• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode pembelajaran SQ3R untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode pembelajaran SQ3R untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

MATEMATIKA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 127 Jakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh : Mimi Umayah 1110017000068

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2015.

Proses pembelajaran yang didominasi guru serta anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan menyebabkan rendahnya aktivitas belajar matematika siswa. Metode SQ3R merupakan suatu alternatif pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif pada setiap tahap-tahapnya dan melatih siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui intisari dari teks yang dibaca. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis peningkatan aktivitas belajar matematika siswa, 2) untuk menganalisis respon siswa, 3) untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa, melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 127 Jakarta tahun ajaran 2014/2015 pada bulan Februari – Maret 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang berlangsung selama dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas, angket aktivitas, jurnal harian siswa, pedoman wawancara dan tes.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata skor aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 66,46 menjadi 80,40 pada siklus II. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap metode pembelajaran SQ3R. Hal ini dapat dilihat melalui hasil jurnal harian yang menunjukan persentase respon positif siswa meningkat dari 61,12% pada siklus I menjadi 79,86% pada siklus II, serta metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 77,78%.

(6)

ii

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, July 2015.

Learning process in the dominance of teachers and students assumption that mathematics is a difficult subject and tedious causes low activity of mathematic learning. SQ3R is an alternative method that involves teaching students to be active in each of the stages and train students to construct their knowledge through the essence of the text being read. The purpose of this research are: 1) To analyze the increased activity of mathematics learning, 2) to analyze students responses, 3) to analyze the improvement of students mathematics learning outcomes, through the application of learning methods SQ3R.

This research was conducted in SMP Negeri 127 Jakarta for academic year 2014/2015 in February – March 2015. The method of this research was classroom action research (CAR) which carried out for two cycles. The research instrument used are observation sheets, mathematic learning activities questionnaire, students daily journal, interview guidelines and test achievement. The results of this research showed an increased of students mathematics learning activities. It can be seen from the increase of the average score of students mathematics learning activities from 66,46 in the first cycle becomes 80,40 in the second cycle. In addition, the result also showed that in general students responded positively to the SQ3R learning method. It can be seen through the result of a daily journal that shows the percentage of positive responses of students has incresed from 61,12% in the first cycle becomes 79,86% in the second cycle, moreover, SQ3R learning method can improve students mathematics learning outcomes to achieve the level of mastery learning 77,78%. Keywords : SQ3R learning method, mathematics learning activities, student

(7)

iii

KATA PENGANTAR

ﻢﯾﺤرﻟاﻦﻣﺤرﻟاﷲاﻢﺳﺑ

Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Afidah Mas’ud, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaanNya. 5. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga Bapak selalu berada dalam kemuliaanNya.

(8)

iv

7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah diberikan oleh Bapak dan Ibu Dosen mendapat keberkahan dari Allah SWT.

8. Pimpinan Staff Perpustakaan Umum dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta Staff Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kepala SMPN 127 Jakarta, Ibu Hj. Supriheni, M.Pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

11. Seluruh dewan guru SMPN 127 Jakarta, khususnya Ibu Isprianingsih, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

12. Siswa dan siswi SMPN 127 Jakarta, khususnya kelas VII-F yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

13. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, ayahanda Munali dan Ibunda Alijah yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kakakku Hernita Karolina dan Iin Nurulita, juga abangku Hendra Gunawan serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan moril serta doanya kepada penulis.

(9)

v

15. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010, khususnya kelas B (WASHABEE). Terimakasih untuk kebersamaan, canda dan tawa serta untuk doa dan semangatnya. Semoga kekeluargaan kita tetap terjalin dengan baik.

16. Dan kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala jasa dan amal kebaikan yang diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan, motivasi, semangat, saran dan doa yang telah diberikan mendapatkan balasan ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sudah mengusahakan yang terbaik. Adapun jika masih ada kekurangan, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, Juni 2015

(10)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

VAFTAR ISI ... vi

VAFTAR TABEL ... viii

VAFTAR VIAGRAM ... ix

VAFTAR GAMBAR ... x

VAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENVAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI, PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINVAKAN VAN HIPOTESIS TINVAKAN ... 9

A. Kajian Teori... 9

1. Aktivitas Belajar Matematika ... 9

a. Pengertian Belajar ... 9

b. Pengertian Matematika ... 11

c. Penegertian Belajar Matematika ... 12

d. Pengertian Aktivitas Belajar Matematika ... 13

e. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar ... 16

2. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) ... 20

B. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ... 26

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

(11)

vii

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 35

G. Data dan Sumber Data ... 36

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 38

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 38

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 39

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 40

BAB IV VESKRIPSI, ANALISIS VATA, VAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Data ... 42

1. Pelaksanaan Prapenelitian ... 42

2. Deskripsi Tindakan Siklus I ... 43

3. Deskripsi Tindakan Siklus II ... 65

B. Analisis Data ... 80

C. Pembahasan Penelitian ... 84

D. Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN VAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan... 89

B. Saran ... 90

(12)

viii

Tabel 3.2 Tahapan Penelitian ... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika ... 37

Tabel 4.1 Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ... 43

Tabel 4.2 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-1 ... 48

Tabel 4.3 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-2 ... 51

Tabel 4.4 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-3 ... 53

Tabel 4.5 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-4 ... 55

Tabel 4.6 Skor Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I ... 56

Tabel 4.7 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I ... 62

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus I ... 63

Tabel 4.9 Refleksi Tindakan Pembelajaran Pada Siklus I ... 64

Table 4.10 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-6 ... 68

Tabel 4.11 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-7 ... 69

Tabel 4.12 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-8 ... 71

Tabel 4.13 Skor Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pertemuan ke-9 ... 73

Tabel 4.14 Skor Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus II ... 74

Tabel 4.15 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus II ... 79

Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus II ... 79

(13)

ix

Diagram 4.1 Skor Aktivitas Belajar Matematika Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Masing-Masing Indikator ... 80 Diagram 4.2 Rata-rata Keseluruhan Skor Aktivitas Belajar Matematika Siswa

