• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan

Berdasarkan Data Keseluruhan

Hasil deskripsi data yang didapat melalui kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami, menghayati, dan dapat menerima serta mengikuti proses Kepangudiluhuran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan pada setiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal.

Pada nilai keseluruhan variabel evaluasi pendidikan kepangudiluhuran ini, ada tiga aspek yang ingin diketahui dalam bentuk pernyataan yaitu aspek pengetahuan, aspek penghayatan, dan aspek proses. Dari data keseluruhan N Valid 163 ini dapat di lihat nilai rata-rata (mean) 73, responden yang masuk kualifikasi baik 129 (79%), 9 responden masuk kualifikasi sangat baik (6%), 25 responden masuk kriteria kurang (15%), dan tidak ada responden yang masuk kriteria sangat kurang (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi baik keatas jumlahnya lebih banyak dari respoden dengan kualifikasi kurang ke bawah. Dengan demikian pendidikan kepangudiuluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta baik, dalam arti dapat diterima, nilai-nilai kepangudiluhuran dipahami serta diupayakan dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa-siswi menerima, memahami, dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran tersebut didukung oleh lingkungan dan proses kepangudiluhuran itu sendiri dalam kelas.

Theo (2004) mengatakan pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Pendidikan nilai merupakpkan proses dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Theo, para Bruder FIC perlu meningkatkan penerapan mengenai pendidikan kepangudiluhuran kepada para siswa/siswi di sekolah-sekolah. Dengan menerapkan pendidikan kepangudiluhuran tentunya akan meningkatkan pengetahuan, dan penghayatan kepangudiluhuran.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran

berdasarkan Data Setiap Aspek

a. Aspek Pengetahuan

Dalam aspek pengetahuan ini yang diungkap responden untuk mengukur pemahaman terhadap pendidikan kepangudiluhuran yaitu: percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, sikap saleh, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat

nilai rata-rata (mean) 8,7. Responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 87 orang (53%), 48 responden yang masuk kualifikasi Sangat Baik (29%). 24 responden yang masuk kualifikasi Cukup 24 (15%), sedangkan 3 responden masuk kualifikasi Kurang (3%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk kualifikasi Baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kualifikasi Cukup ke bawah. Hal ini berarti responden mengetahui dan memahami pendidikan kepangudiluhuran.

Hasil wawancara juga mendukung data tersebut di atas. bahwa ke lima responden mengetahui, memahami pelajaran kepangudiluhuran dan dapat memberi contoh konkreet dari pemahaman terebut. Dalam wawancara tersebut, tidak semuanya diwawancara ke responden. 5 dari 11 item yang diwawancarai oleh penulis. Namun 5 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya.

Menurut Sugiyono (2006:12) fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi. Imformasi-informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya, memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta didik dalam kelompoknya, memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik, menilai hasil yang dicapai para pelajar dan memperbaiki materi dan program pendidikan. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sudijono evaluasi pelajaran kepangudiluhuran perlu di tingkatkan dan dilaksanakan secara berkala agar dapat memotivasi semangat para siswa.

b. Aspek Penghayatan

Dalam aspek ini yang diungkap responden adalah rendah hati, semangat dan keteguhan hati, sikap bijaksana, teladan baik, dan mencintai para bruder. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner N 163 didapat nilai rata-rata (mean) 19,0 dengan jumlah responden yang masuk kualifikasi Sering sebanyak 86 orang (53%), 65 responden yang masuk kualifikasi Selalu (40%), 12 responden yang masuk kualifikasi Kadang-kadang (7%). Tidak ada responden dengan kualifikasi

Tidak Pernah (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk

kualifikasi sering ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria kadang-kadang ke bawah. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengupayakan dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran dalam kehidupan sehari-hari.

Data di atas ini didukung pula dengan hasil wawancara yaitu pengalaman responden dalam menghayati sikap rendah hati. Melalui pengalaman yang sederhana seperti meminta bantuan teman-teman di saat tidak mengerti dan memahami mata pelajaran yang sulit, memberi kolekte untuk pembangunan gereja meskipun kecil, merupakan bagian dari penghayatan sikap rendah hati. Dalam wawancara tersebut, ada item yang tidak diwawancara. 3 dari 6 itemr yang diwawancara oleh penulis. Namun 3 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya.

Sugi (2011:23) mengatakan di zaman sekarang ini banyak orang cendrung hidup secara individu, tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini menjadikan orang tidak peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan

tanggungjawab sosialnya, yaitu ikut berperan serta bertanggungjawab memperhatikan orang lain. Biasanya orang justru lebih mudah menyalahkan orang miskin, menderita, dan bersalah.

Menurut Darminta, SJ (2006:24) nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu. Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada. (Luk 12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai-nilai penggerak utama dalam hidup kita karena nilai-nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan kemudian kita laksanakan.

c. Aspek Proses

Dalam aspek ini yang diungkap responden yakni profesionalitas guru, materi, tujuan, proses, sarana, suasana kelas, dan evaluasi. Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat nilai rata-rata (mean) 54,2 dengan responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 106 orang (65%), 42 responden masuk dalam kualifikasi Sangat Baik (26%), 15 responden yang masuk ke dalam kualifikasi Kurang (15%), dan tidak ada responden masuk dalam kualifikasi Sangat Kurang (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang

masuk kualifikasi baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria kadang-kadangl ke bawah. Hal ini berarti aspek proses pendidikan kepangudiluhuran dapat diterima dan diikuti oleh siswa.

Data ini tidak diidukung dengan hasil wawancara. Dari 5 responden secara keseluruhan pengalaman mereka saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran yaitu jenuh, mudah bosan ketika mendengar guru menyampaikan materi, mengantuk, ada keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran tersebut. Hal yang menyenangkan ketika dalam pelajaran tersebut guru menyampaikan dalam bentuk film.

Sugiyono (2006:12) menyebutkan tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah usaha untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut proses kepangudiluhuran dalam kelas perlu mendapat perhatian agar pelajaran kepangudiluhuran semakin diterima oleh para siswa, bermanfaat dan berdaya guna. Para guru perlu mempersiapkan diri agar dalam pendampingan terhadap siswa/siswi, nilai-nilai kepangudiluhuran dapat tersampaikan dengan baik sehingga siswa/siswi dapat mengikuti dan menerima pelajaran kepangudiluhuran.

Dokumen terkait