• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL KKN DI DESA PENARI KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL KKN DI DESA PENARI KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL SKRIPSI"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL “KKN DI DESA PENARI” KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos NIM: 141224087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL “KKN DI DESA PENARI” KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos NIM: 141224087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii SKRIPSI

FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL “KKN DI DESA PENARI” KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL

Oleh:

Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos NIM: 141224087

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

(4)

iii SKRIPSI

FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL “KKN DI DESA PENARI” KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos NIM: 141224087

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal 12 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Rishe Purnawa Dewi, S.Pd., M.Hum. ... Sekretaris : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. ... Anggota 1 : Rishe Purnawa Dewi, S.Pd., M.Hum. ... Anggota 2 : Septina Krismawati, S.S., M.A. ... Anggota 3 : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. ...

Yogyakarta, 12 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan tuntunan dalam menyusun skripsi. Karya ini saya persembahkan untuk kedua orangtua saya, Jacob Dos Santos, S.Pd. dan Alphonsa Maria Krismiyati, S.Pd. yang selalu mendukung, memberikan semangat serta mendoakan saya.

(6)

v MOTTO

“Hanya ada dua pilihan untuk memenangkan kehidupan: keberanian, atau keikhlasan. Jika tidak berani, ikhlaslah menerimanya. Jika tidak ikhlas, beranilah

mengubahnya” (Toto Rahardjo)

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Penulis,

Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos Yogyakarta, 12 Juli 2021

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma: Nama : Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos NIM : 141224087

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul:

FAKTA CERITA, SARANA SASTRA, DAN TEMA DALAM NOVEL “KKN DI DESA PENARI” KARYA SIMPLEMAN: KAJIAN STRUKTURAL

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademi tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 12 Juli 2021 Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

Dos Santos, Johanes De Deo Pascoal Cristiano. 2021. “Fakta Cerita, Sarana Sastra, dan Tema dalam Novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman: Kajian Struktural” Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini membahas fakta cerita, sarana sastra, dan tema dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil fakta cerita yang ditinjau dari karakter, alur, dan latar, mendeskripsikan hasil sarana sastra yang ditinjau dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi, dan mendeskripsikan tema.

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik membaca dan teknik mencatat. Data penelitian berupa kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman.

Hasil analisis data ditemukan tiga hal yaitu: pertama, fakta cerita yang menunjukkan bahwa terdapat dua karakter utama yaitu Widya dan Nur. Kemudian, karakter pendukung yaitu Ayu Prakarsayuga, Bima Anggara, Anton, Wahyu, Pak Prabu, Mas Ilham, Mbah Buyut, Mbah Dok, Bu Sundari, Si Penari (Badarawuhi/Dawuh), Bu Anggi, Bu Azrah (Ibunda Widya), Lelaki tua pemanggul karung, Pedagang Cilok, Orangtua Ayu dan Bima, Pak Aryo dan Pak Waryan serta para penduduk desa, Rektor dan para dosen, Mahasiswa dan mahasiswi yang lain, Nadya, Mbah Langsa, Sesosok Makhluk hitam serta para makhluk halus/lelembut hutan lainnya. Alur dalam novel ini menggunakan alur maju. Latar pada novel ini terdiri dari latar tempat,waktu, dan sosial. Latar tersebut meliputi: sebuah universitas di Jawa Timur, aula kampus, gerbang selatan, gapura, hutan, desa, kamar. Kedua, pada sarana sastra yang menunjukkan judul novel yaitu “KKN Di Desa Penari”, judul “KKN Di Desa Penari” sesuai dengan jalan cerita yang diceritakan pengarang. Sudut pandang pada novel ini yaitu sudut orang ketiga terbatas. Gaya yang digunakan pengarang berupa gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Terdapat juga gaya humor, sindiran dan hiperbolis. Tone yang dipakai penulis berupa ironis, misterius, dan penuh perasaan. Simbolisme pada novel adalah kuliah kerja nyata (KKN), hutan, desa, dan gaib. Ironi pada novel yaitu ironi dramatis atau ironi alur. Ketiga, tema yang ditunjukkan dalam novel “KKN Di Desa Penari” yaitu menghormati setiap budaya, adat istiadat dan menjaga tata krama di manapun kita berada.

(10)

ix ABSTRACT

Dos Santos, Johanes De Deo Pascoal Cristiano. 2021. “Story Fact Analysis, Literature Facility and Theme in a Novel “KKN Di Desa Penari” by Simpleman: Structural Study” Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education and Art Study Program, Language and Arts Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta. This research the story fact, literature medium, and theme in a novel "KKN Di Desa Penari" by Simpleman. The purpose of this research is to describe the results of the fact analysis of a story which is reviewed from the characters, plot, and background, to describe the literature medium is reviewed from title, point of view, style and tone, symbolism, irony, and describe theme.

The kind that is used in this research is qualitative. Data collection techniques that is used in this research are reading and noting. Research data in the quotes contained in the novel "KKN Di Desa Penari" by Simpleman.

The results of data analysis found three things, there are: first, story fact which show that there are two main characters, namely Widya and Nur. Then, the supporting characters are Ayu Prakarsayuga, Bima Anggara, Anton, Wahyu, Mr. Prabu, Mas Ilham, Mbah Buyut, Mbah Dok, Mrs. Sundari, The Dancer (Badarawuhi/Dawuh), Mrs. Anggi, Mrs. Azrah (Widya's mother), old man sack bearers, Cilok traders, Ayu’s parents and Bima’s parents, Mr. Aryo and Mr. Waryan and the villagers, the Chancellor and lecturers, other students and students, Nadya, Mbah Langsa, a black creature and other forest spirits / ghosts. This novel uses the chronogical plot. The setting in this novel consists of place, time, and social setting. The setting includes: a university in East Java, campus hall, south gate, gate, forest, village, rooms. Second, the literature facilities that shows the title of the novel which is “KKN Di Desa Penari”, the title of “KKN Di Desa Penari” is in accordance with the storyline told by the writer. The point of view in this novel is limited third person. The style used by the author is a language style that is light and easy to understand. There is also a style of humor, satire and hyperbole. The symbolism in the novel is student study service , forests, villages, and the occult. The irony in the novel is dramatic irony or plot irony. Third, the theme shown in the novel is about respecting every culture, customs and maintain manners wherever we are.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul Fakta Cerita, Sarana Sastra, dan Tema Dalam Novel KKN Di Desa Penari: Kajian Struktural. Penulisan tugas akhir ini saya susun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini selalu mendapat dukungan, bimbingan, bantuan, dorongan, semangat, doa, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, bantuan, nasihat, arahan, dan motivasi kepada penulis. 4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah membimbing dan memberikan ilmunya pada penulis.

5. Theresia Rusmiyati, selaku karyawati sekretariat PBSI yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi.

(12)

xi

7. Keluarga saya, Bapak Jacob Dos Santos, S.Pd, Ibu Alphonsa Maria Krismiyati, S.Pd., dan Adik Johanes Pembaptis Fernando Cristiano Dos Santos, yang selalu memberikan doa, semangat, bimbingan, dan bantuan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini.

8. Teman-teman saya Jul, Sry, Hero, Sipri, Jenni, Enov dan semua orang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang selalu menyemangati dan menolong penulis.

