• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015."

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.

Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis, yang berjumlah 33 mahasiswa.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah tes kemampuan membaca kritis dan nontes berupa observasi, angket faktor membaca, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan (1) observasi kelas, (2) faktor membaca, (3) tes kemampuan membaca kritis, (4) wawancara, dan (5) strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dianalisis berdasarkan SWOT. Tes kemampuan membaca kritis dianalisis berdasarkan tujuh aspek membaca kritis, yakni (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi. Ketujuh aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dibuat berdasarkan hasil analisis data observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan analisis SWOT, dan wawancara.

(2)

ABSTRACT

Astutik, Rugi. 2015. Critical Reading Skill Learning Strategy Based on the Reading Factors and the Result of Critical Reading Skill Test Semester VI Class A, on Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2015 Academic Year. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This research analyzes critical reading skill learning strategy Semester VI class A of Program StudyPendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, , Sanata Dharma University, Yogyakarta 2015 academic year, based on the reading factor and the result of the critical reading skill test. The purpose of this research is to describe the critical reading skill learning strategy Semester VI class A of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, based on the reading factors and the result of the critical reading skill test, which consist of 33 students.

The instruments which were used to collect the data were critical reading skill test and non-test in a form observation, reading factors questionnaires, and interview. This research used descriptive research. It was used to describe (1) reading factor, (2) critical reading skill, and (3) critical reading skill learning strategy, (4) interview and (5) critical reading skill learning strategy. The reading factors were analyzed based on the internal and external factor. After that, it was analyzed based on SWOT. Critical reading skill test was analyzed based on seven aspects of critical reading; they are (1) recognizing and remembering, (2) comprehending the content of the reading passage, (3) implementing concepts, (4) analyzing, (5) creating conclusion, (6) assessing, and (7) producing. Those aspects were related to the SWOT analysis to understand the strength, weakness, opportunity, and threat. Critical reading skill learning strategy was made according to the result of observation data analysis, reading factors and SWOT analysis, the result of critical reading skill test and its relation to SWOT analysis and interview.

(3)

STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN

MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh : Rugi Astutik

111224032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN

MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh : Rugi Astutik

111224032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasryroh:6)

“Buat apa hidup kita jika tidak untuk mempermudah hidup orang lain??? Hidup harus bermanfaat bagi keluarga dan orang lain.”

(8)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam menyelesaikan segala urusanku

Kedua orang tuaku: Tuko Diyatno Suwito dan Panti

Inspirasiku : Budi Susanto, S.Pd.

Kakakku tercinta Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, Tri Mantari, dan Yusniar Amry Fahmi.

Sahabat-sahabatku seperjuangan dan seluruh teman terbaik PBSI 2011

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.

Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis, yang berjumlah 33 mahasiswa.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah tes kemampuan membaca kritis dan nontes berupa observasi, angket faktor membaca, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan (1) observasi kelas, (2) faktor membaca, (3) tes kemampuan membaca kritis, (4) wawancara, dan (5) strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dianalisis berdasarkan SWOT. Tes kemampuan membaca kritis dianalisis berdasarkan tujuh aspek membaca kritis, yakni (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi. Ketujuh aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dibuat berdasarkan hasil analisis data observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan analisis SWOT, dan wawancara.

(12)

ix

ABSTRACT

Astutik, Rugi. 2015. Critical Reading Skill Learning Strategy Based on the Reading Factors and the Result of Critical Reading Skill Test Semester VI Class A, on Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2015 Academic Year. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This research analyzes critical reading skill learning strategy Semester VI class A ofProgram Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, , Sanata Dharma University, Yogyakarta 2015 academic year, based on the reading factor and the result of the critical reading skill test. The purpose of this research is to describe the critical reading skill learning strategy Semester VI class A of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, based on the reading factors and the result of the critical reading skill test, which consist of 33 students.

The instruments which were used to collect the data were critical reading skill test and non-test in a form observation, reading factors questionnaires, and interview. This research used descriptive research. It was used to describe (1) reading factor, (2) critical reading skill, and (3) critical reading skill learning strategy, (4) interview and (5) critical reading skill learning strategy. The reading factors were analyzed based on the internal and external factor. After that, it was analyzed based on SWOT. Critical reading skill test was analyzed based on seven aspects of critical reading; they are (1) recognizing and remembering, (2) comprehending the content of the reading passage, (3) implementing concepts, (4) analyzing, (5) creating conclusion, (6) assessing, and (7) producing. Those aspects were related to the SWOT analysis to understand the strength, weakness, opportunity, and threat. Critical reading skill learning strategy was made according to the result of observation data analysis, reading factors and SWOT analysis, the result of critical reading skill test and its relation to SWOT analysis and interview.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasihat,dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar, teliti dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh dosen prodi PBSI yang memiliki karakteristik masing-masing telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis butuhkan. 7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan sabar

(14)

xi

8. Seluruh mahasiswa semester VI kelas A program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Bapak Tuko Diyatno Suwito dan Ibu Panti selaku orangtua penulis yang telah memberi kasih sayang dan doa untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi. 10.Kakakku Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, dan Tri Mantari yang

menjadi semangat, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

11.Budi Susanto, S.Pd. selaku guru, orang tua, sekaligus sahabat yang selalu memberi inspirasi bagi penulis dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

12.Yusniar Amry Fahmi, partner yang telah menemani penulis hingga saat ini, mendukung dan selalu memberi motivasi kepada penulis agar skripsi selesai tepat waktu.

