BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti telah berlangsung sesuai dengan perencanaan peneliti. RPP yang dibuat oleh peneliti telah dilaksanakan dalam penelitian dengan sangat baik. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa kelas V SD N Sarikarya. Adapun tabel indikator pencapaian yang telah disusun peneliti dari kondisi awal, target pencapaian, dan kondisi akhir setelah pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 37.
97
Tabel 37. Indikator Pencapaian Indikator Deskriptor Target
Capaian Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kesadaran akan nilai demokrasi
Jumlah siswa yang mendapat skor kesadaran minimal cukup dibagi jumlah seluruh sisswa x 100%
69, 69% 39, 39% 57, 57% 81, 81% 1. Menyadari
akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan 2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya
Jumlah siswa yang mendapat skor kesadaran minimal cukup dibagi jumlah seluruh sisswa x 100%
78, 78% 45, 45% 66, 66% 87, 87%
1013. Menyadari akan sarana- sarana serta cara- cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan
Jumlah siswa yang mendapat skor kesadaran minimal cukup dibagi jumlah
seluruh sisswa x 100% 90. 90% 51, 51% 72, 72% 93, 93% 4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwjudnya nilai yang diharapkan
Jumlah siswa yang mendapat skor kesadaran minimal cukup dibagi jumlah seluruh sisswa x 100% 75, 75% 42, 42% 60, 60% 81, 81% 5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya
Jumlah siswa yang mendapat skor kesadaran minimal cukup dibagi jumlah seluruh sisswa x 100%
63,63% 36, 36% 51, 51% 69, 69%
nilai yang menjadi tujuan.
Berdasarkan tabel 37. Indikator Pencapaian, dapat diketahui bahwa pelaksanaan siklus I belum mencapai target capaian yang ditetapkan peneliti dan guru. Hal ini berarti pelaksanaan siklus I belum berhasil sehingga peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke siklus II. Penerapkan model pembelajaran PPR dalam proses pembelajaran PKn di kelas V SD N Sarikarya telah mampu meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa. Peningkatan proses pembelajaran terbukti dengan meningkatnya kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa yang terdiri dari lima indikator dan masing-masing indikator telah mengalami penigkatan walaupun dalam siklus I belum mencapai target pencapaian yang ditetapkan peneliti dan guru sehingga dilanjutkan pada Siklus II. Indikator kesadaran yang pertama adalah menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan, pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 23 siswa yang memiliki kesadaran atau 69, 69% dari jumlah seluruh siswa. Setelah melaksanakan tindakan siklus I hanya terdapat 19 siswa yang memiliki kesadaran atau 57, 57% dari jumlah seluruh siswa sehingga dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II terdapat 27 siswa atau 81, 81% dari jumlah seluruh siswa yang memiliki kesadaran sehingga telah memenuhi target minimal 23 siswa yang memiliki kesadaran atau 69, 69% dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa di Indikator 1 telah meningkat hasil pencapaian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II lebih banyak siswa yang menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan dibandingkan di kondisi awal. Hal yang mendukung peningkatan indikator pertama yaitu menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan dibuktikan dengan siswa yang senang mengerjakan tugas kelompok. Ketika diminta untuk membuat kelompok siswa dengan antusias langsung
99
membentuk kelompok dan berdiskusi serta memberikan tanggapan, siswa satu sama lain saling mendengarkan pendapat siswa lain dalam satu kelompok. Foto yang terdapat dalam lampiran merupakan salah satu bukti peningkatan kesadaran siswa akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
Peningkatan kesadaran akan nilai demokrasi juga terjadi pada indikator kesadaran yang kedua. Indikator kesadaran yang kedua adalah menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya, pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 26 siswa yang memiliki kesadaran atau 78, 78% dari jumlah seluruh siswa. Setelah melaksanakan tindakan siklus I hanya terdapat 22 siswa yang memiliki kesadaran atau 66, 66% dari jumlah seluruh siswa sehingga dilanjutkan pada siklus II
Pada siklus II terdapat 29 siswa atau 87, 87% dari jumlah seluruh siswa yang memiliki kesadaran sehingga telah memenuhi target minimal 26 siswa yang memiliki kesadaran atau 78, 78% dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa di Indikator kedua telah meningkat hasil pencapaian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II lebih banyak siswa yang menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya dibandingkan di kondisi awal. Hal yang mendukung peningkatan indikator kedua adalah foto yang terdapat dalam lampiran dimana terlihat siswa sangat antusias untuk berdiskusi atau musyawarah dimana siswa menyadari dengan musyawarah yang mana setiap anggota kelompok diperbolehkan mengutarakan pendapatnya maka permasalahan akan lebih mudah diselesaikan. Siswa juga dengan kesadarannya membentuk kelompok diskusinya sendiri.
