• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

viii  

ABSTRAK

Judul skripsi EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI

SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN dipilih berdasarkan

ketertarikan penulis untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai kepangudiluhuran dan bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran itu berlangsung. Pendidikan Kepangudiluhuran merupakan salah satu pelajaran muatan lokal dalam kurikulum Yayasan Pangudi Luhur.

Pelajaran ini sudah berjalan selama lima tahun, untuk itu perlu dilakukan evaluasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dengan cara sampling purposive yaitu sampel diambil dengan pertimbangan tertentu, peneliti sungguh-sungguh mengetahui bahwa responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dan untuk diwawancarai adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP PL Moyudan, SMP PL Sedayu dan SMP PL Yogyakarta. Kuesioner berjumlah 163 orang sedangkan 5 orang penulis, wawancarai. Instrumen yang digunakan adalah skala likert. Pengukuran ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap pendidikan kepangudiluhuran. Dari hasil uji validitas dengan taraf signifikansi 0,05 N 163 orang. Dari total item 40 diperoleh sebanyak 35 item yang valid dan 5 item tidak valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh Cronbach's Alpha 0.810 yang berarti reliabilitas soal dalam penelitian ini tinggi.

(2)

ix  

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled EVALUATION OF

KEPANGUDILUHURAN EDUCATION IN PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL, PANGUDI LUHUR SEDAYU JUNIOR HIGH SCHOOL AND PANGUDI LUHUR MOYUDAN JUNIOR HIGH SCHOOL was chosen based on the writer’s interest to evaluate how far

the knowledge and comprehension of the values of Kepangudiluhuran has been, and how the process education of Kepangudiluhuran has happened, and whether or not it could be accepted and followed by all students. Kepangudiluhuran is a local subject in Yayasan Pangudi Luhur Curriculum. This subject has been taught for five years it had to be evaluated.

The method employed in this research was descriptive method. The sample was taken using sampling purposive, that was the sample which was taken with certain consideration, the research is really want to know that the responden is wanted to fill the kuesioner and the person who was interview is the person who was consider to know about what is the research hope. The subjects of this research were the ninth grade students of three schools, Pangudi Luhur Moyudan Junior High School, Pangudi Luhur Sedayu Junior High School, and Pangudi Luhur Yogyakarta Junior High School. There are 163 questionnaires for the respondents and 5 people were interviewed.

The instrument used here was Likert Scale measurement. It was used to measure the respondents’ attitudes, opinions, and perceptions toward Kepangudiluhuran Education. The validity test had significance level of 0.05 N 163 people. From the total 40 items, 35 items were found valid and 5 items were not valid. Whereas the result of reliability test was Cronbach’s Alpha 0.982, which meant that the questions’ reliability of this research was very high.

(3)
(4)
(5)
(6)

iv  

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

* Para Bruder Kongregasi FIC yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, serta memberi semangat dan menguatkan saya.

* Orang tua dan saudara-saudariku yang selalu mendukung dalam doa.

(7)

v  

MOTTO

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 11:28)

(8)
(9)
(10)

viii  

ABSTRAK

Judul skripsi EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI

SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN dipilih berdasarkan

ketertarikan penulis untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai kepangudiluhuran dan bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran itu berlangsung. Pendidikan Kepangudiluhuran merupakan salah satu pelajaran muatan lokal dalam kurikulum Yayasan Pangudi Luhur.

Pelajaran ini sudah berjalan selama lima tahun, untuk itu perlu dilakukan evaluasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dengan cara sampling purposive yaitu sampel diambil dengan pertimbangan tertentu, peneliti sungguh-sungguh mengetahui bahwa responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dan untuk diwawancarai adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP PL Moyudan, SMP PL Sedayu dan SMP PL Yogyakarta. Kuesioner berjumlah 163 orang sedangkan 5 orang penulis, wawancarai. Instrumen yang digunakan adalah skala likert. Pengukuran ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap pendidikan kepangudiluhuran. Dari hasil uji validitas dengan taraf signifikansi 0,05 N 163 orang. Dari total item 40 diperoleh sebanyak 35 item yang valid dan 5 item tidak valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh Cronbach's Alpha 0.810 yang berarti reliabilitas soal dalam penelitian ini tinggi.

(11)

ix  

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled EVALUATION OF

KEPANGUDILUHURAN EDUCATION IN PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL, PANGUDI LUHUR SEDAYU JUNIOR HIGH SCHOOL AND PANGUDI LUHUR MOYUDAN JUNIOR HIGH SCHOOL was chosen based on the writer’s interest to evaluate how far

the knowledge and comprehension of the values of Kepangudiluhuran has been, and how the process education of Kepangudiluhuran has happened, and whether or not it could be accepted and followed by all students. Kepangudiluhuran is a local subject in Yayasan Pangudi Luhur Curriculum. This subject has been taught for five years it had to be evaluated.

The method employed in this research was descriptive method. The sample was taken using sampling purposive, that was the sample which was taken with certain consideration, the research is really want to know that the responden is wanted to fill the kuesioner and the person who was interview is the person who was consider to know about what is the research hope. The subjects of this research were the ninth grade students of three schools, Pangudi Luhur Moyudan Junior High School, Pangudi Luhur Sedayu Junior High School, and Pangudi Luhur Yogyakarta Junior High School. There are 163 questionnaires for the respondents and 5 people were interviewed.

The instrument used here was Likert Scale measurement. It was used to measure the respondents’ attitudes, opinions, and perceptions toward Kepangudiluhuran Education. The validity test had significance level of 0.05 N 163 people. From the total 40 items, 35 items were found valid and 5 items were not valid. Whereas the result of reliability test was Cronbach’s Alpha 0.982, which meant that the questions’ reliability of this research was very high.

(12)

x  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa atas limpahan berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI

LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP

PANGUDI LUHUR MOYUDAN. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis memilih judul tersebut dengan harapan dapat memberi sumbangan kepada Yayasan Pangudi Luhur guna peningkatan pelayanan kepada siswa-siswi. Penulis menyadari akan rahmat Allah melalui dukungan, perhatian, kasih dan kesetiaan dari banyak orang yang sangat berarti bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang setia mendampingi, membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum., selaku dosen penguji II dan sebagai dosen pembimbing akademik yang memberi semangat, dukungan dalam menuelesaikan skripsi ini.

(13)

xi  

4. Rm. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di IPPAK dengan pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas sebagai seorang pewarta.

6. Seluruh karyawan Prodi IPPAK yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bruder Pemimpin Kongregasi FIC Provinsi Indonesi Dan Dewan Provinsi yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.

8. Para Bruder komunitas Sedayu dan Kidul Loji, para Suster PRR Magnifikat Pringgolayan, Yogyakarta yang telah menyemangati penulis.