Siklus I dan Siklus II ... 81 Diagram 4.3 Perbandingan Respon Siswa Siklus I dan Siklus II ... 82 Diagram 4.4 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar

(14)

x

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 4.1 Pertanyaan Siswa Pada Tahap Question ... 46

Gambar 4.2 Catatan Sederhana Siswa Tahap Recite ... 46

Gambar 4.3 Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil Jawaban dan Catatan Sederhana ... 47

Gambar 4.4 Siswa Membaca Teks LKS... 57

Gambar 4.5 Siswa Terlibat Dalam Proses Diskusi Kelompok ... 58

Gambar 4.6 Siswa Berdiskusi Saat Mengerjakan Soal Latihan ... 59

Gambar 4.7 Rangkuman Hasil Belajar Siswa ... 60

Gambar 4.8 PR Siswa Menggunakan Kertas Origami ... 61

Gambar 4.9 Siswa Membaca Teks LKS... 67

Gambar 4.10 Siswa Menjawab Pertanyaan Yang Telah Dibuat ... 70

Gambar 4.11 Siswa Membaca Teks LKS... 75

Gambar 4.12 Siswa Aktif Berdiskusi ... 76

Gambar 4.13 Siswa Sedang Mengerjakan Latihan Soal ... 77

(15)

xi

Lampiran 1 Hasil Wawancara Guru Prapenelitian ... 94

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 96

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 116

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ... 136

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ... 156

Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Siklus I ... 176

Lampiran 7 Kisi-kisi Tes Siklus II ... 177

Lampiran 8 Soal Tes Siklus I ... 178

Lampiran 9 Soal Tes Siklus II ... 180

Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Siklus I ... 182

Lampiran 11 Kunci Jawaban Tes Siklus II ... 186

Lampiran 12 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus I dan Siklus II ... 190

Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Siklus I dan Siklus II ... 191

Lampiran 14 Hasil Uji Reabilitas Siklus I dan Siklus II ... 195

Lampiran 15 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus I dan Siklus II ... 199

Lampiran 16 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Siklus I dan Siklus II ... 203

Lampiran 17 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ... 205

Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I dan Siklus II ... 208

Lampiran 19 Lembar Observasi Guru ... 210

Lampiran 20 Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I dan Siklus II ... 211

Lampiran 21 Jurnal Harian Siswa ... 213

Lampiran 22 Hasil Respon Siswa Siklus I dan Siklus II ... 214

Lampiran 23 Lembar Wawancara Siswa Akhir Siklus I ... 215

Lampiran 24 Lembar Wawancara Siswa Akhir Siklus II ... 216

Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing I ... 217

(16)
(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang merasa sangat perlu untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga mampu berkompetisi dengan negara-negara lain. Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM erat hubungannya dengan mutu pendidikan di Indonesia, karena pendidikan merupakan salah satu wahana yang dipandang dapat meningkatkan kualitas SDM.

Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. Komponen tersebut meliputi siswa sebagai pelajar, guru selaku pendidik, strategi dan metode pembelajaran, serta sistem evaluasi hasil belajar. Dari beberapa komponen tersebut yang paling bepengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah guru. Guru adalah seseorang yang berada di posisi paling penting untuk menciptakan sumber daya manusia karena seorang guru berhadapan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Tugas seorang guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai perencana, pelaksana dan pengelola proses belajar mengajar di kelas agar dapat berjalan secara optimal. Jika guru berhasil melaksanakan tugasnya dan menciptakan pembelajaran secara optimal, maka setiap siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk terbentuk sebagai siswa yang unggul dan berkualitas.

Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar di kelas akan menghadapi tantangan berupa beragamnya karakter siswa. Setiap siswa merupakan individu yang unik yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Keragaman karakteristik tersebut meliputi keragaman latar belakang, minat, gaya belajar, ataupun keragaman kemampuan siswa dalam menyerap informasi pelajaran.1

(18)

Keragaman yang terjadi dalam suatu kelas merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran, terlebih dalam memutuskan strategi apa yang harus digunakan dalam pembelajaran bagi siswanya. Seiring perkembangan zaman, guru masa kini dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran. Dengan tujuan agar pembelajaran yang dihasilkan berlangsung efektif, memenuhi kebutuhan belajar siswa dan memaksimalkan potensi belajar siswa.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.2 Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, sehingga tingkah laku tersebut melakukan kegiatan atau aktivitas. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting di dalam interaksi belajar-mengajar.3 Dalam pembelajaran, yang lebih banyak

melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah siswa, sedang guru memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4

Keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran berpengaruh juga terhadap hasil belajarnya. Melibatkan siswa secara maksimal dalam aktivitas pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan aktivitas belajar pula, siswa dapat terkembangkan potensi belajarnya. Guru yang baik semestinya memprioritaskan aspek keaktifan siswanya dalam belajar.

2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 171. 3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 95-96.

(19)

Konficius mengungkapkan bahwa what I hear I forget, what I see I remember, what I do I understand.5

Ketiga pernyataan tersebut menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Pada kenyataannya dalam setiap kali pembelajaran matematika guru kurang mengembangkan keaktifan siswa sehingga aktivitas siswa terbatas hanya mendengarkan, mencatat, latihan soal, dan cenderung menuruti doktrin dari gurunya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas VII di SMP Negeri 127 menyatakan bahwa hanya sekitar 40% siswa yang aktif. Guru bidang studi matematika juga menjelaskan bahwa selama proses pembelajaran matematika berlangsung terlihat kurangnya rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari sehingga kemampuan bertanya siswa rendah. Rasa percaya diri siswa juga masih belum tampak, hal itu terlihat dari sedikitnya siswa yang berani untuk presentasi di depan kelas dan menuliskan jawaban di papan tulis, serta siswa belum sepenuhnya tertarik dengan pelajaran matematika, hal tersebut terlihat selama proses belajar berlangsung siswa tidak antusias, mengantuk, atau lebih banyak mengobrol dengan teman sebangkunya. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa aktivitas kelas VII di SMP Negeri 127 masih tergolong rendah.

