• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Penelitian berjudul Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis.

Subbab ini akan membahas tiga hal yaitu faktor membaca, hasil tes kemampuan membaca kritis, dan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Adapun penjelasnya sebagai berikut:

a. Faktor membaca

Melalui angket faktor membaca dapat diketahui faktor membaca apa saja yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis mahasiswa. Faktor membaca

terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal dengan jumlah 101 pernyataan dan diklasifikasi ke dalam 14 indikatoar. Pernyataan yang terdapat dalam angket faktor membaca yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Berdasarkan angket faktor membaca yang telah diisi oleh 33 mahasiswa, diketahui bahwa hasil perhitungan angket faktor membaca adalah 69,01% dan masuk dalam kategori tinggi. Kategori tersebut sesuai dengan analisis indikator dalam faktor membaca. Mahasiswa memiliki motivasi baca yang tinggi, sejumlah 72,73% mahasiswa mengaku dorongan membaca timbul atas kesadaran sendiri. Mahasiswa juga memiliki sikap dan minat yang tinggi, sejumlah 75,76% mahasiswa menyatakan merasa respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pernyataan dengan menyebut sumber yang pernah dibaca. Kondisi emosi mahasiswa juga baik, sejumlah 91,94% mahasiswa mengaku saat perasaan sedang enak, mahasiswa mudah memahami isi bacaan. Mahasiswa memiliki pengetahuan yang banyak, sejumlah 90,91% mahasiswa menyatakan bahwa pengetahuan yang sudah mahasiswa miliki berperan besar untuk membantu mempermudah memahami isi bacaan. Sejumlah 84,85% mahasiswa menyatakan memiliki berbagai teknik membaca sehingga mudah dalam memahami isi bacaan.

Melalui membaca mahasiswa memperoleh manfaat, sejumlah 75,76% mahasiswa mengaku membaca bacaan yang bermanfaat baik secara langsung mendukung perkuliahan maupun tidak. Tingkat intelegensi mahasiswa tidak tinggi namun sejumlah 60,61% mahasiswa mengaku dengan rajin dan tekun membaca akan mempermudah mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Sosial ekonomi mahasiswa tinggi, sejumlah 66,67% mahasiswa mengaku meskipun

penghasilan orang tua terbatas, tetapi mudah memperoleh bahan bacaan. Suasana lingkungan mahasiswa mendukung untuk membaca, sejumlah 66,67% mahasiswa menyatakan lingkungan rumah mahasiswa sangat nyaman untuk membaca.

Penjelasan di atas merupakan indikator yang mencerminkan sikap positif mahasiswa, tetapi berikut ini juga akan dijelaskan indikator yang mencerminkan sikap negatif mahasiswa. Mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca, sejumlah 42,42% mahasiswa tidak memiliki kecenderungan membaca setiap hari. Kondisi kesehataan juga mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa, sejumlah 81,82% mahasiswa mengaku jika kondisi kesehataan tidak baik, mahasiswa kesulitan memahami isi bacaan. Mahasiswa hanya membaca jenis bacaan tertentu, sejumlah 78,79% mahasiswa menyatakan hanya membaca jenis bacaan yang mahasiswa anggap menarik untuk dibaca.

Penguasaan bahasa mahasiswa rendah, sejumlah 81,82% mahasiswa mengaku meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Mahasiswa tidak menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, sejumlah 75,76% mahasiswa mengaku jadwal membaca sering terganggu apabila ada tamu datang. Mahasiswa sangat kesulitan menghadapi faktor teks, sejumlah 84,85% mahasiswa mengaku tidak memapu memahami bacaan ketika menemukan kata-kata yang tidak tahu artinya, 51,51% mahasiswa mengaku mengalami kesulitan apabila menghadapi kalimat yang terlalu panjang, 84,85% mahasiswa menyatakan tingkat keterbacaan yang sulit menghambat pemahaman, 84,85% mahasiswa mengaku kesulitan memahami bacaan ketika menemukan kata-kata asing yang banyak dalam teks,

dan 84,85% mahasiswa mengaku struktur teks yang tidak sistematis juga mengahambat pemahaman mahasiswa.

Pengaruh budaya lisan dan media elektronik mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa. Sejumlah 42,42% mahasiswa mengaku budaya lisan dalam hidup mahasiswa masih kuat sehingga kesulitan dalam memahami isi bacaan dan sejumlah 72,73% mahasiswa mengaku lebih memilih menonton televisi daripada membaca.