13.Sahabat seperjuangan Maria Dwi Rianti, Fransiska Ambar Widhiyan Rini, dan semua teman terbaik PBSI 2011 selalu bersama dalam membantu, memberi motivasi, dan tawa serta yang selalu berjuang bersama dengan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Reni Suryandari, S.Pd., sahabat penulis yang telah memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi

15.Theodorus Adhicahya, sahabat penulis yang telah membantu membuat abstract dan memberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 14 Juli 2015

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR SKEMA... xvii

DAFTAR GRAFIK... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Batasan Istilah... 8

1.6 Sistematika Penulisan... 8

BAB II KAJIAN TEORI... 10

2.1 Penelitian yang Relevan... 10

2.2 Kajian Teori... 12

(16)

xiii

2.2.2 Faktor Membaca... 13

2.2.3 Jenis-jenis Membaca... 16

2.2.4 Hakikat Membaca Kritis... 17

2.2.5 Aspek Membaca Kritis... 20

2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran... 28

2.2.7 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran... 29

2.2.8 Teori Skala Likert... 33

2.2.9 Teori Analisis SWOT... 35

2.3 Kerangka Berpikir... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

3.1 Jenis Penelitian... 39

3.2 Subjek Penelitian... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 40

3.4 Instrumen Penelitian... 42

3.5 Teknik Analisis Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 49

4.2 Analisis Data ... 50

4.2.1 Analisis Data Observasi Kelas... 50

4.2.2 Analisis Faktor Membaca dengan Analisis SWOT... 52

4.2.2.1 Analisis Faktor Membaca... 54

4.2.2.1.1 Faktor Internal ... 54

4.2.2.1.2 Faktor Eksternal ... 78

4.2.2.2 Analisis SWOT ... 88

4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan Keterkaitannya dengan Analisis SWOT... 93

4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis... 94

4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dengan Analisis SWOT... 105

4.2.4 Analisis Data Wawancara Dosen dan Mahasiswa... 119

(17)

xiv

4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa... 122

4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis... 127

4.3 Pembahasan... 138

BAB V PENUTUP... 146

5.1 Kesimpulan... 146

5.2 Saran... 148

DAFTAR PUSTAKA... 150

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Kritis Tabel 3.2 Kisi-kisi dalam Angket Faktor Membaca Tabel 3.3 Kisi-kisis dalam Wawancara

Tabel 3.4 Ketententuan dalam Observasi Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.6 Kriteria Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca

Tabel 4.2 Indikator Motivasi Baca

Tabel 4.3Indikator Sikap dan Minat Pembaca Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca

Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan yang Dimiliki

Tabel 4.7 Indikator Pengetahuan Tentang Cara Membaca

Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi Pembaca

Tabel 4.9 Indikator Tingkat Intelegensi Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa

Tabel 4.11 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga dan Tidak Tersedianya Bahan Bacaan

Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu Tabel 4.13 Indikator Teks

Tabel 4.14 Indikator Budaya Lisan Tabel 4.15 Indikator Media Elektronik Tabel 4.16 Analisis SWOT

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

(19)

xvi

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menganalisis

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Membuat Kesimpulan Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menilai

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memproduksi Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis

Tabel 4.26 Analisis SWOT dalam Aspek Mengingat dan Mengenali Tabel 4.27 Analisis SWOT dalam Aspek Memahami Isi Bacaan Tabel 4.28 Analisis SWOT dalam Aspek Menerapkan Konsep-konsep Tabel 4.29 Analisis SWOT dalam Aspek Menganalisis

Tabel 4.30 Analisis SWOT dalam Aspek Membuat Kesimpulan Tabel 4.31 Analisis SWOT dalam Aspek menilai

(20)

xvii

DAFTAR SKEMA

(21)

xviii

DAFTAR GRAFIK

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Hadir Mahasiswa USD PBSI Lampiran 2 Instrument Penelitian

Lampiran 3 Angket Faktor Membaca

Lampiran 4 Hasil Angket Faktor Membaca Mahasiswa Lampiran 5 Perhitungan Angket Faktor Membaca

Lampiran 6 Perhitungan Skala Likert Angket Faktor Membaca Lampiran 7 Tes Kemampuan Membaca Kritis

Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Mahasiswa Lampiran 10 Perhitungan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Lampiran 11 Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

Lampiran 12 Perhitungan Setiap Aspek Membaca Kritis Lampiran 13 Transkip Hasil Observasi Transkip

Lampiran 14 Wawancara Dosen

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk memahami ide dan menyerap informasi dalam teks. Saat membaca seseorang akan mengalami proses berpikir untuk memahami ide dan gagasan secara luas. Seseorang melalui membaca dapat berkomunikasi dengan teks tanpa harus berhadapan langsung dengan penulisnya. Proses membaca sangat berkaitan dengan faktor pengembangan berpikir berdasarkan pengalaman yang dimiliki sehingga keterampilan membaca harus dimiliki dan dikembangkan oleh seseorang.

(24)

(perpustakaan.depkeu.go.id, 16/01/2012). Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang signifikan karena posisi Indonesia masih tetap di bawah 56 negara lain.