9. Teman-teman seperjuangan di kelas B PBSI 2014 yang selalu mendukung penulis untuk menjadi lebih baik.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang diharapkan. Namun, penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,

Johanes De Deo Pascoal Cristiano Dos Santos Yogyakarta, 12 Juli 2021

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... .. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... .. viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR BAGAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.5 Batasan Istilah... 5 1.6 Sistematika Penyajian... 5

(14)

xiii

BAB II KAJIAN TEORI... 7

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan... 7

2.2 Landasan Teori... 9 2.2.1 Novel... 9 2.2.2 Strukturalisme... 10 2.2.3 Fakta Cerita... 12 2.2.3.1 Karakter... 12 2.2.3.2 Alur... 13 2.2.3.3 Latar... 14 2.2.4 Sarana Sastra... 15 2.2.4.1 Judul... 15 2.2.4.2 Sudut pandang... 15

2.2.4.3 Gaya dan tone... 16

2.2.4.4 Simbolisme... 17

2.2.4.5 Ironi... 18

2.2.5 Tema... 19

2.3 Kerangka berpikir... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21

3.1 Metode Penelitian... 21

3.2 Sumber Data dan Data... 21

3.3 Instrumen Penelitian... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 22

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

4.1 Deskripsi Data... 24

4.1.1 Deskripsi Data Fakta Cerita... 24

4.1.2 Deskripsi Data Sarana Sastra... 24

4.1.3 Deskripsi Data Tema... 25

4.2 Hasil Penelitian... 25

4.2.1 Hasil Penelitian Fakta Cerita... 25

4.2.1.1 Hasil Penelitian Karakter... 25

4.2.1.2 Hasil Penelitian Alur... 44

4.2.1.2.1 Hasil Penelitian Alur (versi Widya)... 44

4.2.1.2.2 Hasil Penelitian Alur (versi Nur)... 47

4.2.1.3 Hasil Penelitian Latar... 51

4.2.1.3.1 Hasil Penelitian Latar (versi Widya)... 51

4.2.1.3.2 Hasil Penelitian Latar (versi Nur)... 53

4.2.2 Hasil Penelitian Sarana Sastra... 55

4.2.2.1 Hasil Penelitian Judul... 55

4.2.2.2 Hasil Penelitian Sudut Pandang... 56

4.2.2.3 Hasil Penelitian Gaya dan Tone... 57

4.2.2.4 Hasil Penelitian Simbolisme... 58

4.2.2.5 Hasil Penelitian Ironi... 58

4.2.3 Hasil Penelitian Tema... 58

4.3 Pembahasan... 59

(16)

xv

4.3.1.1 Pembahasan Karakter... 60

4.3.1.1.1 Konteks Pertama... 60

4.3.1.1.2 Konteks Kedua... 61

4.3.1.2 Pembahasan Alur... 97

4.3.1.2.1 Pembahasan Alur (versi Widya)... 97

4.3.1.2.2 Pembahasan Alur (versi Nur)... 103

4.3.1.3 Pembahasan Latar... 110

4.3.1.3.1 Pembahasan Latar (versi Widya)... 110

4.3.1.3.2 Pembahasan Latar (versi Nur)... 114

4.3.2 Pembahasan Sarana Sastra... 118

4.3.2.1 Pembahasan Judul... 118

4.3.2.2 Pembahasan Sudut Pandang... 121

4.3.2.3 Pembahasan Gaya dan Tone... 123

4.3.2.4 Pembahasan Simbolisme... 125

4.3.2.5 Pembahasan Ironi... 126

4.3.3 Pembahasan Tema... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 130

5.1 Kesimpulan... 130

5.2 Saran... 132

DAFTAR PUSTAKA... 134

LAMPIRAN... 135

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Berpikir... .... 20

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan ungkapan pikiran berupa tulisan yang kreatif dan bermakna yang bersumber dari imajinasi pengarang atau bersumber dari gambaran kehidupannya yang bertujuan untuk memberikan amanat atau sekadar menghibur. Hal ini serupa dengan pendapat Mursal Esten (2013: 9) yang mengatakan bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia.

Karya sastra khususnya prosa fiksi, dibagi menjadi dua yaitu cerpen dan novel. Cerpen adalah novel yang diperluas atau novel tak lebih sekadar cerpen yang diperpanjang (Stanton, 2012: 75). Untuk memahami karya sastra seperti cerpen diperlukan suatu pendekatan. Salah satu pendekatan dalam menganalisis prosa adalah pendekatan struktural. Dalam hal ini, penulis akan meneliti novel KKN Di Desa Penari Karya Simpleman.

Karya sastra pada dasarnya dibangun atas dasar kejadian atau peristiwa yang dialami setiap orang. Menurut Nurgiyantoro (2013: 52), pengkajian terhadap karya fiksi berarti penelaahan, penelitian, atau mengkaji, menelaah, meneliti karya fiksi tersebut. Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur pembentuk karya sastra, khususnya fiksi, pada umumnya kegiatan itu disertai oleh kerja analisis. Untuk mendapatkan makna yang padu dalam mengkaji sebuah karya fiksi analisis

(18)

2

struktural tak cukup dilakukan hanya sekadar mendata unsur tertentu sebuah fiksi, misalnya peristiwa plot, tokoh, latar atau yang lain.

Menganalisis karya sastra berarti memahami fakta-fakta, dan tema yang menjadi unsurnya. Untuk dapat memahami fakta dan tema tersebut maka haruslah memahami teknik-teknik atau sarana yang digunakan pengarang menyampaikannya. Dengan demikian, menganalisis berarti mamahami fakta-fakta cerita dan sarana cerita dalam karya sastra. Menurut Pradotokusumo (2002: 16), sebuah cerita dilengkapi dengan fakta dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri atas tokoh, latar, dan alur. Sarana cerita terdiri atas judul, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema. Tujuan penggunaan sarana cerita adalah untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana yang ditafsirkan pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang. Menurut Hill (dalam Pradopo, 2012: 108), karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis.

Novel “KKN Di Desa Penari” merupakan novel yang terbit pada tahun 2019, berisi dua bagian cerita yaitu dari Widya dan dari Nur yang keseluruhannya ceritanya mencapai 253 halaman. Cerita ini berlatar waktu pada tahun 2009 yang mengisahkan tentang enam mahasiswa yang sedang melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) demi syarat kelulusan mereka di sebuah universitas yang terletak di daerah Jawa Timur. Enam orang tersebut adalah Widya, Ayu, Nur, Bima, Wahyu, dan Anton. Mereka berenam melakukan proker (program kerja) KKN di sebuah desa yang terpencil yang berada di tengah hutan. Desa tersebut, masih menerapkan adat

(19)

3

istiadat yang kental dengan hal-hal mistis menyangkut dunia gaib (dunia roh halus). Novel ini diceritakan dari sudut pandang Widya dan sudut pandang Nur. Beragam permasalahan pun terjadi, kejadian-kejadian yang aneh pun dialami oleh keenam mahasisiswa tersebut mulai dari penampakan sang penari (Badarawuhi), gangguan para lelembut hutan, bahkan hubungan terlarang. Kelebihan dari novel “KKN Di Desa Penari” adalah novel ini menyuguhkan cerita supernatural yang susah diterima oleh akal sehat.

