PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL
PADA SISWA KELAS IVA SD KANISIUS GANJURAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PGSD SI
Disusun Oleh:
ELISABETH ENDANG LIA YESIANA
NIM 081134075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL
PADA SISWA KELAS IVA SD KANISIUS GANJURAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi PGSD SI
Disusun Oleh:
ELISABETH ENDANG LIA YESIANA
NIM 081134075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
*Bersahabatlah dengan ilmu dan keyakinan untuk meraih cita-cita
*Kalau tidak pernah mengalami kesusahan kita tidak akan merasakan
kebahagiaan, kita dapat merasakan nikmatnya berkah setelah
mengalami beratnya percobaan
v
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus
yang selalu memberkati dan menyertai di setiap langkah hidupku.
Orang tuaku, Fransiskus Xaverius Tugiyana dan Maria
Goretti Tri Suryani, terima kasih atas doa, dukungan, nasehat dan
kasih sayang untukku.
Adikku Anna Noventa Ayu Ningtyas, terima kasih
dukungngannya.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Juli 2012
Penulis,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL
PADA SISWA KELAS IVA SD KANISIUS GANJURAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
Elisabeth Endang Lia Yesiana
NIM. 081134075
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pendekatan
CTL dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam materi pecahan pada siswa kelas IVA SD Kanisius Ganjuran semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Kanisius Ganjuran pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 21 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang materi pecahan.. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data awal minat siswa sebelum dikenai tindakan menggunakan pendekatan CTL, dengan rata-rata minat siswa adalah 7,85. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan CTL rata-rata minat siswa menjadi 10,97, yang menunjukkan kriteria minat siswa cukup. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus II dengan menggunakan pendekatan CTL rata-rata minat siswa meningkat secara signifikan yaitu menjadi 13,95 yang menunjukkan kriteria minat siswa pada siklus II adalah tinggi.
Hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa sebelum dikenai tindakan dengan pendekatan CTL, nilai rata-rata siswa kelas IVA SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran 2010/2011 adalah 55,75 dan persentase yang mencapai KKM yaitu 52,78%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 69,01. Persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 80,95%. Kemudian dilanjutkan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat secara signifikan menjadi 77,04. Dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus II menjadi 85,71%.
ix ABSTRACT
THE INCREASED OF INTEREST AND LEARING ACHIVEMENT OF MATHEMATIC FOR THE FRACTION MATERIAL USING THE CONTEXTUAL APPROACH FOR THE 4th A GRADE STUDENTS OF
KANISIUS GANJURAN ELEMENTARY SCHOOL ON THE 2nd SEMESTER IN 2011/2012
By
Elisabeth EndangLia Yesiana
NIM. 081134075
The purpose of the research is to know the use of the CTL approach able to
increase the student‟s interest and learning achievement for the fraction material
for the 4th A grade students of Kanisius elementary school on the 2nd semester in 2011/2012.
The subject for the research is the 4th A grade students of the Kanisius elementary school 2011/2012, consist of 21 students. The object for the research is the enhancement of the student interest and learning achievement in mathematic subject about the fraction material. The research is done by two cycles. Every cycle consist of planning, action, observation, and reflection.
The result of the research shows that the early interest student data before being processed by the CTL approach, the average student interest is 7.85.After being processed by CTL approach the students interest average becomes 10.97, it shows that the student interest criteria is average. Then processed to cycle II using CTL approach the student rates interest raising significantly becoming 13.95 it shows that student interest criteria in the cycle II is high.
The result about the student learning achievement before processed using
CTL approach the average mark for the 4th A grade KanisiusGanjuran elementary school student in 2011/2012 is 55.75, the percentage reaches KKM 52.78% after being processed cycle I the average student mark becoming 69.01%. The percentage student that reaches KKM from the cycle I is 80.95%. Then by cycle II the student average is significantly raising to 77.04. And the percentage of the student that reaches KKM is 85.71% from the cycle II.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih
dan penyertaan-Nya sehingga skripsi yang berjudul „‟Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pecahan Menggunakan Pendekatan CTL Pada Siswa
Kelas IVA SD Kanisius Ganjuran Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 „‟ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Studi
Program Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan berjalan dengan baik
tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D, selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Rm Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Kaprodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Elga Andriana, S.Psi., M.Ed, selaku Wakaprodi Program Studi Sekolah Dasar,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing
dan memberikan bimbingan, semangat, bantuan, bagi penulis selama penyusunan
skripsi.