Kurangnya minat membaca juga mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia. Data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IEA), untuk kawasan Asia Timur, menyebutkan bahwa minta baca bangsa Indonesia berada diposisi terendah dengan skor 51,7 di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Data lainnya yang bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi (media.kompasiana.com, 17/052014).

(25)

penduduk Indonesia (bps.go.id). Persentase membaca masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi 1,28%, dari 18,94% pada tahun 2009. Masyarakat lebih suka mendapatkan informasi dari televisi dan radio daripada membaca. Jika setiap tahun persentase membaca selalu menurun, maka bangsa Indonesia akan semakin kesulitan untuk mengejar kemajuan bangsa lain.

Hasil penelitian Human Development Index (HDI) tahun 2013 tentang kemampuan membaca tingkatan melek huruf menyebutkan bahwa Indonesia peringkat ke-121 dari 186 negara dan 8 negara-teritori. Angka buta aksara terus menurun dan secara nasional tinggal 4,53 persen atau sekitar 3,6 juta jiwa dengan kelompok usia 15-59 tahun (care4kidsindonesia.org, 03/04/2014). Data tersebut dapat diketahui mengapa bangsa Indonesia ini tidak segera berkembang, karena 3,6 juta orang belum bebas dari buta huruf. Meskipun angka buta aksara terus menurun, namun hal ini masih menjadi masalah besar bagi kita semua dan sebagai akademis, kita mempunyai peran penting dalam menyelesaikan masalah tersebut demi Indonesia yang lebih baik.

(26)

sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan ide dan pendapatnya untuk membangun bangsa ini.

Kegiatan membaca kritis berhubungan dengan kegiatan berpikir kritis. Menurut Beck & Dole (dalam Burn, 1984) kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan mengolah bahan bacaan untuk menemukan makna, baik yang tersurat maupun yang tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, menilai, dan menciptakan. Berkaitan dengan paparan tersebut, maka kemampuan membaca kritis mahasiswa harus ditingkatkan. Di samping itu, kemampuan membaca tingkat pendidikan dasar dan menengah juga harus terus dikembangkan. Jika hanya memiliki kemampuan membaca melek huruf tanpa mampu menyerap informasi, daya saing Indonesia dengan negara lain akan terus rendah dan bangsa Indonesia tidak mampu keluar dari kebodohan dan kemiskinan.

(27)

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas A PBSI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan alasan (a) tidak lama lagi mahasiswa akan lulus dan memasuki dunia kerja serta diharapkan menjadi pendidik, (b) setiap hari aktivitas mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (c) meskipun belum menjadi budaya baca, aktivitas mahasiswa adalah membaca untuk menyerap dan mengkritisi informasi. Mahasiswa semester VI kelas A dipilih sebagai subjek penelitian karena masih ada kesempatan untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, apabila kemampuan yang dimiliki saat ini masih rendah.

Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan, maka perlu adanya strategi pembelajaran untuk kemampuan membaca kritis. Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Narbuko dan Achmadi, 2007:44). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 2008:75).

(28)

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

2. Bagaimana kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

3. Bagaimana strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

(29)

2. Mendeskripsikan kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

3. Mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun penjabaran manfaat penelitian sebagai berikut yakni :

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan membaca kristis mahasiswa dalam perkuliahan di kampus dan kemampuan tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan apabila suatu saat mereka menjadi pendidik.

2. Bagi Peneliti lain

(30)

1.5Batasan Istilah

Adapun batasan istilah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Membaca

Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula pada kata dan berlanjut kepada membaca kritis (Harjasujana dan Mulyati, 1997:5-25, dalam Dalman, 2013:6).

2. Membaca kritis

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dengan melakukan penilaian. Dalam membaca harus ada interaksi penulis dengan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk

pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72). 3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah kegiatan pengajaran untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek dan komponen menggunakan siasat tertentu (Mujiono, 1992, dalam Iskandarwassid, 2011:8).

1.6Sistematika Penulisan

(31)
(32)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti bersumber dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh penelitian lain. Peneliti beracuan pada penelitian yang berhubungan dengan membaca kritis. Penelitian yang masih relevan dengan penelitian ini ada dua penelitian. Peneliti menemukan dua topik penelitian mengenai membaca kritis yang berjudul “Tingkat Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta” oleh Desy

Sagitaria. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan membaca kritis siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta masih rendah. Hal itu terjadi karena strategi pembelajaran kurang bervariasi, kemampuan membaca kritis belum diperhatikan, dan hasil belajar siswa masih kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, setelah peneliti melakukan tes dua kali dapat diketahui hasil kemampuan membaca kritis siswa meningkat. Tingkat kemampuan membaca kritis siswa berada di tingkat sedang dan guru masih harus terus membantu untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa.

Penelitian kedua yaitu “Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Dengan Metode Inquiri Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Natalia Staffiany Devyta Sari. Dari penelitian

(33)

siswa SMA. Ada pun hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan membaca kritis sebagai berikut: banyak siswa yang tidak berkonsentransi saat membaca, bahan bacaan yang digunakan dalam membaca kritis terlalu panjang, siswa bermalas-malasan membaca, dan lebih suka membicarakan hal lain diluar topik pembelajaran. Oleh karena itu, hasil yang dicapai oleh siswa tidak maksimal. Namun, berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode inquiri dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis para siswa. Berdasarkan penelitian tersebut, yang pernah dilakukan oleh penelitian lain, maka peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan alasan lulusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia diharapkan akan menjadi pendidik sehingga kemampuam membaca kritis mahasiswa harus baik.

