• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dituliskan pada bagian A hasil belajar yang didapatkan dengan mengunakan alat peraga lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan alat peraga. Siswa juga memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

24,24 84,85 60,61 15,15 15,15 0 0 0 0 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II

Hasil Analisis Motivasi Belajar Awal Kelas VIII A

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah 1. Peningkatan Motivasi Belajar

Peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini didapat dari hasil lembar kuisioner. Lembar kuisioner diisi oleh siswa kelas VIII A. Lembar kuisioner diberikan peneliti pada awal penelitian dan akhir penelitian. Lembar kuisioner yang peneliti berikan bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan.

Gambar 4.4 Hasil Analisis Motivasi Belajar Kelas VIII A

Berdasarkan diagram batang pada gambar 4.4 diatas hasil analisis pencapaian motivasi awal menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 24,24% dan pada siklus II 84,85%. Dengan demikian, dalam kategori sangat tinggi mengalami peningkatan sebesar 60,61%. Berbeda dengan kategori tinggi, kategori

: target ketercapaian

sedang mengalami penurunan dari siklus I sebanyak 60,61% siswa dan pada siklus II menurun menjadi 15,15%. Pada kategori cukup pada siklus I 15,15% menurun menjadi 0% sedangkan tidak ada satupun siswa yang memiliki hasil belajar aspektif kategori rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil tersebut pada kategori sangat tinggi mengalami peningkatan yaitu dari 66,67% menjadi 100%, sedangkan pada kategori tinggi dan cukup mengalami penurunan yaitu dari 60,61% menjadi 15,15% dan 15,15% menjadi 0%, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan motivasi belajar siswa meningkat.

Tingkat motivasi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat dilihat ketika siswa mulai berdiskusi dalam kelompok, yaitu mulai dari siswa bersikap. Sikap siswa saat berdiskusi, secara tidak langsung siswa menunjukkan minat mereka. Minat yang siswa ditinjukaan dengan antusias mereka saat berdiskusi dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Antusiasme tersebut menunjukkan bahwa siswa tampak termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Tidak hanya itu saja, hal itu juga ditunjukkan dengan mereka selalu bertanya baik kepada teman satu kelompok maupun kepada peneliti. Rasa ingin tahu yang siswa tunjukkan merupakan salah satu hal yang mendasari kemauan siswa untuk belajar lebih dari sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2003).

Peningkatan hasil belajar yang dilihat dari lembar observasi, dimana didalamnya terkandung beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu keinginan belajar, kesiapan siswa, ketertarikan siswa, dan keseriusan. Keinginan belajar siswa merupakan hasrat untuk memperoleh ilmu pengetahuan, informasi yang timbul dari diri sendiri. Keinginan yang dimaksudkan ialah keinginan belajar siswa dalam mempelajari bangun ruang sisi datar dengan indikator luas permukaan dan volume kubus serta balok. Kesiapan siswa merupakan ketersediaan dirinya untuk menerima informasi. Kesiapan dalam hal ini adalah kesiapan dalam mengikuti pembelajaran. Ketertarikan adalah kesungguhan untuk memperhatikan hal atau informasi. Ketertarikan yang dimaksudkan ialah ketertarikan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Keseriusan merupakan kesungguhan untuk menyukai suatu hal, hal ini terlihat ketika siswa menjawab dan memberikan tanggapan saat diskusi dan kegiatan pembelajaran berlangsung. Partisipasi merupakan peran aktif seorang dalam suatu hal, partisipasi yang dimaksudkan yaitu partisipasi dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran.

Faktor-faktor yang terkandung didalam kuesioner mempengaruhi peningkatan hasil motivasi sehingga pada siklus ke II sudah mencapai indikator yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar dengan indikator luas permukaan dan volume kubus serta balok dengan menggunakan alat peraga membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga merupakan suatu cara yang dapat menarik perhatian siswa untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan fungsi alat peraga yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1997) yaitu dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak senang, terangsang, kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika. Dengan menyajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

Selain itu, peneliti juga memberikan bentuk motivasi ekstrinsik yang lainnya yaitu berupa pujian. Pujian diberikan kepada siswa atau kelompok yang mengerjakan Lembar Diskusi Siswa (LDS) serta mempresentasikannya dengan baik. Selain itu, pujian juga diberikan kepada siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. Pujian yang diberikan berupa penyampaian verbal seperti ungkapan “iya, tepat sekali, tepuk tangan untuk mbak atau mas (nama siswa)”, dan non verbal berupa acungan ibu jari. Hal di atas sejalan dengan pendapat Hamalik (2003) yang berpendapat pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang

45,45 87,87 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II

Ketuntasan Klasikal Siswa Siklus I dan Siklus II (Dalam %)

Siklus I Siklus II telah dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong belajar karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang.