5. Drs. J. Sumedi selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan
xii
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ……… 35
Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian ... 43
Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 45
Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II... 46
Tabel 5. Indikator Aspek Afektif... 47
Tabel 6. Indikator Aspek Psikomotorik... 47
Tabel 7 Rubrik Pengamatan Minat... 48
Tabel 8. Panduan Wawancara kepada Siswa... 50
Tabel 9. Panduan Wawancara kepada Guru ... 51
Tabel 10. Kisi-kisi Soal Evaluasi Setelah Diujikan Siklus I ... 56
Tabel 11. Kisi-kisi Soal Evaluasi Setelah Diujikan Siklus II ... 57
Tabel 12. Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran … 58
Tabel 13 Kriteria Klasifikasi Validasi Perangkat Pembelajaran. ... 59
Tabel 14. Koefisien Reliabilitas ... 60
Tabel 15. Kriteria Keberhasilan Minat Belajar Siswa ... 64
Tabel 16. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 64
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Minat Kondisi Awal dengan Siklus I 89
Tabel 18 Hasil Uji Normalitas Minat Siklus I dengn Siklus II... 90
xv
Tabel 20 Hasil Uji t Minat Siklus I dengan Siklus II... 92
Tabel 21 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 94
Tabel 22 Hasil Uji t Satu Sampel Prestasi Belajar Siswa …... 95
Tabel 23 Hasil Uji t Dua Sampel Prestasi Belajar Siswa. …... 96
Tabel 24 Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa... 97
Tabel 25 Kriteria Minat Belajar Siswa... 97
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan langkah-langkah Penelitian Tindakan ... 33
Gambar 2. Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 88
Gambar 3. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas ... 93
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus... 110
Lampiran 2. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 118
Lampiran 2. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 128
Lampiran 2. RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 137
Lampiran 2. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 148
Lampiran 3. LKS Siklus I Pertemuan 1 ... 157
Lampiran 3. LKS Siklus I Pertemuan 2 ... 162
Lampiran 3. LKS Siklus II Pertemuan 1 ... 167
Lampiran 3. LKS Siklus II Pertemuan 2 ... 172
Lampiran 4. Bahan Ajar Siklus I Pertemuan 1 ... 176
Lampiran 4. Bahan Ajar Siklus I Pertemuan 2 ... 179
Lampiran 4. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 1 ... 180
Lampiran 4. Bahan Ajar Siklus II Pertemuan 2 ... 181
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I ... 183
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus II ... 189
Lampiran 6. Rubrik Penilaian Afektif ... 195
Lampiran 6. Rubrik Penilaian Psikomotorik ... 197
Lampiran 7. Instrumen Validasi Pembelajaran ………... 199
Lampiran 8. Notulen Refleksi ... 204
xviii
Lampiran 10. Data Awal Prestasi Belajar Siswa ... 218
Lampiran 11. Hasil Kerja Siswa ……….... 220
Lampiran 12. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 256
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian dari Kampus ... 257
Lampiran 14. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ……… 258
Lampiran 14. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ………... 259
Lampiran 15. Validitas Soal Siklus I ……….. 260
Lampiran 15. Validitas Soal Siklus II ……… 262
Lampiran 16. Reliabilitas Soal Siklus I ……….. 264
Lampiran 16. Reliabilitas Soal Siklus II ……… 269
Lampiran 17. Skor Minat Siklus I dan II ……… 274
Lampiran 18. Soal Evaluasi Awal Siklus I ………. 277
Lampiran 18. Soal Evaluasi Awal Siklus II ……… 289
Lampiran 19. Perhitungan Interval Skor PAP ... 301
Lampiran 20. Tingkat Kesukaran Item…………... 302
Lampiran 21. Daftar Hadir Refleksi... 307
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan manusia
di masa depan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki seseorang secara optimal, baik dalam aspek fisik, intelektual,
emosional, sosial dan spiritual sesuai dengan tahap perkembangan dan
karakteristik lingkungan fisik serta lingkungan budaya. Pendidikan bukan
hanya sebagai pemberian informasi pengetahuan dan pembentukan
keterampilan, namun meliputi usaha untuk mewujudkan keinginan,
kebutuhan dan kemampuan individu.
Sekolah Dasar merupakan unit lembaga sosial yang memiliki tugas
khusus untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis.
Pendidikan Sekolah Dasar memberi bekal intelektual dasar seperti
membaca, menulis, berhitung dan sebagai proses mengembangkan
kemampuan dasar peserta didik dalam aspek intelektual, sosial dan personal.
Tujuan pendidikan di Sekolah Dasar mencakup pembentukan dasar
kepribadian siswa sebagai manusia sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Saat ini situasi dalam proses belajar masih berpusat pada guru dan
belum berpusat atau memperhatikan perkembangan siswa. Siswa hanya
mendengar dan memperhatikan guru. Dalam melakukan pembelajaran
profesionalisme guru sebagai seorang pendidik sangatlah penting, hal ini
dapat dilihat dari metode guru melakukan pembelajaran yang monoton.
Tidak hanya ilmu pengetahuan, keterampilan guru sangatlah penting untuk
menarik minat siswa dalam belajar di kelas dan menjadikan pembelajaran
itu lebih bermakna bagi siswa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran
matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dijadikan sebagai syarat
kelulusan. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar
matematika. Siswa tidak membangun sendiri pengetahuan tentang konsep – konsep matematika tetapi cenderung menghafalkan konsep – konsep matematika tanpa tahu makna yang terkandung dalam konsep tersebut.
Banyak diantara para siswa Sekolah Dasar yang menganggap pelajaran
matematika sebagai pelajaran yang menakutkan, tidak menarik dan
membosankan, siswa tidak memiliki sikap yang positif , dan minat belajar
siswa yang begitu rendah.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan di
SD Kanisius Ganjuran khususnya pada siswa kelas IVA. Kurangnya minat
dalam pembelajaran matematika disebabkan karena metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, minat belajar siswa dalam
pembelajaran matematika masih rendah. Dari 21 siswa, siswa yang tidak
memperhatikan berjumlah 8 anak (38,10%), siswa yang ramai sendiri
berjumlah 5 anak (23,80%), siswa yang mengantuk berjumlah 4 anak
Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara peneliti dengan guru pengampu
kelas IVA.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya
materi penjumlahan di SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran 2010/2011
masih rendah. Hal tersebut terbukti dengan tidak tuntasnya nilai KKM yaitu
60. Siswa yang memenuhi nilai KKM hanya 52,78% dari seluruh siswa
yang ada.
Hasil wawancara tersebut meliputi: 1). Siswa yang belum
memenuhi KKM sebanyak 47,22% dari 36 siswa. 2). Kurangnya minat
belajar sehingga 47,22% siswa dari 36 siswa tidak mencapai KKM.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidaktuntasan nilai KKM yang
diperoleh siswa serta rata – rata kelas yang masih rendah.
Dari uraian tersebut, untuk mengetahui permasalahan di atas secara
tepat dan akurat perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya
perbaikan pelaksanaan proses belajar mengajar matematika materi pecahan
khususnya Kompetensi Dasar (KD) 6.3 Menjumlahkan pecahan.
Atas dasar permasalahan tersebut, peneliti akan mencoba untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan yang dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa yaitu penggunaan pendekatan
CTL. Pendekatan CTL ini dipilih karena pendekatan CTL mempunyai ciri
khusus, dimana pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
Dengan pendekatan ini diharapkan meningkatkan minat dan hasil belajar
B. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan minat dan
prestasi belajar matematika materi pecahan khususnya KD 6.3
Menjumlahkan pecahan menggunakan pendekatan CTL.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika
materi pecahan dengan menggunakan pendekatan CTL pada siswa
kelas IVA semester 2 SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran
2011/2012?