Alasan penulis memilih novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman, karena cerita horor ini berasal dari cuitan media sosial Twitter oleh akun @SimpleM81378523. Menurut akun @SimpleM81378523, cerita ini adalah nyata dan berlatar waktu pada tahun 2009 dan diduga terjadi di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Cerita horor ini sempat viral di Indonesia pada akhir tahun 2019. Karena ceritanya yang juga misterius, membuat banyak orang menjadi tertarik dan menjadi detektif dadakan. Mereka berusaha mencari lokasi sebenarnya peristiwa itu terjadi. Banyak juga youtuber-youtuber yang mengangkat cerita ini menjadi konten mereka. Cerita ini juga masuk dalam koran-koran seperti Kompas, Tribunnews, dan lain-lain. Dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman juga, mengandung pesan bahwa, kita sebagai manusia haruslah menjunjung tinggi tata krama, selalu menghormati setiap budaya, dan adat istiadat di mana pun kita berada. Hal ini dikarenakan beberapa tempat, masih kental dengan kepercayaan serta hal-hal gaib. Penulis menganalisis novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman menggunakan analisis teori struktural Robert Stanton. Teori Struktural Robert Stanton cukup detail dalam menganalisis novel “KKN Di Desa Penari”, yaitu fakta

(20)

4

cerita, sarana sastra, dan tema. Dari hasil analisis ketiga unsur tersebut, pembaca diharapkan dapat mengetahui struktur karya sastra novel maupun amanat yang disampaikan pengarang pada novel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana fakta cerita dalam novel KKN Di Desa Penari? 2. Bagaimana sarana sastra dalam novel KKN Di Desa Penari? 3. Bagaimana tema dalam novel KKN Di Desa Penari?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan fakta cerita dalan novel KKN Di Desa Penari. 2. Mendeskripsikan sarana sastra dalam novel KKN Di Desa Penari. 3. Mendeskripsikan tema dalam novel KKN Di Desa Penari.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan sehingga penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoretis yaitu dapat dijadikan contoh model penelitian novel dengan teori struktural.

(21)

5

Manfaat secara praktis yaitu pembaca dapat memahami pesan yang terkandung dalam analisis novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman.

1.5 Batasan Istilah

Penelitian yang dilakukan mempunyai beberapa batasan istilah, antara lain: 1. Fakta cerita

Karakter, alur, dan latar adalah fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita (Stanton, 2012: 22).

2. Sarana Sastra

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang), memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 2012: 46). Sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi.

3. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2012: 36).

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian ini tersusun atas lima bab. Bab I Pendahuluan terdiri atas: (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Batasan Istilah, dan (6) Sistematika Penyajian. Bab

(22)

6

II Kajian Teori terdiri atas: (1) Penelitian yang Relevan, (2) Landasan Teori yang terdiri atas: a) Novel, b) Strukturalisme, c) Fakta Cerita, d) Sarana Sastra, dan e) Tema, (3) Kerangka Berpikir. Dalam Bab III Metodologi Penelitian terdiri atas: (1) Metode Penelitian, (2) Sumber Data dan Data, (3) Teknik pengumpulan data, (5) Teknik Analisis Data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas: (1) Analisis Fakta Cerita, (2) Analisis Sarana Sastra, dan (3) Analisis Tema, (4) Pembahasan Fakta Cerita, (5) Pembahasan Sarana Sastra, dan (6) Pembahasan Tema. Bab V Penutup terdiri atas: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

(23)

7 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian tentang analisis fakta cerita dan sarana sastra dalam novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman masih relevan untuk diteliti yaitu:

Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Stefanus Toni Kurniawan pada 2020 yang berjudul “Analisis Fakta Cerita, Sarana Sastra, dan Tema dalam Cerpen “Bromocorah” karya Mochtar Lubis”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mendeskripsikan hasil analisis fakta cerita ditinjau dari karakter, alur, dan latar, mendeskripsikan sarana sastra ditinjau dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi, dan mendeskripsikan tema yang ditinjau dari tema fisik, tema tingkat organik, tema tingkat sosial, tema tingkat egoik, dan tema tingkat divine dan cerpen “Bromocorah” karya Mochtar Lubis. Penelitian tersebut menggunakan teori struktural Robert Stanton. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan teknik membaca dan teknik mencatat.

Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Didik Kusuma Saputra pada 2010 yang berjudul “Fakta Cerita dan Tema Novel Purasani karya Yasawidagda”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan fakta cerita yaitu alur, tokoh/karakter, dan latar serta aspek tema dalam novel Purasani karya Yasawidagda. Penelitian tersebut menitikberakan pada teori struktural dalam kajian karya sastra berbentuk novel. Sumber dari data penelitian tersebut adalah

(24)

8

data primer dan data sekunder yang didapatkan dari hasil wawancara dan studi pustaka.

Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Lutfiya Rochmatin pada tahun 2020 yang berjudul “Analisis Jaringan Komunikasi Media Sosial Fenomena Viral “KKN DI DESA PENARI” Di Twitter”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menjelaskan persepsi pengguna Twitter pada fenomena viral “KKN di Desa Penari” dan untuk menjelaskan jaringan komunikasi pengguna Twitter pada fenomena viral “KKN di Desa Penari”. Pada penelitian tersebut, menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Survey Online yang menggunakan Social Network Analysis (SNA) dalam level aktor. Sumber dari data penelitian tersebut adalah data primer, berupa Tweet, Retweet dan tagar “KKN di Desa Penari” di Twitter. Serta data sekunder, berupa artikel, jurnal, dan penelitian yang terkait.

Penelitian-penelitian tersebut memiliki beberapa persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu mengenai analisis fakta cerita dan sarana sastra yang mencakup beberapa unsur intrinsik yaitu alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Adapun Penelitian yang mempunyai objek yang sama dengan penelitian yang diteliti oleh penulis yaitu tentang KKN Di Desa Penari namun dalam bentuk data berupa Tweet, Retweet dan tagar “KKN di Desa Penari” di Twitter.

(25)

9 2.2 Landasan Teori

Landasan teori memaparkan hasil kumpulan teori-teori dari para ahli berdasarkan bidangnya. Ladasan teori berisi paparan teori-teori yang mendukung maupun yang berlawanan. Landasan teori memaparkan hasil kumpulan teori-teori dari para ahli yang digunakan penulis sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini. Dalam landasan teori terdapat empat pokok pembahan yaitu: (1) novel, (2) fakta cerita, (3) sarana sastra, dan (4) Tema. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing teori dalam teori.

2.2.1 Novel

Novel dikenal di Indonesia sejak terbitnya novel Si Jamin dan Si Johan karangan Merari Siregar pada tahun 1919. Novel tersebut merupakan saduran dari novel Belanda. Pada tahun 1920 terbitlah novel asli Indonesia yang pertama, berjudul Azab dan Sengsara dari pengarang yang sama. Jenis novel berdasarkan panjang penceritaan yaitu roman, novel, dan novellet. Roman dan novel sebenarnya sama panjang. Roman cenderung berisi kehidupan tokoh sejak ia masih kanak-kanak hingga diakhiri kematian tokoh utama. Roman Indonesia pertama berjudul Azab dan Sengsara karangan Merari Siregar, terbit tahun 1920, sedangkan roman detektif pertama di Indonesia berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan karangan Suman Hs (Suhita & Purwahida, 2018: 41).

Sebutan “novel” berasal dari bahasa Italia yaitu novella. Abrams (dalam Nurgiantoro, 2013: 1112) menjelaskan bahwa secara harfiah Novella berarti “sebuah barang baru yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek

(26)

10

dalam bentuk prosa”. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia 'novelet’ (Inggris novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiantoro, 2013: 12).

Novel adalah cerita rekaan berbentuk prosa cukup panjang digambarkan dalam satu plot yang kompleks, sehingga membutuhkan waktu yang relatif panjang untuk membacanya (Suhita & Purwahida, 2018: 41). Jadi bisa disimpulkan bahwa novel adalah salah satu karya sastra berbentuk prosa fiksi yang mengandung rangkaian cerita yang panjang, rumit, dan terperinci mengenai kehidupan tokoh utamanya.

