BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilaporkan bahwa sebagian besar
subyek penelitian memiliki tingkat kecenderungan integrasi pengalaman
spiritual dalam kehidupan keseharian yang tinggi berdasarkan skala DSES.
Sebagian besar subyek merasakan pengalaman spiritual sebagai bagian
integral dalam kehidupan mereka. Perasaan hubungan dengan transenden,
adanya dukungan dari transenden, keadaan internal yang harmonis dan
kekaguman terhadap alam ciptaan merupakan pengalaman-pengalaman yang
dialami oleh sebagian besar subyek dan menjadi bagian dalam pengalaman
keseharian mereka.
Sebagian besar subyek penelitian cenderung memiliki tingkat kepercayaan
menggunakan kepercayaan dan nilai religius dan spiritual memperlihatkan
sebagian besar subyek menggunakan kepercayaan dan nilai religius dan
spiritual sebagai kepercayaan dan nilai pribadi mereka. Hal ini menunjukkan
kepercayaan dan nilai religius dan spiritual merupakan kepercayaan dan nilai
penting dalam kehidupan sebagian besar subyek penelitian. Kepercayaan dan
nilai religius dan spiritual menjadi tuntunan dan informasi bagi sebagian besar
subyek untuk mengenali dan mencapai tujuan akhir. Kondisi ini
memungkinkan sebagian besar subyek penelitian merasakan fungsi-fungsi
kepercayaan dan nilai religius dan spiritual, misalnya munculnya efek placebo
dalam penanganan medis, mendapatkan informasi kognitif mengenai
harapan-harapan positif dan kerangka interpretasi terhadap penderitaan manusia.
Berdasarkan skor global threat, sebagian besar subyek penelitian
cenderung memiliki kecemasan kematian yang rendah. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penjelasan Schulz (1978) yang menyatakan bahwa kecemasan
kematian pada masa dewasa awal relatif rendah.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa kecemasan kematian pada laki-laki
dan perempuan tidak memiliki perbedaan. Temuan ini berbeda dengan
penjelasan Schulz (1978) di mana pada model kognitif, kecemasan kematian
laki-laki lebih tinggi daripada kecemasan kematian perempuan.
Penelitian ini menemukan bahwa usia berhubungan positif dengan
kepercayaan dan nilai religius dan spiritual. Kenaikan usia diikuti oleh
kenaikan tingkat kepercayaan dan nilai religius dan spiritual. Hasil ini
yang berusia tinggi memiliki tingkat kepercayaan dan nilai religius dan
spiritual yang tertinggi sedangkan subyek dengan usia rendah memiliki tingkat
kepercayaan dan nilai religius dan spiritual rendah.
Penelitian ini menemukan bahwa usia berhubungan negatif dengan
kecemasan kematian. Kenaikan usia diikuti oleh penurunan tingkat kecemasan
kematian. Meskipun tingkat kecemasan kematian pada keseluruhan subyek
cenderung rendah, dalam rentang 20 tahun sampai 27 tahun, subyek yang
berusia tinggi memiliki tingkat kecemasan kematian yang rendah sementara
subyek yang berusia rendah memiliki tingkat kecemasan kematian yang
tinggi. Dari sudut pandang teori konstruk personal, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa usia berhubungan dengan kemampuan subyek untuk
menggolongkan konsep diri masa kini pada kutub yang sama dengan konsep
kematian. Pertambahan usia subyek memberikan waktu bagi proses
pembentukan konstruk kematian agar semakin berada pada kutub yang sama
dengan konstruk inti masa kini. Hal ini juga menunjukkan kemungkinan
bahwa subyek penelitian memiliki karakteristik terkait usia yang mengarahkan
proses pembentukan konstruk kematian menuju kutub yang sama dengan
konstruk inti masa kini. Jenis karakteristik subyek terkait usia tersebut perlu
diteliti lebih lanjut pada penelitian selanjutnya.
Penelitian ini menemukan bahwa pengalaman spiritual sehari-hari
berhubungan positif dengan kepercayaan dan nilai religius dan spiritual.
Kenaikan pengalaman spiritual sehari-hari diikuti oleh kenaikan kepercayaan
spiritual dalam kehidupan sehari-hari yang tinggi memiliki tingkat
kepercayaan dan nilai spiritual yang tinggi, sedangkan subyek dengan tingkat
integrasi pengalaman spiritual dalam kehidupan sehari-hari yang rendah
memiliki tingkat kepercayaan dan nilai spiritual yang rendah. teori konstruk
personal menjelaskan bahwa hadirnya kebahagiaan dan perasaan positif
sebagai bukti adanya validasi dalam pembentukan konstruk (Lester, 2009).