2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Peningkatan hasil belajar diperoleh dari hasil kondisi awal dan posttest pada siklus II. Posttest tersebut dikerjakan oleh siswa kelas VIII A dan hasil yang diperoleh dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi dapat di lihat dari capaian KKM pada diagram batang gambar 4.5 di bawah ini:

Gambar 4.5. Kutuntasan Klasikal Siklus I dan Siklus II

Pada gambar 4.5 menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II, dimana hasil belajar siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I ialah 45,45% dan siklus II ialah 87,87%. Diagram batang pada gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa presentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan terjadinya peningkatan presentase jumlah siswa yang telah mencapai KKM yaitu sebesar 42,42%. : target ketercapaian

71,67 76,39 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II Rata-rata Kelas VIII A

Siklus I Siklus II Pada siklus II siswa yang telah mencapai KKM sudah mencapai target yang peneliti tetapkan yaitu 75%.

Selain peningkatan presentase jumlah siswa yang telah mencapai KKM, peningkatan juga dapat terlihat pada nilai rata-rata siswa kelas VIII A. Berikut adalah diagram batang pada gambar 4.6:

Gambar 4.6. Rata-rata Kelas VIII A

Pada gambar 4.6 diagram batang menunjukkan nilai rata-rata kelas VIII A meningkat dari 71,67 pada siklus I dan 76,39 pada siklus II. Peningkatan yang tidak begitu besar yaitu 4,72 akan tetapi pada siklus II sudah mengalami ketercapaian indikator keberhasilan nilai rata-rata yaitu 75.

Tidak adanya peningkatan yang besar pada siklus I dan II disebabkan oleh faktor dari siswa sendiri dan situasi pembelajaran. Faktor ini sangat berpengaruh dalam hasil belajar siswa. Situasi pembelajaran pada siklus II membutuhkan waktu yang lebih lama daripada waktu pada siklus I serta : target

terasa terburu-buru dalam menyampaikan kesimpulan dan penegasan membuat para siswa tidak mempuyai kesempatan untuk bertanya. Pada siklus II, percobaan yang dilakukan dengan menggunakan kubus satuan sebanyak 3 kali percobaan ,akan tetapi karena keterbatasan waktu hanya dilakukan 2 kali percobaan saja.

Faktor lain yang mempengaruhi ialah faktor dari siswa sendiri. Hal ini terlihat pada siklus II karena keterbatasan waktu yang dimiliki soal yang ada di dalam Lembar Diskusi Siswa (LDS) tidak dapat dikerjakan dan dibahas bersama,sehingga siswa kurang untuk berlatih. Namun, soal yang tidak dapat dikerjakan itu menjadi tugas mereka yang dikerjakan di rumah. Kenyataannya mereka tidak mengerjakan soal tersebut sehingga apa yang didapatkan tidak maksimal. Hal ini yang menyebabkan kurangnya pemahaman secara mendalam terhadap luas volume kubus dan balok.

Pada kondisi awal dan siklus II menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa kelas VIII A SMP N 3 Tulang Bawang Udik yang mencapai KKM sebanyak 9% dari 33 siswa sedangkan pada siklus II yaitu 87,87%. Pada kondisi awal sebelum diberikan perlakukan dan hasil posstest 2 siklus II setelah diberikan perlakuan, nilai rata-rata yang diperoleh kelas VIII A yaitu 58,00 dan 76,39. Jika dilihat dari hasil belajar kognitif baik dari presentase siswa yang tuntas atau mencapai KKM dan nilai rata-rata kelas VIII A, terdapat peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa presentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II lebih tinggi daripada kondisi awal begitu pula pada nilai rata-rata kelas VIII A. Hasil ini

9% 87,87% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Kondisi Awal Siklus II

Hasil Belajar Kognitif Kondisi Awal dan Siklus II (Dalam%) Kondisi Awal Siklus II 58 76,39 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kondisi Awal Siklus II

Rata-rata Kelas VIII pada Kondisi Awal dan Siklus II

Kondisi Awal Siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan presentase jumlah siswa yang telah mencapai KKM, yaitu sebesar 78,87% dan nilai rata-rata kelas VIII A, yaitu sebesar 18,39%. Pada siklus II sudah mencapai target yang peneliti tetapkan yaitu 75% siswa tuntas dan nilai rata-rata kelas VIII A .Hal ini dapat di lihat pada diagram batang gambar 4.7 dan gambar 4.8 berikut ini:

Gambar 4.7 Hasil Belajar Kognitif Kondisi Awal dan Siklus II

Gambar 4.8 Rata-rata Kelas VIII A pada Kondisi Awal dan Siklus II : target

ketercapaian

: target ketercapaian

Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dari kondisi awal ke siklus II dikarenakan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut ialah situasi pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, pemberian penghargaan berupa pujian,dan faktor dari siswa sendiri. Situasi pembelajaran ini berkaitan dengan penerapan penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan dan melibatkan seluruh siswa sebagai pelaksana kegiatan. Hal ini ditunjukkan melalui respon siswa yang terlihat gembira dan bersemangat selama pembelajaran berlangsung. Situasi yang siswa rasakan merupakan situasi baru yang belum pernah mereka dapatkan. Hal ini membuat siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memperdalam materi sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar aspek kognitif.

