• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Berdasarkan data angket gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik pada kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan, ternyata tidak ada siswa yang memiliki gaya belajar visual. Mayoritas siswa kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan memiliki gaya belajar auditori dengan total 12 siswa dan gaya belajar kinestetik dengan total 10 siswa. Siswa yang lain memiliki gaya belajar campuran. Hal ini dilihat dari jumlah skor yang seimbang antara beberapa gaya belajar. Gaya belajar campuran yang ada pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan adalah gaya belajar visual auditori sebanyak 1 siswa,

gaya belajar visual kinestetik sebanyak 1 siswa, gaya belajar auditori kinestetik sebanyak 3 siswa dan gaya belajar visual auditori kinestetik sebanyak 4 siswa.

Tidak adanya siswa yang memiliki gaya belajar visual sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelum penelitian berlangsung. Hasil observasi menunjukkan adanya kebiasaan dalam proses belajar mengajar yang tidak menuntut siswa untuk melakukan proses menggambar lingkaran sehingga sebagian besar siswa kesulitan dalam memvisualisasikan soal.

Berdasarkan analisis hasil wawancara dapat dilihat bahwa jawaban siswa menunjukkan konsistensi siswa dalam menjawab angket gaya belajar. Siswa gaya belajar auditori memenuhi beberapa indikator yaitu berbicara sendiri ketika belajar, menggerakkan bibir ketika membaca, lebih suka belajar dengan suasana tenang, menyukai musik dan tari serta senang bercerita.

Siswa gaya belajar kinestetik memenuhi beberapa indikator gaya belajar menurut Bobby De Potter. Indikator yang terpenuhi yaitu menggunakan jari untuk menunjuk ketika membaca, tidak dapat duduk diam dalam waktu lama, cepat merasa bosan ketika belajar teori namun senang ketika banyak praktik. Selain itu siswa juga menyukai banyak hal baru.

Siswa gaya belajar visual auditori memenuhi beberapa indikator visual dan auditori menurut Bobby De Potter. Indikator yang terpenuhiyaitu menyukai seni musik dan seni lukis, bisa konsentrasi dalam suasana tenang

dan kurang kondusif, dapat membayangkan materi yang membutuhkan visualisasi, dan berbicara sendiri ketika belajar.

Siswa gaya belajar visual kinestetik memenuhi beberapa indikator visual dan kinestetik menurut Bobby De Potter. Indikator yang terpenuhiyaitu dapat berkonsentrasi meski suasana kurang kondusif, menyukai pelajaran praktik maupun non praktik dan dapat mengingat letak geografis dengan mudah.

Siswa gaya belajar auditori kinestetik memenuhi beberapa indikator auditori dan kinestetik menurut Bobby De Potter. Indikator yang terpenuhiyaitu dapat belajar dalam suasana tenang maupun tidak tenang, menyukai praktik, senang mencoba banyak hal, dan belajar dengan cara menghafal serta berlatih soal.

Siswa gaya belajar visual auditori kinestetik memenuhi beberapa indikatori visual, auditori maupun kinestetik menurut Bobby De Potter. Indikator yang terpenuhiyaitu dapat belajar dengan suasana tenang maupun kurang tenang, lebih mudah memahami materi jika guru menjelaskan secara lisan dan menggambar, menyukai banyak hal, tidak kesulitan dalam menulis maupun bercerita dan menyukai praktik.

Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki gaya belajar sesuai dengan indikator yang disampaikan oleh Bobby De Potter. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan sesuai dengan hasil angket gaya belajar.

2. Kemampuan penalaran

Tabel 4.54. Tabel hasil kemampuan penalaran berdasarkan gaya belajar

Gaya Belajar Jumlah

siswa Rendah Sedang Tinggi Rata-rata

Visual 0 - - - -

Auditori 12 2 10 - 61 (sedang)

Kinestetik 10 - 7 3 68 (sedang)

Visual Auditori 1 - 1 - 56 (sedang)

Visual Kinestetik 1 - 1 - 64 (sedang)

Auditori Kinestetik 3 - 1 2 77 (sedang) Visual Auditori

Kinestetik 4 1 3 - 55 (sedang)

