau justru melakukan pelanggaran atas bentuk protesnya terhadap paksaan dalam menjalankan disiplin. (3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif, karena adanya tekanan dari guru dan orang tua yang memaksakan anak harus berdisiplin sehingga ada keterpaksaan dari diri anak membuat tujuab disiplin menjadi kurang efektif, padahal tujuan disiplin sebenarnya adalah membantu membentuk anak bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tolak ukur keberhasilan penerapan kedisiplinan tidak dilihat dari sejauh mana anak mematuhi setiap aturan yang ditetapkan atau sejauh mana ia memenuhi keinginan orang tuanya. Kepatuhan seperti itu ialah hanya tujuan jangka pendek dari pendidikan disiplin. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi hakikat dari disiplin.27

Sama seperti dokter yang selalu memberika obat sebagai solusi dari sebuah penyakit. Permasalahan kedisiplinan pun harus dicari solusi yang tepat agar tujuan disiplin dapat diterapkan secara hakikat. Beverly LaHaye sebagaimana dikutip

(33)

dalam bukunya Seto Mulyadi, mengajukan beberapa ciri disiplin yang baik sebagai berikut: “(1) Disiplin harus bersikap membangun. (2) Disiplin menyebabkan anak membuat pilihan yang bijaksa. (3) Disiplin harus konsisten. (4) Disiplin sebagai tanda kasih sayang kepada anak. (5) Disiplin bersifat rahasia”.28

Selanjutnya agar disiplin dapat diterapkan pada anak Seto Mulyadi, dalam

bukunya yang berjudul “Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya”,

menjelaskan bahwa ada 9 trik yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan anak, yaitu:

(1) Menyadari bahwa ada faktor motivasi di balik tingkah laku buruk yang ditampilkan anak. (2) Tetapkan batasan yang jelas dan tepat. (3) Hubungkan disiplin dengan situasi yang telah terjadi. (4) Konsekuensi. (5) Jangan memberi sanksi disiplin di muka umum (6) Hindari amarah yang meledak-ledak. (7) Tetapkan disiplin yang sesuai untuk prilaku buruk. (8) Sanksi disiplin diberikan segera setelah prilaku buruk ditampilkan. (9) Pengawasan hingga beberapa waktu. 29

Lebih dari itu, selain beberapa perlakuan yang telah dijelaskan diatas tadi, ada pula perlakuan yang tidak kalah pentingnya salah satunya adalah mengajak anak berdiskusi mengenai apa saja hal positif yang anak dapatkan ketika mengikuti kedisiplinan dengan baik, seperti mendapatkan pujian, acungan jempol bahkan hadiah. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Reisman dan Payne yang dikutip dalam buku karangan Prof.Dr. H.Mulyasa, mengemukakan lebih banyak lagi trik ataupun cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak, ada sembilan strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, diantaranya sebagai berikut:

(1) konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah. (2) keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. (3) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical

consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik

28 Ibid., h:38

(34)

telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. (5) analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah. (6) terapi realistis (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggungjawab. (7) disiplin yang terinteraksi (assertive discipline), metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. (8) modifikasi prilaku

(behavior modivication), perilaku salah disebabkan oleh lingkungan,

sebagai tindakan remediasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. (9) tantangan bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.

Selanjutnya, diterangkan pada artikel ibu dan anak bahwa, ada tiga macam teknik disiplin, yaitu:

(1). Teknik disiplin otoriter. Dalam teknik disiplin otoriter, aturan ditegakkan secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan patokan yang berlaku, pasti ada hukumannya. Tapi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan. (2) Teknik disiplin permisif. Teknik ini bisa dikatakan tidak mengarahkan anak untuk sesuai dengan masyarakat. Mereka diperbolehkan untuk melakukan apa saja. (3) Teknik Demokratis. Yang menjadi pemikiran dasar teknik disiplin ini adalah mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak mampu melakukan hal yang benar tanpa harus ada yang mengawasi. 30

Dari banyak macam teknik yang dijelaskan diatas, terlihat sekali bahwa kedisiplinan bisa diberikan dengan banyak cara. Tujuan nya hanya satu yaitu mengajarkan anak bertindak sesuai dengan hukum lingkungannya, sehingga anak akan mudah untuk diterima di masyarakat dengan baik.

B.

Hakikat Reward dalam pendidikan

1. Pengertian Reward

Reward adalah ganjaran Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa

Inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah. Sementara itu, dalam

(35)

bahasa Arab “ganjaran” di istilahkan dengan “tsawab”. Kata “tsawab”bisa juga

berarti: “pahala, upah dan balasan.31

Sedangkan reward menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut:

Sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arief “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa, kata “tsawab” dalam

kaitannya dengan pendidikan islam adalah “pemberian ganjaran yang baik

terhadap perilaku baik dari anak didik”. Dalam pengertian yang luas, pengertian istilah “ganjaran” adalah: “(a). ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan

represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid, dan (b). ganjaran adalah hadiah dari perilaku yang baik dari anak

didik dalam proses pendidikan”.32

Selanjutnya, Ngalim Purwanto menjelaskan arti ganjaran adalah “alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karna perbuatan atau pekerjaannya mendapatkan penghargaan”.33