Hasil perhitungan di atas dapat diketahui faktor-faktor membaca yang mempengaruhi mahasiswa mampu membaca kritis dan faktor-faktor membaca yang menghambat mahasiswa kurang mampu membaca kritis. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi sikap positif faktor membaca yang dimiliki mahasiswa, semakin tinggi pula kemampuan membaca kritisnya. Sebaliknya, semakin tinggi sikap negatif faktor membaca yang dimiliki mahasiswa, akan semakin rendah pula kemampuan membaca kritisnya.

Hal ini berkaitan dengan pendapat Gray (dalam Winardi, 2008) yang menyatakan motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Orang yang mempunyai minat baca kuat akan diwujudkan dalam kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri (Rahim, 2007:28). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap positif dari indikator motivasi, sikap dan minat, kondisi emosi, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, kebermanfaatan, tingkat intelegensi, latar belakang sosial ekonomi,

suasana lingkungan yang dimiliki mahasiswa dan masuk kategori tinggi akan mempengaruhi mahasiswa mampu membaca kritis sedangkan sikap negatif dari indikator kebiasaan, kondisi kesehatan, ketertarikan, waktu, teks, pengaruh budaya lisan, dan pengaruh media elektronik yang dimiliki mahasiswa dan masuk dalam kategori tinggi akan mempengaruhi mahasiswa kurang mampu membaca kritis.

b. Tes Kemampuan Membaca Kritis

Tes kemampuan membaca kritis diberikan untuk mengukur tingkat kemampuan membaca kritis mahasiswa. Tes membaca kritis terdapat 40 soal yang dibuat berdasarkan tujuh aspek membaca kritis yaitu (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.

Hasil tes perhitungan rata-rata kemampuan membaca kritis mahasiswa adalah 21,94 dan masuk dalam krieria kurang. Berdasarkan hasil tes tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa hanya memiliki kemampuan dalam dua aspek yaitu terdapat 56,36% mahasiswa mampu menerapkan konsep dan 56,06% mahasiswa mampu membuat kesimpulan sehingga bisa dikatakan bahwa kemampuan membaca kritis mahasiswa belum sempurna. Mahasiswa kurang mampu dalam lima aspek yaitu terdapat 51,52% mahasiswa tidak mampu mengenali dan mengingat, 51,52% mahasiswa tidak mampu memahami isi bacaan, 65,15% mahasiswa tidak mampu menganalisis, 50,50% mahasiswa tidak mampu menilai, dan 59,85% mahasiswa tidak mampu memproduksi.

Hasil tes ini tidak sesuai dengan faktor membaca yang dimiliki mahasiswa. Apabila faktor membaca menunjukan kategori tinggi seharusnya mahasiswa memiliki kemampuan membaca kritis tinggi pula tetapi pada kenyataanya mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta diketahui kurang memiliki kemampuan membaca kritis. Hal ini dikarenakan mahasiswa memiliki sikap negatif dalam faktor membaca yang tinggi sehingga kemampuan membaca kritis mahasiswa kurang.

Hal ini terkaitan dengan pendapat Albert (dalam Tarigan, 2008:92) menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta analistis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Setyawan (2008) juga menyatakan bahwa membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma kemampuan membaca kritis kurang sehingga memerlukan strategi pembelajaran.

c. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Berdasarkan analisis data, terdapat kesenjangan antara faktor membaca yang masuk dalam kategori tinggi dan hasil tes kemampuan membaca kritis yang masuk dalam kategori kurang sehingga perlu adanya strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis.

Ketidaksimbangan tersebut yang menjadi dasar peneliti membuat strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015. Strategi pembelajaran dibuat berdasarkan analisis hasil observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan membaca kritis dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara. Adapun strategi pembelajaran dikhususkan pada mahasiswa yang kurang mampu membaca kritis. Setiap aspek kemampuan membaca kritis memiliki strategi masing-masing. Strategi ini dibuat supaya mahasiswa mampu membaca kritis.

Adapun strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yaitu (1) mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas membaca, (3) meningkatkan skemata mahasiswa, (4) mengajak mahasiswa untuk praktik secara langsung, (5) memberi mahasiswa dua teks berbeda tetapi satu tema, (6) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (7) membuat kesimpulan atau ringkasan, (8) mahasiswa memberi kritikan, dan (9) memproduksi.