2. Apakah dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat dan
prestasi belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IVA
semester 2 SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran 2011/2012?
D. Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya minat dan prestasi belajar dalam mata
pelajaran matematika materi pecahan siswa kelas IVA SD Kanisius
Ganjuran semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 akan diatasi dengan
menggunakan pendekatan CTL.
E. Batasan Pengertian
1. Minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa
tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
2. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat
dari proses pembelajaran.
3. Pecahan adalah bagian dari sesuatu yang utuh.
4. Pendekatan CTL adalah cara pandang belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah penggunaan pendekatan CTL dalam
upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika materi
pecahan pada siswa kelas IVA semester 2 SD Kanisius Ganjuran
tahun pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan CTL dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika materi pecahan
pada siswa kelas IVA semester 2 SD Kanisius Ganjuran tahun
G. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan adapun kegunaan atau
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengalaman baru dalam melakukan penelitian
tindakan kelas (PTK) khususnya pendekatan CTL dalam materi
pecahan.
2. Bagi guru
Dapat menambah inspirasi dalam melakukan penelitian tindakan
kelas (PTK) khususnya penggunaan pendekatan CTL dalam materi
pecahan.
3. Bagi siswa
Dapat menambah pengalaman dalam mempelajari pecahan dengan
menggunakan pendekatan CTL.
4. Bagi sekolah
Dapat menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menjadi
bahan bacaan di perpustakaan sekolah yang diharapkan dapat
BAB II KAJIAN TEORI A. Minat
1. Pengertian Minat
Menurut Winkel (1984:30) minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Menurut Winkel (1996:188) minat adalah kecenderungan
subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau
pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.
Menurut Herijulianti (2002:20) minat merupakan suatu
kecenderungan yang sifatnya menetap dalam memperhatikan dan
melakukan suatu kegiatan.
Menurut Hurlock (1978:14) minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan
bila mereka bebas memilih.
Menurut Muhibbin Syah (2002:136) minat (interest) adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Menurut Surya (2003:67) minat adalah rasa senang atau tidak
senang dalam menghadapi suatu obyek. Motivasi seseorang akan
meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
melakukan tindakannya.
Menurut Badudu dan Zain dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (1996:899) minat adalah perhatian, keinginan untuk
memperhatikan atau melakukan sesuatu.
Dari beberapa pengertian minat di atas, dapat disimpulkan
bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada
diri seseorang dan biasanya disertai rasa senang.
1. Ciri – ciri Minat
Hurlock (1978:115) berpendapat bahwa ciri-ciri minat antara
lain sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
Minat dapat berubah di semua bidang pada saat terjadi perubahan
fisik dan mental siswa. Misalnya: perubahan minat yang
disebabkan karena pertambahan umur siswa.
2. Minat bergantung pada persiapan belajar
Siswa akan memiliki minat jika mereka siap secara fisik dan
mental. Misalnya: siswa tidak akan mempunyai minat yang
sungguh – sungguh untuk belajar matematika, sampai siswa tersebut memiliki pengetahuan dan keinginan untuk belajar
matematika sangat penting dalam kehidupan sehari – hari. 3. Minat bergantung pada kesempatan belajar
Kesempatan belajar sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan minat pada diri siswa. Lingkungan siswa sebagian besar
rumah dan seiring bertambahnya lingkup sosial yang siswa kenal,
maka mereka akan tertarik dengan minat orang di luar rumah
yang siswa kenal.
4. Perkembangan minat mungkin terbatas
Ketidakmampuan fisik, mental, pengalaman sosial yang terbatas
akan membatasi minat yang anak miliki.
5. Minat dipengaruhi oleh budaya
Orang tua, guru, orang dewasa akan memberi kesempatan kepada
siswa untuk belajar hal – hal apa saja yang kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi
kesempatan menekuni minat yang dianggap tidak sesuai oleh
kelompok budaya mereka.
6. Minat berbobot emosional
Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi
minat karena dapat melemahkan minat dan bobot emosional yang
menyenangkan dapat memperkuat minat siswa.
7. Minat itu egosentris
Sepanjang masa kanak – kanak minat itu egosentris, misalnya minat anak laki – laki pada matematika dianggap langkah penting dalam menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di
2. Faktor Pendorong Minat
Menurut Esti (2002:365) cara untuk menarik minat adalah
dengan menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa.
Misalnya: guru pada saat mengajar menghubungkan dengan minat -
minat yang dimiliki oleh siswa.
Menurut Soewardi (1987:183) minat didorong oleh motivasi.
Motivasi adalah suatu tenaga yang mendorong setiap individu untuk
bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.
Menurut Winkel (1984:31) menyatakan bahwa guru harus dapat
membuat siswa selalu merasa senang dalam belajar, antara lain dengan
cara sebagai berikut:
a. Membina hubungan yang akrab dengan siswa, namun tidak
bertingkah seperti anak remaja.
b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun juga
tidak terlalu mudah.
c. Menggunakan media pembelajaran yang cocok untuk menunjang
proses belajar mengajar.
d. Menggunakan alat – alat pelajaran yang cocok untuk menunjang proses belajar mengajar.
e. Menggunakan cara mengajar atau metode mengajar yang
3. Cara Mengukur Minat
Minat diukur dengan penelitian non tes. Menurut Masidjo
(1995:590) penelitian non tes merupakan rangkaian pernyataan atau
pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang
kurang di standarsasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan atau hasil belajar yang dapat diamati secara konkret dari
individu atau kelompok. Penilaian non tes berupa pengamatan, daftar
cek, catatan anekdot, skala nilai, angket, dan wawancara. Dalam
penelitian ini, minat siswa diukur menggunakan pengamatan.
Menurut Masidjo (1995:72) menyatakan bahwa wawancara
adalah proses tanya jawab sepihak antara pewawancara dan yang
diwawancarai, dilaksanakan sambil bertatap muka baik secara
langsung dengan maksud memperoleh jawaban. Wawancara dilakukan
kepada guru dan sebagian siswa.