(34)

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Hakikat Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks bacaan. Farr (1984:5) mengemukakan “reading is the heart of education” yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Melalui membaca orang akan memperoleh pengetahuan dan memiliki wawasan yang luas sehingga pola pikir manusia akan berkembang.

Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Harjasunjana dan Mulyati, 1997:5-25 (dalam Dalman, 2013:6), membaca merupakan perkembangan keterampilan yang bermulai dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis. Mula-mula orang hanya membaca kata per kata lalu kalimat untuk memahami isi dan mulai berpikir tentang informasi yang telah dibacanya. Rusyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam penamilannya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.

(35)

konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan membaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dalan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.

Burn, Rose, dan Ross (dalam Dalman, 2013:7) menyatakan bahwa membaca suatu proses. Maksudnya kegiatan membaca itu terdiri atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan penulis pada pembaca. Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, dalam Dalman, 2013:7). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan membaca adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memahami pesan atau memperoleh informasi secara tertulis.

2.2.2 Faktor Membaca

(36)

a. Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

b. Faktor Intelektual dapat disebut juga istilah intelegensi. Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensidal tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Tingkat intelegensi membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.

c. Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Faktor lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut:

(37)

suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca. 2. Faktor sosial ekonomi orang tua dan lingkungan tetangga merupakan faktor

yang membentuk lingkungan rumah anak. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi anak semakin tinggi kemampuan verbal anak tersebut. Anak-anak yang yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak untuk berbicara mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak tersebut. 3. Faktor psikologis juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Faktor ini

mencakup hal-hal seperti motivasi, minat, kematangan sosio, emosi, dan penyesuasian diri.

Faktor membaca di atas sejalan dengan pendapat Johnson dan Pearson (dalam Amna, dkk, 2013:3) yang menyatakan bahwa faktor membaca dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah yang ada dalam diri pembaca. Faktor yang berada di dalam diri pembaca meliputi motivasi baca, sikap dan minat pembaca, kebiasaan membaca, kondisi emosi, kondisi kesehatan, pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya, pengetahuan tentang cara membaca, ketertarikan, kebermanfaatan, tingkat intelegensi pembaca, dan penguasaan bahasa.

b. Faktor Eksternal

(38)

suasana lingkungan dan waktu, teks, pengaruh budaya lisan, dan pengaruh media elektronik. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menggunakan faktor membaca menurut Johnson dan Pearson.

2.2.3 Jenis-Jenis Membaca

Terdapat dua jenis membaca yaitu membaca nyaring dan membaca senyap (dalam hati). Tarigan (1982:23) menyatakan membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Saat membaca, pembaca mengeluarkan suara sehingga orang lain bisa mendengarkannya. Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu pendapat Dalman (2013:48), menyebutkan membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.

(39)

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif ini meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Tarigan (1994:36) mengemukakan membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif ini meliputi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Adapun membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide, dan membaca kreatif. Membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca bahasa. Berdasarkan jenis-jenis membaca di atas, dalam penelitian ini akan lebih mendalam membahas mengenai membaca kritis.

2.2.4 Hakikat Membaca Kritis

(40)

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan menilai. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis dan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk

pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72). Dalam membaca kritis ini pembaca tidak hanya sekedar memahami isi bacaan, namun pembaca dituntut untuk berpikir, menilai, dan membuat batasan-batasan. Penilaian terhadap bacaan bisa berupa kelebihan dan kekurangan sebuah teks. Penilain ini juga sangat bermanfaat untuk penulis dan pembaca lain.

Pengertian membaca kritis di atas sejalan dengan pendapat Albert (dalam Tarigan, 2008:92) menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta analistis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Pendapat lain yang sama menyebutkan membaca kritis merupakan proses membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu karya tulis dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam bacaan itu dan membuat analisis yang diandalkan Harjasujana, 2005: 11 (dalam Pujiono, 2008:5).

(41)

berdasarkan realitas, dan menolak yang tidak sesuai dengan fakta. Dalam membaca, pembaca harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis.

Pujiono (2008), membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Mengolah secara kritis artinya dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris bacaan, atau istilahnya (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antarbaris (reading between the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines).

Membaca kritis tidak hanya memahami arti yang tersurat dalam teks, tetapi juga untuk membaca hal-hal yang tersirat. Dengan kata lain, membaca pesan yang tidak secara gamblang ditulis oleh penulis. Maka pembaca juga harus berpikir kritis tentang pesan penulis, mengapa penulis memberi pesan tersebut dan bagaimana penulisan menyampaikan pesan melalui teks. Membaca sambil berpikir kritis dapat mengetahui tujuan penulis menyampaikan pesan dan pembaca dapat membantu menentukan apakah teks itu baik atau buruk. Kemampuan membaca kritis diperlukan untuk menentukan nilai bahan bacaan layak dibaca atau tidak.

(42)

baik yang tersurat maupun tersirat melalui proses menginterpretasi, menerapkan konsep-konsep, menganalisis, menyimpulkan, menilai, dan memproduksi.