Hal tersebut berkaitan dengan pendapat Sanjaya, (2008:126) yang menyatakan strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Uno (2008:3) Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan untuk memilih kegiatan pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

146 BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori tinggi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor kemampuan membaca mahasiswa adalah 69,01%. Faktor membaca yang menunjukkan kategori tinggi yaitu mahasiswa memiliki motivasi membaca, sikap dan minat membaca, kondisi emosi yang baik, memiliki banyak pengetahuan, menguasai berbagai teknik membaca, sosial ekonomi keluarga mahasiswa mempermudah untuk memperoleh bahan bacaan, dan suasana lingkungan mahasiswa sangat nyaman untuk melakukan membaca.

Kedua, hasil tes kemampuan membaca kritis membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 masuk dalam kategori kurang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca kritis mahasiswa adalah 21,94. Hanya terdapat 11 mahasiswa yang lulus KKM dengan skor 24-29 dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil tes diketahui hanya terdapat dua aspek kemampuan membaca kritis yang dimiliki mahasiswa yaitu kemampuan menerapkan konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima aspek kemampuan membaca mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu

kemampuan mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski. Kategori kurang tersebut diketahui karena mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca, kondisi kesehataan yang tidak baik mempersulit mahasiswa memahami isi bacaan, mahasiswa hanya membaca jenis bacaan tertentu, penguasaan bahasa mahasiswa rendah, mahasiswa tidak menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan menghadapi faktor teks, pengaruh budaya lisan dan media elektronik khususnya televisi tinggi.

Ketiga, berdasarkan hasil observasi, faktor membaca, hasil tes kemampuan membaca kritis dan dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara dapat ditentukan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Strategi pembelajaran ini difokuskan pada lima aspek kemampuan membaca kritis yang belum mampu dicapai oleh mahasiswa yaitu kemampuan mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski. Namun aspek kemampuan menerapkan konsep-konsep dan membuat kesimpulan yang sudah dapat dicapai oleh mahasiswa tetap dibuat strategi pembelajaran karena dikhususkan untuk mahasiswa yang belum mampu mencapai kedua aspek tersebut. Berikut ini strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis:

1) Mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya. 2) Memberi tugas membaca.

3) Meningkatkan skemata mahasiswa.

4) Mengajak mahasiswa untuk praktik secara langsung. 5) Memberi mahasiswa dua teks berbeda tetapi satu tema.

6) Membuat daftar pertanyaan sebelum membaca. 7) Membuat kesimpulan atau ringkasan.

8) Mahasiswa memberi kritikan. 9) Memproduksi.

Strategi pembelajaran yang sudah dijabarkan di atas diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

5.2 Saran-saran

Bedasarakan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan diajukan beberapa saran bagi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), mahasiswa dan peneliti lain.

a. Bagi Dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Dosen sebaiknya memperhatikan lagi kemampuan membaca kritis mahasiswa karena diketahui kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI Kelas A masih dalam kategori kurang. Hasil tes tersebut sangat memprihatinkan apalagi sebentar lagi mahasiswa akan lulus dan menjadi seorang guru. Dosen hendaknya secara berkala memberi tugas kepada mahasiswa, misalnya memberi tugas membaca dan meringkas satu buku setiap minggu. Adanya tugas membaca membuat motivasi membaca mahasiswa menjadi tinggi apalagi bila dosen memberi penghargaan dan kritikan terhadap aktivitas membaca mahasiswa. Tugas yang diberikan sebaiknya tidak hanya untuk melakukan kegiatan membaca tetapi

mahasiswa juga diminta untuk melaporkan dalam bentuk artikel, sinopsis, makalah, dan resensi. Tugas menulis sebagai tanggungjawab hasil membaca dan mahasiswa akan aktif memproduksi tulisan dan mampu menulis karya dalam berbagai bentuk.

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai mahasiswa sebaiknya sadar bahwa membaca dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga melakukan kegiatan membaca tidak hanya saat memperoleh tugas dari dosen. Sadar bahwa dengan membaca dapat menambah wawasan luas. Melalui membaca dapat memperoleh berbagai manfaat baik bermanfaat secara langsung dalam perkuliahan atau pun tidak. Rajin membaca dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan permasalahan sehingga hasil membaca dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan bagi orang lain.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada peneliti lain atau menambah informasi untuk penelitian selanjutnya. Masih banyak hal yang perlu diteliti terkait strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis.

150

DAFTAR PUSTAKA

Adithia. 2014. Pesan Kecil dari Human Development Index Indonesia. http://www.care4kidsindonesia.org/?p=805. Diakses 24 Januari 2015. Amna, Putri. dkk. 2013. Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada

Siswa Tunarungu dengan Menggunakan Teknik Skimming. http://ejournal.upn.ac.id/index.php/jupekhu. Diakses 02 Februari 2015. Arifin, Syamsul. 2011. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Surabaya: P3AI. Arikunto, Suharsimi. 1991. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Burn, Roe, dan Ross. 1984. Teaching Reading in Today’s Elementary School.

