• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV VESKRIPSI, ANALISIS VATA, VAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan h

penelitian diketahui bahwa pembelajaran matematika di kelas VII

SQ3R semakin kecil, yang artinya hampir seluruh siswa memahami materi yang hasil belajar siswa meningkat pada siklus II.

Selain menggunakan tabel, hasil belajar siswa pada siklus I iagram 4.4 sebagai berikut:

Diagram 4.4

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siswa

Dari diagram di atas terlihat bahwa sebanyak 44,44 % siswa dikatakan as dengan hasil yang diperoleh masih tergolong rendah, hanya 16 orang g telah memenuhi standar KKM yang ditetapkan sekolah, hal ini menunjukkan bahwa penguasaan materi di siklus I masih rendah. Pada

siklus II sebanyak 77,78 % dari siswa atau sebanyak 28 siswa sudah dikatakan tuntas. Sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal dengan baik pada soal ngkat kesukaran mudah dan sedang, sedangkan untuk soal dengan tingkat kesukaran tinggi hanya dapat dikerjakan oleh beberapa siswa yang uan akademik tinggi. Dari hasil tersebut menunjukkan indikator keberhasilan kinerja sudah tercapai yaitu persentase siswa

belajar mencapai 77,78 %.

Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika pada kegiatan pra diketahui bahwa pembelajaran matematika di kelas VII

yang artinya hampir seluruh siswa memahami materi yang

Selain menggunakan tabel, hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siswa

Dari diagram di atas terlihat bahwa sebanyak 44,44 % siswa dikatakan as dengan hasil yang diperoleh masih tergolong rendah, hanya 16 orang g telah memenuhi standar KKM yang ditetapkan sekolah, hal ini menunjukkan bahwa penguasaan materi di siklus I masih rendah. Pada tes akhir siswa sudah dikatakan tuntas. Sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal dengan baik pada soal ngkat kesukaran mudah dan sedang, sedangkan untuk soal dengan tingkat kesukaran tinggi hanya dapat dikerjakan oleh beberapa siswa yang uan akademik tinggi. Dari hasil tersebut menunjukkan indikator keberhasilan kinerja sudah tercapai yaitu persentase siswa yang tuntas

tematika pada kegiatan pra diketahui bahwa pembelajaran matematika di kelas VII-F masih

belum terlihat aktivitasnya karena pembelajaran masih berpusat pada guru, metode pengajaran yang digunakan adalah metode ceramah, siswa kurang aktif bertanya karena tidak tahu apa yang mau ditanyakan, siswa merasa jenuh ketika belajar matematika, siswa mengalami kesulitan jika mengerjakan soal yang berbeda sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika siswa di kelas VII-F masih tergolong rendah sehingga peneliti mencoba memperbaiki pembelajaran di kelas tersebut dengan menerapkan metode pembelajaran SQ3R. Pembelajaran matematika dengan metode SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa karena pada pembelajaran ini siswa dituntun untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. LKS yang digunakan dalam pembelajaran memuat langkah-langkah SQ3R yaitu survey, question, read, recite dan review sehingga aktivitas belajar matematika siswa di kelas tidak terbatas hanya mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan soal latihan.

Penggunaan LKS pada pembelajaran dapat membantu siswa dalam diskusi kelompok untuk memahami materi pelajaran. Pada LKS dengan menggunakan tahapan metode SQ3R menuntun siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Situasi-situasi yang disajikan dalam bahan ajar berbentuk teks matematik yang mudah dipahami siswa atau penyajian teks matematik berupa situasi yang real sehingga siswa dilatih untuk berpikir secara matematik. Penyajian teks matematik yang mudah dipahami atau teks berupa situasi real sangat erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran realistik dan teknik pembelajaran yang berusaha memahami konsep dengan cara yang sederhana.