9. Para Guru, Staf dan karyawan, SMP PL Moyudan yang mendukung selama proses penyelesaian skripsi ini.

10.Para kepala sekolah dan para guru SMP PL Yogyakarta, SMP PL Sedayu, SMP PL Moyudan serta para siswa kelas IX yang meberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian skripsi ini.

11.Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memotivasi penulis selama menjalani studi di IPPAK dan penyelesaian skripsi ini.

(14)
(15)
(16)
(17)

xv

(18)

xvi  

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ……….. Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian ……… Lampiran 3: Contoh Kuesioner ……… Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ……… Lampiran 5: Instrumen Wawancara ………. Lampiran 6: Hasil Wawancara ………. Lampiran 7: Uji Validitas Aspek Pengetahuan ……… Lampiran 8: Uji Validitas Aspek Penghayatan dan Proses ………..

93

(19)
(20)
(21)

xix  

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Fil : Filipi Gal : Galatia Luk : Lukas Mrk : Markus Rom : Roma Yoh : Yohanes

B. Singkatan Lain

Art : Artikel

Br : Bruder

FIC : Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis (Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Yang Dikandung Tak Bernoda)

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003, tujuan

pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia yang seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekeri luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serat rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada intinya

pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang mahaesa.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional maka pendidikan yang

sesungguhnya adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai

tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus

untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga,

masyarakat dan alam sekitarnya). Pendidikan membentuk orang untuk

menemukan nilai-nilai yang menjadi bekal bagi kelangsungan hidup seseorang

dalam dalam masyarakat. Secara singkat dikatakan bahwa pendidikan nilai adalah

suatu proses di mana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat

di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Proses ini

menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman diri sendiri”, menyentuh ba

(23)

kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa besar harga dirinya. Pendidikan

nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa dan karsa, menyentuh seluruh

pengalaman seseorang ( Handoko, Riyanto, 2004: 23).

Pendekatan pembelajaran humanis memandang manusia sebagai subiek

yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia

bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain.

Pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah

pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak

peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak

bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog. Pendekatan

reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri,

sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan

diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri). Dengan demikian

pendidikan tidak mengambil alih tanggung jawab, melainkan membantu dan

mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan

pemilihan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya.

Menanggapi tujuan dan makna dari nilai-nilai pendidikan tersebut di atas,

yayasan Pangudi Luhur mencanangkan sebuah rancangan pendidikan yang bukan

hanya menekankan pada perkembangan intelektual melainkan juga pembentukan

karakter dan budi pekerti peserta didik. Untuk mewujudkannya yayasan Pangudi

Luhur menambahkan pelajaran khas yayasan yaitu pelajaran Pendidikan

Kepangudiluhuran. Sering terdengar bahwa pendidikan dan proses pemilikan nilai

(24)

menurut Darminta, (2006:24) kenyataannya pembatinan nilai-nilai tetap terjadi

lewat sekolah, asrama, dan masyarakat, disadari atau tidak.

Pangudi Luhur merupakan sebuah yayasan yang berada di bawah naungan

kongregasi FIC dengan berfokus pada pendidikan dan pembinaan kaum muda.

Pendidikan menjadi karya kerasulan yang utama, di samping juga ada karya

sosial. Melalui karya-karya tersebut, Kongregasi FIC mengabdikan diri sebagai

tarekat aktif atau tarekat yang merasul. Karya kerasulan bidang pendidikan dan

sosial merupakan karya yang diwariskan oleh pendiri FIC yaitu Mgr. Ludovicus

Rutten dan sesama pendiri Bruder Bernardus Hoecken (bdk. Konstitusi FIC art. 7

dan 8).

Pendiri FIC meminta para anggotanya untuk menjaga warisan kongregasi.

Warisan tersebut merupakan kharisma yang dianugerahkan Allah. Meskipun

demikian para anggotanya juga diminta untuk tetap terbuka terhadap tanda-tanda

zaman dan terhadap Roh yang berhembus ke arah yang dikehendakinya. (bdk.

Konstitusi FIC, bagian Refleksi Dasar). Sehubungan dengan itu, tarekat FIC

dengan memperhatikan Refleksi Dasar tersebut, tetap mempunyai komitmen

terhadap warisan yang telah ada. Artinya sampai sekarang Tarekat mengutamakan

karya kerasulannya di bidang pendidikan dan pembinaan kristiani.

Pendidikan kepangudiluhuran adalah salah satu mata pelajaran muatan

lokal. Semua sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur wajib

menerapkan pelajaran Kepangudiluhuran. Adapun tujuan pendidikan

kepangudiluhuran tersebut adalah untuk menumbuhkan sikap batin peserta didik

(25)

hidupnya, serta memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.

Pembelajaran Kepangudiluhuran juga bertujuan untuk membantu peserta didik

menemukan dan mewujudkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan semua

orang beriman. Tujuan ini merujuk dari materi pembelajaran Kepangudiluhuran.

Proses pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur

Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan

dilaksanakan dengan sistem klasikal seperti bidang studi lainnya; karena

pendidikan kepangudiluhuran dikemas dalam bentuk pelajaran di kelas yang

setara dengan Muatan Lokal. Perbedaan dengan bidang studi lainnya adalah

penekanannya di mana kepangudiluhuran lebih pada pembentukan iman dan

karakter peserta didik. Bila melihat perbedaannya dengan bidang studi lain, maka

penulis melihat bahwa sistem klasikal tidak begitu efektif dalam proses

pendidikan kepangudiluhuran. Perlu dicari metode dan terobosan baru agar proses

pendidikan kepangudiluhuran lebih efektif. Metode yang dapat diterapkan adalah

rekoleksi dan outbound. Materi yang sama diberikan dengan metode yang tepat

akan memberikan dampak yang baik bagi pembentukan karakter anak didik.

Materi kepangudiluhuran yang disampaikan berkaitan dengan sepuluh

keutamaan yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC sebagai

penyelenggara Yayasan Pangudi Luhur. Sepuluh Keutamaan yang disampaikan

kepada peserta didik meliputi: Rendah Hati, Teladan Baik, Mencintai Para Bruder,

Saleh, Sikap Bijaksana, Lembut Hati, Tabah Hati, Kebijaksanaan dan

Berpengetahuan, Semangat dan Keteguhan Hati, Percaya kepada Tuhan (Humbelt,

(26)

sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga dapat diterima dan dipahami oleh

siswa/i. Dengan demikian, diharapkan para siswa mampu menginternalisasikan

dalam diri sebagai sikap hidupnya, terutama pembentukan karakter pribadi

sebagai manusia yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mencintai

sesama dalam hidup sehari-hari.