New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Dalman, H. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dam, Ten, dan Volman, M. 2004. Critical Thingking as a Citizenship

Competence: Teaching Strategies. Learning and Instruction.

Emilia, Emi. 2007. Mengajarkan Berpikir Kritis dalam Menulis. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra FPBS UPI. Vol.07, No. 3, 107-138.

Farr, R. 1984. Reading: Trends and Challenges. Washington D.C.: National Education Association.

Harjasujana, A.S. 1988. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka. Haryadi, J. 2014. Korelasi Minat Baca Masyarakat terhadap Hari Buku Nasional.

http://media.kompasiana.com/buku/2014/05/17/korelasi-minat-baca-

masyarakat-terhadap-hari-buku-nasional-657231.html. Diakses 24 Januari 2015.

Heraldin, Arie. 2014. Budaya Membaca di Indonesia Sangat Rendah. http://m.radarpena.com/welcome/read/2014/12/07/13741/6/2/Budaya- Membaca-di-Indonesia-Sangat-Rendah. Diakses 24 Januari 2015. Hodgson, F.M. 1960. Learning Modern Languages. London: Routledge.

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls. Diakses 24 Januari 2015. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=27&notab =36 Diakses 24 Januari /201. http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/DefaultPrg.asp?in=Detailnews&IdNews=4 42. Diakses 24 Januari 2015.

http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.html . Diakses 25 Januari 2015. http://gpmb.pnri.go.id/index.php?module=artikel&id=39. Diakses 24 Februari

2015.

http://kbbi.web.id/index.php?w=baca. Diakses 24 Februari 2015.

http://media.kompasiana.com/buku/2014/05/17/korelasi-minat-baca-masyarakat- terhadap-hari-buku-nasional-657231.html. Diakses 17 Mai 2014. Pukul 08:49 WIB.

http://m.radarpena.com/welcome/read/2014/12/07/13741/6/2/Budaya-Membaca- di-Indonesia-Sangat-Rendah. Diakses 07 Desember 2014. Pukul 10:13 WIB.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Konjo, Ian. 2011. Jenis-jenis Membaca. http://jaririndu.blogspot.com/2011/08/ jenis-jenis-membaca.html. Diakses 05 Februari 2015.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Persindo.

Nisak, Zuhrotun. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Kompetitif. http://journal.unisla.ac.id/pdf/12922013/4.pdf . Diakses 24 Februari 2015. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Perkuliahan Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta. BPFE.

___________________. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPE-Yogyakarta.

Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Pearce II, John A. dan Robinson, R.B. 2013. Manajemen Strategis. Jakarta:

Jagakarsa.

Pujiono, Setyawan. 2008. Metode K-W-L dalam Perkuliahan Membaca Kritis. Yogyakarta: UNY.

Putra, R. Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

____________. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jawa Barat: IKAPI.

Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.

Sagala, Syaiful H. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sagitaria, Desy. 2011. Tingkat Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to The Study of Speech. London: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.

Sari, Natalia Staffiany Devyta. 2010. Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis dengan Metode Inquiri pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat. Setyosari, H. Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soedarso. 2005. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis. Jakarta: PT. Indeks.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Sumadi, Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Jakarta: PT. Buku Seru. Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu

Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS.

Susanto, AB. 2005. Manajemen Strategik Komprehensif untuk Mahasiswa dan Praktisi. Jakarta: Erlangga.

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efekstif dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 1982. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: IKIP-STIA.

_________. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

_________. 2005. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

_________. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wainwright, Gordon. 2007. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

154

Lampiran 2

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Membaca Kritis

No. Aspek Indikator Jumlah

soal Nomor Soal 1. Kemampuan mengenali dan mengingat

a. Kemampuan mengidentifikasi ide pokok/gagasan utaman

b. Kemampuan mengingat c. Kemampuan mengenali fakta-

fakta dalam bacaan

d. Kemampuan mengenali opini dalam bacaan 1 1 1 1 1 6 3 4 2. Kemampuan memahami bacaan a. Kemampuan menafsirkan b. Kemampuan memberikan contoh c. Kemampuan mengklasifikasikan d. Kemampuan meringkas

e. Kemampuan menarik inferensi

f. Kemampuan membandingkan

g. Kemampuan menjelaskan h. Kemampuan memperkirakan i. Kemampuan mengartikan kata