Menurut Stanton, cerpen biasanya menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman sedangkan novel menggunakan 30.000 kata atau 100 halaman (Santosa & Wahyuningtyas, 2010: 2). Novel mempunyai unsur-unsur pembangun cerita di dalamnya. Untuk mengkaji unsur-unsur dalam novel, penulis akan menggunakan teori fiksi Robert Stanton. Stanton (dalam Nurgiantoro, 2013: 31) membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian: fakta, tema, dan sarana pengucapan (sastra). Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya, dalam sebuah novel.

2.2.2 Strukturalisme

Strukturalisme merupakan aliran pemikiran di dalam dunia sastra yang dianut oleh kelompok strukturalis. Kelompok ini memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang berdiri sendiri atau otonom, terlepas dari rujukan sosiologis,

(27)

11

psikologis, filosofis, kultural maupun rujukan ke sejarah sastra. Menurut strukturalisme, karya sastra adalah teks yang tersusun dari bagian intrinsik yang saling berhubungan. Saling berhubungan itulah yang memberi makna atau nilai kepada unsur-unsur tersebut (Siswantoro, 2020: 20).

Abrams (dalam Siswantoro, 2020: 21) mengatakan bahwa dalam pandangan kelompok strukturalis, sebuah karya sastra merupakan mode atau gaya penulisan yang dibentuk oleh hubungan beragam unsur menurut konvensi atau kaidah sastra. Faktor hubungan antar beragam unsur tersebut menghasilkan efek yang tidak merujuk pada realita di luar sistem tersebut.

Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekadar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiantoro, 2013: 60).

Pada penelitian ini, meskipun tidak secara menyeluruh menghubungkan unsur-unsur yang diteliti, namun akan terlihat pada setiap hasil analisis adanya keterkaitan antara masing- masing unsur tersebut. Penulis akan memaparkan unsur dalam pandangan strukturalisme Robert Stanton dengan memaparkan fakta cerita, sarana sastra dan tema dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman.

(28)

12 2.2.3 Fakta Cerita

Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan ‘struktur faktual’ atau ‘tingkatan faktual’ cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton, 2012: 22).

2.2.3.1 Karakter

Kata “karakter” biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter yang merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti “berapa karakter yang ada dalam cerita itu”. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu ‘karakter utama’ yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peristiwa-peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita terhadap karakter tersebut (Stanton, 2012: 33). Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter mempunyai dua konteks, yaitu pelaku/individu dalam cerita, dan penokohan/perwatakannya.

Alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan dinamakan ‘motivasi’. Alasan atas reaksi spontan, yang mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog tertentu disebut motivasi khusus (specific motivation), sedangkan suatu aspek umum dari satu karakter atau dengan

(29)

13

kata lain hasrat dan maksud yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan cerita disebut motivasi dasar (basic motivation) (Stanton, 2012: 33).

2.2.3.2 Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa kausal, yaitu peristiwa-peristiwa yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa yang lain dan tidak dapat diabaikan, karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2012: 26).

Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri, meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur memiliki hukum-hukum sendiri; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2012: 28).

Unsur alur dibagi menjadi dua bagian, yaitu “konflik” dan “klimaks”. Setiap karya fiksi setidak-tidaknya memiliki konflik internal (yang tampak jelas) yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini merupakan subordinasi satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal, atau dua-duanya. Semua konflik ini disimpulkan dalam satu konflik utama (central conflicts). Konflik utama selalu mempertentangkan antara dua nilai atau kekuatan yang mendasar, seperti kejujuran

(30)

14

dan kemunafikan, individualitas dan kemauan beradaptasi, dan sebagainya. Konflik utama merupakan inti cerita. Sebuah cerita mungkin saja terdiri atas beberapa konflik kekuatan, namun konflik utama yang dapat merangkum peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam alur (Stanton, 2012: 3132).

Konflik yang muncul dalam cerita akan mengarah pada klimaks. Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan. Klimaks utama sering berwujud satu peristiwa yang tidak terlalu spektakuler. Klimaks utama tersebut acap sulit dikenali karena konflik-konflik subordinat pun memiliki klimaks-klimaksnya sendiri (Stanton, 2012: 32).

2.2.3.3 Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor seperti sebuah cafe di Paris, pegunungan di California, dan sebagainya. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu (hari, bulan, tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mood emosional yang melingkupi sang karakter. Tone emosional ini disebut dengan istilah “atmosfer”. Atmosfer bisa jadi merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang karakter atau sebagai salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang karakter (Stanton, 2012: 3536).

(31)

15 2.2.4 Sarana Sastra

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 2012 : 46). Sarana sastra terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi.

2.2.4.1 Judul

Judul tidak selalu relevan terhadap karya yang diampunya, namun penting bagi kita untuk selalu waspada bila judul tersebut mengacu pada satu detail yang tidak menonjol. Judul semacam ini acap kali (terutama sekali dalam cerpen) menjadi penunjuk makna cerita bersangkutan (Stanton, 2012: 5152).

2.2.4.2 Sudut pandang

Berdasarkan tujuannya, sudut pandang terbagi menjadi empat. Kombinasi dan variasi dari keempat tipe tersebut bisa sangat tidak terbatas. Keempat tipe sudut pandang tersebut adalah sebagai berikut:

a) Sudut pandang “orang pertama-utama”, sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri.

b) Sudut pandang “orang pertama-sampingan”, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan).

c) Sudut pandang “orang ketiga-terbatas”, pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya

(32)

16

menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja.

d) Sudut pandang “orang ketiga-tidak terbatas”, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir.

Terkadang sudut pandang digambarkan melalui dua cara yaitu “subjektif” dan “objektif”. Dikatakan subjektif ketika pengarang langsung menilai atau menafsirkan karakter. Sedangkan dikatakan objektif, pengarang menghindari usaha menampakkan gagasan-gagasan dan emosi-emosi karakter (Stanton, 2012: 5355).

2.2.4.3 Gaya dan Tone

Gaya dalam sastra adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada bahasa dan menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan kadar tertentu) akan menghasilkan gaya. Beberapa pengarang mungkin memiliki gaya yang unik dan efektif sehingga dapat dengan mudah dikenali bahkan saat pembacaan pertama. Kita menikmati visi, ilusi, dan pemikiran yang dihadirkan oleh gaya itu dan kita juga mengagumi keahlian sang pengarang dalam menerapkan bahasa. Di samping itu, gaya juga bisa terkait dengan maksud dan tujuan sebuah cerita (Stanton, 2012: 61).

(33)

17

Berikutnya ialah ”tone”, elemen yang amat terkait dengan gaya. Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan. Ketika seorang pengarang mampu berbagi “perasaan” dengan sang karakter dan ketika perasaan itu tercermin pada lingkungan, tone menjadi identik dengan “atmosfer” (Stanton, 2012: 63).

2.2.4.4. Simbolisme

Gagasan dan emosi terkadang tampak nyata bagaikan fakta fisis. Padahal sejatinya kedua hal tersebut tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Simbol dapat berwujud apa saja, dari sebutir telur hingga latar cerita seperti satu objek, beberapa objek bertipe sama, substansi fisis, bentuk, gerakan, warna, suara, atau keharuman. Semua hal tersebut dapat menghadirkan satu fakta terkait kepribadian seorang manusia, ketidakacuhan alam terhadap penderitaan manusia, ambisi yang semu, kewajiban manusia, atau romantisme masa muda.