Harapan ini tertuang dalam Profil ”outcome” Yayasan Pangudi Luhur”

(Riyanto, 2004: 24), yakni; menjadi manusia merdeka, manusia yang berpribadi

utuh, manusia yang berpikir otentik dan bertindak aktif-positif, manusia yang

tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun

hidup bersama.

Lulusan pendidikan Yayasan Pangudi Luhur mestinya menjadi

manusia-manusia yang merdeka dalam arti manusia-manusia yang merdeka baik secara fisik, mental

maupun secara rohani, yang pada akhirnya mengembangkan rasa merdeka dan

independen dalam hidupnya baik secara pribadi maupun dalam hidup sosialnya.

Manusia merdeka yang dimaksudkan adalah orang yang merdeka dalam

mengarungi hidup tanpa “disiksa” oleh banyaknya keinginan, bebas dari

perbudakan hawa nafsu, jujur dan iklas serta bebas dari kebohongan atau dusta.

Hidup manusia merdeka hanya bergantung pada Allah sumber segala kebebasan

manusia yang menggenggam segala kebutuhan manusia.

Pangudi luhur hendaknya tidak hanya menekankan perkembangan

intelektual atau nilai ujian akhir, tetapi juga memperhatikan perkembangan

pribadi secara lebih utuh. Manusia yang berkepribadian utuh adalah manusia yang

(27)

mampu menggunakan semua potensi dalam dirinya demi kesejahteraan diri

sendiri dan orang lain.

Sebagai bagian dari keutuhan manusia, ia juga harus mampu

mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif.

Berpikir otentik dan bertindak aktif berarti siswa perlu memiliki sikap dan

ketrampilan untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan

menyeleksi informasi yang berguna dalam proses pembelajaran dan

kehidupannya.

Dewasa ini banyak terjadi perubahan nilai-nilai dan benturan nilai-nilai.

Siswa hendaknya selalu di “tune in” kan pada nilai keutamaan dan universal.

Mereka perlu dilatih dan dibina untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur serta

beriman yang tangguh, sekaligus menghargai dan menghormati keyakinan dan

perbedaan. Mereka memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dapat menjadi

teladan dan penggerak budaya “berhati nurani”. Berkat ketangguhan iman dan

moral akan mempengaruhi kepribadian siswa Pangudi Luhur sampai mengalami

dan menyadari hidup bersama yang penuh persaudaraan, keramahan dan

keakraban, sekaligus disertai jiwa kemandirian dan kebebasan yang bertanggung

jawab untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh.

Sejauh pengamatan penulis di beberapa SMP Pangudi Luhur di

Yogyakarta, pembelajaran Kepangudiluhuran terlaksana berdasarkan program

pembelajaran yang disusun oleh Tim Penulis buku Kepangudiluhuran. Model

pembelajaran kepangudiluhuran bersifat pendampingan iman yang diawali dengan

(28)

keteladanan hidup pendiri Kongregasi FIC, dan dilanjutkan dengan pendalaman

iman dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan reflektif. Selanjutnya siswa diajak

untuk membagikan hasil refleksinya dalam bentuk sharing bersama. Pada akhir

kegiatan guru membuat kesimpulan dan mengajak siswa untuk membuat aksi

nyata sebagai tanggapan atas materi pembelajaran yang bersangkutan. Kegiatan

ini dilaksanakan sebagai kegiatan rutinitas pada proses pembelajaran

kepangudiluhuran di kelas.

Komite sekolah dan orang tua siswa turut memberikan tanggapan positif

terhadap pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di sekolah-sekolah yayasan

Pangudi Luhur dengan melihat kualitas lulusan yang mempunyai kompetensi

bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga kepribadian yang utuh dan

seimbang. Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi

sangat penting sehingga dalam pendidikan kepangudiluhuran perlu ada usaha

peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi pendidikan kepangudiluhuran

secara keseluruhan.

Dari fakta di lapangan yang penulis amati di SMP Pangudi Luhur

Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan

tanggapan siswa-siswi terhadap pelajaran kepangudiluhuran belum maksimal.

Bahkan sebagian besar siswa-siswi kurang bersemangat mengikuti pelajaran

kepangudiluhuran. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah: karena proses

pembelajaran yang monoton sehingga kurang menyentuh hati siswa-siswi. Di

samping itu kemasan materi kepangudiluhuran sudah tercakup dalam mata

(29)

pelajaran yang sama. Muncul kesan siswa-siswii bahwa pelajaran

kepangudiluhuran hanya mengulang pelajaran pendidikan agama meskipun ada

sedikit perbedaan karena kepangudiluhuran lebih mengarah kepada pengetahuan

dan spritualitas.

Beberapa alasan tersebut di atas menjadi alasan yang masuk akal apabila

sebagian dari siswa-siswi menjadi bosan dan kurang berminat terhadap pelajaran

kepengudiluhuran di samping alokasi yang disediakan dalam satu minggu hanya

satu jam pelajaran dengan durasi 35 menit. Kapasitas waktu 35 menit tentu saja

tidak cukup bila dibandingkan dengan isi materi kepangudiluhuran. Kapasitas

waktu yang terbatas mempengaruhi proses pelajaran yang tidak utuh.

Di sisi lain, siswa-siswi mengharapkan agar pendidikan kepangudiluhuran

semestinya diampu oleh seorang biarawan (Bruder) yang mempunyai wawasan

dan spiritualitas mendalam tentang kepangudiluhuran. Namun meskipun

pendidikan kepengudiluhuran diampu oleh guru, (awam) guru tersebut diberi

pembekalan secara khusus baik dalam hal wawasan tentang kepangudiluhuran dan

juga spiritualitas kongregasi FIC. Fakta yang terjadi adalah guru yang dipercaya

untuk mengampu pelajaran kepangudiluhuran tidak memiliki wawasan

spiritualitas kongregasi FIC. Dengan demikian baik guru maupun siswa belum

memahami dengan sungguh makna terdalam dari kepangudiluhuran yang

sesungguhnya sehingga hasilnya juga belum maksimal.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, sangat jelas persoalan yang

menjadi fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran

(30)

Yogyakarta. Penulis akan mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap proses

pelajaran kepangudiluhuran dengan judul “EVALUASI PENDIDIKAN

KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA,

SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR

MOYUDAN”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang

penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut:

1. Apa itu pendidikan kepangudiluhuran?

2. Apa isi materi pendidikan kepangudiluhuran?

3. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur

Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan?

4. Bagaimana model pendampingan guru dalam menyampaikan materi

pendidikan kepangudiluhuran?

5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi pendidikan kepangudiluhuran?