Menurut Zaenal Arifin (2009:153) observasi adalah suatu proses
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan
rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam mengobservasi minat siswa, peneliti menggunakan
rubrik pengamatan minat berdasarkan indikator minat. Indikator minat
diperoleh dari ciri-ciri minat. Indikator minat antara lain: ekspresi
perasaan senang, perhatian dalam belajar, ketertarikan pada materi dan
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar
Menurut Winkel (1987:34) belajar adalah proses perubahan dari
belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi
selama jangka waktu tertentu.
Menurut Siagian (1989:106) belajar adalah proses yang
berlangsung seumur hidup dan tidak pada pendidikan formal yang di
tempuh seseorang di berbagai tingkat lembaga pendidikan.
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Muhibbin Syah (2002:89) belajar adalah kegiatan
berproses dan merupakan unsur fundamental dalam penyelenggaran
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami
oleh siswa.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu perubahan yang dialami oleh seseorang,
2. Pengertian Prestasi belajar
Kusumah dan Dwitagama (2009, 153) menyatakan bahwa
prestasi belajar adalah penguasaaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai atau angka yang diberikan oleh guru.
Menurut Zaenal Arifin (2009:12) prestasi belajar pada umumnya
berkenaan dalam aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi
aspek pembentukan watak siswa. Kata prestasi sering digunakan dalam
berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olah raga,
dan pendidikan khususnya pembelajaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III (2005:895)
prestasi belajar adalah penguasaaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Dari beberapa pengertian prestasi belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang diukur
dari hasil tes.
C. Matematika
1. Pengertian Matematika
Menurut James dan James dalam Ruseffendi (1993:27)
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang,
yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut Muhsetyo (2008:1.26) pembelajaran matematika
adalah pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Menurut Kline dalam Ruseffendi (1993:28) matematika
bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Dari beberapa pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
D. Pecahan
1. Pengertian Pecahan
Menurut Darhim, dkk. (1993:163) Bilangan pecahan adalah
bilangan yang lambangnya dapat ditulis dengan bentuk di mana a dan
b bilangan bulat dan b ≠ 0, a bukan kelipatan b. Pada pecahan , a disebut pembilang dan b disebut penyebut pecahan tersebut.
yang diarsir
yang diarsir
yang diarsir
Pecahan dibaca setengah atau satu per dua atau seperdua. „‟1‟‟ disebut pembilang merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian yang
diperhatikan dari keseluruhan bagian yang sama,„‟2‟‟disebut penyebut
merupakan 2 bagian atau potongan yang sama dari keseluruhan.
2. Penjumlahan pecahan
Menghitung penjumlahan bilangan pecahan biasa berpenyebut
sama.
Mika pertama dibentuk sebuah lingkaran, lingkaran tersebut
dibagi menjadi 8 bagian, kemudian diwarnai 1 dari 8 bagian.
Mika kedua dibentuk sebuah lingkaran,
lingkaran tersebut dibagi menjadi 8 bagian, kemudian diwarnai 2 dari
8 bagian.
Kedua mika ditempelkan
Nilai pecahan bagian dari mika yang diwarnai
Dari hasil kegiatan tersebut, merah menunjukkan pecahan
= (karena penyebutnya sama, maka tinggal menjumlah
pembilangnya saja yaitu 1 dan 2).
Contoh : a. + = =
b. + + = =
Menghitung penjumlahan bilangan pecahan biasa
berpenyebut berbeda.
Contoh :
Mika pertama dibentuk sebuah lingkaran,
lingkaran tersebut dibagi menjadi 2 bagian, kemudian diwarnai
1 dari 2 bagian.
Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan
Mika kedua dibentuk sebuah lingkaran,
lingkaran tersebut dibagi menjadi 4 bagian, kemudian diwarnai 1 dari
4 bagian.
Kedua mika ditempelkan.
a. + ...
Bentuk yang senilai dengan adalah
Bentuk yang senilai dengan adalah
Pecahan yang senilai dengan dan yang berpenyebut sama
adalah
+ = =
b. + ...
Bentuk yang senilai dengan adalah ,
Bentuk yang senilai dengan adalah , , , , ,
Bentuk pecahan senilai dengan adalah ,
Pecahan yang senilai dengan , dan yang berpenyebut sama
adalah
+ = = =1
Jadi +
3. Menjumlahkan pecahan berdasarkan soal cerita
Setelah memahami bentuk pecahan dan operasi hitung
penjumlahan berikut akan kita gunakan untuk menghitung
penjumlahan pecahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. a. Menjumlahkan dua bilangan pecahan berdasarkan soal cerita
Contoh :
1. Ibu Ema membuat sebuah kue, kue tersebut dipotong – potong menjadi 8 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema
1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai).
mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan menik masing – masing makan 2 potong kue.
a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik ?
Penyelesaian :
a. Kue dibagi menjadi 8 potong, kemudian dimakan Ema 2
potong dan dimakan Menik 2 potong.
Ema makan bagian kue, Menik makan
+ = = =
Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.
2. Ibu Dino hanya memiliki persediaan beras kg ia membeli lagi
kg. Berapa persediaan beras ibu Dino sekarang?
Penyelesaian :
+ = =
Jadi, persediaan beras ibu Dino kg beras.
b. Menjumlahkan tiga bilangan pecahan berdasarkan soal cerita
1. Ibu membeli liter minyak goreng, Ani membelikan ibu
liter minyak goreng, kemudian ibu membeli lagi liter minyak
goreng. Berapa persediaan minyak goreng ibu seluruhnya?
+ = =
Jadi, persediaan minyak goreng ibu liter.
2. Nenek membeli kg tepung tapioka, kemudian ia membeli
kg tepung tapioka, karena tepung yang akan digunakan untuk
membuat kue kurang nenek membeli lagi kg . Berapa kg
tepung tapioka yang dimiliki nenek?
Penyelesaian:
+ = =
Jadi, tepung terigu yang dimiliki nenek kg.