2.2.5 Aspek Membaca Kritis

Seseorang dikatakan mampu membaca kritis apabila seseorang itu dapat memberi tanggapan atau mengomentari isi suatu bacaan. Melalui tanggapan tersebut berarti ia telah berpikir kritis.

(43)

Tarigan (2005:93) mengungkapkan bahwa membaca kritis menuntut pembaca agar:

a. Memahami maksud penulis

Saat membaca serta memahami maksud penulis, pembaca perlu mencari paragraf pendahuluan suatu pernyataan mengenai maksud penulis dan uraian penjelasan terhadap maksud tersebut. Memperhatikan bagaimana cara penulis menentukan ruang lingkup pembicaraan. memperhatikan dengan saksama bagaimana cara penulis menentukan organisasi serta penyajian bahan, dan mencari maksud yang tersirat yang tersembunyi dalam bacaan.

b. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis

Pembaca harus yakin bahwa membaca untuk memahami informasi sebelum mengutarakan pendapat. Pemahaman selalu mendahului penilaian. Untuk dapat menilai, pembaca perlu menganalisis asumsi-asumsi dan praduga-praduga kita sendiri untuk mengetahui apakah kita sebagai pembaca berpikir secara jelas dan objektif atau tidak.

c. Memahami organisasi dasar tulisan

Membaca secara keseluruhan dan memahami setiap bagian penyajian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan.

d. Menilai penyajian pengarang

(44)

e. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari

Pembaca yang teliti dan kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang disajikan pada mereka, terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide yang menarik perhatian, memberi pertimbangan dan penilaian dan mengambil pendapat-pendapat mengenai hal-hal yang penting.

f. Meningkatkan minat membaca

Untuk meningkatkan minat membaca, perlu sekali kita berusaha menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma-norma-norma estetik, sastra, dan moral.

g. Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan

Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan yaitu bahan yang bermanfaat yang memenuhi kebutuhan dan tidak menyia-nyiakan waktu. Adapun prinsip tersebut yaitu (a) buku-buku yang pantas dibaca. Buku-buku dan majalah-majalah yang memberi laporan, menafsirkan, mengilhami, atau memperkarya kehidupan disamping memberi hiburan. Pilihan-pilihan tersebut dapat ditemui dalam karya tulis. Kalau buku tidak memenuhi salah satu atau lebih dari fungsi-fungsi tersebut, maka buku tersebut hampir tidak patut mendapat pertimbangan dan waktu yang serius. (b)Norma-norma kritik. Norma-norma digunakan untuk mengukur kebaikan-kebaikan suatu buku, film atau acara televsi sebelum dipublikasikan. Adapaun hal-hal yang dapat dipertimbangan dan dipikirkan dibawah tiga judul, yaitu norma estetik, sastra, dan moral.

(45)

penulis, menganalisis fakta dan opini, mengevaluasi tulisan, menyimpulkan dan menilai.

Pujiono (2008) dalam “Kunci Sukses Membaca Kritis” ada 16 keterampilan dalam membaca kritis yaitu (1) Keterampilan menemukan informasi faktual (detail bacaan), (2) Keterampilan menemukan ide pokok yang tersirat, (3) Keterampilan menemukan unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab akibat yang tersirat, (4) Keterampilan menemukan suasana (mood), (5) Keterampilan membuat simpulan, (6) Keterampilan menemukan tujuan pengarang, (7) Keterampilan memprediksi (menduga) dampak, (8) Keterampilan membedakan opini dan fakta, (9) Keterampilan membedakan realitas dan fantasi, (10) Keterampilan mengikuti petunjuk, (11) Keterampilan menemukan unsur propaganda, (12) Keterampilan menilai keutuhan gagasan, (13) Keterampilan menilai kelengkapan antargagasan, (14) Keterampilan menilai kesesuaian dan keruntutan antargagasan, (15) Keterampilan menilai kesesuai antara judul dan isi bacaan, dan (16) Keterampilan membuat kerangka bacaan.

Uraian di atas sejalan dengan aspek-aspek yang dikemukakan Nurhadi (2010:145-181). Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pembaca kritis yaitu

a. Kemampuan mengingat dan mengenali

(46)

bacaan, menyatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan, dan pembanding, unsur hubungan sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.

b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat

Seorang pembaca kritis harus menyadari bahwa penulis tidak hanya mengungkapkan gagasan secara tersurat tetapi juga secara tersirat. Untuk menggali makna tersebut diperlukan kepekaan interpretasi. Pembaca harus mampu dengan sendirinya menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya. Kemampuan-kemampuan menginterpretasi sebagai berikut: kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara kritis hubungan sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.

c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan

(47)

d. Kemampuan menganalisis isi bacaan

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernyataan-pernyataan dan lain sebagainya.

Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan memberikan gagasan utama bacaan, memberikan detail-detail atau fakta-fakta penunjang, mengklasifikasi fakta-fakta. dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

e. Kemampuan membuat sintesis

Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebuah teks bacaan, apapun bentuknya, biasanya merupakan sebuah kesatuan gagasan atau pesan.