Penjelasan berikutnya adalah, menurut Amir Daien Indrakusuma “reward

adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajar siswa”.34 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alisuf Sabri, reward merupakan “alat pendidikan yang

diberikan kepada anak-anak yang menunjukan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi prestasi kepribadiannya (kelakuan, kerajinan, dan sebagainya) maupun dalam prestasi belajarnya”.35Selanjutnya menurut Ramayulis, reward

adalah “suatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap prilaku”.36

Dalam agama Islam juga dikenal metode reward. Ini terbukti dengan adanya pahala. Pahala adalah bentuk penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, misalnya: shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Kata “tsawab”

31Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:Ciputat Pers,2002)., h:125

32 Ibid., h:127

33 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.182.

34 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1973) ,h.159.

35 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007) , Cet.ke-18, h.182.

(36)

tersebut terdapat dalam surah Al-Imran ayat 145 dan 148, surah An-Nisa ayat 134.

Kata “tsawab” selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah

satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT:







































)

145

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,

sebagaimana ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) pahala akhirat. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang

bersyukur.” ( Q.S. Ali Imran [3] :145)























148

“Maka Allah Swt, berikan ganjaran pada mereka di dunia dan di akhirat

dengan ganjaran yang baik, dan Allah Swt, cinta kepada orang-orang

yang berbuat baik.” (Q.S. Ali Imran [3] 148)























134

“barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah maha

mendengar lagi maha melihat.” (Q.S. An- Nisa [4] 134)

Dari ketiga ayat diatas dapat dipahami, bahwa kata “tsawab” identik

(37)

dengan kata “tsawab” dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. 37

Dari berbagai pengertian tentang reward di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Reward merupakan hal yang menyenangkan (2) Reward bertujuan untuk memberikan kebahagian bagi siapapun yang mendapatkannya. (3) Reward

didapatkan ketika telah mengerjakan sesuatu yang membanggakan

2. Fungsi Reward

Reward digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak bersikap sesuai dengan harapan, bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan sesuatu yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak usia dini adalah pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat waktu dan makan tepat waktu. Sesuai dengan penjelasannya, menurut Harlock fungsi reward terbagi menjadi tiga diantaranya: “(1) Reward atau penghargaan mempunyai nilai mendidik. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial”.38

Selanjutnya maksud dari pemberian reward kepada peserta didik adalah ” supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain peserta didik menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik

lagi”.39 Fungsi berikutnya dikutip dalam bukunya oleh Prof. Mulyasa “reward

atau penghargaan dapat menumbuhsuburkan rasa cinta, bangga, dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Rasa cinta, bangga, dan tanggung

37M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.182.

38 Elizabet. B. Harlock. Perkembangan Anak, jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1978).h. 90

(38)

jawab memungkinkan seseorang dapat melaksanakannya dengan baik, disiplin, dan penuh kesungguhan; sehingga mencapai hasil yang maksimal”. 40

3. Bentuk-bentuk Reward

Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses pembelajaran

untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan kepada peserta didik ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a. Pujian

Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata, seperti: baik,bagus, bagus sekali dan sebagainya, tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa sugesti, misalnya; “Nah lain kali akan lebih baik lagi jika...” “ Kamu pasti bisa kalau kamu rajin

belajar”. Selain, berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat atau pertanda misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.

b. Penghormatan

Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula.

Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu peserta didik yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya. Dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga dihadapan oranga tua siswa. Misalnya, pada malam perpisahan yang diadakan diakhir tahun. Kemudian ditampilkan siswa yang telah berhasil menjadi bintang kelas, penobatan dan penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, dan lain sebagainya. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada siswa yang menyelesaikan soal yang sulit disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman-temannya, disuruh mengikuti lomba, dan lain sebagainya.

c. Hadiah

Yang dimaksud dengan hadiah disini adalah reward yang berbentuk pemberian berupa barang. Reward yang berupa pemberian barang ini disebut juga reward materil. Yaitu, terdiri dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagainya.

d. Tanda Penghargaan

Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut, sepertihalnya pada hadiah. Melainkan,

tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenang

-kenangannya”. Oleh karena itu reward atau tanda penghargaan ini disebut

(39)

juga reward simbolis. Reward simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda jasa, sertifikat-sertifikat.41

Sama seperti penjelasan diatas, reward dikenal sebagai penguatan

(Reinforcement) oleh Skinner. Menurut Skinner ada berbagai cara untuk

menunjukan penguatan yang positif kepada siswa, diantaranya dengan 2 respon, respon verbal (kata-kata) atau respon non verbal (gerakan isyarat). Berikut ini penjelasan atas pernyataan tersebut:

