• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Pembahasan

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka

rancangan penelitian ini berupa siklus yang secara garis besar terdiri dari

empat bagian, yaitu: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.

Hasil peningkatan minat belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan

siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 24: Skor Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa

Peubah Indikator Kondisi Awal

Siklus I Siklus II Signifikan hasil uji t Target Capaian Target Capaian

Minat Skor rata-rata seluruh minat siswa 7,85 10 10,97 12 13,95 Signifikan

Tabel 25: Skor Kriteria Minat Belajar Siswa

Rentang Skor Kriteria 16 – 20 Sangat Tinggi

12 - 15 Tinggi

8 - 11 Cukup

4 - 7 Rendah

0 - 3 Sangat Rendah

Siklus I minat belajar siswa termasuk dalam kriteria cukup, pada

pembelajaran siklus I pertemuan 1, guru sudah cukup baik dalam menyampaikan

materi karena guru terlihat menguasai materi yang akan diajarkan, tetapi guru

kurang tegas dalam mengatur siswa. Dari pengamatan siswa masih banyak yang

pengamatan diperoleh rata-rata minat seluruh siswa pada pertemuan pertama

adalah 9,95

Pada pembelajaran pertemuan kedua, siswa sudah cukup aktif dalam

mengikuti pembelajaran dan siswa sudah cukup tenang. Guru juga sudah terlihat

cukup tegas dalam mengatur anak-anak. Hal tersebut terbukti dengan hasil

pengamatan diperoleh rata-rata minat siswa dari pertemuan pertama adalah 9,95

dan pada pertemuan kedua menjadi 12.

Skor rata-rata minat siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan

kedua diperoleh skor rata-rata minat siswa siklus I adalah 10,97 yang termasuk

dalam kriteria cukup. Rata-rata minat siklus I meningkat secara signifikan dari

kondisi awal 7,85 dengan hasil uji t menunjukkan signifikan adalah 0,00 < 0,05.

Pada siklus I ada 10 siswa minatnya di atas rata – rata dan 11 siswa minatnya di bawah rata-rata. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara guru kelas yang

mengatakan bahwa: „‟ Pada pembelajaran pertemuan pertama, dari awal saya sudah mempersiapkan diri untuk mengajar dengan baik sehingga pada saat

mengajar bisa berjalan lancar dan saya juga sudah mempelajari bahan ajar atau

matei yang akan diberikan kepada siswa, hanya saja saya kurang tegas dalam

mengatur anak-anak. Minat siswa dalam pembelajaran matematika pertemuan

pertama ini masih kurang maksimal karena masih banyak siswa yang ramai, dan

usil. Pada pertemuan yang kedua, saya lebih tegas dalam mengatur anak-anak

yang ramai, saya juga sudah maksimal dalam mengajar. Siswa juga sudah cukup

memperhatikan pada saat pembelajaran hal ini terlihat siswa lebih tenang atau

Pada pembelajaran pertemuan yang kedua, siswa merasa senang dalam

mengikuti pembelajaran, siswa juga terlihat lebih tenang dan siswa lebih aktif

pada saat pembelajaran. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara kepada sebagian

siswa, kebanyakan siswa mengatakan bahwa:‟‟ Pada pembelajaran matematika

siklus I lebih menarik dibandingkan dengan proses pembelajaran biasanya, karena

materi yang diajarkan menarik dan menggunakan gelas ukur dan mika pecahan‟‟.

Ada perbedaan pembelajaran pada siklus II yaitu submateri yang

diberikan dan jumlah kelompok. Pada siklus I submateri yang diberikan adalah

penjumlahan pecahan berpenyebut sama. pada siklus I ada lima kelompok, setiap

kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa. Ada satu kelompok yang terdiri

dari lima siswa. Pada pembelajaran siklus II submateri yang diberikan adalah

penjumlahan pecahan berpenyebut beda. Pada siklus II ini ada tujuh kelompok,

setiap kelompok terdiri dari tiga siswa. Pada pembelajaran siklus II pertemuan I,

siswa sudah cukup tertib, sebagian siswa terlihat senang dalam mengikuti

pembelajaran dan siswa terlihat tekun dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini

terlihat pada skor rata-rata minat seluruh siswa pada pertemuan pertama adalah

13,14.

Pada pertemuan yang kedua, siswa terlihat senang dan aktif dalam

pembelajaran, hal ini nampak bahwa siswa lebih antusias dan semangat dalam

melakukan pembelajaran penjumlahan tiga bilangan pecahan biasa berpenyebut

beda dengan menggunakan mika pecahan. Siswa juga saling berebut

mengacungkan tangan sambil berteriak-teriak untuk mempresentasikan hasil

pertemuan yang kedua adalah 14,76. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara

dengan guru kelas yang mengatakan bahwa:‟‟ Dalam pembelajaran siklus II minat

belajar siswa sangat meningkat dibandingkan dengan siklus I, hal ini terbukti

dalam mengikuti pembelajaran siswa sudah tertib, walaupun hanya beberapa anak

ada yang ramai. Sebagian siswa terlihat senang dan lebih aktif dalam berdiskusi.

Pada pertemuan yang kedua, kegiatan belajar mengajar sudah baik, siswa terlihat

aktif dan saling membantu pada saat berdiskusi, siswa merasa senang dan lebih

semangat dalam pembelajaran‟‟.

Dari rata-rata minat siswa pada pertemuan satu dan pertemuan dua,

diperoleh rata-rata minat siswa siklus II adalah 13,95 termasuk dalam kriteria

tinggi. Minat belajar siswa siklus II meningkat secara signifikan yaitu 0,00 < 0,05.

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 11 siswa minatnya di atas rata-rata

dan 10 siswa minatnya di bawah rata-rata. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara

kepada sebagian siswa, kebanyakan siswa mengatakan bahwa:‟‟Dalam

pembelajaran matematika siklus II, lebih menyenangkan. Siswa lebih aktif dalam

pembelajaran, sudah bisa membangun pengetahuan yang mereka miliki, sudah

bisa mengkaitkan materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Prestasi belajar

Hasil peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan

Tabel 26: Nilai Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Peubah Indikator Kondisi Awal

Siklus I Siklus II Signifikan hasil uji t Target Capaian Target Capaian

Prestasi belajar siswa  Rata-rata nilai ulangan  Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM 55,75 52,78% 65 60% 69,01 80,95% 70 70% 77,04 85,71% Signifikan Signifikan

Hasil prestasi belajar siswa kelas IVA SD Kanisius Ganjuran pada

siklus I meningkat secara signifikan dari kondisi awal sebelum menggunakan

pendekatan CTL pada pembelajaran matematika. Adanya peningkatan dapat

dilihat dari hasil uji t satu sampel menunjukkan signifikan yaitu 0,00 < 0,05. Uji

t yang digunakan adalah uji t satu sampel karena terjadi perbedaan siswa yang

diteliti, dimana kondisi awal siswa pada tahun 2010/1011 menunjukkan nilai

rata-rata kelas adalah 55.75 dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar

52,78%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan CTL

dengan melakukan pengamatan yang mencakup aspek afektif ,psikomotorik dan

melakukan tes siklus, diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu 69,01. Ada satu anak

yang memperoleh nilai tertinggi yaitu 93,25, dan ada satu anak yang

memperoleh nilai terendah yaitu 50,75. Jumlah siswa yang mencapai KKM ada

17 siswa atau 80,95% dari 21 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum

mencapai KKM ada 4 siswa atau 19,05% dari 21 siswa.

Pada siklus II, siswa dibagi menjadi kelompok kecil. Ada tujuh

siklus II adalah submateri yang diberikan dan jumlah anggota kelompok. Hal

tersebut diterapkan supaya dalam melakukan pembelajaran siswa lebih

memahami dan lebih intensif dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat

pembelajaran siklus I dan siklus II seluruh siswa hadir semua. Pada saat

melakukan kegiatan diskusi ada satu siswa yang usil sendiri, ramai dan sulit

untuk diatur.

Pada pertemuan yang kedua, siswa lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan diskusi siswa merasa senang dan

terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa juga bersemangat dalam

pembelajaran hal ini terlihat pada saat berdiskusi siswa berebut mengacungkan

tangan dengan berteriak-teriak untuk mempresentasikan hasil jawabannya.

Siswa dalam berdiskusi juga terlihat saling membantu, siswa yang belum paham,

merasa kesulitan dibantu atau dibimbing oleh temannya untuk memahami

materi yang diajarkan. Hal ini terbukti dari hasil prestasi belajar pada siklus II

meningkat dibandingkan dengan hasil prestasi belajar pada siklus I. Ada dua

siswa yang mengerjakan soal evaluasi jawabannya benar semua, ada enam siswa

yang hanya salah satu dalam mengerjakan soal evaluasi, ada empat siswa yang

nilainya menurun. Penurunan nilai prestasi belajar siswa tidak terlalu tinggi, hal

ini disebabkan karena submateri siklus II lebih sulit dibandingkan dengan

submateri siklus I. Beberapa siswa masih merasa kesulitan dalam melakukan

penjumlahan pecahan biasa beda penyebut karena harus mencari KPK atau

evaluasi siklus II, sehingga nilai sebagian siswa menurun dari siklus I ke siklus

II.