E. Pendekatan CTL
1. Sejarah Pendekatan CTL
Menurut Johnson (2010:42) tahun 1989 di Charlottesville,
Virginia diadakan pertemuan tingkat tinggi mengenai pendidikan yang
dihadiri oleh para gubernur negara bagian dan presiden Amerika
Serikat. Pertemuan tersebut membahas sasaran – sasaran yang harus dicapai pada tahun 2000 dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1990
Commission on the Skills of the American Work-force dan Secretary of
Labor’s Commission on Anchieving Necessary Skills (SCANS).
Laporan ini menganjurkan diselenggarakannya reformasi dibidang
reformasi di bidang pendidikan tersebut diharapkan para pendidik
menggantikan metode yang sudah biasa mereka terapkan dengan
tujuan dan strategi yang baru. Kata „‟konteks‟‟ dalam imbauan SCANS
menghasilkan terminologi kontekstual. Kata kontekstual kemudian
secara alami menggantikan kata „‟terapan‟‟ karena „‟terapan‟‟ terlalu
sempit untuk mencakup inovasi atau penemuan baru. Kontekstual yang
lebih menyeluruh – di dalam konteks – menyatakan kesaling – terhubungan. Segala sesuatu terhubung, termasuk gagasan – gagasan dan tindakan. Kontekstual juga mengarahkan pemikiran siswa pada
pengalaman. Ketika gagasan – gagasan dialami, digunakan di dalam konteks, mereka memiliki makna.
2. Pengertian Pendekatan CTL
Menurut Johnson(2010:65)pendekatan CTL adalah pendekatan
pembelajaran yang mengkaitkan mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan
dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri
secara aktif pemahamannya.
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2010:34) pendekatan CTL
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungan
Menurut Nurhadi dalam Muslich (2007:41) pendekatan CTL
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari.
Menurut Howey dalam Rusman (2011:189-190) pendekatan
CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses
belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan
akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk
memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik
sendiri – sendiri maupun bersama – sama.
Menurut Rusman (2011:187) pendekatan CTL adalah usaha
untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa
merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep
sekaligus menerapkan dan mengkaitkannya dengan dunia nyata.
3. Komponen Pendekatan CTL
Komponen pendekatan CTL menurut Sanjaya dalam Sugiyanto
(2010:17) meliputi:
1. Konstruktivisme (Constructivisme).
Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
2. Menemukan (Inquiry).
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencairan
dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses
inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah:
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesa.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis.
e. Membuat kesimpulan.
Penerapan asas Inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya
masalah yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa
untuk menemuan masalah sampai merumuskan kesimpulan.
Asas menemukan dan berfikir sistematis akan dapat
menumbuhkan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar
pembentukan kreatifitas.
3. Bertanya (Questioning).
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan
pengetahuan. Dengan adanya keingintahuan, pengetahuan
selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan CTL guru tidak hanya menyampaikan informasi
tetapi memancing siswa dengan bertanya, agar siswa dapat
4. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh
komunikasi dengan orang lain. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan CTL hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing
dengan teman, orang lain, antar kelompok, sumber lain dan
bukan hanya guru.
5. Pemodelan (Modelling).
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
6. Refleksi (Reflection).
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari siswa dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi
kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya
untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang
bernilai positif atau tidak bernilai (negatif).
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment).
Proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Menurut Depdiknas dalam Rusman (2011:198) dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL harus
mempertimbangkan karakteristik – karakteristik yaitu: 1. Kerja sama.
3. Menyenangkan dan tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding kelas dan lorong - lorong penuh dengan hasil karya
siswa (peta – peta, gambar, artikel).
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil
karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain
– lain.
4. Pengembangan Komponen Pendekatan CTL
Pengembangan setiap komponen pendekatan CTL dalam
pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan
belajar labih bermakna .
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua
topik yang diajarkan
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan – pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa
melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan
yang sebenarnya pada setiap siswa.
5. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan CTL a. Kelebihan pendekatan CTL
Menurut Johnson (2010:88) kelebihan pendekatan CTL adalah
pembelajaran menjadi lebih bermakna yaitu dengan cara
menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan
keseharian siswa. Siswa membuat hubungan – hubungan penting yang menghasilkan makna dengan pembelajaran dan siswa dituntut
untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
b. Kekurangan pendekatan CTL
Menurut Johnson (2010:302) kekurangan pendekatan CTL
adalah membutuhkan waktu cukup lama untuk membuat siswa benar
– benar paham, karena tingkat kecerdasan setiap siswa berbeda – beda.
F. Hasil Penelitian yang relevan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang relevan.
1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Paulus Slamet Nugroho (2010,
Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Pada Pecahan
Melalui Pendekatan CTL Siswa Kelas IV SD Tarakanita Ngembesan
Semester 2 tahun pelajaran 2009/2010”.Hasil penelitiannya adalah: a. Pemahaman siswa mengenai konsep penjumlahan pecahan dengan
menggunakan pendekatan CTL meningkat dari 42,5% menjadi
98,6% dari 30 siswa.
b. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan CTL dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa materi penjumlahan pecahan
beda penyebut.
2. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Dewi Damayanti (2010, skripsi
tidak diterbitkan) dengan judul skripsi,‟‟Upaya Peningkatan
Keterampilan Melakukan Operasi Perkalian dan Pembagian Pada
Pecahan Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Bagi Siswa Kelas V SD Tarakanita Ngembesan Tahun 2009/2010‟‟.