6. Bagaimana respon orang tua dan komite sekolah terhadap pendidikan

kepangudiluhuran?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, maka secara

khusus penulis dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah Evaluasi

(31)

dalam proses pendidikan, khususnya di SMP PL Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur

Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur

Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

2. Bagaimana hasil pendidikan kepangudiluhuran, baik aspek pengetahuan

maupun aspek penghayatan yaitu menjadi manusia merdeka, manusia yang

berpribadi utuh, tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan

mampu membangun hidup bersama.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi

Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur

Moyudan.

2. Untuk mengukur pengetahuan siswa-siswi tentang nilai-nilai

kepangudiluhuran dan penghayatan siswa-siswi tentang nilai-nilai

(32)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan Yayasan Pengudi Luhur, penelitian diharapkan memberi

data yang pasti tentang pengetahuan siswa-siswi SMP Pangudi Luhur terhadap

pendidikan kepangudiluhuran. Data tersebut diharapkan menjadi dasar untuk

pengembangan program kepangudiluhuran.

2. Bagi pengembangan ilmu pendidikan di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta,

SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan, di harapkan

penelitian ini memberikan data perihal penghayatan nilai-nilai

kepangudiluhuran siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi sekolah

yang menaung di bawah Yayasan Pangudi Luhur, serta sekolah katolik lainnya

untuk meningkatkan penerapan sebagai ciri sekolah katolik melalui

pendidikan kepangudiluhuran.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi anilitis dengan dukungan

data kuantitatif.

H. Sistematika penulisan

BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(33)

BAB II : berisi kajian pustaka yang akan menguraikan dua bagian pokok

yakni: bagian pertama akan membahas mengenai evaluasi pendidikan yang

mencakup pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi, tujuan evaluasi, obyek

dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Bagian kedua menguraikan tentang

pendidikan kepangudiluhuran yang mencakup pengertian, tujuan pendidikan

kepangudiluhuran, dan nilai-nilai kepangudiluhuran.

BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik

dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil

penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara, dan temuan khusus melalui studi

dokumen, temuan umum melalui studi dokumen, pembahasan hasil penelitian,

refleksi kateketis dan keterbatasan penelitian.

BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai

(34)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang mendukung

penelitian yaitu Evaluasi Pendidikan (A), yang meliputi pengertian evaluasi,

fungsi tujuan evaluasi pembelajaran, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat

evaluasi. Pendidikan Kepangudiluhuran (B), yang meliputi pengertian

kepangudiluhuran, tujuan kepangudiluhuran, nilai-nilai Kepangudiluhuran.

A. Evaluasi Pendidikan

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian

(KBBI, 1996:272). Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (1997: 1)

adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat

dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar

pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim

dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun

ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan

dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif

dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes

hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga

(35)

proses penentuan kuantitas suatu objek dengan memebandingkan antara alat ukur

dengan objek yang diukur.

Penilaian adalah proses penentuan kualitas suatu objek dengan

membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standart tertentu. Tes adalah alat

pengumpulan data yang dirancang khusus. Yang membedakannya dengan

evaluasi adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif.

Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana

untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan

hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu

kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan

untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi

pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi

informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Penilaian Pendidikan

Penilaian pendidikan menurut Suharsimi Arikunto (1997: 3) adalah

kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola

pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang

dilakukan melampaui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah

(36)

sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil

olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan

teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi. Jika digambarkan

dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:

1) Input

Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam

dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa

yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah

(institusi), calon siswa itu dinilai dulu kemampuannya. Dengan penilaian itu

ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan

melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.

2) Output

Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud

dalam hal ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat

menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan

kegiatan penilaian.

3) Transformasi

Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi

(37)

transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang

menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang

diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh

beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.

Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:

1) Guru dan personal lainnya

2) Bahan pelajaran

3) Metode mengajar dan sistem evaluasi

4) Sarana penunjang

5) Sistem administrasi.

Umpan balik (feed back) adalah segala informasi baik yang menyangkut

output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan untuk memperbaiki

input maupun transformasi.

3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

a. Fungsi evaluasi

Fungsi evaluasi pembelajaran menurut Sugiyono (2006: 12) sangat

diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi.

Imformasi-informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk:

1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai

oleh peserta didiknya.

2) Memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta

(38)

3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan

status peserta didik.

4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi

peserta didik yang memang memerlukannya.

5) Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran yang telah

ditentukan telah dapat dicapai.

6) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.

7) Menilai hasil yang dicapai para pelajar.

8) Menilai kurikulum.

9) Memperbaiki materi dan program pendidikan.

b. Tujuan evaluasi

Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun

bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah

mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui

tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan

dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Serta menghimpun

informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf

perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.

(39)

c. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :

1) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program

pendidikan

2) Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan

ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan

sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

3) Mengetahui kemajuan belajar siswa

4) Mengetahui potensi yang dimiliki siswa

5) Mengetahui hasil belajar siswa

6) Mengadakan seleksi

7) Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa

8) Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa

9) Memberikan bantuan dalam pemilihan jurursan

10) Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa

11) Memberikan motivasi belajar

12) Mengetahui efektifitas mengajar guru

13) Mengetahui efisiensi mengajar guru

14) Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran

4. Obiek dan Subiek Evaluasi

a. Obiek Evaluasi

Obiek atau sasaran penilaian menurut Suharsimi Arikunto (1997: 18)

(40)

menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dalam penulisan ini proses dan

hasil pendidikan kepangudiluhuran yang diukur.

b. Subiek Evaluasi

Subiek evaluasi dalam penulisan ini adalah siswa kelas IX SMP Pangudi

Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur

Moyudan.

5. Alat-alat Evaluasi

a. Teknik Non Tes

Yang tergolong teknik non tes adalah:

1) Skala bertingkat (rating scale)

2) Kuesioner (questionair)

3) Daftar cocok (check-list)

4) Wawancara (interview)

5) Pengamatan (observation)

6) Riwayat hidup

b. Teknik Tes

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang

seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Dalam bukunya

(41)

mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid

atau kelompok murid”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non tes. Teknik non tes

yang dipilih yaitu:

1) Kuesioner (questionair) tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal

memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Suharsimi Arikunto, 1997: 25).

2) Wawancara (interview). Wawancara atau intervieu adalah suatu metode atau

cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan

jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini

responden diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan hanya diajukan oleh subiek evaluasi (Suharsimi Arikunto, 1997:

27). Wawancara dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk

mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah

dibuat oleh subyek evaluasi.

B. Pendidikan Kepangudiluhuran

1. Pengertian Kepangudiluhuran

Kepangudiluhuran asal kata dari pangudi luhur. Pangudi, artinya suatu

usaha atau ikhtiar untuk mencapai sesuatu. Luhur, artinya mulia atau luhur.

Pendidikan kepangudiluhuran selalu menjunjung ajaran-ajaran luhur yang

(42)

menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, cerdas, berwatak dan berbudi pekerti,

sehat jasmani serta rohani, dan memiliki cinta kasih dengan dijiwai semangat

dasar Yesus Kristus.

Pendidikan kepangudiluhuran adalah pendidikan nilai-nilai yang

diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC dan sebagai cikal bakal Yayasan

Pangudi Luhur. Wahana (2004:51) mengutip pendapat Max Scheler, nilai

merupakan kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas

apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi

terlebih dahulu). Tidak tergantungnya kualitas tersebut tidak hanya pada objek

yang ada di dunia ini (misalnya lukisan, patung, tindakan manusia, dan

sebagainya), melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas

tersebut. “Meskipun pembunuh tidak pernah dinyatakan sebagai jahat, namun

akan tetap sebagai jahat. Dan meskipun „yang baik‟ tidak pernah dimengerti

sebagai baik, namun tetap merupakan yang baik”.

Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring

dengan perubahan barang. Tidak tergantungnya nilai mengandung arti juga bahwa

nilai tidak dapat berubah. Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratakan oleh suatu

tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya, baik historis, sosial, biologis

ataupun individu murni. Hanya pengetahuan kita tentang nilai bersifat relatif,

sedangkan nilai itu sendiri tidak relatif.

Peranan nilai bagi manusia; nilai memiliki peranan sebgai daya tarik serta

dasar bagi tindakan manusia, serta mendorong manusia untuk mewujudkan

(43)

sebagai pendorong dan pengarah bagi pembentukan diri manusia melalui

tindakan-tindaknnya.

Menurut Darminta (2006:24) nilai berarti sesuatu yang penting dan

berharga, di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain, membela, dan

bahkan rela mati demi nilai tersebut. nilai memberi arti atau tujuan dan arah

hidup. Nilai menyediakan motivasi-motivasi. Nilai memberikan arah perjalanan,

seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan.

Nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai

bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan

dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu.

Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap

bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan

dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada (Luk

12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada

nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada

keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai-nilai penggerak utama dalam

hidup kita karena nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai

tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan

kemudian kita laksanakan.

2. Tujuan Kepangudiluhuran

Pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia

(44)

sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan

diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Secara singkat dikatakan

bahwa pendidikan nilai adalah suatu proses di mana seseorang menemukan

maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti

pada jalan hidupnya. Proses ini menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman

diri sendiri”, menyentuh bagian-bagian terdalam diri manusia, seperti daya

refleksi, introspeksi, analisa dan kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa

besar harga dirinya. Pendidikan nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa, dan

karsa, menyentuh seluruh pengalaman seseorang. Theo (2004) dalam bukunya

yang berjudul: “Idealisme dan Praksis Pendidikan Pangudi Luhur” menguraikan

tujuan Kepangudiluhuran sebagai berikut:

a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan

dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka

memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.

b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai yang

diperjuangkan semua orang beriman.

3. Nilai-nilai Kepangudiluhuran

a. Percaya kepada Tuhan

1) Iman yang Menyelamatkan

Dalam kehidupan sehari-hari makna iman diidentikkan dengan “sikap

percaya”. Sepintas kedua pengertian itu tampak mempunyai arti yang sama. Pada

(45)

manusia yang mempercayai segala sesuatu sebab dianggapnya bertuah, keramat

dan memiliki suatu khasiat. Itu sebabnya dengan sikap “percaya” seseorang dapat

menyembah suatu benda, patung, pohon atau dongeng yang diwariskan secara

turun-temurun (Sugi, 2011: 6).

Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap subyektif

manusia sehingga mendorong seseorang untuk bersikap irasional dan memercayai

berbagai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak patut dipercayai. Sikap

percaya memungkin manusia untuk percaya kepada takhayul sehingga

melumpuhkan akal budi dan hati nuraninya untuk memuliakan Allah selaku

pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap iman senantiasa mendorong dan

memampukan setiap orang yang percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap

irasional dan dongeng (Sugi, 2011: 6).

St. Petrus menyatakan “sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng

isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan

kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata

dari kebesaran-Nya” (2 Ptr 1:16). Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan

pemberitaan para nabi dan rasul didasari oleh kebenaran yang dapat

dipertanggungjawabkan, suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan

bukan hasil dari dugaan atau dongeng. Apabila sikap “percaya” menuntun

manusia kearah kegelapan maka sebaliknya sikap “iman” justru mampu

membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan sehingga

mereka memperoleh jalan hidup.

(46)

Indikator:

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka indikator yang mau dicapai

dalam pendidikan kepangudiluhuran tentang percaya kepada Tuhan adalah:

a) Menjelaskan arti sikap percaya kepada Tuhan berdasar Kitab Suci.

b) Menjelaskan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken sebagai

jalan menuju keselamatan Kristiani.

c) Meneladan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Allah yang Murah Hati

Untuk memperoleh keselamatan dan hidup bahagia di dunia, perlulah

setiap orang percaya kepada Tuhan. Hal itu juga berlaku bagi pemimpin tarekat

atau komunitas, yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rohani dan jasmnai

para brudernya. Tentulah tugas ini amat berat, sukar, dan kurang menyenangkan;

orang yang paling tabah pun akan mundur ketakutan, jika ia tidak boleh

mengharapkan pertolongan dari surga.

Dua orang pemimpin seperti Mgr. Ludovicus Rutten pendiri Kongregasi

FIC dan Br. Bernardus Hoecken sebagai bruder pertama di kongregasi FIC adalah

figur pemimpin menjadi teladan. Mereka berdua adalah gembala atau pemimpin

yang dengan setia dan penuh kasih mengantar para bruder kepada sikap percaya

sebagai jalan menuju keselamatan rohani. Mereka adalah dua karakter yang

menjalankan perutusan dengan kasih, setia, bersemangat, dan bertanggung jawab.

(47)

dalam pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu karya perutusannya berkembang

tidak hanya di kota Maastricht saja. (Sugi, 2011: 12).

Br. Bernardus Hoecken ketika menghadapi masalah-masalah pada

permulaan kongregasi seperti kekurangan calon bruder, dia berdoa kepada Tuhan

dan mempercayakan segala masalah tersebut kepada Tuhan. Berkat semangat,

ketekunan, dan menyerahkannya kepada Tuhan serta mohon perantaraan kepada

Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut dapat diatasi. Buktinya justru

perkembangan sekolah-sekolah yang didirikan tidak hanya di kota Maastricht

tetapi sampai ke berbagai negara, seperti Indonesia. Tanpa iman, tidak akan

terjadi mukjizat. Karena rasa percaya kita pada Tuhan (iman) itulah yang

mendatangkan mukjizat. Kisah dalam Injil Lukas 8:22-25 menggambarkan

bagaimana Yesus menegur para murid yang kurang beriman, mereka menjadi

kuatir dan ketakutan ketika mereka dihadapkan dengan persoalan yaitu angin dan

taufan yang menimpa perahu mereka, pada hal Yesus ada bersama mereka.

Lukas 8:22-25, “pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka. Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"

Indikator:

(48)

b) Menjelaskan kasih Allah yang dialami oleh Mgr. Ludovicus Rutten dan

Br. Bernardus Hoecken dalam hidupnya.

c) Meneladan sikap percaya Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus

Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.

d) Meneladan ketabahan dan kesabaran yang ditunjukkan Mgr. Ludovicus

Rutten dan Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.

b. Rendah Hati

1) Melayani Dengan Rendah Hati

Di zaman sekarang ini banyak orang cendrung hidup secara individu,

tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini menjadikan orang tidak

peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan tanggungjawab sosialnya,

yaitu ikut berperan serta bertanggungjawab memperhatikan orang lain. Biasanya

orang justru lebih mudah menyalahkan orang miskin, menderita, dan bersalah.

Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari pujian,

tetapi lebih mendasari tindakanya pada keiklasan hati untuk mengasihi sesama.

orang yang rendah hati memiliki sifat peduli terhadap orang lain, mengingat jasa

atau pertolongan yang pernah diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah

hati tidak mementingkan diri melainkan memperhatikan kepentingan orang lain

(Sugi, 2011: 23).

Dalam Kitab Suci ditegaskan “Barang siapa ingin menjadi yang terbesar di

antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat 23:11). “Aku datang bukan

(49)

supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Mat

20:27-28). Demikianlah manusia harus semakin dapat merendahkan diri, agar

Tuhan disadari selalu hadir dalam kehidupannya. Allah menentang orang yang

congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati karena Ia sendiri adalah rendah

hati. Ia berjalan dengan orang yang rendah hati karena memiliki kemauan

membuka diri terhadap semua ajaran-Nya.

Konstitusi FIC art. 12 tentang Maria, Maria menjadi inspirator kerendahan

hati bagi bruder-bruder FIC. Dijelaskan bahwa Santa Perawan Maria adalah

pelindung Kongregasi para bruder Santa Perawan Maria yang Tak Bernoda

(Fratres Immaculatae Conseptionis-FIC). Para bruder berbahagia menempatkan

Maria sebagai inspirasi dalam meningkatkan semangat kerendahan hati.

Kehidupan Maria sepenuhnya dibaktikan bagi pelayanan terhadap Putranya. Ia

memandang dirinya sebagai hamba yang hina dina, yang mengalami bahwa Tuhan

mengerjakan karya agung dalam dirinya. Di dalam kidung magnificatnya,

terungkap perhatian utamanya terhadap yang miskin dan berkekurangan, dan

kerinduannya terhadap keadilan dan kebenaran.

Indikator:

a) Menjelaskan sikap kerendahan hati dalam melayani dari Br. Bernardus

Hoecken.

b) Menjelaskan pandangan Kristiani tentang sikap rendah hati dalam

melayani berdasarkan Kitab Suci.

(50)

2) Maria Teladan Kerendahan Hati Bagi Manusia

Gereja sejak awal mengakui peranan Bunda Maria dalam keseluruhan tata

keselamatan. Karya keselamatan Allah dilaksanakan dalam dan melalui Yesus

Kristus, dengan mengiktutsertakan Maria dalam karya keselamatan itu. Maria

mulai berperan ketika menyatakan kesiap sediaan dan ketaatannya kepada

kehendak Allah untuk mengandung Yesus Putera-Nya (bdk. Luk 1:26-28). Maria

mendengarkan, dan percaya. Percaya dinyatakan dengan:

a) Menjadi hamba Tuhan

b) Melayani/memercayai

c) Mewujudkan Sabda Allah dalam hidupnya

Sejak awal perjalanannya menjadi bunda Yesus, Maria mengalami

tantangan iman yang berat (bdk. Luk 2:33 – 35), “ … suatu pedang akan

menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang”

(ay. 35). Pengujian kesetiaan Maria berpuncak pada peristiwa jalan salib Yesus. Ia

tak tergoyahkan. Ia setia menemani Putranya dalam jalan salib-Nya. Maria

semakin mewujudkan kesetiaannya dengan rendah hati. Ia bersedia menjadi ibu

bagi para rasul, yang menjadi cikal bakal Gereja. dengan demikian Maria sudah

sejak awal menjadi bunda Gereja. keagungan pribadi Maria yang begitu rendah

hati dihayati oleh Gereja, itulah sebabnya Gereja memberi banyak gelar

kepadanya. Walapun demikian Gereja selalu mengingatkan agar umat

menempatkan Maria secara proposional. Devosi kepada Maria tidak berdiri

sendiri, melainkan harus ditempatkan dalam konteks Yesus Kristus sebagai

(51)

Dalam konstitusi FIC art. 12 tentang Maria, dijelaskan Santa Perawan

Maria adalah pelindung Kongregasi para Bruder Santa Perawan Maria yang

Terkandung Tak Bernoda (Fratres Immaculatae Conceptionis – FIC). Para Bruder

berbahagia menempatkan hidupnya di bawah perlindungannya yang istimewa.

Kehidupan Maria sepenuhnya dibaktikan bagi pelayanan Putranya. Ia memandang

dirinya sebagai hamba yang hina dina, yang mengalami bahwa Tuhan

mengerjakan karya Agung dalam dirinya. Di dalam Kidung Magnificatnya, dan

kerinduannya terhadap keadilan dan kebenaran. Dia adalah Ibu semua orang

beriman. Melalui semua keraguan dan ketidakpastiannya, ia tetap setia terhadap

Putranya, bahkan sampai di Kalvari. Oleh karna itu semua bangsa menyebut dia

berbahagia.

Indikator :

a) Memahami Maria sebagai teladan kerendahan hati bagi manusia melalui

Kitab Suci.

b) Menjelaskan Maria sebagai teladan kerendahan hati bagi manusia

melalui Br. Bernardus Hoecken.

c) Meneladan sikap kerendahan hati Maria.

3) Sikap rendah hati untuk menghargai nilai kerja

Pepatah mengatakan Ora et Labora, (St.Benekdiktus dari ordo

Benekdiktin) bekerja dan berdoa. Dengan bekerja orang beriman mewujudkan

(52)

dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan kepuasan batin

dan kebahagiaan (Sugi, 2011: 31).

Orang harus bekerja, karena dengan bekerja orang dapat mempertahankan

hidup (kebutuhan dasar). Dengan bekerja orang memuliakan Allah (bdk. Yoh

5:17, aspek religius). Dengan bekerja orang merasa berbahagia karena

mengembangkan potensi-potensi dirinya (aspek psikologis) Dengan bekerja

orang dapat berjasa dengan orang lain (aspek sosial, Sugi, 2011: 31).

Dalam ajaran Gereja Gaudium et Spes no.34 dan 35 di jelaskan bahwa

sebagai orang beriman menyadari Tuhan memanggil manusia untuk bekerja.

Bekerja merupakan sebuah panggilan dari Tuhan untuk ikut serta dalam karya

penciptaan-Nya. Nilai kerja yang sesungguhnya terletak pada faktor-faktor yang

tidak selalu ekonomis, seperti menemukan harga diri, sosial, pengembangan diri,

demi kesejahteraan sesama, dan ikut ambil bagian dalam karya Tuhan. Maka

pekerjaan apapun bentuknya sungguh bernilai dihadapan-Nya, apabila dalam

bekerja kita menghadapinya dengan penuh syukur, sikap rendah hati dan

menghargai pekerjaan itu.

Demikian juga dalam konstitusi FIC art 5, no. 76 dan 77, dijelaskan bahwa

Bruder sepenuhnya membaktikan diri demi pelayanan kepada Allah dan demi

pelayanan kepada kedatang Kerajaan-Nya. Dalam kasih, para Bruder

membaktikan dirinya kepada Dia yang penug kasih. Dalam Dia, para Bruder

membaktikan dirinya seorang kepada yang lain dan kepada semua orang. Para

Bruder mengungkapkan pembaktian ini dalam keseluruhan hidupnya. Mereka

(53)

untuk hidup menurut Triprasetia : Ketaatan, Kemiskinan, dan hidup Wadat demi

Kerajaan Allah.

Indikator :

a) Menjelaskan sikap rendah hati diperlukan untuk menghargai nilai kerja

melalui Kitab Suci.

b) Memahami sikap rendah hati diperlukan untuk menghargai nilai kerja

melalui Br.Bernardus Hoecken.

c) Meneladan sikap rendah hati Br. Bernardus Hoecken untuk menghargai

nilai kerja dalam kehidupan sehari-hari.

c. Semangat dan Keteguhan hati

1) Penyerahan Diri Jalan Memperoleh Kekuatan Keteguhan Hati

Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia ini akibat dari

penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini menjadi

sedemikian sempitnya. Hal ini membawa perubahan yang besar dalam kehidupan

masyarakat. Di satu sisi globalisai telah memberikan kemungkinan untuk

membangun kesatuan secara lebih luas. Di sisi lain globalisasi telah memberikan

berbagai tawaran atau pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada

semua orang terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. proses mencari

jati diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam pilihan-pilihan

hidup. Oleh karena itu generasi muda memerlukan teladan pribadi yang memiliki

keteguhan hati dalam hidup. Mereka perlu melatih diri untuk membuat

(54)

Dalam Injil Mat 16:24 Yesus berkata kepada murid-muridNya: Orang

yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingan sendiri, memikul

salibnya, dan terus mengikuti Aku. Firman ini menunjukkan bahwa Yesus

memberikan persyaratan kepada manusia kalau ingin mengikuti Yesus, manusia

harus rela dan mau meninggalkan segala sesuatu yang menghambat

hubungannnya dengan Tuhan.

Indikator:

a) Menjelaskan arti penyerahan diri.

b) Meneladan sikap penyerahan diri Br. Bernardus Hoecken.

2) Sikap Keteguhan Hati Di Bangun Melalui Kewaspadaan

Waspada berarti orang selalu bersikap berjaga-jaga menghadapi segala

kemungkinan yang akan terjadi. Sadar akan yang dihadapi meskipun belum jelas

jalan keluarnya. Dalam Injil Lukas 12:35-37, pelayan yang siap selau selau

berjaga-jaga setiap hal. Berpakaian dan lampu tetap bernyala sama seperti pelayan

yang sedang siap menunggu tuannya kembali dari pesta kawin. Kalau tuan itu

kembali dan mengetuk pintu, mereka akan segera membuka pintu. Alangkah

untungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada waktu

tuannya datang. Maka dalam menghadapi hidup pada era globalisasi dibutuhkan

sikap waspada atau bertindak berhati-hati untuk berani memilih dan menetukan

hal-hal yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Untuk bisa sampai proses

memilih hal yang baik serta meniggalkan yang kurang baik membutuhkan

(55)

Indikator :

a) Menjelaskan sikap waspada yang dihidupi Br. Bernardus Hoecken dan

Mgr.Ludovicus Rutten.

b) Menjelaskan pengalaman bersikap waspada sangat perlu dalam kehidupan

sehari-hari.

c) Meneladan sikap waspada yang dihidupi Br. Bernardus Hoecken dan

Mgr.Ludovicus Rutten.

d. Kebijaksanaan dan berpengetahuan

1) Menjadi Manusia Pendoa

Doa suatu sarana komunikasi kasih antara manusia dan Allah. Menjadi

manusia pendoa berarti mau menyediakan waktu dan tempat untuk selalu

membangun kedekatan hati dengan Allah. Baginya doa merupakan nafas

kehidupan sehari-hari. Melalui doa, seseorang dimampukan untuk mendengarkan

kebenaran dan hidup batin yang mendalam (Sugi, 2011: 48).

Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam artian mampu

membedakan hal yang baik dari hal yang buruk (I Raj 3:9). Ia dapat memberikan

alternatif-alternatif sebagai jalan ke luar. Orang yang bijaksana orang yang terus

belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan dibacanya melalui

tanda-tanda yang terjadi setiap harinya.

Indikator:

a) Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan dan berpengetahuan Br.

(56)

b) Menjelaskan makna doa dalam kehidupan sehari-hari.

c) Meneladan kehidupan doa Br. Bernardus Hoecken.

d) Meneladan tindakan bijaksana dan berpengetahuan dalam kehidupan

Br.Bernardus Hoecken.

e. Sikap Bijaksana

1) Menjadi Insan Pembelajar

Menjadi manusia pembelajar merupakan hak setiap orang, dan yang

bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting yakni :

a) Berusaha mengenali dirinya, potensi dan bakat-bakat yang muncul,

b) Berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan potensinya itu,

mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuhnya, dengan cara menjadi

dirinya sendiri (Sugi, 2011: 54).

Dalam kontitusi FIC dijelaskan “kita harus berkembang menjadi orang

yang sungguh-sungguh dewasa dan kaya secara rohani. Kita akan menjadi

semakin berarti bagi persekutuan persaudaraan kita. Kita bersedia mendengarkan

orang lain dan menerima pertolongan mereka; kita hendaknya menghargai orang

lain, meskipun dalam kenyataan mereka berbeda dari kita.” Ditegaskan pula

bahwa orang bijaksana ialah orang yang terus belajar dan terus menanggapi

jalan-jalan Tuhan.

Indikator :

(57)

b) Menjelaskan kebijaksanaan dan berpengetahuan memerlukan sikap

mendekatkan diri pada Tuhan.

c) Meneladan Mgr.Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken dalam

bersikap bijaksana melalui usaha mereka menjadi insan pembelajar.

2) Sikap Bijaksana Merupakan Perwujudan Iman

Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan takut akan

Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana menggunakan waktu secara

tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang yang mengenal Tuhan mengetahui

bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Allah

yang kekal (Sugi, 2011: 59).

Santo Yakobus mengatakan, “kebijakan adalah rahmat Allah yang harus

dimohon dalam doa dan dilatih dalam suasana doa”. Bruder Bernardus Hoecken

dalam segala hal meskipun sangat kecil kepentingannya terlebih dahulu tetap

memohon nasihat dan pertolongan kepada Tuhan dan Bunda Maria, sebagai

pelindung kongregasi.

Maria adalah seorang tokoh Kitab Suci Perjanjian Baru (PB) yang

keberadaanya sangat diakui dan dihormati dalam Gereja katolik. Pengakuan dan

penghormatan itu diberikan bukan sebatas karena Maria sebagai ibu Yesus tetapi

juga cara hidup berimannya. Sikap bijaksana sungguh hidup dan menyatu dalam

pribadi Maria. Ia sungguh cermat dan mengetahui secara baik segala kebutuhan

dan perutusan Yesus. Maka sebagai ibu, Maria tidak banyak menuntut perlakuan

(58)

seluas-luasnya kepada Yesus untuk mewujudkan tugas dan perutusan-Nya. Maria, karena

ketulusan dan belaskasihnya ia berani meminta Yesus untuk melakukan sesuatu

demi memenuhi kebutuhan orang lain, (Yoh 2:1-11) walaupun ia sadar belum

waktunya bagi Yesus melakukan itu. Demikianlah Maria menunjukkan sikap

bijaksana dalam hidupnya (Sugi, 2011: 59).

Indikator:

a) Menjelaskan sikap bijaksana sebagai salah satu keutamaan hidup Kristiani.

b) Menjelaskan sikap bijaksana Maria yang reflektif.

c) Meneladan sikap bijaksana Br. Bernardus Hoecken.

3) Kerjasama Dalam Komunitas

Mgr. Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken mempunyai pandangan

hidup yang berbeda. Oleh karena itu mereka kadang kala mempunyai pendapat

yang berbeda pula dalam cara membentuk religius muda yang mereka damping.

Meskipun demikian perbedaan itu tidak mengurangi persahabatan mereka, sebab

mereka dengan sikap rendah hati tidak bermaksud mempertahankan pendapat dan

keyakinan pribadinya. Perbedaan itu terjadi karena sama-sama berbakti kepada

Tuhan dengan melayani sesama.

Dalam 1 Kor 12:12-26, dikatakn tubuh itu satu dan mempunya

anggota-anggota banyak. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota-anggota, melainkan atas

banyak anggota. Allah telah memberikan tugas kepada masing-masing anggota ,

secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. Kepada anggota-anggota tubuh

(59)

terhadap anggota-anggoa kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus

supaya jangan tejadi perpecahan dalam tubuh. Anggota-anggota yang berbeda itu

saling memperhatikan. Karna itu bila satu anggota menderita, semua turut

menderita, jika satu anggota di hormati semua anggota turut bersuka cita.(Sugi,

2011:64).

Indikator :

a) Memberikan penjelasan orang yang bijaksana selalu bisa bekerjasama

dalam komunitas.

b) Meneladan kerjasama dalam komunitas dari Br.Bernardus Hoecken dan

Mgr.Lidovicus Rutten

f. Sikap Saleh

1) Doa Yang Mengubah

Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional manusia

sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani. Orang menjadi

kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa pribadi. Praktik kehidupan

doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian dan tempat dalam hati. Kerelaan

seseorang untuk berdoa menjadi berkurang karena ada tuntutan yang dianggap

lebih penting dalam hidupnya (Sugi, 2011: 69).

Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting, baik bagi diri

sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak peristiwa dalam

Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa, yang dapat menyelamatkan.

(60)

perwira yaitu menyembuhkan hamba sang perwira tersebut. Kekuatan doa yang

keluar dari iman yang mendalam sungguh luar biasa bagi lingkungan sekitarnya.

Doa memiliki kekuatan besar untuk mengubah apa yang ada di sekelilingnya

termasuk orang-orang di dekatnya. Melalui doa seorang dapat memahami

kehendak Tuhan atas dirinya.

Indikator:

a) Menjelaskan bahwa doa memiliki fungsi sosial.

b) Menjelaskan nasihat Br.Bernardus Hoecken pada para Bruder tentang

hidup doa.

c) Meneladan hidup doa Br.Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.

2) Hidupku Berkat Bagi Orang Lain

Meutia Hatta Swasono mengatakan “masyarakat dihinggapi pola hidup

individualistik sehingga semangat gotong- royong yang menjadi landasan hidup

bermasyarakat menjadi luntur. Semangat gotong-royong dikhawatirkan akan

hilang seiring dengan perkembangan. Zaman dan perjalanan dunia cenderung

kapitalistik”. Semangat individualistik cemderung semakin merasuk dalam hidup

generasi zaman, sehingga orang tidak lagi mau peduli kepada orang lain.

Dalam situasi yang demikian, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi

orang-orang di sekitar kita sebab hidup kita adalah semata-mata anugerah Allah.

“setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari

Gambar

Tabel 4.7
 Skor alternatif jawaban variabel pendidikan kepangudiluhuranTabel 1:
Tabel 2: Kisi-kisi Instrumen aspek pengetahuan dan penghayatan pendidikan
Tabel. 4. Kisi-kisi Instrumen Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Yesus Kristus Allah Bapa Yang Maha Kuasa dan Bunda Maria atas segala rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum

Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, karena berkat dan kasih-Nya yang luar biasa sehingga skripsi ini yang berjudul

Jumlah item yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 item valid dari 50 item soal yang memuat sepuluh aspek karakter Kepangudiluhuran yaitu percaya kepada Tuhan,

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Juru Selamatku dan juga Bunda Maria atas penyertaanNYA selama penulis menyelesaikan penulisan hukum ini dengan judul Partisipasi Pelaku

Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah, Bunda Maria dan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memimpin, menyertai, serta memberikan kekuatan kepada penulis selama menyusun skripsi sehingga

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kemurahan-Nya telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis

Puji dan syukur yang begitu besarnya kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa dan Tuhan kami Yesus Kristus atas segala kasih dan penyertaanNya, serta Bunda Maria yang selalu menyertai