Pada Indikator ketiga terjadi peningkatan. Indikator kesadaran yang ketiga adalah menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan, belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 30 siswa
yang memiliki kesadaran atau 90, 90% dari jumlah seluruh siswa. Setelah melaksanakan tindakan siklus I hanya terdapat 24 siswa yang memiliki kesadaran atau 72, 72% dari jumlah seluruh siswa sehingga penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II.
Pada siklus II terdapat 31 siswa atau 93, 93% dari jumlah seluruh siswa yang memiliki kesadaran sehingga telah memenuhi target minimal 30 siswa yang memiliki kesadaran atau 90, 90% dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa di Indikator 3 telah meningkat hasil pencapaian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II lebih banyak siswa yang menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan dibandingkan di kondisi awal. Foto yang terdapat dalam lampiran pada saat siswa sedang melakukan
permainan „Gelas Lari‟ merupakan salah satu bukti peningkatan kesadaran
akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan, dimana siswa dengan kompak saling mendengarkan pendapat teman sehingga siswa mampu bekerjasama.
Indikator kesadaran akan nilai demokrasi yang keempat juga mengalami peningkatan. Indikator kesadaran yang keempat adalah menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan, belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 25 siswa yang memiliki kesadaran atau 75, 75% dari jumlah seluruh siswa. Setelah melaksanakan tindakan siklus I hanya terdapat 20 siswa yang memiliki kesadaran atau 60, 60% dari jumlah seluruh siswa.
Pada siklus II terdapat 27 siswa atau 81, 81% dari jumlah seluruh siswa yang memiliki kesadaran sehingga telah memenuhi target minimal 25 siswa yang memiliki kesadaran atau 75, 75% dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa di Indikator 4 telah meningkat hasil pencapaian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II lebih banyak siswa yang menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan
101
dibandingkan di kondisi awal. Landasan lain yang membuktikan bahwa indikator keempat juga mengalami peningkatan kesadaran adalah foto ketika siswa melakukan permainan yang mana siswa mau mendengarkan pendapat siswa lain serta percaya akan kemampuan temannya. Seperti yang telah diketahui bahwa rasa percaya merupakan salah satu nilai yang ada dalam demokrasi. Inti dari permainan ini adalah kerjasama dan rasa percaya dimana siswa telah mampu membuktikan bahwa mereka memiliki rasa percaya terhadap anggota kelompoknya.
Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi pada Indikator kelima. Indikator kesadaran yang kelima adalah menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan, belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 21 siswa yang memiliki kesadaran atau 63, 63% dari jumlah seluruh siswa. Setelah melaksanakan tindakan siklus I hanya terdapat 17 siswa yang memiliki kesadaran atau 51, 51% dari jumlah seluruh siswa.
Pada siklus II terdapat 23 siswa atau 69, 69% dari jumlah seluruh siswa yang memiliki kesadaran sehingga telah memenuhi target minimal 21 siswa yang memiliki kesadaran atau 63, 63% dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa di Indikator 5 telah meningkat hasil pencapaian setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II lebih banyak siswa yang menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan dibandingkan di kondisi awal. Peningkatan yang terjadi pada indikator kelima salah satunya dapat dilihat dari foto yang terdapat dalam lampiran yang mana siswa dalam kelompok membagi tugas masing- masing pada tiap anggota kelompoknya sesuai dengan kemampuan siswa.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tiga hal yang diuraikan peneliti. Tiga hal tersebut adalah kesimpulan, keterbatasan, dan saran.
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam upaya meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi siswa kelas V SD Negeri Sarikarya untuk standar kompetensi menghargai keputusan bersama pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014 dilakukan dengan cara menerapkan setiap langkah-langkah pembelajaran yang ada dalam model Paradigma Pedagogin Reflektif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pada setiap langkahnya peneliti bekerjasama dengan guru menekankan akan arti penting dari nilai demokrasi khususnya pada langkah refleksi dan aksi, yang mana akhirnya dapat meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi.