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep
perkalian 85,71% dari 14 siswa sudah memperoleh nilai diatas
KKM, kondisi awal penguatan konsep perkalian menunjukkan
bahwa 50% siswa memperoleh nilai di atas KKM. Pada
peningkatan keterampilan perkalian 92,85% dari 14 siswa
sudah menunjukkan bahwa 42,85% siswa memperoleh nilai di
atas KKM. Pada penguatan konsep pembagian 78,57% dari 14
siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM, kondisi awal
memperoleh siswa di atas KKM. Pada peningkatan
keterampilan penbagian 85,71% dari 14 siswa sudah
memperoleh nilai di atas KKM. Kondisi awal peningkatan
keterampilan pembagian menunjukkan bahwa 42,85% siswa
memperoleh nilai di atas KKM.
b. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan CTL dapat
meningkatkan keterampilan melakukan operasi perkalian dan
pembagian pada pecahan bagi siswa kelas V SD Tarakanita
Ngembesan tahun ajaran 2009/2010. Terbukti dengan tingkat
kemampuan siswa yang sudah meningkat. Pada penguatan
konsep perkalian sebanyak 85,71% dari 14 siswa memperoleh
nilai di atas KKM yaitu 60 dari kondisi awal 50% siswa
mencapai KKM. Pada peningkatan keterampilan perkalian
sebanyak 92,85% dari 14 siswa memperoleh nilai di atas KKM,
yaitu 60 dari kondisi awal 42,85 siswa mencapai KKM. Pada
penguatan konsep pembagian sebanyak 78,57% dari 14 siswa
memperoleh nilai di atas KKM, yaitu 60 dari kondisi awal 50%
siswa mencapai KKM. Pada peningkatan keterampilan
pembagian sebanyak 85,71% dari 14 siswa memperoleh siswa
di atas KKM, yaitu 60 dari kondisi awal 42,85% siswa
G. Cara Mengajarkan Pecahan dengan Menggunakan Pendekatan
CTL
Cara mengajarkan matematika materi pecahan menggunakan
pendekatan CTL antara lain: siswa dibagi kelompok, siklus I setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa, siklus II setiap kelompok terdiri dari 3
siswa. Siswa diberi alat peraga berupa mika pecahan dan guru
membagikan soal materi yang menjadi bahan diskusi. Dengan alat peraga
mika pecahan, siswa diharapkan mampu menemukan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pecahan melalui pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki siswa.
H. Kerangka Berpikir
Matematika adalah mata pelajaran yang bersifat konkret atau
nyata. Mata Pelajaran matematika tidak hanya menghafalkan
konsep-konsep atau rumus – rumus yang ada tetapi juga dapat menemukan pemecahan masalah. Pendekatan CTL adalah pendekatan yang
mengkaitkan kehidupan, pengetahuan awal siswa dengan materi yang
dipelajari dan menuntun siswa untuk membangun pengetahuan yang
dimiliki siswa.
Komponen utama dalam pendekatan CTL menuntut siswa untuk
bekerja sama hingga mampu mandiri yang bertujuan agar pengetahuan
siswa dapat berkembang. Komponen ini akan mengarahkan siswa secara
otomatis dapat aktif dalam pembelajaran. Kemampuan penjumlahan
peraga yang bersifat konkret atau nyata dan dengan mengkaitkan dengan
kehidupan nyata siswa sehari - hari. Peneliti yakin dengan penggunaan
pendekatan CTL akan mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa materi pecahan.
Secara sistematis kerangka berpikir di atas dapat di gambarkan sebagai
berikut:
I. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah „‟Pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IVA semester 2 SD
Kanisius Ganjuran Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kondisi Awal
• Guru menggunakan metode ceramah dalam melakukan pembelajaran matematika.
• Tidak maksimalnya guru dalam menggunakan alat peraga.
• Minat siswa sangat kurang dalam menerima pelajaran.
Pemberian tindakan
• Menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Kondisi atau hasil yang diharapkan
• Siswa berminat terhadap mata pelajaran matematika.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilatar belakangi permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh guru yang dapat ditinjau dari hasil belajar
yang telah dicapai siswa selama proses pembelajaran di sekolah. Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan
profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan
tentang perilaku guru mengajar sehingga siswa dapat memenuhi batas
minimum yang ditetapkan dalam mata pelajaran yang bersangkutan.
PTK dilakukan atas kerjasama antara peneliti atau pengamat dengan
guru atau pelaku tindakan. Peneliti terlibat secara langsung dalam
perencanaan, observasi, pelaksanaan, dan refleksi.
Peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model PTK
ini terdiri dari empat tahap. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Siklus 1 Siklus 2
Model Kemmis dan Mc Taggart
Gambar 1. Proses Penelitian tindakan
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan yang akan dilakukan peneliti untuk
memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar di kelas.
2. Tindakan
Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya memperbaiki
dan meningkatkan kondisi belajar yang ada sehingga kondisi
yang diharapkan dapat dicapai.
3. Observasi
Peneliti mengemukakan hasil atau dampak tindakannya.
4. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Sehingga
Perencanaan Perencanaan
Pelaksanaan Pelaksanaan
peneliti dapat mengambil tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan di lapangan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Ganjuran yang
terletak di desa Jogodayoh, kecamatan Bambanglipuro, kabupaten
Bantul.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SD Kanisius Ganjuran tahun
pelajaran 2011/2012 kelas IVA berjumlah 21 siswa. Terdiri dari 14
siswa laki – laki dan 7 siswa perempuan. 3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar
dengan menggunakan pendekatan CTL pada pelajaran matematika materi
pecahan siswa kelas IVA SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran
4. Waktu Penelitian
Tabel 1: Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Observasi
pra penelitian V
2 Penyusunan
Proposal V
3 Permohonan
ijin
penelitian
V
4 Pengumpulan
data V V
5 Pengolahan
data V
6 Penyusunan
laporan V V V
7 Ujian skripsi
V
8 Revisi
V V
9 Pembuatan
C. Rencana Tindakan
Peneliti merencanakan akan ada 2 siklus dalam penelitian ini.
Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap pertemuan memiliki
alokasi waktu 3 x 40 menit. Siklus I menggunakan pendekatan CTL
yaitu dengan menggunakan barang – barang kebutuhan sehari – hari, alat peraga gelas ukur dan mika pecahan. Siklus II menggunakan CTL
dengan alat peraga mika pecahan. Pada siklus pertama siswa dibagi
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, ada satu kelompok
yang terdiri dari 5 siswa. Pada siklus II siswa dibagi kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 3 siswa dan alat peraga mika pecahan . Di setiap
akhir siklus diadakan evaluasi atau tes.