Kemampuan membuat kesimpulan sebagai berikut: kemampuan membuat kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama bacaan, menentukan tema bacaan, menyusun kerangka bacaan, menghubungkan data-data sehingga diperoleh kesimpulan, dan membuat ringkasan.

f. Kemampuan menilai isi bacaan

(48)

pernyataan adalah fakta atau sekedar opini, menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan itu diangkat dari realitas ataukah fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang dalam menulis karangannya, menentukan relevansi anatara tujuan dengan pengembangan gagasan, menentukan keselerasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya. g. Kemampuan mencipta bacaan (menulis)

Kemampuan mencipta bacaan adalah kemampuan menyerap inti bacaan, membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru berdasarkan pengetahuan dari bacaan, dan mengembangkan/ menulis berdasarkan kerangka bacaan yang telah disusun.

Aspek-aspek yang dijelaskan Nurhadi di atas selaras dengan pemikiran Bloom mengenai jenjang kognitif. Ada tujuh jenjang kognitif menurut Bloom dan Anderson (dalam Arifin, 2008:18) yaitu

a. Pengetahuan (Knowledge)

(49)

b. Pemahaman (Comprehension)

Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran manusia, baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk grafik. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.

c. Penerapan (Application)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

d. Analisis (Analysis)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan menemukan pesan tersirat (memberikan atribut).

e. Menyimpulkan (Syntesis)

Kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama-sama untuk membentuk satu keseluruhan yang koheren, baru atau unik. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu menyimpulkan dan menyusun kembali

f. Menilai (Evaluasi)

(50)

g. Memproduksi (Creation)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan atau menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru, atau membuat produk sendiri. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang aspek kemampuan membaca kritis, maka peneliti memilih teori taksonomi Bloom dan dipadukan dengan teori Nurhadi mengenai aspek kemampuan membaca kritis guna melakukan penelitian. Adapun aspek membaca kritis yaitu (1) kemampuan mengenali dan mengingat , (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis isi bacaan, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.

2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran

Wiranataputra, 2010 (dalam Iskandarwassid, 2011:6) menyatakan strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

(51)

aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan.

Kedua pendapat tersebut berbeda dengan yang dikemukakan oleh Zaini dan Bahri 2003 (dalam Iskandarwassid, 2011:8), strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas, strategi pembelajaran yaitu kiat-kiat yang digunakan pengajar mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2.7 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Subyantoro dkk. 2014 (dalam Iskandarwassid, 2011:11) mengungkapkan jenis-jenis utama strategi belajar dilihat dari karakteristik belajar setiap individu yaitu:

a. Strategi Mengulang

(52)

b. Strategi Elaborasi

Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ3R. PQ3R singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca) , reflect (merefleksi), recite (mennayakan pada diri sendiri), dan review (mengulang secara menyeluruh).

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke jangka panjang.

c. Strategi Organisasi

Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi bagian yang lebih kecil. Bentuk strategi organisasi ini yaitu outlining, membuat garis besar yakni menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Mapping, lebih dikenal dengan pemetaan konsep. d. Strategi Metakognitif

Metagonitif berhubungan dengan peserta didik tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Metakognisi memiliki dua komponen, yakni pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian atau monitoring kognisi.

Selain strategi di atas terdapat pula strategi membaca menurut Wainwright (2007: 78-80) yaitu strategi PACER. Langkah-langkah untuk strategi PACER sebagai berikut:

(53)

b. Assess (menaksir), tujuan membaca dan materi bacaan. c. Choose (memilih), teknik yang tepat.

d. Expedite (mempercepat), peringatan untuk meningkatkan kembali kecepatan membaca setelah tertahan bagian yang sulit.

e. Review (meninjau ulang), membaca sepintas lalu untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan dan/atau untuk memperkuat pokok-pokok pikiran yang harus diingat.

Selain strategi yang sudah dijelaskan di atas, Ngalimun (2014:61-63) juga mengungkapkan strategi SQ3R untuk mengembangkan kemampuan membaca kritis. SQ3R merupakan strategi membaca yang terdiri dari lima langkah yaitu a. Survey (prabaca), strategi untuk mengenal bahan sebelum membaca secara

lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum dengan melihat judul, subjudul, dan sebagainya.

b. Question, mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Bisa menggunakan kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.

c. Read, membaca keseluruhan bahan bacaan. Baca bagian demi bagian sambil mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat pada langkah ke-2. Pada tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting. d. Recite, Setelah selesai membaca, berhentilah sejenak. coba jawab pertanyaan

(54)

Strategi KWL singkatan dari What I Know (apa yang ingin saya ketahui), What Do I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan What I Learned (apa yang telah saya pelajari). Scarcella (dalam Rahim, 2007:36-47) menyatakan bahwa K-W-L berguna untuk penjelajahan sebuah topik dan isi bacaan secara cepat. Keistimewaan K-W-L ialah memungkinkan pembaca menjajaki sebuah topik melalui multiple perspektif. Strategi ini menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. Langkah pembalajaran menggunakan KWL adalah sebagai berikut.

a. Langkah Whot I Know mencakup empat langkah, yaitu:

1) Membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan di baca.

2) Mencatat ide-ide mahasiswa tentang topik yang akan dibaca 3) Mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan 4) Memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengenai kategori ide. b. Langkah What Do I Want to Learn mencakup dua langkah, yaitu:

1) Membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan topik bacaan, dan

2) Membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.

c. Langkah What I Learned, dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri.