Kerjasama dalam kelompok merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar. Melalui kerjasama akan timbul hubungan antar personal siswa dalam kelompok belajar. Hubungan yang timbul antar personal akan membangun komunikasi yang baik antar anggota kelompok dan membangun kekompakan dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Selain itu, melalui kerjasama mereka juga dapat membantu satu sama lain ketika salah satu diantara anggotanya belum memahami apa yang mereka selesaikan. Melalui kerja sama, mereka lebih mudah untuk memahami apa yang disampaikan oleh teman sebayanya sehingga mengakibatkan hasil belajar aspek kognitif meningkat.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada aspek kognitif ialah pemberian penghargaan berupa pujian. Pujian diberikan kepada siswa atau kelompok terbaik. Hal ini menyebabkan siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik dnegan meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan bertanya kepada peneliti, membaca buku referensi, dan berdiskusi dengan teman.

Faktor keempat ialah faktor dari siswa sendiri berupa kemampuan-kemampuan pemahaman siswa (Suprijono: 2009). Tinggi rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif.

Proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Adanya interaksi membuat hubungan baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hubungan yang baik juga mengakibatkan kedekatan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sehingga tercipta suasana yang tidak tegang dan nyaman. Hal ini yang mengakibatkan tidak adanya kecanggungan dan ketakutan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010) bahwa hubungan guru dengan siswa merupakan faktor lain yang mendukung peningkatan hasil belajar aspek kognitif.

Dari beberapa uraian di atas, penelitian yang telah dilakukan sudah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif. Hal ini terbukti dari hasil post test siswa yang telah meningkat pada siklus II, dapat dilihat dari rata-rata kelas maupun dari presentase siswa yang

mencapai KKM. Hal tersebut sudah sesuai dengan indikator yang di tetapkan oleh peneliti. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga telah membantu siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Tulang Bawang Udik dalam memahami materi bangun ruang sisi datar dengan indikator luas permukaan dan volume kubus serta balok.

Peningkatan motivasi dan hasil belajar yang dicapai siswa dari kondisi awal dan siklus II menunjukkan telah tercapainya target yang ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat peraga mampu memotivasi siswa untuk belajar. Akibatnya, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Selain itu, peningkatan hasil belajar menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga membantu siswa dalam memahami materi bangun ruang sisi datar dengan indikator luas permukaan dan volume kubus serta balok.

Keberhasilan pembelajaran dalam penelitian ini didukung oleh beberapa faktor lain. Beberapa faktor tersebut berasal dari peneliti dan siswa. Kemampuan peneliti dalam melaksanakan dan mendampingi selama proses pembelajaran sangat diutamakan. Bagaimana cara peneliti mengelola suasana kelas sehingga menjadi nyaman dan tidak tegang itu sangat diperlukan agar dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, faktor dari siswa itu sendiri sangat mendukung proses pembelajaran dengan semangat dan antusiasme dalam pembelajaran. Semangat dan antusiasme yang siswa miliki seperti timbal balik ketika guru bertanya siswa menjawab, ketika siswa belum mengerti dan paham mereka bertanya, serta siswa mau mengungkapkan pendapat mereka

dalam pembelajaran. Hal ini timbul karena keinginan mereka sendiri tanpa paksaan dari manapun. Kedua faktor ini mendukung proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan adanya timbal balik antara satu sama lain.

Keseluruhan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 3 Tulang Bawang Udik pada materi bangun ruang sisi datar dengan indikator luas permukaan dan volume kubus serta balok dengan menggunakan alat peraga membantu dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Penggunaan alat peraga memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenkan pembelajaran menggunakan alat peraga memiliki keunggulan dalam pembelajaran, sesuai dengan pendapat Russefendi (2001) yaitu membuat siswa lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar, siswa lebih berminat, siswa lebih mudah memahami materi, dan siswa tidak akan mudah bosan.

Dibalik keunggulan penggunaan alat peraga terdapat juga kendala dalam penggunaan alat peraga. Kendala tersebut ialah siswa baru menggunakan alat peraga dan menemukan sendiri luas dan volum kubus serta balok sehingga membutuhkan waktu yang lama. Dalam penerapannya peneliti berupaya mengatasi kendala tersebut dengan menjelaskan secara perlahan menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, sehingga mudah dipahami oleh siswa.

Dokumen terkait