Rendahnya tingkat keaktifan siswa kelas VII di SMP Negeri 127 ternyata berpengaruh pada rendahnya hasil belajar matematika siswanya, terutama pada kelas VII-F. Ibu Iis selaku guru bidang studi matematika menyatakan bahwa dari tiga kelas yang beliau ajar kelas VII-F merupakan kelas yang paling sedikit siswanya yang mencapai atau melebihi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sulit, membosankan, dan menyeramkan sehingga apabila siswa menemui suatu materi yang tidak dimengerti, siswa enggan bertanya kepada guru. Terlebih jika guru

(20)

memberikan latihan soal yang berbeda dari contoh yang diberikan, siswa tidak kreatif dalam menjawab soal karena telah terpaku dengan contoh soal yang ada. Hal tersebut dikarenakan guru kurang menggali aktivitas siswa dalam mengerjakan soal.

Hal serupa juga peneliti temui saat melakukan PPKT bulan September-November 2013 di SMA Dua Mei Ciputat. Peneliti menemukan bahwa siswa kelas X seringkali kurang merespon terhadap pelajaran matematika. Siswa tidak fokus mengikuti pembelajaran terutama siswa laki-laki dan yang berada pada deretan belakang, beberapa siswa berbincang dengan siswa lainnya ketika guru menyampaikan materi bahkan ada siswa yang tidur. Tidak mencatat materi pelajaran, telat mengumpulkan tugas atau PR menunjukkan rendahnya rasa tanggung jawab siswa serta kurangnya rasa ingin tahu siswa sehingga jarang sekali yang bertanya selama pembelajaran berlangsung dan hanya sebagian kecil siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran serta aktivitas belajar siswa belum optimal.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi rendahnya aktivitas belajar serta hasil belajar siswa adalah dengan merencanakan proses pembelajaran dengan baik. Menentukan metode pembelajaran merupakan langkah awal dalam merencanakan proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah metode konvensional. Pembelajaran konvensional pada umumnya merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa hanya menjadi penerima sepenuhnya materi pelajaran yang diberikan kepada guru. Pembelajaran ini lebih mengutamakan hapalan dari pada pemahaman dan lebih mengutamakan hasil dari pada proses. Guru biasanya mengajar hanya dengan beracuan pada buku teks yang digunakan sekolah, dengan metode ceramah.

(21)

proses keterlibatan siswa dan siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.6

Solusi untuk masalah-masalah yang diuraikan di atas, diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan siswa menjadi aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa untuk aktif, dapat melatih kemampuannya untuk berfikir memahami konsep matematika dengan pola pikir mereka. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R.

Metode SQ3R adalah metode membaca yang efisien dan membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi terhadap teks yang dibaca. Metode SQ3R dapat mendorong siswa untuk lebih memahami apa yang dibacanya, terarah pada intisari yang tersirat dalam suatu buku atau teks. Langkah-langkah metode SQ3R yang sistematis dapat membuat siswa menggunakan kemampuan berpikirnya dalam memahami ide-ide pokok atau konsep-konsep yang ada dalam teks.

Penerapan metode belajar SQ3R dalam pembelajaran matematika dapat digunakan untuk memahami materi ajar ataupun memecahkan masalah yang dalam penelitian ini akan menggunakan LKS, karena untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah dengan metode SQ3R.7

Langkah-langkah dalam metode SQ3R juga melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar.

Penggunaan metode SQ3R inilah yang diharapkan akan mampu meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Matematika Siswa”.

6 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 106.

(22)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Area dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII-F SMP Negeri 127 Jakarta Barat pada tahun ajaran 2014/2015. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya kebosanan dan kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Pemakaian metode pembelajaran yang kurang variatif oleh guru.

3. Proses pembelajaran yang kurang mengasah keaktifan belajar siswa. 4. Kurangnya respon siswa dalam kegiatan pembelajaran.

5. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika 6. Hasil belajar matematika siswa rendah.

Fokus dalam penelitian ini adalah penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Setelah penulis mengemukakan latar belakang masalah di atas, dapat terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Karena adanya keterbatasan waktu dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka masalah akan dibatasi pada:

1. Aktivitas belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada indikator:

a. Visual Activities : keseriusan siswa dalam membaca teks (survey) pada LKS.

b. Oral Activities : keaktifan siswa dalam bertanya (question), keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok (read).

c. Mental Activities : keberanian siswa presentasi di depan kelas (recite), keterlibatan siswa dalam menyelesaikan latihan soal di LKS, keberanian siswa menuliskan jawaban di papan tulis, membuat rangkuman hasil belajar (review) dan ketuntasan dalam membuat PR (menggunakan kertas origami untuk menjelaskan materi segiempat).

(23)

2. Metode SQ3R yang dimaksud yaitu metode yang terdiri dari tahap survey, question, read, recite dan review. Tahap-tahap metode SQ3R tersebut diterapkan dalam bentuk LKS.

3. Materi matematika yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah materi bangun datar segiempat yang diajarkan pada kelas VII semester genap.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R ?

2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan metode SQ3R pada pelajaran matematika?

3. Apakah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa melalui penerapan metode SQ3R.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap metode pembelajaran SQ3R.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

(24)

2. Bagi siswa, dengan metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar dan memahami materi pada pelajaran matematika.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan

(25)

9

A. Kajian Teori

1. Aktivitas Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor terpenting dalam perkembangan peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu menjadi lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, manusia memerlukan perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan orang lain. Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada manusia disebut belajar.

Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar adalah proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan baik secara formal atau non formal yang dapat merubah pengetahuan yang telah diketahui dengan pengetahuan yang akan diperoleh dari hasil belajar yang bersifat dinamis.