(55)

bukan lagi strategi sejenis PQ4R, PACER, SQ3R, atau KWL. Strategi yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah (a) mengenali dan mengingat, (b) memahami isi bacaan, (c) menerapkan konsep-konsep, (d) menganalisis isi bacaan, (e) membuat kesimpulan, (f) menilai, dan (g) memproduksi. Strategi inilah yang dipergunakan untuk pembelajaran kemampuan membaca kritis.

2.2.8 Teori Skala Likert

Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena (Sumanto, 2014:102). Pendapat tersebut sejalan dengan Riduwan (2002:12) mengemukakan skala likert digunakan untuk mengikur sikap, pendapat seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pernyataan skala likert terdapat dua bentuk pernyataan, yaitu bentuk pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap.

(56)

Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca Rentang Skor Kategori

0% - 20% Sangat Rendah

21% - 40% Rendah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Tinggi

81% - 100% Sangat Tinggi

Dalam skala likert, kemungkinan tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”,

melainkan dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5 = Sangat Setuju (SS), 4 = Setuju (S), 3 = Tidak Memiliki Pilihan (TMP), 2 = Tidak Setuju (TS), dan 1 = Sangat Tidak Setuju(STS). Skala ini pada dasarnya memperoleh dari data kualitatif yang dikuantitatifkan. Adapun cara mengerjakan skala likert menurut Suharso (2009:44) adalah:

1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian masing-masing jawaban diberi penilaian tertentu (misalnya 1,2,3,4,5).

2. Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk seluruh jawaban.

(57)

4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan menggunakan teknik summated rating.

2.2.9 Teori Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 2003:18). Asumsi dasar yang melandasinya adalah bahwa organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realita eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Susanto (2014:131) menyatakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah perangkat analisa yang sangat populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi.

(58)

Sagala (2007:140) juga mengemukakan analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan. Penelitian Peluang tidak akan berarti apabila pengajar tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang tersebut. Penelitian analisis SWOT ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor membaca yang dimiliki mahasiswa.

Kekuatan (Strengths) merupakan keunggulan yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga mampu membaca kritis sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan mahasiswa sehingga menjadi hambatan dalam membaca kritis. Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa sedangkan ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa. Dengan demikian, perencanaan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis disesuaikan dengan hasil analisis faktor membaca yang di analisis berdasarkan SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dan sudah dikaitkan dengan hasil tes kemampuan membaca kritis.

2.3 Kerangka Berpikir

(59)

mahasiswa dengan melakukan observasi, menyebarkan angket faktor membaca, menyebarkan tes kemampuan membaca kritis dan wawancara.

Kedua, mencari teori yang mendukung untuk analisis data dan data-data dianalisis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal. Terdapat 101 pernyataan (subindikator) dalam faktor membaca dan diklasifikasi ke dalam 11 indikator faktor internal dan 3 faktor eksternal. Dalam subindikator terdapat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Hasil perhitungan skala likert setiap subindikator diklasifikasi sikap positif dan sikap negatif. Setelah diklasifikasi dianalisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tes kemampuan membaca kritis diberikan untuk mengukur tingkat kemampuan membaca kritis mahasiswa. Sebelum melakukan analisis tes dilakukan perhitungan indek tingkat kesulitan butir soal untuk mengetahui apakah butir soal layak atau tidak layak. Setelah diketahui soal layak maka dilakukan perhitungan nilai masing-masing mahasiswa dan cari rata-rata nilai mahasiswa dan dimasukkan ke dalam kategori penilaian. Secara khusus peneliti juga melakukan analisis setiap aspek kemampuan membaca kritis yaitu mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menerapkan konsep-konsep, menganalisis, membuat kesimpulan, menilai, dan memproduksi. Analisis ini untuk mengatahui aspek apa saja yang sudah mampu mahasiswa capai dan aspek yang belum mampu mahasiswa capai. Kemudian aspek tersebut dikaitkan dengan analisis SWOT.

(60)

kemampuan membaca kritis dikaitkan dengan analisis SWOT, dan wawancara. Strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis mahasiswa. Secara lebih ringkas strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dapat dilihat pada skema sebagai berikut.

Skema 3.1 Kerangka Berpikir

Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis

Faktor Membaca Tes Kemampuan Membaca Kritis

Analisis SWOT

(61)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Sekaran (2006:158-162) mengungkapkan penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu dalam menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Suprapto, (2013:13) yang menyatakan penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap status, sikap, pendapat kelompok individu, perangkat kondisi dan prosedur, suatu sistem pemikiran atau peristiwa dalam rangka membuat deskripsi atau gambaran secara sistematik dan analik yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah aktual pada masa kini.

Narbuko dan Achmadi (2007:44) mengungkapkan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan karakteristik masalah yang sesuai dengan kondisi dan situasi subjek penelitian secara aktual. Penelitian ini melalui proses penyajian data, menganalisis dan menginterpretasi.

(62)

Narbuko dan Achmadi (2007:44) yang menyatakan tujuan penelitian deskriptif untuk pemecahan masalah secara sistematika dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.