5.1.2. Penggunaan Paradigma Pedagogi Reflektif berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran akan nilai demokrasi pada siswa kelas V SD Negeri Sarikarya untuk standar kompetensi menghargai keputusan bersama pada semester genap tahun ajaran 2013/ 2014 hal ini dibuktikan dengan ketercapaian pada setiap indikator kesadaran. Pada indikator pertama yaitu menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan dari kondisi awal 13 siswa yang memiliki kesadaran atau 39, 39% dari jumlah seluruh siswa menjadi 27 siswa yang memiliki kesadaran atau 81, 81% dari jumlah seluruh siswa. Pada indikator kedua yaitu menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya dari kondisi awal 15 siswa yang memiliki kesadaran atau 45, 45% dari jumlah seluruh siswa menjadi 29 siswa yang memiliki kesadaran atau 87, 87% dari jumlah seluruh siswa. Pada indikator ketiga yaitu menyadari akan sarana-sarana serta cara- cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan dari kondisi awal 17 siswa yang memiliki kesadaran atau 51, 51% dari
103
jumlah seluruh siswa menjadi 31 siswa yang memiliki kesadaran atau 93, 93% dari jumlah seluruh siswa. Pada indikator keempat yaitu menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang diharapkan dari kondisi awal 14 siswa yang memiliki kesadaran atau 42, 42% dari jumlah seluruh siswa menjadi 27 siswa yang memiliki kesadaran atau 81, 81% dari jumlah seluruh siswa. Terakhir pada indikator kelima yaitu menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan dari kondisi awal 13 siswa yang memiliki kesadaran atau 39, 39% dari jumlah seluruh siswa menjadi 26 siswa yang memiliki kesadaran atau 69, 69% dari jumlah seluruh siswa.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Kegiatan dalam penelitian yang telah diadakan masih terdapat kekurangan dalam proses pelaksanaannya. Kekurangan tersebut disebut sebagai keterbatasan penelitian. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut:
5.2.1. Penggunaan model PPR dalam KBM memerlukan pemahaman lebih kerena dalam proses pembelajarannya terdapat kegiatan refleksi dan aksi yang berbeda dari kegiatan pembelajaran dengan model lain. 5.2.2. Pembentukan kelompok dengan anggota lebih dari empat orang
menurut guru kurang efektif karena memerlukan waktu untuk mengatur dan cenderung hanya empat orang saja yang mengerjakan lembar diskusi.
5.3. Saran
Terdapat beberapa saran dari peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan. Berikut saran yang diberikan oleh peneliti:
5.3.1. Bagi sekolah
Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat menjadi referensi bagi sekolah untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah
5.3.2. Bagi guru kelas
Sebaiknya dalam pembelajaran PKn di SD, menggunakan model pembelajaran seperti PPR sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan dapat menjadi inovasi bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.
5.3.3. Bagi siswa
Model pembelajaran PPR dapat menjadi salah satu alternatif bagi siswa untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi khususnya dalam mata pelajaran PKn.
5.3.4. Bagi peneliti lain
Model pembelajaran PPR dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan peneliti dalam menyusun sebuah karya ilmiah.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab & Sapriya. (2011). Teori & Landasan pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Penerbit Alfabeta
Adheyanto, Nicodemus Yordan. (2012). Peningkatan Sikap, Minat, dan Prestasi Siswa dengan Pendekatan Pedagogi Reflektif pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Kanisius Gayam Semester Genap Tahun Pelajaran
2010/2011. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Penerbit Alfabet.
Given, K. (2007). Brain-Based Teaching : Merancang kegiatan belajatmengajar yang melibatkan otak emosional, social, kognitif, dan reflektif. Bandung: Kaifa
Hendra Nurtjahjo. (2006). Filsafat Demokrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Indrayati, Helena Tiwi. (2011). Efektivitas Perkembangan Nilai Kemanusiaan
dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Lolopayung, Agata. (2011). Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif di Kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Tahun Pelajaran 2010/2011. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius
Masidjo. (2010). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
P3MP-USD. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Subagyo. (2010). Paradigma Pedagogi Reflektif mendampingi peserta didik menjadi cerdas & berkarakter. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Suhatman, A. (2009). Meyadarkan Kesadaran. Medik. 3, 46 -47
Tukiran Taniredja, dkk. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan: Paradigma
Terbaru untuk Mahasiswa. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Wahana, Paulus. (2004). Nilai etika Aksiologi Max Scheler. Yogyakarta: kanisius Wiharyanto, Kardiyat. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan Nilai-
Nilai Pancasila. Yogyakarta: Sahabat Setia
Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yunus, Firdaus M. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Yogyakarta:
107
LAMPIRAN
PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
Silabus Pembelajaran
109
SILABUS PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD Negeri Sari Karya
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : V / 2
Standar Kompetensi : 4. Menghargai keputusan bersama
Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Indikator Pencapaian Kompetensi Kegiatan pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber /Bahan Prosedur Penilaian Tehnik Penilaian Contoh Instrume n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kompetensi Dasar 4.1 Mengenal bentuk- bentuk keputusan bersama 4.2 Mematuhi keputusan bersama PKn Bentuk- bentuk keputusan bersama Mematuhi keputusan bersama Competence Menjelaskan pengertian keputusan Menyebutkan akibat dari pengambilan keputusan Menjelaskan cara-cara menentukan kesepakatan Pertemuan 1 Kegiatan Awal
Salam, do‟a, absensi
Apersepsi
- Guru memutarkan video tentang kegiatan
keseharian
- Guru menceritakan kegiatan pagi hari yang dilakukan sebelum berangkat sekolah mulai dari bangun tidur.