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge). 1

(26)

Secara umum belajar bisa dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Menurut Brend Id lebih menekankan pemenuhan nafsu, super ego lebih bersifat sosial dan moral, sedang ego akan menjembatani antara keduanya. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.2

Menurut pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan, penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.3

Witherington dalam bukunya Educational Psychology mengemukakan belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.4

Sedangkan menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi. Pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.5

Berdasarkan pengertian dari beberapa pakar maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan tingkah laku baik berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik

2 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 22.

3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), h. 136.

4 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-20 h.84.

(27)

sebagai hasil dari pengalaman atau usaha-usaha sehingga akan tercipta kecakapan baru.

b. Pengertian Matematika

Dalam berbagai bahasa matematika dikenal dengan istilah mathematics

(Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Italia),

matematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,

mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan matematika berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).6

Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Matematika dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah suatu ide itu benar atau salah atau paling tidak ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu eksplorasi dan penemuan, disitulah setiap hari ide-ide baru ditemukan. “Matematika adalah metode berpikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis permasalahan yang terdapat di dalam sains, pemerintahan, dan industri”. 7

James dan James (dalam Erman Suherman, 2001) dalam kamus matematikanya mengatakan “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri”.8

Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi perkembangan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK. Matematika yang diberikan di

6 Erman Suherman, Op.Cit., h. 17-18.

7 Sukardjono, dkk, Hakikat dan Sejarah Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h.13.

(28)

sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK), disebut dengan matematika sekolah.

Dari berbagai pengertian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu mengenai bilangan-bilangan yang diperoleh dengan bernalar, terorganisasikan dengan baik, yang dapat diterapkan di sekolah untuk mengembangkan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pengertian Belajar Matematika

Belajar matematika yang dimaksud adalah segala sesuatu aktivitas baik fisik maupun mental yang terjadi dalam pembelajaran matematika, sedangkan makna pembelajaran sendiri merupakan proses yang bukan hanya dari guru yaitu mengajar namun juga ada proses mandiri belajar dari siswa. Menurut Cobb, belajar matematika merupakan proses di mana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika..9

Pada dasarnya hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata.10 Kompetensi matematika yang diharapkan muncul setelah peserta didik belajar matematika berdasarkan Permendiknas No. 22 (Depdiknas, 2006) adalah:

a) Pemahaman konsep

Peserta didik dikatakan memahami suatu konsep matematika bila peserta didik tersebut mampu menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

9Ibid., h. 71.

(29)

b) Penalaran

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c) Pemecahan masalah

Peserta didik dikatakan mampu memecahkan masalah matematika bila peserta didik mampu memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) Komunikasi

Peserta didik dikatakan memiliki kemampuan komunikasi matematika apabila peserta didik dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e) Koneksi

Apabila peserta didik mampu menggunakan atau mengaitkan antara pokok bahasan matematika yang satu dengan yang lainnya, pelajaran matematika dengan pelajaran lainnya dan dengan kehidupan sehari-hari.11

Dari uraian di atas diharapkan dengan belajar matematika peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep, lebih terasah kemampuan bernalarnya, mampu menghubungkan pokok bahasan matematika dengan pokok bahasan yang lain atau dengan lingkungannya, serta mampu memlih strategi yang tepat untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya yang dilakukan secara sengaja yaitu adanya proses belajar dan mengajar matematika yang bertujuan untuk mencapai kompetensi matematika yang diharapkan.

d. Pengertian Aktivitas Belajar Matematika

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah

(30)

sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar.12 Dengan adanya aktivitas dapat mewujudkan siswa yang aktif dan bukan siswa yang pasif.

Belajar pada hakikatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun secara informal. Berbeda dengan Sardiman yang menganggap bahwa sekolah adalah salah satunya pusat kegiatan belajar karena sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.

Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas. Beberapa pandangan psikologi mengenai konsep aktivitas siswa antara lain:

1) Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

2) Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan beraneka ragam pula. 13

Menurut pandangan ahli pendidikan mengenai konsep aktivitas antara lain: a) Prinsip utama yang dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus bekerja sendiri. b) Montessori menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk

berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

c) Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan

12 Sardiman, op. cit., h. 95.

(31)

sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. 14

Ahmad Rohani mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek harus selalu berkaitan. Dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan belajar yang sebenarnya karena aktivitas dan keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar merupakan inti dari suatu proses belajar, karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan atau bergerak tidak mungkin seseorang dikatakan belajar. Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena:

1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.

3) Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. 6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua

dan guru.

7) Proses belajar mengajar diselenggarakan secara realitas dan konkret.

8) Pengajaran disekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. 15

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika adalah suatu kegiatan yang merubah tingkah laku dalam

14 Sardiman, op. cit., h. 96.

(32)

pengembangan pengetahuan, keterampilan dan yang diperoleh secara bernalar dan berhubungan dengan bentuk baik bersifat fisik (berhubungan dengan bilangan) dan mental (penalaran logika). Dan dapat disimpulkan definisi aktivitas belajar matematika secara operasional yaitu kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas atau selama proses pembelajaran berlangsung seperti memperhatikan, bertanya, mengeluarkan pendapat, mencatat, menggambar, membuat kontruksi, melakukan percobaan dan memecahkan masalah.

e. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar

Saat belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Diedrich menyimpulkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 16

1) Visual activities

Aktivitas visual berhubungan erat dengan mata, tanpa mata tidak mungkin aktivitas visual dapat dilakukan. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas

visual berarti belajar. Aktivitas visual dalam arti belajar disini adalah yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Contohnya adalah membaca, memperhatikan : gambar, demonstrasi, percobaan.

2) Oral activities

Jenis aktivitas ini berkaitan dengan berbicara, contoh dari kegiatan ini adalah menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.

3) Listening activities

Aktivitas ini melibatkan indera pendengaran. Contoh aktivitas ini adalah mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa untuk menjadi pendengar yang baik dituntut untuk

(33)

mencatat hal-hal yang dianggap penting di sela-sela aktivitas mendengarkan tersebut.17

4) Writing activities

Aktivitas menulis yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam menulis, penulis tersebut menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar apa yang ditulis nantinya berguna bagi pencapaian tujuan.18 Contoh dari aktivitas ini adalah menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.