Peneliti menggunakan penelitian ini bermaksud untuk mendeskipsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

3.2 Subjek Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 yang berjumlah 33 mahasiswa. Alamat kampus tersebut di Mrican Tromolpos 29 Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan April 2015. Di awal penelitian dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, angket, wawancara, dan tes kemampuan membaca kritis.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(63)

a. Tes

Tes adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan tentang peserta didik (Nurgiyantoro, 2010:105). Tes ini digunakan peneliti untuk menilai kemampuan membaca kritis mahasiswa. Data yang dikumpulkan adalah hasil kerja mahasiswa di setiap tes. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Suharso (2009:104), tes adalah untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan dasar atau prestasi seseorang sebagai subjek dalam penelitian.

b. Nontes

Nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan mahasiswa. Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

1. Angket (Kuesioner)

Angekt dilakukan untuk memperoleh analisis kebutuhan mahasiswa dalam membaca kritis. Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dijawab oleh reponden terpilih, dan merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian (Suharso, 2009:89).

2. Observasi

(64)

pengamatan yang dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan. Subjek (sebagai responden dalam kuesioner atau wawancara) dapat diamati dalam lingkungan kerja mereka sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan orang seperti studi, gerak-gerik, kebiasaan dalam bekerja, pernyataan yang dibuat, ekspresi wajah yang menunjukkan sukacita, arah, emosi lainnya, dan bahasa tubuh pun dapat diamati (diobservasi). Faktor lingkungan yang lain, seperti: tata tuang, kedekatan pengaturan kursi, dan sebagainya.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mahasiswa. Hal ini untuk mengetahui pandangan mereka mengenai kemampuan membaca kritis. Suharso (2009:83) mengungkapkan wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) kepada reponden guna menggali informasi atau data yang diinginkan untuk kebutuhan penelitian, khususnya penelitian survei dan eksplorasi.

3.4Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca kritis mahasiswa, sedangkan instrumen nontes berupa angket, pertanyaan wawancara dan pedoman observasi untuk mengetahui keaktifasan mahasiswa dalam membaca kritis.

1. Tes

(65)

Adapun kisi-kisi tes kemampuan membaca kritis dan butir soal tes dapat dilihat pada lampiran 2.

2. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian: responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapat tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut (Nurgiyantoro, 2010:91). Angket digunakan untuk mengetahui faktor membaca mahasiswa. Adapun kisi-kisi daftar angket dapat dilihat dalam lampiran 2.

3. Observasi

Observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2010: 93). Observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan dan aktivitas dosen. Adapun kisi-kisi obervasi kelas dapat dilihat dalam lampiran 2.

4. Wawancara

(66)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu menghitung angket faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis.

a. Angket Faktor Membaca

Peneliti dalam menghitung angket faktor membaca yaitu dengan skala likert. Menurut Riduwan (2002:15) untuk dapat menginterpretasi hasil nilai faktor membaca maka perlu mencari total skor angkat faktor membaca dengan rumus:

T = Total jumlah responden yang memilih Pn = Pilihan angka skor likert

Apabila total skor sudah diketahui kemudian interpretasi skor perhitungan. Untuk mendapat hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor ideal (X) dan skor rendah (Y). Adapun rumus penilaiannya sebagai berikut:

Agar dapat menginterpretasi hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa diperlukan rumus index % yaitu

Sebelum menginterpretasi kita harus mengetahui interval (jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen (I). Rumus interval yaitu I = 100/ jumlah skor likert (I = 100/5 =20). Berikut ini disajikan kategori interpretasi skor berdasarkan interval:

T x Pn

Skor Ideal (X) = skor tertinggi likert x jumlah responden Skor rendah (Y) = skor terendah liker x jumlah responden

(67)

Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca

Rentang Skor Kategori

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80% Tinggi

41% - 60% Cukup

21% - 40% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali

b. Tes Kemampuan Membaca

Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca kritis, peneliti melakukan penilaian tes dengan cara jawaban benar akan diberi skor (1) dan salah diberi skor (0). Jumlah benar dalam satu tes setiap mahasiswa menjadi nilai keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing mahasiswa lalu mencari rata-rata nilai mahasiswa dengan rumus (Nurgiyantoro, 2012:219) :

Setelah mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indek tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi jumlah responden. Adapun rumus ITK (Nurgiyantoro, 2012:196) :

Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) Semua butir soal dinyatakan layak jika indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai

Keterangan: X = rata-rata

Ʃx = jumlah seluruh skor mahasiswa

N = jumlah mahasiwa

ITK= Indeks tingkat kesulitan yang dicari FK = Jumlah jawaban benar

Gambar

grafik.   Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan,
Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca
Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca
Tabel 3.6 Kategori Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis semester VI Jurusan Bahasa dan Sastra Asing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang dalam menggunakan La

Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud kefatisan dalam wacana konsultatif pembimbingan skripsi pada program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) mahasiswa semester V Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraian dalam penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut, Hasil kemampuan membaca siswa pada mata

Melalui pengukuran jumlah kata yang terbaca dalam per menit tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan membaca cepat mahasiswa semester I Program Studi Pendidikan Bahasa

Mengacu pada rumusan masalah, temuan mengenai faktor yang menentukan sikap berbahasa Mahasiswa semester VI tahun 2019 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Melalui pengukuran jumlah kata yang terbaca dalam per menit tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan membaca cepat mahasiswa semester I Program Studi Pendidikan Bahasa

Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Isi Wacana Dengan Tes Rumpang Pembahasan Berdasarkan hasil tes, secara umum, mahasiswa Semester III Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra