• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Fakta Cerita

4.3.1.3 Pembahasan Latar

4.3.1.3.1 Pembahasan Latar (versi Widya)

Pembahasan Latar (versi Widya) terdiri dari tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

111

Latar (versi Widya) membahas tiga hal yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar Tempat (versi Widya)

Latar tempat menyangkut deskripsi tentang di mana suatu peristiwa cerita terjadi. Latar tempat versi Widya yang digambarkan dalam Novel KKN Di Desa Penari, yaitu:

(K.138) di sebuah universitas di Jawa Timur

“Ia, Bu. Jawab Widya mantap. Saat ini, Widya menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa semester akhir, di sebuah Universitas Jawa Timur (Simpleman, 2019: 3).

Kutipan di atas menunjukkan sebuah Universitas Jawa Timur merupakan latar tempatnya. Hal ini di tandai dengan penggunaan kata penghubung “di” yang menandakan tempat. sebuah Universitas di Jawa Timur merupakan tempat Widya menempuh perkuliahan.

(K.139) di aula kampus

Semua anak yang melaksanakan tugas KKN selama 45 hari itu sudah berkumpul di aula kampus. Setelah mendengar pidato rektor dan para dosen yang menjadi penanggung jawab pengawasan selama pelaksanaan kegiatan ini selesai berpidato, KKN tahun ini resmi dibuka. Teriakan mahasiswa dan mahasiswi yang pecah seakan menjadi pembuka dari rentetan cerita ini (Simpleman, 2019: 8).

Kutipan teks di atas menunjukan latar tempat yaitu aula kampus. Hal ini di tandai dengan penggunaan kata penghubung “di” yang menandakan tempat. Aula kampus merupakan tempat pembekalan KKN bagi mahasiswa-mahasiswi.

(K.140) di sebuah desa

“Tidak ada desa lain di sini, Mbak, hanya desa ini. Mungkin Mbak Cuma krunguen (kedengeran) jadi gak usah terjadi dipikirkan ya, Mbak. Mari saya

112

antar ke rumah yang akan kalian jadikan tempat tinggal selama ada di desa kami,” kata Pak Prabu (Simpleman, 2019:22).

Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa latar tempat yaitu di sebuah desa. Hal itu dibuktikan dengan kutipan “Tidak ada desa lain di sini, Mbak, hanya desa ini”. Di desa, Pak Prabu mengantarkan Widya dan kawan-kawan ke sebuah rumah yang akan dijadikan tempat tinggal.

(K.141) di pom bensin

Melihat tangki mereka, Wahyu menawarkan untuk pergi ke pom bensin lebih dahulu, ia sudah berjanji akan mengembalikan motor dalam keadaan bensin terisi penuh. Saat menunggu Wahyu mengantre bahan bakar, Widya membeli cilok ke seorang pedagang di pom bensin (Simpleman, 2019: 76). Kutipan di atas menunjukan latar tempat yakni di pom bensin. Sambil menunggu Wahyu, Widya membeli cilok di pom bensin.

(K.142) di hutan

Widya melihat ke kiri dan ke kanan ada pohon dengan pemandangan gelap dimana-mana. Sejauh mata memandang, Widya hanya bisa mendengar deru mesin motor wahyu yang terus dipacu. Ia belum melihat satu orang pun yang melintas. Widya berusaha untuk tetap menjaga pikirannya agar normal, ia tidak mau memikirkan hal-hal aneh. Tidak di tempat seperti ini. (Simpleman, 2019: 79).

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yakni di hutan. Widya yang melihat pepohonan yang mengerikan, berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal aneh.

Latar Waktu (versi Widya)

Latar waktu mengacu pada saat kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu versi Widya yang ada dalam Novel KKN Di Desa Penari adalah sebagai berikut:

(K.143) pagi hari

Pagi itu, Widya segera menyelesaikan proposal akhir tentang siapa saja yang akan terlibat dalam pelaksanaan tugas ini. Ia semakin bersemangat

113

karena berhasil melakukan pencarian desa sebagai landasan tugas KKN mereka secara mandiri (Simpleman, 2019: 4).

Kutipan di atas menunjukkan latar waktu yaitu pagi hari. Hal ini ditandai dengan kata “pagi itu”. Penggunaan kata pagi untuk memperjelas kapan Widya menyelesaikan proposal.

(K.144) siang hari

Siang itu Widya sedang terbaring di tempat tidur. Lamunannya buyar saat mendengar suara seperti ada sesuatu yang dilemparkan ke atas genting posko (Simpleman, 2019: 71).

Kutipan di atas menunjukkan latar waktu yaitu siang hari. Hal ini ditandai dengan kata “siang itu”.

(K.145) malam hari

Malam itu, Widya mendapatkan pelukan terhangat dari ibunya. Ia tidak pernah merasa sehangat ini (Simpleman, 2019: 10).

Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa latar waktu yaitu malam hari. Hal ini ditandai dengan kata “malam itu”. Penggunaan kata malam itu untuk memperjelas kapan Widya mendapatkan pelukan dari ibunya.

(K.146) pukul setengah enam sore

Jam menunjukan pukul setengah enam sore. Mobil Mas Ilham menyusuri jalan beraspal yang di kiri-kanannya adalah hutan belantara. Setelah cukup lama berkendara, akhirnya mereka sampai di sekitar gerbang selatan. Ada sebuah gapura yang tertutup oleh rimbunya tanaman liar (Simpleman, 2019: 13).

Kutipan di atas menunjukkan latar waktu yaitu sore hari. Hal ini ditandai dengan kutipan “Jam menunjukan pukul enam sore”. Penggunaan kata itu untuk memperjelas kapan Widya dan kawan-kawan serta Mas Ilham berada di jalan menuju desa Penari.

114 Latar Sosial (versi Widya)

Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya dalam kehidupan sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatannya, seperti latar sosial bawah atau rendah, latar sosial menengah, dan latar sosial tinggi. Latar sosial dalam novel “KKN Di Desa Penari” dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:

(K.147) status sosial Bu Anggi

Widya Sastra Nindya,”kata seorang wanita yang menjadi penanggung jawab sekaligus pengawas lapangan. “Kamu benar mau mengambil tempat ini? Jauh sekali loh tempat ini” “Iya, Bu,” jawab Widya mantap. Saat ini, Widya menjalankan tugasnya sebagai mahasiswi semester akhir, di sebuah universitas Jawa Timur. “Ya sudah, nanti saya pertimbangkan, tapi saya butuh laporan observasi sebelumnya. Selain itu, jangan lupa kelengkapan surat dari pemerintah setempat, meliputi perangkat desa sampai jenjang terendah,” jawab wanita itu kemudian. Ada nada sedikit ragu saat ia mengetahui jawaban Widya. Tapi ia pun tidak punya hak untuk melarang mahasiswinya, apalagi menyangkut kegiatan KKN.“Ingat ya, di tempat KKN, kamu nggak cuma bawa badan, tapi juga bawa nama kampus,” tutur Bu Anggi (Simpleman, 2019: 34).

Berdasarkan kutipan di atas, Bu Anggi memiliki status sosial yang tinggi. Hal itu dapat dilihat dari kedudukan atau peran Bu Anggi sebagai seorang dosen yang menjadi penanggung jawab sekaligus pengawas lapangan dalam kegiatan KKN Widya dan kawan-kawan.