Pada dunia fiksi, simbolisme memunculkan tiga efek yang masing-masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Kedua, satu simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. Ketiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema. Simbolisme sastra lebih menimbulkan persoalan bagi pembaca jika dibandingkan dengan sarana-sarana lain. Perlu disadari bahwa simbolisme

(34)

18

tidak dengan sendirinya menjadi eksotis atau sulit karena sebetulnya kita sering berhadapan dengannya seperti dalam percakapan sehari-hari, ritual keagamaan, periklanan, pakaian, bahkan mobil (Stanton, 2012: 6465).

2.2.4.5 Ironi

Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Bila dimanfaatkan dengan benar, ironi dapat memperkaya cerita seperti menjadikannya menarik, menghadirkan efek-efek tertentu, humor atau pathos, memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap pengarang, dan menguatkan tema. Pada dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas, yaitu “ironi dramatis” dan “tone ironis‟. “Ironi dramatis‟ atau ironi alur dan situasi biasanya muncul melalui kontras diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan seorang karakter dengan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan “Tone ironis‟ atau “ironi verbal‟ digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan. Satu-satunya cara untuk mengetahui keberadaan ironi dan menafsirkannya adalah dengan membaca cerita berulang-ulang dan dengan teliti. Nikmati ilusi yang diberikan karya sastra, namun tetap selalu ingat bahwa karya sastra adalah rekaan pengarang dan bukan sekadar fakta yang dicomot mentah-mentah (Stanton, 2012: 7174).

(35)

19 2.2.5 Tema

Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekadar memberi cerita, tetapi juga ingin mengatakan/menggambarkan sesuatu kepada pembaca.

Tema menurut Robert Stanton, merupakan aspek cerita yang sejajar dengan “makna” dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Tema membuat cerita menjadi lebih mengerucut, berdampak, menyatu dan lebih fokus. Dan tema memberikan koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita. Fungsi tema telah sepenuhnya diketahui, namun identitas tema sendiri masih kabur dari pandangan. Yang jelas istilah tema sulit untuk didefinisikan. Agar mudah mengidentifikasi tema sebuah cerita, harus diketahui bahwa kerangka-kerangka kasar akan sangat diperlukan sebagai pijakan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih rumit. Cara yang efektif untuk mengenali tema sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya (Stanton, 2012: 3645).

2.3 Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini hal pertama yang dilakukan oleh penulis adalah mencari novel yang akan diteliti. Penulis memilih novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman untuk dianalisis. Kemudian penulis membaca novel tersebut dan setelah membacanya, penulis menentukan teori yang akan digunakan yaitu teori struktural Robert Stanton. Dalam teori Robert Stanton, ia membicarakan tiga unsur yaitu: fakta cerita, sarana sastra, dan tema. Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan

(36)

20

yang dilakukan setelah mengetahui hasil dari analisis mendeskripsikan fakta cerita, sarana sastra, dan tema yang terdapat dalam novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman.

2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Novel “KKN Di Desa Penari

Teori Struktural Robert Stanton

Fakta Cerita Sarana Sastra Tema

a. Karakter: sikap karakter dan motivasi dalam diri karakter b. Alur: tahapan alur, hubungan

kausalitas, konflik, dan klimaks c. Latar: latar tempat, latar

waktu, latar sosial

a. Judul

b. Sudut Pandang c. Gaya dan tone d. Simbolisme e. Ironi

Hasil Penelitian dan Pembahasan Karakter, Alur, latar, judul, sudut pandang, gaya

dan tone, simbolisme, ironi, tema.

Analisis unsur Instrinsik

(37)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Ratna (2010: 4647), metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Metode kualitatif dalam penelitian ilmu sastra menghasilkan data deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian yang berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.

3.2 Sumber Data dan Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Buku novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman terdapat 253 halaman. Tahun terbit cetakan pertama tahun 2019 di Jakarta. Penerbitnya adalah PT. Bukune Kreatif Cipta.

Data adalah segala informasi yang berhubungan dengan topik penelitian (Endraswara, 2003: 6). Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif yang berbentuk kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman.

(38)

22 3.3 Instumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman. Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai alat pengumpulan data adalah penulis sendiri karena penulis yang membaca, mengambil data penelitian, membahas serta menyimpulkannya. Ditambah lagi, penulis memahami dengan baik teori struktural Robert Stanton mengenai unsur-unsur pembangun karya sastra.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti (Hamzah, 2019: 80). Dalam mengumpulkan data, dibutuhkan sebuah teknik, dan teknik yang sesuai untuk penelitian ini adalah teknik studi pustaka (library research). Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008: 3).

Dalam hal ini, penulis menggunakan teknik membaca dan mencatat dalam mengumpulkan data. Setelah data sudah terkumpul, data tersebut akan dikelompokkan untuk kepentingan analisis. Data tersebut berupa kalimat pada paragraf dalam novel KKN Di Desa Penari karya Simpleman yang mengandung elemen-elemen struktural meliputi fakta cerita, sarana sastra, dan tema.

(39)

23 3.5 Teknik Analisis Data

Data yang ada dalam penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka (library research). Hal itu berarti, data yang diperoleh berasal dari buku-buku sumber yang berhubungan dengan objek penelitian serta untuk memenuhi tujuan penelitian. Data penelitian dalam pembahasan selanjutnya, diperoleh dari seluruh aspek bahasa dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Langkah berikutnya, penulis membaca seluruh isi novel tersebut serta mengumpulkan bahan dari berbagai sumber. Lalu, penulis mengidentifikasi fakta cerita, sarana sastra, dan tema. Langkah terakhir, penulis menganalisis fakta cerita, sarana sastra, dan tema yang terdapat di dalam novel.

(40)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bab IV akan dikemukakan data yang dalam analisis fakta cerita, sarana sastra, dan tema yang ditemukan dalam novel KKN di Desa Penari karya Simpleman. Dalam novel “KKN Di Desa Penari”, penulis akan menganalisis karakter, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi, dan tema. Data yang ditemukan berupa kutipan-kutipan dalam novel “KKN di Desa Penari” karya Simpleman. Data yang ditemukan dalam analisis berjumlah 181. Hasil deskripsi diuraikan sebagai berikut:

4.1.1 Deskripsi Data Fakta Cerita

Deskripsi data fakta cerita dalam penelitian ini, menganalisis tiga hal, meliputi: karakter, alur, dan latar dalam novel “KKN di Desa Penari” karya Simpleman. Data yang ditemukan dalam analisis karakter berjumlah 115. Data yang ditemukan dalam analisis alur berjumlah 22. Data yang ditemukan dalam analisis latar berjumlah 21. Jadi, data dalam analisis fakta cerita berjumlah 158.

4.1.2 Deskripsi Data Sarana Sastra

Deskripsi data sarana sastra dalam penelitian ini, menganalisis lima hal, meliputi: judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi dalam novel “KKN di Desa Penari” karya Simpleman. Data yang ditemukan dalam analisis judul

(41)

25

berjumlah 6. Data yang ditemukan dalam analisis sudut pandang 4. Data yang ditemukan dalam analisis gaya dan tone berjumlah 7. Data yang ditemukan dalam analisis simbolisme berjumlah 2. Data yang ditemukan dalam analisis ironi berjumlah 1. Data dalam analisis sarana satra berjumlah 20.

4.1.3 Deskripsi Data Tema

Data yang ditemukan dalam analisis tema berjumlah 3.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu penelitian fakta cerita, penelitian sarana sastra, dan penelitian tema.

4.2.1 Hasil Penelitian Fakta Cerita

Hasil penelitian fakta cerita meliputi: penelitian karakter, penelitian alur, dan penelitian latar.