asing atau istilah

1 2 1 1 1 1 1 2 2 8 13, 39 10 5 7 11 12 14, 35 2, 31 3. Kemampuan menerapkan konsep- konsep

a. Kemampuan menjalankan konsep- konsep b. Kemampuan mengimplementasikan konsep- konsep 2 3 15, 36 30, 37, 38 4. Kemampuan menganalisis a. Kemampuan membedakan b. Kemampuan mengorganisasikan

c. Kemampuan menemukan pesan

tersirat 2 1 2 16, 40 17 18, 28 5. Kemampuan membuat kesimpulan

a. Kemampuan menyimpulkan teks

bacaan

b. Kemampuan menyusun kembali

kerangka bacaan

2 2

9, 27 19, 25

6. Kemampuan menilai a. Kemampuan menilai gagasan

utama atau keseluruhan bacaan b. Kemampuan mengkritik suatu

bacaan 2 3 21, 22 20, 29, 32 7. Kemampuan memproduksi a. Kemampuan merumuskan b. Kemampuan merencanakan c. Kemampuan memproduksi/ merangkum 2 1 2 23, 34 24 26, 33 Keterangan : 2, 9, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23 = nomor butir soal tidak layak

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Faktor Membaca

No Butir-butir Data Jumlah No. Indikator Faktor Internal

1. Motivasi membaca 18 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

2. Kondisi emosi pembaca 13 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 29

3. Sikap dan minat pembaca 19 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45 4. Kebiasaan membaca 3 46, 47, 48 5. Pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya 22 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67,

6. Pengetahuan tentang cara

membaca

1 68

7. Ketertarikan terhadap bacaan 5 69, 70, 71, 72, 73

8. Kebermanfaatan bagi pembaca 2 74, 75

9. Kondisi kesehatan pembaca 2 76, 77

10. Tingkat intelegensi pembaca 4 78, 79, 80, 81

11. Penguasaan bahasa 3 82, 83, 84

Faktor Eksternal

1. Latar belakang sosial ekonomi keluarga 5 85, 86, 87, 88, 89

2. Suasana lingkungan 3 90, 91, 92

3. Waktu 1 93

4. Faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks

5 94, 95, 96, 97, 98

5. Masih kuatnya pengaruh budaya lisan 1 99

6. Kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi)

1 100

7. Tidak tersedianya bahan bacaan di rumah 1 101

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Kelas (Dosen dan Mahasiswa)

No. BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK KETERANGAN TAMBAHAN

Aktivitas Dosen

1. Dosen membuka

perkuliahan.

2. Dosen melakukan apersepsi. 3. Dosen menyampaikan tujuan

pembelajaran.

4. Dosen menyampaikan

5. Dosen mengajukan pertanyaan.

6. Dosen memberikan balikan.

7. Dosen memberi penguatan

materi bagi siswa yang belum paham.

8. Dosen menggunakan media.

9. Dosen menggunakan metode

perkuliahan yang bervariasi. 10. Dosen memberi tugas. 11. Dosem memberi kesimpulan

diakhir perkuliahan.

Aktivitas Mahasiswa

1. Mahasiswa siap mengikuti

kegiatan perkuliahan.

2. Mahasiswa memperhatikan

penjelasan dosen.

3. Mahasiswa berperan aktif

dalam mengikuti kegiatan perkuliahan.

4. Mahasiswa memahami

materi yang dijelaskan dosen.

5. Mahasiswa aktif bertanya

kepada dosen apabila

mengalami kesulitan atau

kurang paham mengenai

materi.

6. Mahasiswa aktif memberi

tanggapan atas pertanyaan yang diajukan dosen.

7. Mahasiswa disiplin dalam

mengerjakan tugas yang

diberikan dosen.

8. Mahasiswa dapat membuat

kesimpulan diakhir

perkuliahan.

9. Mahasiswa dapat membuat

refleksi diakhir perkuliahan.

Tabel 3.4Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dosen

No. Butir-Butir Pertanyaan Jumlah

1. Persiapan sebelum mengajar. 1

2. Pemilihan materi dan metode perkuliahan. 1

3. Tindakan untuk mahasiswa yang belum memahami materi. 1

5. Tindakan bagi mahasiswa yang tidak mengerjakann tugas. 1

6. Mengakhiri perkuliahan. 1

Tabel 3.5Kisi-kisi Pedoman Wawancara Mahasiswa

No Aspek yang Ditanyakan

1 Berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik

Dokumen terkait