Proses Tes Tes Non Tes Sebutkan 5 akibat dari tidak mengerja kan tugas (PR) yang diberikan guru untuk dikerjaka n dirumah! 4 Pertemuan (35menit X 8 JP ) 1. Buku teks 2. Diri Anak 3. Lingku ngan 4. Video 5. Benda di sekitar siswa 6. Aneka
musyawarah Menghargai suara terbanyak dalam musyawarah Menjelaskan manfaat bermusyawara h mufakat Menyebutkan prinsip yang harus dipegang pada saat melakukan musyawarah mufakat Mendukung teman yang sedang berpendapat tentang manfaat musyawarah sebelum memutuskan kegiatan apa yang dilakukan, guru terlebih dahulu memilih dari pilihan-pilihan yang ada. - Guru menanyakan
pengalaman salah satu siswa mulai dari bangun tidur tentang keputusan yang ia ambil dari berbagai pilihan.
- Dari kegiatan tersebut guru menjelaskan bahwa hari ini siswa akan belajar tentang pengambilan keputusan sendiri.
Motivasi
Guru menceritakan tentang manfaat dari mengambil keputusan.
Orientasi
Siswa mendapat penjelasan dari guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan hari tersebut.
7. Tongka t 8. Gelas
111 mufakat Menyebutkan akibat dari tidak mematuhi keputusan bersama Menjelaskan hal yang harus dipahami setelah keputusan bersama disepakati. Consience Mengikuti kegiatan kerja kelompok mengenai akibat dari pengambilan keputusan Mengikuti kegiatan kerja kelompok Kegiatan Inti
Dari apresepsi guru
mendorong siswa pada sebuah pengertian dari keputusan yaitu pilihan yang diambil seseorang, untuk
dilaksanakan, dari berbagai macam pilihan-pilihan yang tersedia.
Siswa diberi penjelasan bahwa keputusan dapat berupa peraturan
Siswa diajak oleh guru untuk membentuk kelompok yang terdiri atas 4-5 orang, yang kemudian mengerjakan LAS Guru meminta salah satu kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya.
Guru membahas LAS. Siswa mendapat penjelasan bahwa sebuah keputusan yang kita ambil dapat menimbulkan akibat.
Siswa dalam kelompok diminta untuk mengerjakan
sikap bekerjasama dengan anggota kelompok Compassion Terlibat aktif dalam diskusi kelompok mengenai akibat dari pengambilan keputusan Terlibat aktif dalam diskusi kelompok Terlibat aktif dalam diskusi kelompok mengenai musyawarah mufakat Terlibat aktif dalam diskusi
Guru membahas LAS. Refleksi
Tindakan Kegiatan Akhir
Evaluasi
Untuk menguji ketercapaian pembelajaran guru
memberikan tes. Tindak lanjut
-Guru meinta siswa untuk membaca materi selanjtnya di rumah
Salam, Doa Penutup
Pertemuan 2 Kegiatan Awal
Salam, do‟a, absensi
Apersepsi
- Guru melakukan
tanyajawab tentang materi sebelumnya, yaitu tentang keputusan
- Guru menampilkan gambar suku-suku pedalaman - Siswa diminta untuk
113
kelompok menjwab dari wilayah manakah suku tersebut. - Guru menjelaskan bahwa
dalam kehidupan masyarakat suku-suku pedalaman keputusan dan peraturan yang ada seringkali merupakan keputusan mutlak yang dibuat oleh para pemimpinnya.