4.2.1.1. Hasil Penelitian Karakter

Hasil penelitian karakter berupa kutipan-kutipan yang terdapat pada novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:

Karakter Widya

Widya Sastra Nindya atau akrab dipanggil Widya merupakan karakter utama dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Widya adalah

(42)

26

mahasiswi akhir di sebuah universitas yang berada di Jawa Timur. Widya bersama Nur, Ayu, Bima, Wahyu, dan Anton melakukan KKN di sebuah desa yang bernama Desa Banyu Seliro (Desa Penari).

(keterangan: K=kutipan) (K.1) Widya

Ia terlihat tengah menunggu seseorang, seakan apa yang ia tunggu akan segera datang, meski ia tidak bisa menyembunyikan kecemasan di raut wajahnya (Simpleman, 2019: 2).

(K.2) Widya

Perubahan wajah terlihat jelas pada perempuan itu. Kecemasan berubah menjadi senyuman. Ia merasa lega, setidaknya, proposal yang ia ajukan kemarin sudah menemui kejelasan (Simpleman, 2019: 3).

(K.3) Widya

“Ada dua mahasiswa juga yang ikut kami. Kenalannya Ayu, kasihan, biar cepat selesai kuliahnya,” sahut Widya sembari tertawa (Simpleman, 2019: 5).

(K.4) Widya

Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. “Oalah, Wid, Wid, jangan kebanyakan ngelamun kamu, nanti kalau kamu kesurupan, aku ndak mau bantuin kamu, mending aku ngemilin kuaci ae.” Wahyu, kating sekaligus teman Ayu yang satu ini paling selengek di antara mereka (Simpleman, 2019: 10).

(K.5) Widya

Pemandangan itu lenyap ketika motor berbelok, tertutup oleh kokoh garis pohon di sepanjang hutan. Widya hanya membatin, Siapa yang menari di malam gulita seperti ini? (Simpleman, 2019: 18).

(K.6) Widya

Mendengar celetukan Ayu yang ketus, membuat Widya sedikit terpicu. Jangan-jangan kedua temannya mengira dirinya berbohong. “Tadi aku benar-benar dengar, gak mungkin telingaku salah. Sebelum masuk desa, ada suaranya, ramai tak kira ada hajatan!” (Simpleman, 2019: 24).

(K.7) Widya

“Kenapa sih, itu anak?” Tanya Widya kepada Nur. “Katanya di tempat mereka tinggal, gak ada kamar mandinya,” sahut Nur “Loh, kasihan,” ucap Widya sembari menahan tawa (Simpleman, 2019: 26).

(K.8) Widya

“Saya ingatkan sekali lagi, jangan ada yang berani melewati batas gapura ini apalagi nekat berjalan menuju ke sana.” Pak Prabu menunjuk ke sebuah lereng jalan setapak yang mengarah ke hutan. Jangankan berjalan menuju sana, membayangkan saja sudah membuat Widya merasa ngeri (Simpleman, 2019: 34).

(43)

27

“Kita belum mandi sejak datang ke desa ini. Ayo mandi, mumpung masih sorean,” ajak Widya memelas. Ia merasa tubuhnya agak lengket dan gatal. Bila tidak mandi, ia takut nanti malam akan sulit tidur (Simpleman, 2019: 36).

(K.10) Widya

Widya tersenyum simpul, “Mohon maaf Mbah, saya tidak minum kopi. Lambung saya tidak kuat, Mbah” (Simpleman, 2019: 58).

(K.11) Widya

Satu kamar lain dihuni oleh Wahyu dan Anton. Mereka sepakat untuk tidur di kamar yang sama. Widya selalu menggoda Wahyu dengan berkata mereka sebenarnya pasangan terlarang yang sedang menyembunyikan hubungan mereka pada kegiatan KKN ini (Simpleman, 2019: 63).

(K.12) Widya

Suatu malam, Widya sedang mengerjakan laporan proker mereka. Ia mendapat satu kelompok proker gabungan bersama Wahyu. Meski sebal, tapi Widya setuju saja, yang penting, Wahyu tidak menggangunya selama pengerjaan proker itu. Bahkan Widya mengatakan, “Biar saya saja yang kerjakan, kamu diam saja. Namamu tetap akan aman di laporan tugas kita” (Simpleman, 2019: 64).

(K.13) Widya

Widya pun membantah, “Masa sih? Gak mungkin lah Mas, Bima itu anaknya gak neko-neko kayak kamu. Lagian dia itu anak jebolan pesantren bareng si Nur. Masa dia tiba-tiba gila?” (Simpleman, 2019: 66).

(K.14) Widya

Ditambah beberapa hari yang lalu ia juga sempat mendengar cerita dari Anton soal gerak-gerik Bima yang mencurigakan. Rasa penasaran itu membuat Widya semakin curiga. Apa benar selama ini Bima melakukan hal yang aneh-aneh tanpa sepengetahuan mereka?” (Simpleman, 2019: 99). (K.15) Widya

“Jangan ngaco, Ton, gak baik fitnah itu,” ucap Widya mencoba menenangkan Anton (Simpleman, 2019: 100).

(K.16) Widya

Dilihatnya suasana desa ketika malam membuatnya sedikit menurunkan keberaniannya. Hampir semua tempat ditutupi kegelapan total. Tapi untuk saat ini ia tidak boleh dikalahkan rasa takut. Rasa penasarannya harus jauh lebih besar. Rasa penasaran itulah yang akhirnya menuntun Widya mengejar Bima. Ia yakin Bima sedang berjalan menyusuri jalan utama desa (Simpleman, 2019: 101102).

(K.17) Widya

Widya terus berlari, memanjat tebing susunan batu itu. Ia terus meninggalkan tempat itu, sembari menangis sekencang-kencangnya, berharap semua ini hanya mimpi belaka (Simpleman, 2019: 110).

(44)

28 Karakter Nur

Nur Azizah Ulfia atau akrab dipanggil Nur merupakan karakter utama dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Nur adalah seorang mahasiswi yang akan melakukan tugas KKN. Tugas KKN tersebut dilaksanakan oleh Nur bersama teman-temannya yaitu Ayu, Widya, Bima, Wahyu, dan Anton di Desa Penari.

(K.18) Nur

Selepas salat, gadis itu kembali ke kamar, merapikan tempat tidur, kemudian berdandan seadanya (Simpleman, 2019: 125).

(K.19) Nur

Namun, sekarang, manakala ia membuka mata, pada hari, ia jadi terbayang rasa lelah dan sedih. Hidup jauh dari pengawasan orangtua akan segera terbayar lunas dengan ijazah yang selama ini ia harapkan. Dalam hati, gadis itu berbisik pada diri sendiri. “Beberapa langkah lagi” (Simpleman, 2019: 126).

(K.20) Nur

Nur yakin sosok yang ia lihat adalah sosok penunggu tempat itu. Untuk apa ia menampakkan diri di siang bolong seperti ini? Seakan menegur kedatangan mereka. Lantas apa yang membuatnya begitu jelas menunjukkan keberadaannya? Nur tidak mengerti sama sekali (Simpleman, 2019: 137).

(K.21) Nur

Nur yang sudah tidak tahan mendengar perdebatan mereka lantas menjadi penengah. “Sudah-sudah, apa-apaan sih, kalian! Kita tuh lagi di rumah orang, kalau ngomong jangan keras-keras. Gak enak sama yang punya rumah.” Ucapan Nur membuat Ayu dan Widya terdiam sesaat. Karena merasa kesal, Ayu pergi keluar kamar. Entah ia mau pergi ke mana (Simpleman, 2019: 152153).