5) Drawing activities

Jenis aktivitas ini diantaranya seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.

6) Motor activities

Jenis aktivitas ini diantaranya seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.

7) Mental activities

Jenis aktivitas ini diantaranya seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya. 8) Emotional activities

Jenis aktivitas ini diantaranya seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

John Van De Walle secara lebih spesifik mengungkapkan aktivitas dalam mengerjakan matematika berdasarkan kata kerja yang ditemukan pada literatur-literatur yang membahas tentang perubahan dalam pendidikan, yaitu : mengungkapkan, menyelidiki, menduga, menyelesaikan, membuktikan, menyajikan, merumuskan, menentukan, mengkonstruksikan, menguji, menerangkan, menggambarkan, mengembangkan, memperkirakan dan menggunakan.

17Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), cet. 1, h. 38-39

(34)

Aktivitas-aktivitas tersebut menyatakan proses memahami dan proses menjelaskan. Hal tersebut dikarenakan ketika siswa dilibatkan dalam bermacam-macam kegiatan yang didasarkan pada kata kerja di atas, maka siswa tidak hanya akan menjadi pendengar atau pengamat yang pasif. Mereka perlu secara aktif terlibat memikirkan ide-ide matematika yang dibahas.19

Menurut Neal Grandgenett, Judi Harris dan Mark Hofer aktivitas belajar matematika dibedakan menjadi tujuh macam, sebagai berikut :

1. Tipe aktivitas “mempertimbangkan”

Ketika belajar matematika, siswa sering diminta untuk mempertimbangkan dengan bijaksana konsep atau informasi sehingga berguna untuk pemahaman siswa. Contoh dari aktivitas mempertimbangkan antara lain menghadiri demonstrasi, membaca teks, berdiskusi, mengenal pola, menyelidiki konsep dan memahami atau menentukan masalah.

2. Tipe aktivitas “latihan”

Dalam pembelajaran matematika, seringkali penting bagi siswa untuk dapat mempraktikkan teknik perhitungan atau strategi berbasis algoritma lain, agar siswa dapat menggunakan kemampuan ini dikemudian hari dengan aplikasi matematika yang lebih tinggi. Contoh dari aktivitas latihan antara lain melakukan perhitungan, latihan dan praktik serta memecahkan teka-teki. 3. Tipe aktivitas “menafsirkan”

Aktivitas ini secara lebih jelas dibagi ke dalam enam macam jenis aktivitas yaitu mengajukan sebuah dugaan, mengembangkan argumen, mengelompokkan, menafsirkan representasi atau gambaran, memperkirakan serta menafsirkan kejadian secara sistematis.

4. Tipe aktivitas “menghasilkan”

Ketika siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran matematika, siswa dapat termotivasi untuk menghasilkan karya matematika, bukan hanya menjadi siswa yang pasif menerima materi yang ada. Contoh aktivitas menghasilkan antara lain melakukan demonstrasi, menghasilkan teks,

19 John A. Van De Walle. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan

(35)

menjelaskan objek atau konsep secara sistematis, mengembangkan masalah serta mengahasilkan representasi/gambaran.

5. Tipe aktivitas “menerapkan”

Kegunaan matematika di dunia dapat ditemukan dalam aplikasi yang otentik. Teknologi pendidikan dapat digunakan untuk membantu siswa dalam menerapkan pengetahuan matematika serta untuk menghubungkan konsep-konsep matematika mereka di dunia nyata. Aktivitas ini secara lebih jelas dibagi ke dalam tiga macam jenis aktivitas yaitu memilih strategi, melakukan tes dan menerapkan representasi matematis untuk kehidupan nyata.

6. Tipe aktivitas “mengevaluasi”

Saat siswa mengevaluasi pekerjaan matematika mereka sendiri atau pekerjaan orang lain, mereka terlibat dalam upaya untuk memahami konsep-konsep dan proses matematika. Aktivitas ini secara lebih jelas dibagi ke dalam empat macam jenis aktivitas yaitu membandingkan dan membedakan. Menguji solusi, menguji dugaan serta mengevaluasi tugas matematika.

7. Tipe aktivitas “membuat”

Ketika siswa terlibat dalam pembelajaran matematika dengan tingkat yang lebih tinggi, mereka terlibat dalam proses berpikir yang kreatif dan imajinatif. Hal ini menyatakan keyakinannya bahwa matematika memerlukan usaha untuk berimajinasi dan menciptakan sesuatu. Aktivitas ini secara lebih jelas dibagi ke dalam empat macam jenis aktivitas yaitu mengajar pelajaran, membuat rencana sistematis untuk masalah matematika, membuat produk atau penemuan serta menciptakan cara untuk menyelesaikan masalah matematika. 20

Berdasarkan teori aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

20 Neal Grandgenett, Judi Harris dan Mark Hofer, Mathematics Learning Activity Types, (College of William and Mary, School of Education, Februari 2011), h. 1-6.

(36)

Maka indikator aktivitas belajar yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

a) Visual activities : keseriusan siswa dalam membaca teks (survey) pada LKS. b) Oral Activities : keaktifan siswa dalam bertanya (question), keterlibatan siswa

dalam diskusi kelompok (read).

c) Mental Activities : keberanian siswa presentasi di depan kelas (recite), keterlibatan siswa dalam menyelesaikan latihan soal di LKS, keberanian siswa menuliskan jawaban di papan tulis, membuat rangkuman hasil belajar (review) dan ketuntasan dalam membuat PR (menggunakan kertas origami untuk menjelaskan materi segiempat).

d) Emotional Activities : antusias/senang saat belajar.

2. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Ada beberapa metode membaca yang telah dikembangkan dan diterapkan dalam penelitian, salah satunya adalah metode SQ3R. Metode SQ3R adalah metode membaca untuk memahami isi bacaan yang menggunakan langkah-langkah secara sistematis dalam pelaksanaannya.21 Telah banyak terbukti bahwa dengan metode SQ3R dapat meningkatkan memahami bacaan bahan ajar/materi, soal-soal cerita, dan lain-lain.

Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1946 di Universitas Ohio Amerika Serikat. Metode SQ3R dapat digunakan dalam pembelajaran untuk memahami materi, seperti di perguruan tinggi ataupun sekolah-sekolah sehingga metode ini sangat efektif digunakan untuk mengerjakan tugas bagi para siswa atau mahasiswa.22 Dahulu metode SQ3R digunakan sebagai sistem belajar untuk mahasiswa di perguruan tinggi tetapi metode ini juga cocok untuk alat belajar siswa, karena metode ini mudah diadaptasikan untuk teks cerita nyata yang lebih sederhana. 23

21 H. Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 189.

22Ibid.

(37)

Metode ini dirancang untuk membantu siswa memahami materi yang menggunakan beberapa tahap untuk membimbing siswa selama membaca dan belajar. Langkah-langkah metode SQ3R disusun secara sistematis dan bertahap sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi.

Pada proses belajar, terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan memahami definisi, cerita, atau bacaan lainnya. Karena terkadang ketika sedang membaca siswa tidak sepenuhnya konsentrasi, walaupun mata melihat baris demi baris tetapi pikirannya tidak berada ditempat. Jadi tidak jarang untuk memahami suatu bacaan siswa membaca lebih dari satu kali.

Metode SQ3R dikenal untuk mempelajari suatu bacaan pada mata pelajaran yang banyak mengandung bacaan, seperti mata pelajaran geografi, sejarah, bahasa inggris. Padahal setelah dilakukan beberapa penelitian, metode SQ3R juga dapat diterapkan pada pelajaran eksakta seperti fisika, matematika, kimia, dan biologi. Penerapan pada pelajaran eksakta sama halnya dengan pelajaran non eksakta. Seperti yang dikatakan oleh Sagala (2009) metode SQ3R dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja.24

Metode SQ3R dalam pembelajaran matematika dapat digunakan untuk membaca materi dan soal matematika. Suatu hal yang harus diperhatikan untuk memiliki keterampilan membaca matematika dengan baik, yaitu siswa harus memahami hakikat matematika seperti simbol-simbol matematika dan istilah-istilah matematika. Begitu pula saat menemukan tabel, bagan, diagram-diagram atau contoh-contoh siswa harus secara utuh menangkap maksudnya. Menurut Utari Sumarmo, keterampilan dalam membaca matematika dapat diolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Keterampilan membaca matematika yang tingkat rendah (low order mathematical doing). Contohnya: membaca teks yang memuat operasi sederhana, menerapkan rumus matematika secara langsung, mengikuti prosedur algoritma yang baku.

b. Keterampilan membaca matematika yang tingkat tinggi (high order mathematical doing). Contohnya: membaca matematika yang memuat

(38)

kemampuan memahami ide matematik secara mendalam, mengamati data dan menggali teks yang tersirat, menyusun konjektur, analogi dan generalisasi, menalar secara logik, menyelesaikan masalah, berkomunikasi secara matematik dan mengkait ide matematik dengan kegiatan intelektual lainnya tergolong pada cara berpikir tingkat tinggi. 25

Pada penerapan metode SQ3R siswa tidak sekedar menghafal dan mengulang tanpa pemahaman makna, tetapi juga dapat melibatkan siswa pada proses berpikir dan mencari pemahaman makna dari informasi yang sedang dipelajari. Untuk memperoleh pemahaman dari informasi yang dipelajari, siswa harus terampil membaca materi yang disajikan guru. Adapun langkah-langkah metode SQ3R terdiri dari tahapan survey, question, read, recite, dan review.26 a) Survey

Survey ialah langkah membaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan yang terkandung di dalam bahan yang dibaca. Menurut Soedarso (2005), survey

atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Prabaca dilakukan hanya beberapa menit.27 Pada tahap survey, siswa disarankan menyiapkan pensil, kertas, dan alat penanda (seperti stabilo dan sebagainya) untuk menandai atau mengarisbawahi bagian-bagian tertentu seperti judul, sub judul, kata yang bercetak miring, kata yang di bold atau kata-kata yang dianggap penting. Bagian-bagian penting dan akan dijadikan bahan pertanyaan, perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada tahap question.

Proses menandai ide-ide kunci dari teks akan membantu siswa lebih banyak belajar dari teks karena beberapa alasan. Pertama, menggarisbawahi membantu menemukan ide-ide kunci dari konsep matematika dalam teks. Oleh karena itu, pengulangan dan penghafalan lebih cepat dan lebih efisien. Kedua,

25 Utari Sumarmo, “Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada Siswa

Sekolah Menengah”, (FMIPA UPI, Desember 2006), h. 2.

26 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 244.

(39)

proses pemilihan apa yang digarisbawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru dengan pengetahuanyang telah ada. Selain membuat tanda dengan menggarisbawahi, siswa juga diarahkan untuk membuat catatan pinggir dan catatan lain yang dapat melengkapi garis bawah. Hal ini, bisa untuk menandai kata-kata yang tidak dimengerti atau kalimat yang sulit dimengerti.28

b) Question

Question adalah aktivitas siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan teks. Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, di mana, atau mengapa.

Jumlah pertanyaan yang dibuat tergantung panjang pendeknya teks dan kemampuan siswa dalam mempelajari teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal yang sebelumnya telah diketahui siswa, maka siswa hanya perlu membuat sedikit pertanyaan. Sebaliknya, jika siswa belum mengetahui atau latar belakang siswa tidak berhubungan dengan isi teks, maka ia perlu membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya.29

Aktvitas membuat daftar pertanyaan berdasarkan teks yang telah dibaca cukuplah efektif dan membantu proses belajar melalui kegiatan membaca. Trianto mengatakan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, maka akan membuat dia membaca lebih hati-hati dan seksama. Selain itu, aktivitas membuat pertanyaan ini juga akan membantu mengingat apa yang dibaca dengan baik.30

c) Read

Read adalah aktivitas membaca teks secara aktif. Ketika siswa membaca, mereka harus mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka formulasikan saat mempreview teks itu sebelumnya. Dalam hal ini,

28 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), h. 146.