Selain itu langkah-langkah SQ3R yang diterapkan dalam LKS mengarahkan siswa untuk mandiri jadi dalam setiap pembelajaran yang lebih berperan aktif adalah siswa. Peningkatan aktivitas belajar matematika dari siklus I dengan rata-rata keseluruhan skor sebesar 66,46 % sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh sebesar 80,4 % ini artinya terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, hal ini terjadi karena pada siklus II siswa diberikan reward berupa tambahan poin nilai apabila siswa berani untuk presentasi atau menuliskan jawaban di papan tulis, perbaikan lain pada siklus II

yang menyebabkan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika yaitu siswa tidak hanya menggunakan sumber bacaan berupa teks yang ada di LKS untuk membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat, siswa juga diperbolehkan membaca referensi lain seperti buku paket untuk menambah wawasan dan membantu siswa menjawab pertanyaannya. Pergantian anggota kelompok juga berpengaruh dalam meningkatnya aktivitas belajar siswa karena dengan anggota kelompok yang lebih banyak dari siklus I dan heterogen menjadikan siswa lebih aktif terlibat dalam berdiskusi dan mengerjakan soal latihan. Perlu diperhatikan dalam pembuatan teks pada tahap survey, akan lebih baik jika teks tersebut tidak langsung memberikan rumus-rumus yang terkait dengan materi yang dibahas karena akan membuat siswa kurang kreatif dalam mengembangan pertanyaan-pertanyaan mereka pada tahap question, sehingga lebih baik teks tersebut berupa analogi yang akan membantu siswa menemukan konsep atau rumus terkait materi yang diajarkan.

Sedangkan melalui angket aktivitas belajar matematika siswa untuk indikator visual activity mengalami peningkatan skor sebesar 4,02 dan rata-rata skor siklus II telah mencapai 83,05, begitu pula untuk indikator oral activity¸mental activity dan emotional activity mengalami peningkatan dan pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yaitu skor aktivitas belajar matematika ≥ 75. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R maka hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar matematika siswa diperoleh dari nilai tes akhir siklus, pada siklus I persentase rata-rata ketuntasan siswa hanya sebesar 44,44 % atau sebanyak 16 siswa yang nilainya mencapai KKM ≥ 75, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 33,34% menjadi 77,78 % atau sebanyak 28 orang siswa telah mencapai KKM.

Siswa merespon positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode SQ3R. Hal ini terlihat dari pendapat siswa melalui jurnal harian. Persentase

respon positif siswa pada siklus II meningkat 18,74 %, pada siklus I hasil rata-rata respon positif sebesar 61,12 % dan di siklus II respon positif siswa sebesar 79,86 %. Siswa menyukai dan mendukung pembelajaran dengan metode SQ3R karena dalam pembelajaran ini mereka dituntun untuk berpikir dan mengeksplor ide-ide matematik melalui teks matematik sederhana yang berkaitan dengan situasi real, sehingga membuat lebih mudah dalam memahami materi. Kegiatan diskusi selama pembelajaran juga membuat siswa saling bertukar pendapat dengan temannya, sehingga siswa mampu mengkomunikasikan ide-ide matematik yang dimilikinya. Adanya rangkuman dan penugasan dengan menggunakan kertas origami juga mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. Secara keseluruhan siswa menyukai pembelajaran yang dilakukan.

Hasil penelitian yang ditemukan pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Teguh Firmansyah, Zaenuri, dan Mulyono dengan judul penelitian ” Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VII” penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan metode SQ3R lebih baik dari pada siswa yang menggunakan metode ekspositori . Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitian skripsi Mochamad Ikmal Januar yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Relasional Matematik Siswa Melalui Metode SQ3R di Sekolah Menengah Pertama”, yang menunjukkan bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan pemahaman relasional matematik siswa dan aktivitas belajar matematika juga meningkat dalam penelitian ini. Pada siklus I rata-rata aktivitas belajar matematika siswa sebesar 71,1%, sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar matematika siswa sebesar 82,3%.

Dokumen terkait