- Siswa mendapat penjelasan bahwa hari ini mereka akan belajar tentang keputusan, yaitu keputusan mutlak para pemimpin dan keputusan suara terbanyak. Motivasi
Guru menceritakan tentang manfaat belajar bentuk-bentuk keputusan bersama.
Orientasi
Siswa mendapat penjelasan dari guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan hari tersebut.
Guru menjelaskan bahwa pengambilan keputusan bersama dapat melalui berbagai cara seperti keputusan mutlak para pemimpin.
Siswa mendapat penjelasan bahwa dalam masyarakat tradisional keputusan bersama dapat ditentukan oleh para pemimpin.
Guru menyebutkan selain keputusan mutlak para pemimpin masih ada cara lain untuk menentukan keputusan bersama yaitu keputusan suara terbanyak.
Guru menanyakan pada siswa apakah ada yang tahu tentang pemilu yang akan diadakan pada bulan april?
Siswa mendapat penjelasan bahwa pemilu merupakan contoh dari pengambilan keputusan bersama dalam
115
bentuk suara terbanyak Guru memperihatkan video tentang situasi pemilu. Guru menanyakan pada siswa bagaimanakan menentukan keputusan pada pemilu. Dari tanya jawab tersebut guru mendorong siswa pada sebuh kesimpulan bahwa suara terbanyaklah yang memenangkan ataupun menjadi keputusan. Guru meminta siswa untuk mengerjakan LAS.
Setiap kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Berdasarkan LAS yang dikerjakan setiap kelompok membacakan peraturan kelas yang telah dibuanya
kemudian meminta persetujuan dari siswa lain dalam kelas tersebut, peraturan yang mendapat suara terbanyaklah yang
Refleksi Tindakan Kegiatan Akhir
Evaluasi Tindak lanjut Salam, Doa Penutup
Pertemuan 3 Konteks
Salam, doa, absensi Apersepsi - Guru menceritakan pengalaman musyawarah/diskusi yang pernah dilakukan - Guru menuliskan pertanyaan pada sehelai kertas, lau kertas tersebut dibulatkan seperti bola. - Bola yang berisi
pertanyaan kemudian dilemparkan kearah siswa. Siswa yang mendapat bola kertas harus menjawab pertanyaan yang tertera
117
dalam bola tersebut. Pertanyaan yang dapat dituliskan berupa
- Guru melakukan aktivitas ini untuk beberapa siswa. Guru menuntun siswa untu sampai pada pemahaman akan pengertian
musyawarah mufakat, jumlah peserta, dan alasan orang bermusyawarah mufakat.
Motivasi
Guru menceritakan tentang manfaat belajar musyawarah. Orientasi
Siswa mendapat penjelasan dari guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan hari tersebut.
Kegiatan Inti
Guru mengulang kembali pengertian dari musyawarah mufakat.
Siswa diajak oleh guru untuk membentuk kelompok yang
kemudian mengerjakan LAS Setiap anggota menceritakan kegiatan-kegiatan
musyawarah yang pernah mareka ikuti, lihat, atau baca. Perwakilan setiap kelompok membacakan hasil diskusi yang mereka lakukan. Guru melakukan
pembelajaran dengan metode
Talking Stick -Guru memberikan penjelasan singkat mengenai Konsep musyawarah Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ssaat musyawarah Manfaat musyawarah
Prinsip yang harus dipegang saat melaksanakan musyawarah mufakat. - Siswa diberi waktu untuk
119
materi, baik dari hasil diskusi mereka atau dari buku teks
- Guru meminta siswa menutup buku
- Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa - Siswa yang menerima
tongkat/ stick harus menjawab pertanyaan dari guru.
- Setelah siswa pertama selesai menjawab, tongkata berpindah dari siswa lain secara estafet. Pada saat tongkat stick berpindah dari siswa ke siswa lain, siswa menyayikan sebuah lagu. Siswa yang
memegang stick saat lagu berahir adalah siswa yang harus menjawab
pertanyaan dari guru. - Refleksi
- Tindakan
Evaluasi
Untuk menguji ketercapaian pembelajaran guru
memberikan tes. Tindak lanjut
Salam, Doa Penutup
Pertemuan 4 Konteks
Salam, doa, absensi Apersepsi
- Guru melakukan
tanyajawab tentang materi sebelumnya, yaitu tentang keputusan musyawarah mufakat
- Guru mengajak siswa untuk pergi ke lapangan sekolah untuk melakukan
permaian „gelas lari‟