Secara keseluruhan, berdasarkan analisis kriteria kemampuan penalaran siswa kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan menunjukkan bahwa siswa memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penentuan kriteria kemampuan penalaran untuk rata-rata nilai dari gaya belajar auditori memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang, rata-rata nilai dari gaya belajar kinestetik memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang, rata-rata nilai dari gaya belajar visual auditori memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang, rata-rata nilai dari gaya belajar visual kinestetik memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang, rata-rata nilai dari gaya belajar auditori kinestetik memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang dan rata-rata nilai dari gaya belajar visual auditori kinestetik memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang. Dengan demikian dapat dikatakan, tidak ada gaya belajar yang memiliki tingkat kemampuan penalaran yang paling menonjol. Namun jika dilihat dari nilai tes kemampuan penalaran, gaya belajar yang memiliki rata-rata nilai paling tinggi adalah gaya belajar auditori kinestetik. Sedangkan,

gaya belajar yang memiliki rata-rata nilai paling rendah adalah gaya belajar visual auditori kinestetik.

Jika dilihat dari jumlah skor yang didapat, gaya belajar yang cenderung memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi yaitu gaya belajar auditori kinestetik dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar auditori kinestetik terdiri dari 3 orang siswa, dimana 1 siswa memiliki tingkat kemampuan penalaran sedang dan 2 siswa memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi dengan nilai rata-rata 77. Sedangkan, gaya belajar kinestetik terdiri dari 10 siswa dimana 7 siswa memiliki tingkat kemampuan penalaran sedangdan 3 siswa memiliki tingkat kemampuan penalaran tinggi dengan nilai rata-rata 68. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang sering mendengarkan dan banyak berlatih memiliki tingkat kemampuan penalaran yang tinggi pada materi garis singgung lingkaran.

Tabel 4.55. Tabel Jumlah Siswa yang memiliki Tingkat Kemampuan Penalaran Berdasarkan Presentase Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran

Gaya Belajar

Jumlah Siswa

Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3 Nomor 4

A 12 8 8 8 - K 10 8 8 6 4 9 1 VA 1 1 - - 1 1 - 1 - VK 1 1 - - 1 1 - 1 - AK 3 1 - 3 - 3 3 - VAK 4 1 3 1 3 3 1 4 -

Tabel 4.56. Tabel Presentase Tingkat Kemampuan Penalaran Berdasarkan Presentase Skor Hasil Tes Kemampuan Penalaran

Gaya Belajar

Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3 Nomor 4

A 33.33 % 66.67 % 33.33 % 66.67 % 66.67 % 33.33 % 100 % 0 % K 20 % 80 % 20 % 80 % 60 % 40 % 90 % 10 % VA 100 % 0 % 0 % 100 % 100 % 0 % 100 % 0 % VK 100 % 0 % 0 % 100 % 100 % 0 % 100 % 0 % AK 33.33 % 66.67 % 0 % 100 % 0 % 100 % 100 % 0 % VAK 25 % 75 % 25 % 75 % 75 % 25 % 100 % 0 % Keterangan :

V : Visual VA : Visual Auditori

A : Auditori VK : Visual Kinestetik K : Kinestetik AK : Auditori Kinestetik VAK : Visual Auditori Kinestetik

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki presentase kemampuan penalaran lebih unggul pada soal nomer satu adalah gaya belajar kinestetik dengan presentase 80% dan kemudian yang memiliki presentase lebih unggul kedua yaitu gaya belajar visual auditori kinestetik dengan presentase 75%. Pada soal nomor dua dapat dilihat bahwa siswa pada umumnya sudah memiliki tingkat kemampuan penalaran yang baik. Namun jika dilihat dari presentasenya, gaya belajar visual auditori, gaya belajar visual kinestetik dan gaya belajar visual auditori kinestetik memiliki tingkat kemampuan penalaran yang unggul dengan presentase 100%.

Soal nomor tiga dan empat merupakan soal kemampuanpenalaran yang mendalam. Pada soal nomor tiga, gaya belajar yang memiliki presentase tingkat kemampuan penalaran lebih unggul adalah gaya belajar auditori kinestetik dengan presentase 100% dan pada urutan yang kedua adalah gaya belajar kinestetik dengan presentase 40%. Pada soal nomor empat, gaya belajar yang paling unggul adalah gaya belajar kinestetik dengan presentase 10%.