29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 128.

(40)

membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.31

d) Recite

Recite adalah tahap dimana siswa menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Siswa harus merubah informasi yang telah dibaca dengan menggunakan kata-kata sendiri dan pada tahap ini siswa mulai membuat catatan singkat atau sederhana. Usahakan siswa membuat catatan singkat atau sederhana berdasarkan apa yang telah digarisbawahi maupun serta jawaban dari pertanyaan yang telah mereka buat. Guru bertugas mengarahkan siswa menuangkan inti sari dari ide atau pemahaman yang dimiliki siswa ke dalam catatan sederhana yang dibuat. Setelah itu, para siswa dipersilahkan mempresentasikan catatan sederhana mereka di depan kelas.

e) Review

Review adalah aktivitas siswa untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Setelah selesai membaca, siswa seharusnya mereview teks itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya dengan mengingat kembali pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka jawab sebelumnya. Aktivitas

review digunakan untuk memastikan siswa menangkap informasi dan memahami ide pokok dan bahan bacaan yang diberikan.

Metode SQ3R dapat mendorong siswa untuk lebih memahami materi pada teks yang sedang mereka pelajari dan lebih terarah pada intisari dari isi dalam teks tersebut. Selain itu, tahapan-tahapan yang sistematis dari SQ3R membuat siswa untuk aktif dalam proses berpikir. Jadi, setiap informasi yang dipelajari diharapkan dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka panjang siswa.

Ada beberapa keuntungan menerapkan metode SQ3R dalam proses pembelajaran, yaitu:

(41)

a. Pendekatan tugas melalui membaca teks dapat membuat siswa lebih percaya diri.

b. Membantu konsentrasi siswa.

c. Metode ini bisa membantu siswa untuk memfokuskan bagian-bagian yang tersulit dalam membaca,bila sebuah pertanyaan tidak dapat dijawab atau tidak dimengerti, siswa bisa mengidentifikasi kesulitannya dan mendapatkan jawabannya.

d. Melatih memberikan jawaban dalam pertanyaan tentang materi. e. Membantu mempersiapkan catatan dalam bentuk tanya jawab.

Penggunaan metode SQ3R tidak hanya terbatas pada kegiatan belajar individual saja, tetapi metode ini bisa juga diterapkan pada pembelajaran kelompok. Penerapan SQ3R pada pembelajaran kelompok akan lebih membantu siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan dengan adanya pembentukan kelompok belajar akan terjadi diskusi antar anggota kelompok. Selain diskusi, keuntungan lain yaitu siswa yang lebih pandai dan lebih paham dalam kelompok akan menjadi tutor bagi anggota kelompok lain yang kurang pandai atau kurang paham.

Metode pembelajaran SQ3R didukung oleh teori belajar Ausubel yang terkenenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai (Suherman, 2003). Ausubel memfokuskan kepada metode pembelajaran verbal dalam berbicara, membaca dan menulis. Ausubel juga berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan hafalan tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah bermakna (meaningful learning) bagi siswa untuk menyelesaikan problem-problem kehidupannya.32 Pada pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R, belajar bermakna terwujud dari tahapan-tahapan pada metode SQ3R yaitu survey, question, read, recite dan review.

(42)

B. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Matematika sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena mampu untuk membantu seseorang memecahkan berbagai persoalan. Pembelajaran matematika mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan nyata. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika yang kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-idenya.

Aktivitas belajar merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang ada dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang mereka miliki, berfikir kritis dan dapat memecah permasalahan dalam kehidupan sehar-hari. Jika dalam pembelajaran matematika siswa kurang terlibat aktif maka kemungkinan ada masalah dari diri siswa, apakah karena siswa belum paham dengan materi yang diajarkan sehingga kurang terlihatnya aktivitas belajar siswa, seperti siswa tidak terlibat dalam mengerjakan soal latihan kelompok, tidak ada keberanian presentasi ke depan kelas, atau banyak siswa yang tidak mengerjakan PR atau tugas.

Metode SQ3R merupakan sebuah metode pembelajaran alternatif yang dapat memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna. Metode SQ3R ini adalah salah satu metode pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan membaca matematika dan dapat membuat siswa lebih mandiri dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan, karena penerapan metode SQ3R melatih siswa untuk aktif menggunakan cara berfikir siswa.

(43)

konsep matematika dari teks secara aktif. Oleh karena itu, penulis mengangkat metode ini sebagai solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini.

Bentuk penerapan metode SQ3R pada siklus pertama dilakukan secara berkelompok berpasangan dengan menggunakan LKS. LKS ini memuat teks yang berisi masalah sehari-hari yang dapat menganalogikan konsep yang diajarkan. Sedangkan pada siklus kedua dilakukan secara berkelompok 4 orang. Hal ini agar suasana diskusi lebih hidup baik dengan sesama kelompok maupun dengan kelompok yang lain.

[image:43.595.101.546.188.627.2]

Jika digambarkan, maka bagan desain kerangka konseptual dan intervensi tindakan yang diharapkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bagan Desain Kerangka Konseptual dan Intervensi Tindakan

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian relevan yang sudah dilakukan antara lain :

1. Unnes Journal of Mathematics Education 1 (2) (2012), ISSN NO 2252-6927, yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R

Masalah Siswa Aktivitas belajar matematika siswa rendah

Intervensi Tindakan Penerapan metode SQ3R dalam

pembelajaran

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

(44)

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VII”. Oleh Dian Teguh Firmansyah, Zaenuri, dan Mulyono. Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan metode SQ3R lebih baik dari pada siswa yang menggunakan metode ekspositori.33 Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian ini teletak pada tahapan SQ3R yang digunakan. Peneliti menerapkan proses presentasi pada tahap recite agar siswa dapat memahami pelajaran dengan diskusi aktif, sedangkan pada jurnal proses diskusi dilaksanakan pada tahap review.