(K.22) Nur

Penjelasan Pak Prabu seakan menjawab pertanyan Nur, kenapa tidak menemukan kamar mandi di rumah Bu Sundari. Rupanya begitu, semua warga kesulitan akses air sehingga kegiatan mandi di sini hanya bisa dilakukan di luar rumah, kecuali untuk membuang air kecil. Nur tidak menyangka, kehidupan di desa ini ternyata lebih sulit dari yang ia bayangkan (Simpleman, 2019: 157).

(K.23) Nur

Entah bagaimana itu terjadi, perasaan buruk itu kembali muncul. Setiap kali Nur berada di dekat bangunan ini, perasaannya menjadi campur aduk, seakan tempat ini memiliki energinya sendiri dan membuatnya merasa ngeri. Nur pun hanya diam saja saat Pak Prabu menjelaskan kembali tentang

(45)

29

bangunan itu. Ia kembali merasa dirinya diawasi oleh sesuatu yang tidak terihat (Simpleman, 2019: 158).

(K.24) Nur

Karena malas memikirkan hal itu, lantas Nur mengingatkan Widya, “Udahlah Wid, bukan urusan kita itu. Mungkin mereka punya alasan sendiri” (Simpleman, 2019: 169).

(K.25) Nur

Namun seketika Nur teringat dengan pesan gurunya ketika di pondok, bahwa tidak ada yang lebih mulia dari manusia. Lantas hal itu membuat Nur mencari-cari sesuatu, tangannya meraba-raba hingga menemukan sebuah batu. Sambil mengucap kalimat syahadat, Nur melemparkan batu itu pada sosok yang ada di hadapannya. Seketika sosok itu hilang, pergi lenyap begitu saja (Simpleman, 2019: 172).

(K.26) Nur

Nur masih tidak mengerti. Lantas bagaimana biar ia tidak diganggu oleh penghuni di sini, karena sejujurnya, Nur tidak sanggup melihat wajah dan bentuk mengerikan mereka yang selalu mengganggunya (Simpleman, 2019: 182).

(K.27) Nur

“Memang siapa yang ada di dalam kamar Bima? Siapa perempuan yang kamu dengar?” tanya Nur penasaran (Simpleman, 2019: 192).

(K.28) Nur

“Khilaf?” ulang Nur. “Gila kamu ya, seenaknya cuma bilang khilaf. Dengar ya, masalah ini bukan masalah sepele, kita di sini itu tamu. Lantas kamu melakukan itu seakan-akan apa yang kamu lakukan itu tidak akan mendatangkan marabahaya. Bayangkan bila ada warga yang tahu. Orang sepertimu hanya akan membuat semua warga mengusir kita! Berengsek ya, kamu rupanya!” (Simpleman, 2019: 207).

(K.29) Nur

Warga dengan hati-hati menidurkan Bima di samping Ayu. Mereka berdua tampak mengenaskan. Nur menangis sejadi-jadinya. Wahyu yang melihatnya merasa tidak tega. Ia memeluk Nur, membuatnya agar ia tidak melihat apa yang terjadi kepada dua temannya (Simpleman, 2019: 235). (K.30) Nur

“Sudah Wid sudah, jangan menangis lagi,” ucap Nur. Ia mencoba menenangkan Widya dengan cara memeluk dan mengusap bahunya agar Widya menjadi tenang (Simpleman, 2019: 237).

(K.31) Nur

Nur yang mendengarnya tampak kaget, ia berharap pak Prabu bisa menahan sedikit berita ini agar jangan sampai keluar lebih dulu sebelum tahu kejelasan nasib Ayu dan Bima. Namun tampaknya Pak Prabu sudah putus asa (Simpleman, 2019: 239).

(K.32) Nur

Nur merasa kagum, ia masih sama. Tutur katanya lembut dan selalu merendah, tapi ada kebajikan ketika kalimat itu keluar dari mulutnya (Simpleman, 2019: 249).

(46)

30 Karakter Ayu

Ayu merupakan karakter pendukung dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Ayu adalah seorang mahasiswi sahabat dari Nur dan Widya. Bersama teman-temannya, Ayu mengikuti kegiatan KKN yang berlokasi di Desa Banyu Seliro. Dalam cerita, Ayu adalah salah satu korban karena ia meninggal di akhir cerita.

(K.33) Ayu

“Gak bercanda juga gak apa-apa, Pak. Dia ini mahasiswa yang sebentar lagi kena DO,” sahut Ayu, sembari melotot pada Wahyu (Simpleman, 2019: 31). (K.34) Ayu

Ayu begitu antusias menceritakan banyak hal kepada Nur tentang desa yang akan menjadi tujuan mereka. Ia menjelaskan bahwa desa ini sangat asri, alami, dan bebeda dari desa yang lain. Karena aksesnya yang cukup terpencil, desa ini membutuhkan banyak sekali perombakan. Ayu yakin bahwa kedatangan mereka ke sana dapat membantu membuat desa ini maju sehingga memberikan dampak dalam jenjang waktu yang panjang (Simpleman, 2019: 128).

(K.35) Ayu

“Oh gitu,” Ayu mengangguk. “Ya sudah, hati-hati. Biar aja nanti kalau ketemu Anton aku hajar, masa perempuan disuruh berangkat ngurus ini-itu sendirian,” ucap Ayu membuat Widya dan Nur tersenyum mendengarnya (Simpleman, 2019: 176).

(K.36) Ayu

Ayu yang sedari tadi memilih diam akhirnya ikut bicara. Ia memohon agar Nur tidak menceritakan masalah ini kepada siapapun. “Aku mohon, gimana reaksi semua orang terhadap kami kalau mereka tahu perbuatan kami? Ayu mulai meneteskan air mata (Simpleman, 2019: 207).

Karakter Wahyu

Wahyu merupakan karakter pendukung. Wahyu adalah salah satu dari keenam mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Penari. Wahyu adalah kakak tingkat kenalan Ayu.

(K.37) Wahyu

“Oalah, Wid, Wid jangan kebanyakan ngelamun kamu, nanti kalau kamu kesurupan, aku ndak mau bantuin kamu, mending aku ngemilin kuaci ae.”

(47)

31

Wahyu, kating sekaligus teman Ayu yang satu ini memang menyebalkan sekaligus paling selengek di antara mereka (Simpleman, 2019: 10).

(K.38) Wahyu

“Jancuk, numpak sepeda tah iki?” (sial, naik motor ya ini) kata Wahyu yang memancing tatapan sengit semua anak-anak yang mendengar ucapannya (Simpleman, 2019: 14).

(K.39) Wahyu

Wahyu yang orangnya memang apatis terhadap hal seperti itu, justru merasa senang. Karena ia tidak harus repot-repot mengerjakan tugasnya. Lagipula dirinya sendiri memang tidak begitu mengerti apa yang harus dikerjakan (Simpleman, 2019: 64).

(K.40) Wahyu

“Sepi banget ya Wid, serem. Untung ada kamu mau nemenin,” ucap Wahyu memecah kesunyian (Simpleman, 2019: 79).

(K.41) Wahyu

“Wid, jangan cepat-cepat, santai sedikitlah. Kalau sampai kamu nanti kesurupan, siapa yang bakal nolongin kamu? Benar-benar keterlaluan kamu, apa kamu gak lihat, dari tadi aku sudah dorong motor!” (Simpleman, 2019: 81).