Secara keseluruhan, sebagian besar jawaban siswa mendukung hasil pekerjaan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban siswa konsisten. Hasil wawancara pada aspek pertama menunjukkan gaya belajar yang memiliki aspek yang paling baik adalah gaya belajar kinestetik. Meskipun begitu, ada beberapa siswa yang juga memiliki aspek penalaran matematis yang baik pada aspek pertama ini.

Pada aspek penalaran matematis yang kedua, mayoritas siswa dapat menjelaskan jawabannya dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa pada aspek ini sudah merata dan baik meskipun ada siswa yang belum bisa menjelaskan dengan tepat. Diduga aspek ini mayoritas baik karena sebagian siswa menyebutkan bahwa guru sering memberikan soal yang setipe dengan soal nomer 2 ini.

Pada aspek penalaran matematis yang ketiga, gaya belajar yang memiliki kemampuan penalaran matematis paling baik yaitu gaya belajar auditori kinestetik. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa soal dengan tipe

seperti nomer tiga baru pertama kali dijumpai. Berdasarkan analisis peneliti, soal ketiga merupakan soal yang membutuhkan tingkat penalaran tinggi bagi siswa smp.

Pada aspek penalaran matematis yang keempat, gaya belajar yang memiliki kemampuan penalaran matematis paling baik yaitu gaya belajar kinestetik. Beberapa siswa dapat menjelaskan langkah-langkah pengerjaan dengan tepat namun tidak menuliskan dalam lembat jawabnya. Secara keseluruhan, siswa dapat memberikan pernyataan dengan tepat namun tidak dapat menunjukkan bukti atas pernyataannya.

Secara umum hasil observasi kemampuan penalaran menunjukkan adanya konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal tes kemampuan penalaran dan wawancara kemampuan penalaran. Berdasarkan hasil analisis, secara umum siswa masih kurang dalam menggambarkan sketsa gambar dari soal. Hal ini diduga karena sedikitnya siswa yang memiliki gaya belajar visual. Meskipun begitu, sebagian besar siswa dapat menuliskan langkah matematis dan dapat menarik kesimpulan terlepas dari benar atau salahnya kesimpulan tersebut. Sebagian besar siswa juga kurang dalam menyusun bukti dari pernyataan yang dibuatnya.

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan memiliki gaya belajar auditori. Secara keseluruhan, tingkat kemampuan penalaran yang dimiliki dari masing-masing gaya belajar yaitu tingkat kemampuan penalaran sedang. Tidak ada gaya belajar yang memiliki

tingkat kemampuan penalaran matematis yang paling menonjol. Jika dilihat dari rata-rata hasil tes kemampuan penalaran matematis yang memiliki rata-rata tertinggi adalah gaya belajar auditori kinestetik dan terendah adalah gaya belajar visual auditori kinestetik. Jika dilihat dari aspek penalaran matematis, gaya belajar kinestetik memiliki aspek yang paling baik pada aspek pertama dan keempat, gaya belajar auditori kinestetik memiliki aspek yang paling baik pada aspek ketiga dan pada aspek kedua semua gaya belajar memiliki aspek penalaran matematis yang baik. Secara umum, siswa lemah dalam membuat sketsa gambar dan menyusun bukti dari suatu pernyataan namun sudah baik dalam menyusun langkah-langkah penyelesaian.

Setiap gaya belajar sebenarnya memiliki peluang yang sama dalam memaksimalkan kemampuan penalaran matematika dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran, namun diduga ada beberapa hambatan sehingga proses memaksimalkan kemampuan tersebut terhalang. Hambatan tersebut disebut dengan kesulitan belajar matematika. Menurut Lerner (1981:357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, dua diantaranya sebagai berikut :

a. Kesulitan mengenal dan memahami simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol-simbol matematika seperti dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan visual.

b. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis (Johson&Myklebust, 1967:244). Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbenuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

Dua kesulitan tersebut dapat dilihat dalam analisis berdasarkan gaya belajar dimana beberapa anak mengalami kelalaian dalam perhitungan, dan tidak dapat mengerti atau bingung akan langkah penyelesaian yang akan diambil. Hal ini semakin dikuatkan dengan sedikitnya anak yang memiliki gaya belajar visual sehingga mengalami kesulitan dalam mengenal dan memahami simbol yang ada.

Dokumen terkait