2. Hasil penelitian Melsa Agusri, Husna, dan Yulyanti Harisman yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Metode SQ3R Disertai Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Padang.” STKIP PGRI SUMBAR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, dan pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan LKS lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional.34

3. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, ISSN: 2337-8166, yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Matriks”. Oleh Lailatul Mufidah, Dzulkifli Effendi dan Titi Teri Purwanti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar matematika siswa meningkat.35

4. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Mochamad Ikmal Januar yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Relasional Matematik Siswa Melalui Metode SQ3R di Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian tersebut dilakukan pada

33 Dian Teguh, Zaenuri, dan Mulyono, “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VII”, Unnes Journal of Mathematics Education, ISSN NO 2252-692, 2012.

34 Melsa Agusri, Husna dan Yulyanti Harisman, “Pengaruh Penerapan Metode SQ3R

Disertai Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Padang”, t.t.

35 Lailatul Mufidah, Dzulkifli Effendi dan Titi Teri Purwanti, “Penerapan Model

(45)

tahun 2013 di SMP Al-Hasra Depok. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode SQ3R mampu meningkatkan pemahaman relasional matematik siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pemahaman relasional matematik siswa kelas VII-3 pada pokok bahasan himpunan mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor sebesar 70,9 menjadi 79,7 di siklus II. Selain itu, dilihat dari setiap indikator penalaran deduktif matematik siswa juga sudah mencapai  75. Hasil aktivitas belajar matematika juga meningkat dalam penelitian ini. Pada siklus I rata-rata aktivitas belajar matematika siswa sebesar 71,1%, sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar matematika siswa sebesar 82,3%.36

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian ini yaitu peneliti memberikan tindakan yang berbeda pada tahap SQ3R baik di siklus I maupun di siklus II. Pada tahap survey peneliti memberikan teks yang berisi cerita sehari-hari namun teks tersebut tidak langsung memberikan rumus yang terkait materi yang dibahas sehingga siswa yang berusaha aktif untuk menemukan rumusnya. Pada tahap question di siklus I peneliti memberikan 3 contoh pertanyaan dan pada siklus II siswa tidak diberikan contoh pertanyaan. Pada tahap recite siklus II hasil catatan sederhana ditukar dengan kelompok lain untuk diperiksa sebelum melakukan diskusi kelompok.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teori yang telah dibahas maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : “Penerapan metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa”.

(46)

30

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Peneliian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 127 Jakarta Barat yang beralamat di Jalan Kebon Jeruk Raya Kel. Kebon Jeruk, Kec. Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat No.126A

2. Waktu Penelitian

[image:46.595.95.523.209.609.2]

Waktu penelitian pada semester genap tahun ajaran 2014-2015

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Pelaksanaan Tindakan

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Persiapan dan Pelaksanaan √ √ √ √ Observasi Prapenelitian √ √ √

Pelaksanaan Penelitian √ √

Analisis Data √ √ √

Laporan Penelitian √ √

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

(47)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, hasil tindakan pada tiap siklus dianalisis sehingga berdasarkan analisis tersebutlah maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya dapat dilanjutkan atau tidak.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (prapenelitian). Dalam prapenelitian tersebut peneliti melakukan observasi terhadap guru dan siswa tentang proses pembelajaran matematika. Dalam setiap siklus atau putaran PTK dilakukan empat kegiatan pokok, yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1 Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap perencanaan, peneliti menentukan titik fokus masalah yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP). Peneliti juga membuat instrumen penelitian yang terdiri atas lembar kerja siswa (LKS), lembar tes akhir siklus, lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, lembar observasi guru, pedoman wawancara dan jurnal harian.

2. Melaksanakan tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan inti dari penelitian. Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran matematika dengan metode SQ3R pada setiap siklus. Disamping itu, setiap akhir siklus peneliti melaksanakan tes dan menyebarkan angket untuk mengukur aktivitas belajar matematika dan respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan selama satu siklus.

3. Observasi (Observing)

Pengamatan dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan agar memperoleh data yang jelas untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap observasi peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator sebagai observer. Guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan metode SQ3R yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar matematika siswa.

(48)

4. Refleksi

Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan.2 Dari hasil refleksi, guru da

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Desain Kerangka Konseptual dan Intervensi Tindakan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 3.1     Siklus Penelitian Tindakan Kelas3
     Tabel 3.2          Tahap Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala kegiatan yang sistematis dan terarah dalam proses asesmen dengan kendali yang cukup ketat atas situasi asesmen, sehingga diperoleh data yang objektif tentang individu.. *

Summary of change:  Remove <sequence/> from AbstractFeatureMemberType XSD and allow author to choose model group (e.g. <sequence minOccurs=”0”/>,

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

• Pada kasus : udara yang dimasukkan berlebih, maka perhitungan untuk mencari banyaknya udara yang masuk berdasarkan kebutuhan O2 untuk membakar zat secara sempurna (O2

2) pengujian aksi objek pesawat berdasarkan kemungkinan yang dihasilkan. Prosedur pengujian pertama selengkapnya dijelaskan pada Tabel 5. Pengujian dilakukan untuk

PARAMETER PERHITUNGAN Hasil perhitungan yang akan dilakukan adalah melakukan perhitungan link budget komunikasi radio pada navigasi udara Non Direction Beacon

7 Nilai rataan kecernaan bahan kering dan organik (%) kaliandra in vitro dari perlakuan inokulasi isolat bakteri rumen kambing PEK dalam ekosistem rumen kambing

Menurut Afian Gunasro (2011) kegiatan suatu organisasi dikatakan efisien jika dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau biaya yang lebih kecil untuk