Respons verbal terdiri dari: “(1). Penguatan verbal menurut kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. (2). Penguatan verbal berbentuk kalimat. Respons non verbal (gerakan-gerakan fisik, gestural) penguatan dengan menggunakan isyarat dari anggota tubuh misalnya: (1) gerakan kepala (2) wajah ceria/cerah (3) wajah mendung, (4) tersenyum, (5) tertawa, (6) kontak pandang mata, (7) mengangkat jempol, (8) tepuk tangan. Pengutan selanjutnya adalah penguatan yang menggunakan sentuhan (contact), seperti: (1) memegang atau menepuk bahu, (2) mengusap kepala (3) jabat tangan. Penguatan dengan pendekatan kepada siswa, diantaranya: guru berdiri disamping siswa, guru duduk dekat siswa. Penguatan dengan memberikan hadiah, seperti: (1) benda, seperti alat-alat tulis, boneka, mobil-mobilan dan sebagainya. (2) simbol, seperti simbol bintang ketika mendapatkan juara 1, (3) kegiatan, seperti sisiwa yang paling cepat menyelesaikan tugas ditunjuk sebagai pemimpin kelas.

Menurut buku yang sama, penguatan diberikan dengan didasari beberapa tujuan, diantaranya: “(1) memberikan umpan balik (feedback) bagi siswa atas perilakunya (2) meningkatkan dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas (3) mendorong, membangkitkan, dan meningkatkan motivasi belajar (4) memberikan ganjaran dan membersarkan hati siswa agar lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran”. 42

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wina Sanjaya, “keterampilan dasar

penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau

responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi”.43

41 Amier Daien Indrakusuma, loc.cit, h. 159-161.

42Sumiati “Metode Pembelajaran” (Bandung: CV Wacana Prima. 2009) h:125-127

(40)

Dari berbagai macam reward tersebut diatas dalam penerapannya seorang guru dapat memilih bentuk macam-macam reward yang cocok dengan peserta didik dan disesuaikan denan situasi dan kondisi. Dalam memberikan reward

seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan

reward. Peserta didik yang pada suatu ketika menunjukkan hasil yang berbeda

dari biasanya, mungkin sangat baik diberi reward. Seorang guru harus selalu ingat akan maksud dari pemberian reward itu.

Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa peran reward

sebagai salah satu alat menerapkan disiplin merupakan teknik yang baik untuk mendidik disiplin anak. Dengan adanya hadiah atau ganjaran, mereka menjadi termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik bagi diri mereka.

Berikut ini adalah berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memberikan ganjaran, antara lain: (a) Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar. (b) Imbalan materi atau hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi dengan pemberian hadiah. (c) Do’a misalnya” semoga

Allah Swt, menambah kebaikan padamu”. (d) tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi murid atas prilaku yang diperoleh. (e) Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orang tuanya di rumah

4. Reward berupa“Star”

Reward berupa “Star”yang dimaksud pada penelitian ini adalah, star yang dibuat dengan menggunakan kertas warna yang sudah tidak terpakai. Pemodifikasian yang dilakukan adalah langkah awal untuk menghemat pengeluaran dana pembelajaran yang diperlukan, star tersebut dicetak dengan menggunakan cetakan yang lucu dan memakai kertas yang berwarna-warni sehingga siswa merasa termotivasi untuk bisa mendapatkan star. selain itu, proses

pemberian yang dibubuhi kalimat pujian berupa “good job, you smart boy/ girl),

acungan jempol, serta senyuman dapat menambah kebanggaan terhadap diri siswa. Tidak hanya reward yang diterapkan dalam penanaman disiplin ini,

(41)

siswa. Ketika siswa memiliki kebang

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.1
Tabel 4.2 Membiasakan Diri Untuk Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mampu membaca Al-Qur’an dengan pengucapan yang fasih merupakan modal yang sangat penting sebagai pintu gerbang

Maka dapat dikatakan bahwa, kasus pada data penelitian ini parameter penentu pertama tingkat kelulusan seorang mahasiswa pada waktu yang akan datang dilihat dari pekerjaan

Yem ateşleme hızları ve hassasiyetleri düşük olan kuru (ANFO) ve sulu (çamursu, yarı- akışkan veya krema tipi) patlayıcı karışımlar delikte esas patlayıcı

Jika kompetisi kognitif yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku moral, maka penelitian ini menunjukkan hasil yang sebaliknya karena tidak ditemukan perbedaan yang

Dalam rangka pengukuran emisi gas buang dari kegiatan kapal di pelabuhan dilakukan, baik untuk mesin utama dan mesin bantu kapal dengan memperhitungkan sejak kedatangan kapal

Atau dapat dilihat pada Gambar 7.Perlakuan bahan (pencacahan) menghasilkan rendemen minyak cengkeh 0.05% sampai 0.36% lebih banyak daripada bahan utuh.Rendemen minyak cengkeh

PEMALANG 641 6399 NELI ISTIADZATUL KHASANAH 2752757659300072 MTS I'ANAH FUTUHIYAH KARANGBRAI BODEH PEMALANG MADRASAH Sejarah Kebudayaan Islam KAB. NU 01 WARUREJA MADRASAH

Pengelolaan arsip inaktif yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun yang berasal dari satuan kerja perangkat daerah provinsi dan penyelenggara pemerintahan