(K.42) Wahyu

“Aku ketemu sama penari yang cuuuuantik sekali. Gila, kembang kampus saja gak ada yang mendekati kecantikannya” (Simpleman, 2019: 87). (K.43) Wahyu

Karena tidak sabar menunggu Widya membuka tasnya, Wahyu segera merebut tas Widya. Dengan tak sabaran Wahyu membuka dan mengeluarkan isinya. Wahyu terdiam sesaat saat mendapati bungkusan daun pisang. Aneh, pikirnya. Ia ingat betul bingkisan yang ia terima dibungkus dengan sebuah kain (Simpleman, 2019: 8889).

(K.44) Wahyu

“Bangsat memang Bima sama Ayu! Bisa-bisanya mereka berbuat maksiat di tempat seperti ini!” ucap Wahyu sembari berteriak yang disambut dengan tepukan Anton agar ia lebih tenang, dan sedikit bersimpati terhadap Widya dan Nur (Simpleman, 2019: 119).

(K.45) Wahyu

Wahyu menatap Nur kesal. “Kenapa baru cerita hal goblok semacam ini? Kamu gak ada otak atau bagaimana??” (Simpleman, 2019: 231).

(K.46) Wahyu

Mereka berdua tampak sangat mengenaskan. Nur menangis sejadi-jadinya. Wahyu yang melihatnya merasa tidak tega. Ia memeluk Nur, membuatnya agar ia tidak melihat apa yang terjadi kepada dua temannya (Simpleman, 2019: 235).

(48)

32 Karakter Anton

Anton merupakan karakter pendukung. Anton adalah salah satu dari keenam mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Penari. Anton adalah teman Wahyu dan kakak tingkat kenalan Ayu.

(K.47) Anton

Namun, Nur tiba-tiba terhuyung, Anton yang melihatnya dengan sigap menahan tubuhnya (Simpleman, 2019: 32).

(K.48) Anton

“Bima suka mengurung diri dalam kamar kalau menjelang sore. Awalnya tak kira istirahat, tapi anehnya kok setiap hari menjelang sore pasti langsung masuk kamar. Tidak cuma itu, ia seperti menyembunyikan sesuatu, tapi aku gak tau apa itu,” kata Anton, lantas ia kemudian melanjutkan ceritanya. “Pernah karena aku sudah curiga, ia tak tungguin dari luar kamar. Demi Tuhan, ada suara perempuan dari dalam kamarnya. Bila ia sampai melakukan tindakan asusila di posko ini, aku bisa perpanjang urusan ini. Yang dia bawa bukan cuma namanya saja, tapi nama kamus juga,” tukas Anton kesal saat bercerita kepada Widya (Simpleman, 2019: 99100). (K.49) Anton

“Bangsat memang Bima sama Ayu! Bisa-bisanya mereka berbuat maksiat di tempat seperti ini!” ucap Wahyu sembari berteriak yang disambut dengan tepukan Anton agar ia lebih tenang, dan sedikit bersimpati terhadap Widya dan Nur (Simpleman, 2019: 119).

(K.50) Anton

“Lalu di atas sesajen itu ada sebuah foto. Foto temanmu, Widya. Menurut kamu apa maksudnya coba hubungkan foto Widya sama sesajen yang ia bawa?” (Simpleman, 2019: 191).

(K.51) Anton

“Wid, kata kakekku, kalau menemukan rambut di tempat yang tidak diduga-duga seperti itu, biasanya kalau dia tidak diincar jin, ya karena disantet oleh orang yang gak suka,” ucap Anton tiba-tiba (Simpleman, 2019: 196197).

Karakter Bima

Bima merupakan karakter pendukung. Bima adalah salah satu dari keenam mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Penari. Bima adalah temannya Nur sewaktu masih berada di pesantren. Di akhir cerita Bima meninggal.

(49)

33 (K.52) Bima

Awalnya Wahyu ingin protes, tapi, Bima yang melihat gelagat itu segera menghentikannya. Hal tersebut membuat Wahyu menahan dongkol, Bima tersenyum, mengatakan terima kasih (Simpleman, 2019: 23).

(K.53) Bima

Hingga, Bima tiba-tiba bertanya, “Mohon maaf pak, kenapa di beberapa batu nisan dibalut sebuah kain hitam?” (Simpleman, 2019: 31).

(K.54) Bima

Widya tampak terkejut mendengarnya, lantas ia bertanya apakah Bima bersedia karena tempat KKN mereka cukup jauh dan tentu saja akan sangat melelahkan. Rupanya Bima bersedia dan ia juga mengatakan bahwa ia semakin bersemangat bila mendapat tempat yang jauh. Selain bisa melihat-lihat dan belajar, itung-itung jalan-jalan (Simpleman, 2019: 140).

(K.55) Bima

“Ada apa Nur, kamu kok bisa lemas gini? Belum sarapan?” tanya Bima lembut. “Sudah kok tadi. Gak tau tiba-tiba badanku kayak gak enak gini,” jawab Nur apa adanya. “Apa karena tempatnya wingit, ya, Nur? Apa itu yang bikin kamu ngerasa gak enak? Memang ada yang kamu lihat disana? Coba ceritakan pada saya,” Bima menatap Nur (Simpleman, 2019: 164). (K.56) Bima

“Aku sering lihat dia tersenyum kadang tertawa sendirian. Tidak cuma itu, kadang dia bicara sendiri di dalam kamar. Dan mohon maaf ya Nur, aku sering dengar dia kayak lagi onani” (Simpleman, 2019: 190).

(K.57) Bima

“Sumpah Nur, demi Tuhan. Aku kayak gak sadar dengan apa yang aku lakukan. Aku baru sadar setelah semua itu terjadi,” ucap Bima berusaha meyakinkan Nur (Simpleman, 2019: 216).

(K.58) Bima

“Aku tahu, tapi dia berjanji akan memberikan Widya kepadaku. Dan saat itulah, aku baru dasar, bila aku sudah terlalu jauh dan tidak dapat kembali lagi,” ucap Bima pasrah (Simpleman, 2019: 218).

Karakter Pak Prabu

Pak Prabu merupakan karakter pendukung dalam novel “KKN Di Desa Penari” karya Simpleman. Ia adalah kepala Desa Banyu Seliro (Desa Penari), tempat keenam mahasiswa melakukan KKN.

(K.59) Pak Prabu

Semua anak tertawa saat Pak Prabu mengatakan itu. Ungkapan “rumahku adalah surgaku” seperti penggambaran Pak Prabu itulah yang membuat akhirnya semua anak-anak memaklumi, dan mencoba mengerti serta tidak

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang fakta cerita yang terdapat dalam novel tersebut.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

Pertama, untuk mendapatkan analisis fakta cerita yang meliputi alur, tokoh, dan latar, serta tema dalam novel AKK dengan menggunakan teori struktural.. Kedua, untuk

karya Adinda AS yang berupa unsur-unsur struktural yang meliputi fakta-fakta cerita (karakter, alur, latar), tema, dan sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya

Dalam penelitian ini, unsur-unsur intrinsik yang akan diteliti adalah tema, fakta cerita yang meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar, serta sarana cerita yang meliputi sudut

Pengamatan studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati hubungan antar-unsur berupa fakta cerita, tema, dan sarana sastra untuk menemukan kesatuan dalam

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana fakta cerita dalam novel Blakanis yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar?, (2) bagaimana

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Pendekatan Struktural ... Fakta-Fakta Cerita ... Sarana-Sarana Sastra ... Ilmu

Landasan kajian ini meliputi struktur cerita novel yang terdiri atas tema, fakta cerita alur, tokoh, latar, dan sarana sastra judul, sudut pandang, gaya bahasa, serta nilai pendidikan