Peningkatan prestasi belajar siklus II terbukti meningkat secara

signifikan dari siklus I dengan hasil uji t menunjukkan signifikan yaitu 0,001 <

0,05. Pada siklus II hasil prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata kelas

yaitu 77,04. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95,12, sedangkan nilai

terendah yang diperoleh siswa adalah 44,87. Jumlah siswa yang mencapai KKM

pada siklus II adalah 18 siswa atau 85,71% dari 21 siswa, sedangkan jumlah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pendekatan CTL dapat digunakan dalam upaya meningkatkan minat

dan prestasi belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IVA

SD Kanisius Ganjuran semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 ditempuh

dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari

dua siklus, dimana dalam setiap siklus terjadi dua kali pertemuan.

Setiap pertemuan beralokasikan 3 x 40 menit. Pada setiap siklus terdiri

atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I,

guru mengajarkan materi penjumlahan dua pecahan biasa berpenyebut

sama, sedangkan pada pertemuan yang kedua siklus I, guru

mengajarkan materi penjumlahan tiga bilangan pecahan biasa

berpenyebut sama. Pada siklus I pembelajaran dilakukan dengan

banyak melibatkan siswa dalam berdiskusi dalam kelompok. Pada

observasi siklus I, guru terlihat sudah menguasai materi yang diajarkan

hanya saja guru kurang tegas dalam mengatur siswa yang ramai dan

usil, pembelajaran berlangsung cukup baik, alokasi waktu sudah

cukup, indikator sudah tercapai hanya saja masih ada beberapa siswa

dalam menggunakan mika pecahan kurang tepat. Kemudian,

dilanjutkan refleksi dari hasil pengamatan. Dalam kegiatan

pembelajaran siklus II pertemuan I, guru mengajarkan materi tentang

penjumlahan dua bilangan pecahan biasa berpenyebut beda sedangkan

pada pertemuan yang kedua siklus II guru mengajarkan materi tentang

penjumlahan tiga bilangan pecahan biasa berpenyebut beda. Pada

siklus II pembelajaran banyak melibatkan siswa dalam kegiatan

diskusi. Kelompok diskusi diperkecil dari anggota per kelompok

sebanyak 4-5 siswa menjadi 3 siswa. Dari hasil observasi siklus II,

guru terlihat menguasai materi dan lebih tegas dalam mengatur siswa.

Siswa juga sudah tertib dalam mengikuti pembelajaran, terlihat saling

membantu dan aktif pada saat melakukan diskusi, pembelajaran

berlangsung baik, alokasi waktu sesuai dengan yang direncanakan,

indikator sudah tercapai, siswa terlihat lebih terampil dalam

menggunakan alat peraga dan terlihat aktif pada saat pembelajaran.

Kemudian, dilanjutkan refleksi dari hasil pengamatan.

2. Pendekatan CTL dapat digunakan dalam upaya meningkatkan minat

belajar Matematika materi pecahan pada siswa kelas IVA SD Kanisius

Ganjuran semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari

hasil pengamatan minat pada saat kondisi awal rata-rata minat siswa

7,85 termasuk dalam kriteria rendah. Setelah dilakukan tindakan

menggunakan pendekatan CTL pada siklus I rata-rata minat siswa

menjadi 10,97 termasuk dalam kriteria cukup. Peningkatan minat dari

kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 3,12 poin. Pada siklus II,

minat siswa meningkat menjadi 13,95 termasuk dalam kriteria tinggi.

Peningkatan minat dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 2,98

poin.

3. Penerapan pendekatan CTL dapat digunakan dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar Matematika materi pecahan pada siswa

kelas IVA SD Kanisius Ganjuran semester 2 tahun pelajaran

2011/2012. Hal ini terbukti pada saat kondisi awal rata-rata minat

siswa tahun 2010/2011 adalah 55,75 sedangkan persentase siswa yang

mencapai KKM sebesar 52,78%. Setelah dilakukan tindakan

menggunakan pendekatan CTL pada siklus I nilai rata-rata siswa kelas

IVA tahun pelajaran 2011/2012 terjadi peningkatan menjadi 69,01.

Peningkatan nilai rata-rata siswa dari kondisi awal ke siklus I

meningkat sebesar 13,26 poin. Persentase siswa yang mencapai KKM

pada siklus I adalah 80,95%. Peningkatan persentase siswa yang

mencapai KKM dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar

28,17%. Pada siklus II, peneliti melanjutkan dengan menggunakan

pendekatan CTL, nilai rata-rata meningkat menjadi 77,04. Peningkatan

rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,03 poin.

Persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II 85,71%.

Peningkatan persentase siswa yang mencapai KKM dari siklus I ke

Dokumen terkait