Temuan ini membuktikan adanya proses validasi kepercayaan dan nilai
religius dan spiritual sebagai konstruk seseorang yang ditunjukkan oleh
perasaan cinta, kedamaian dan kebahagiaan dalam pengalaman spiritual
sehari-hari. Tingkat validasi yang tinggi diikuti tingginya tingkat kepercayaan
dan nilai religius dan spiritual, sedangkan tingkat validasi yang rendah diikuti
rendahnya tingkat kepercayaan dan nilai religius dan spiritual.
Kedua hipotesis penelitian tidak dapat dianalisis menggunakan regresi
linier karena tidak ditemukan hubungan linier antara variabel bebas dan
variabel tergantung dalam uji linieritas. Hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung didapatkan dari pengujian korelasi product moment
Pearson.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini ditolak dan tidak ditemukan
hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya rasa kedamaian, rasa hubungan yang intim dengan sang
transenden tidak berhubungan secara linier dengan variasi kecemasan
model kognitif, penelitian ini tidak memperlihatkan adanya hubungan antara
perasaan dan pengalaman spiritual dengan kecemasan kematian.
Temuan dalam penelitian ini bertolak belakang dengan temuan penelitian
Edmonson et al. (2008), di mana pengalaman spiritual sehari-hari
berhubungan negatif dengan kecemasan kematian. Perbedaan utama penelitian
ini dengan penelitian Edmonson adalah penggunaan teori Manajemen Teror
oleh Edmonson yang lebih banyak memiliki unsur afektif dibandingkan teori
Konstruk Personal. Teori Manajemen Teror memandang kematian sebagai
teror terhadap manusia, sehingga diperlukan identifikasi terhadap
sistem-sistem masyarakat yang menawarkan keabadian simbolis dan literal, misalnya
sistem religius, yang membantu memunculkan self esteem dan ketenangan
(yang bersifat afektif). Schulz (1978) juga menyebutkan bahwa kecemasan
kematian memiliki aspek kognitif dan afektif. Penggunaan model kognitif
untuk menjelaskan hubungan antara pengalaman spiritual sehari-hari (yang
bersifat afektif) dengan kecemasan kematian (yang bersifat kognitif) diduga
kurang tepat, sehingga memberikan gambaran yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian lebih lanjut menggunakan model afektif dalam
menggambarkan hubungan antara pengalaman spiritual sehari-hari dengan
kecemasan kematian perlu dilakukan.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini, yaitu adanya hubungan antara
kepercayaan dan nilai religius dan spiritual dengan kecemasan kematian
ditolak. Penelitian ini tidak menemukan bahwa orang dengan tingkat
kematian yang terendah, atau orang dengan tingkat kepercayaan dan nilai
religius dan spiritual rendah memiliki kecemasan kematian tertinggi, di mana
orang dengan tingkat kepercayaan dan nilai sedang berada diantara keduanya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Wink dan Scott (2005) yang tidak
menemukan adanya hubungan linier negatif antara religiusitas dengan
kecemasan kematian. Hasil penelitian Wink dan Scott menunjukkan hubungan
yang kompleks antara religiusitas dengan kecemasan kematian, di mana
hubungan keduanya mengukuti garis kurva lengkung (termasuk hubungan
linier). Model penelitian ini tidak peka terhadap pola-pola hubungan
non-linier yang mungkin terbentuk antara kepercayaan dan nilai religius dan
spiritual dengan kecemasan kematian.
Proses pembentukan konstruk menurut teori konstruk personal dapat
bersumber dari berbagai macam informasi dan pengalaman. Teori konstruk
personal tidak membatasi bahwa pembentukan konstruk mengenai kematian
hanya dilakukan berdasarkan informasi kognitif. Pengalaman pribadi
mengenai proses kematian juga dapat berperan dalam proses ini. Schulz
(1978) juga menyebutkan bahwa kecemasan kematian dapat naik saat
seseorang melihat kematian dari teman-teman dan keluarganya, mengingatkan
pada kerentanan seseorang akan kematian. Konstruk kematian dapat juga
terbangun melalui nilai-nilai di luar nilai religius dan spiritual. Penelitian ini
belum mengontrol pengalaman negatif dan nilai-nilai lain di luar
nilai/kepercayaan religius dan spiritual yang mungkin berhubungan dengan
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengalaman spiritual dan
kepercayaan dan nilai religius/spiritual tidak berhubungan linier dengan
kecemasan kematian. Penggunaan model afektif dan non-linier untuk
menyelidiki hubungan-hubungan tersebut perlu dilakukan pada penelitian
selanjutnya.