1. Persiapan
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius
Ganjuran untuk melakukan penelitian di SD tersebut.
b. Melakukan observasi pada siswa kelas IVA untuk
memperoleh gambaran pembelajaran dalam mata pelajaran
matematika.
c. Melakukan pengamatan yang lebih teliti untuk mengetahui
gambaran minat dan prestasi belajar siswa dalam materi
pecahan.
d. Melakukan wawancara dengan guru kelas IVA SD Kanisius
e. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yaitu
kurangnya minat dan prestasi belajar siswa mengenai materi
pecahan.
f. Menganalisis masalah belajar siswa mengenai materi
pecahan.
g. Merumuskan masalah.
h. Merumuskan hipotesis.
i. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus.
j. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi
pokoknya.
k. Menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen
penilaian, pembuatan alat peraga, instrumen penelitian.
l. Menyiapkan media pembelajaran.
2. Rencana tindakan setiap siklus
Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan
tindakan kelas sebagai berikut:
Siklus I
a. Siklus I (2 pertemuan)
Siklus ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, setiap
pertemuan memiliki alokasi waktu 3 jam pelajaran.
b. Perencanaan tindakan
Peneliti mempersiapkan silabus, RPP, LKS, alat peraga dan
c. Pelaksanaan tindakan I Pertemuan 1
1). Siswa menyimak tujuan yang disampaikan oleh guru.
2). Siswa dimbing oleh guru untuk membicarakan mengenai
benda – benda kebutuhan sehari – hari.
3). Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
4). Setiap kelompok diberi alat peraga gelas ukur, media
seperti gula, air, tepung, mika pecahan dan LKS yang
membahas tentang penjumlahkan dua bilangan pecahan
biasa berpenyebut sama.
5). Siswa dibimbing guru untuk menemukan penjumlahan
dua bilangan pecahan biasa berpenyebut sama
menggunakan alat peraga.
6). Siswa menuliskan hasil diskusinya dalam LKS.
7). Siswa bersama guru membahas materi tersebut.
8). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
9). Siswa melakukan refleksi pembelajaran.
Pertemuan II
1). Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2). Siswa diberi pertanyaan tentang pengalaman siswa yang
3). Siswa dibagi dalam kelompok setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
4). Setiap kelompok diberi alat peraga mika pecahan dan
LKS yang membahas tentang penjumlahkan tiga
bilangan pecahan biasa berpenyebut sama.
5). Siswa menuliskan hasil diskusinya dalam LKS.
6). Siswa bersama guru membahas materi tersebut.
7). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
8). Siswa mengerjakan soal evaluasi dan melakukan
refleksi.
d. Observasi
1). Mengobservasi minat belajar siswa dengan lembar
pengamatan yang telah tersedia pada siklus I.
2) Melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur
keberhasilan siswa pada siklus I.
e. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
1). Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan pada siklus I,
keberhasilan apa yang telah dicapai, hambatan yang
dihadapi oleh siswa.
2). Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi
yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang
3). Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil ulangan atau
tes dan observasi untuk dilakukan pada siklus ke II.
Siklus II
a. Siklus II (2 pertemuan)
Pada siklus ini dilakukan 2 kali pertemuan, setiap
pertemuan memiliki alokasi waktu 3 jam pelajaran.
b. Rencana tindakan
Peneliti memperbaiki RPP berdasarkan hasil refleksi, dan
melanjutkan pembelajaran materi pecahan.
c. Pelaksanaan tindakan II Pertemuan I
1). Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2). Siswa diberi sebuah cerita yang berkaitan dengan
penjumlahan dua bilangan pecahan biasa berpenyebut
beda.
3). Siswa dibagi dalam kelompok setiap kelompok
beranggotakan 3 siswa.
4). Setiap kelompok diberikan alat peraga mika dan LKS
yang membahas tentang penjumlahan dua bilangan
pecahan biasa berpenyebut beda.
5). Siswa didampingi guru untuk menemukan pecahan
lewat pengetahuan yang dimiliki dengan menggunakan
6). Siswa menuliskan hasil diskusinya dalam LKS.
7). Siswa bersama guru membahas materi tersebut.
8). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
9). Siswa diberi penguatan oleh guru terhadap materi
pecahan.
11). Siswa melakukan refleksi pembelajaran.
Pertemuan II
1). Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2). Siswa mengingat kembali materi pertemuan sebelumnya
yaitu tentang penjumlahan dua bilangan pecahan biasa
berpenyebut beda.
3). Siswa dibagi dalam kelompok setiap kelompok
beranggotakan 3 siswa.
4). Setiap kelompok diberi alat peraga mika pecahan dan
LKS yang membahas tentang penjumlahan tiga
bilangan pecahan biasa berpenyebut beda.
5). Siswa menuliskan hasil diskusinya dalam LKS.
6). Siswa bersama guru membahas materi tersebut.
7). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
d. Observasi
1). Mengobservasi minat belajar siswa dengan lembar
pengamatan yang telah tersedia pada siklus II.
2) Melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur
keberhasilan siswa pada siklus II.
e. Refleksi
1). Mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan
siklus II, tentang apa yang berhasil, kendala, dan
hambatan yang dihadapi siswa.
2). Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi
yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah
siklus dilanjutkan atau tidak.
D. Pengumpulan data dan Instrumen
1). Peubah (variabel) dan indikator keberhasilan
Sesuai dengan judul penelitian di atas, penelitian ini ada dua
peubah, yakni minat dan prestasi belajar. Pengamatan minat
dilaksanakan pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui apakah terjadi peningkatan minat pada setiap siklus
Tabel 2: Peubah Data dan Instrumennya
2). Cara pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berasal dari penghitungan skor minat siswa dan
nilai tes atau avaluasi di setiap siklus, sedangkan data kualitatif berasal dari
hasil wawancara siswa dan guru di setiap akhir siklus.
Penelitian ini menggunakan data yang berkaitan dengan minat dan
prestasi belajar siswa mengenai materi pecahan. Data mengenai minat dapat
diketahui dengan observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap
guru dan sebagian siswa, sedangkan data mengenai prestasi belajar siswa
diperoleh untuk menilai aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Tes atau evaluasi dilakukan di setiap akhir siklus.
3). Instrumen
1). Prestasi belajar
Untuk mengumpulkan data prestasi belajar, penelitian ini akan
menggunakan dua cara yakni tes dan non tes.
Instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes
Tes yang digunakan adalah jenis tes tertulis dengan bentuk
pilihan ganda. Tes ini dikembangan sendiri oleh peneliti yang mengacu
kognitif yang diperoleh siswa. Soal pilihan ganda berjumlah 20 nomor,
yang masing-masing nomor mempunyai bobot satu .
Dengan ketentuan: Skor 1 = jika jawaban benar
Skor 0 = jika jawaban salah
Tabel 3: Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I
No Indikator Taraf Kesukaran Nomor
soal dua bilangan pecahan biasa dengan penyebut
Tabel 4: Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus II No Indikator Taraf Kesukaran Nomor
soal
mengamati siswa pada saat diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.
Penilaian non tes dilakukan berdasarkan indikator penilaian yang dituangkan
psikomotorik (terlampir). Indikator prestasi belajar siswa berupa aspek afektif
dan aspek psikomotorik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5: Indikator Aspek Afektif
No Indikator
1 Kerjasama dalam berdiskusi
Tabel 6: Indikator Aspek Psikomotorik
No Indikator
1 Membuktikan cara menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa berpenyebut sama dengan menggunakan alat peraga mika pecahan
2 Membuktikan cara menjumlahkan tiga bilangan pecahan biasa berpenyebut sama dengan menggunakan alat peraga mika pecahan
3 Membuktikan penjumlahan dua bilangan pecahan biasa berpenyebut beda dengan menggunakan mika pecahan
4 Membuktikan penjumlahan tiga bilangan pecahan biasa berpenyebut beda dengan menggunakan mika pecahan
2). Minat
Untuk mengukur minat ada dua cara yang ditempuh oleh peneliti
yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan
a) Observasi minat siswa
Observasi akan dilakukan oleh peneliti pada saat pelaksanaan di
setiap siklus menggunakan lembar observasi minat siswa. Peneliti melakukan
pengamatan minat pembelajaran matematika terhadap setiap siswa. Langkah
yang dilakukan peneliti adalah dengan memberi tanda checklist (V) apabila
nampak deskriptor dalam rubrik pengamatan minat.
Rubrik pengamatan minat diisi oleh peneliti pada waktu kegiatan
belajar berlangsung. Rubrik pengamatan minat dan panduan wawancara yang
disusun peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 7: Rubrik Pengamatan Minat
No Indikator Deskriptor Nampak (v)
atau Tidak (-) dengan pelajaran yang diterima waktu sebelum pelajaran dimulai
- Siswa aktif bertanya
- Siswa aktif menjawab pertanyaan
- Siswa mengerjakan tugas dari guru
- Siswa berkonsentrasi penuh terhadap pelajaran matematika daripada yang lainnya
- siswa senang terhadap mata pelajaran matematika karena sesuai dengan kebutuhan - siswa senang terhadap
- siswa menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru
4 Keterlibatan siswa dalam pelajaran
- Siswa aktif berdiskusi
- Siswa aktif dalam melakukan pembelajaran - Siswa bekerjasama
dengan kelompok
b) Panduan Wawancara
Peneliti membuat panduan wawancara yang ditujukan bagi siswa dan
guru.Wawancara ini dilakukan setelah selesai kegiatan belajar mengajar. Peneliti
berminat, kurang berminat dan tidak berminat. Panduan wawancara yang dibuat
peneliti untuk melakukan wawancara kepada guru dan sebagian siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 8: Panduan Wawancara Kepada Siswa
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Anda merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)? Mengapa?
2 Apakah perhatian Anda terfokus mengikuti kegiatan pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)? Mengapa?
3 Apakah Anda tertarik pada materi pelajaran matematika menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)?
Mengapa?
4 Apakah Anda tertarik pada guru yang mengajar matematika menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL)? Mengapa?
5 Apakah Anda terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL)? Berilah contoh keterlibatan
Tabel 9: Panduan Wawancara Kepada Guru
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah siswa merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran matematika yang
Bapak/Ibu ajarkan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)?
Mengapa?
2 Apakah perhatian siswa sudah terfokus mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika yang Bapak/Ibu pimpin
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)? Mengapa?
3 Apakah siswa tertarik pada materi pelajaran matematika yang Bapak/Ibu ajarkan
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)? Mengapa?
4 Apakah siswa tertarik kepada Bapak/Ibu guru dalam mengajarkan materi pelajaran
matematika menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)?
Mengapa?
5 Apakah siswa terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran matematika yang Bapak/Ibu
pimpin menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)? Berilah
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Validitas
a. Pengertian Validitas
Menurut Anastasia dalam Sumarna Surapranata (2009:50) validitas
adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai
dengan apa yang diukur.
Menurut Sekaran (2006:248) validitas adalah bukti bahwa
instrumen, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur sebuah
konsep benar-benar mengukur konsep yang dimaksudkan.
Menurut Masidjo (1995:242) validitas adalah taraf sampai di mana
suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
b. Macam-macam Validitas
Menurut Sumarna Surapranata (2009:51-55) validitas dibagi menjadi
empat macam yaitu:
1. Validitas isi (content validity)
Suatu alat ukur dipandang valid apabila nilai sesuai dengan isi
kurikulum yang hendak diukur. Salah satu cara yang digunakan untuk
menentukan validitas adalah dengan mengkaji isi tes itu. Menurut
Guion dalam Sumarna Surapranata (2009:51) validitas isi sangat
bergantung pada dua hal yaitu tes itu sendiri dan proses yang
Salah satu cara untuk memperoleh validitas isi adalah dengan
melihat soal – soal yang membentuk tes itu. Jika keseluruhan soal tampak mengukur apa yang seharusnya tes itu digunakan, tidak
diragukan lagi bahwa validitas isi sudah terpenuhi. Dalam dunia
pendidikan, sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila mengukur sesuai
dengan domain dan tujuan khusus tertentu yang sama dengan isi
pelajaran yang telah diberikan di kelas.
2. Validitas Konstruk (Construct validity)
Suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan
konstruksi teoritik di mana tes itu dibuat. Tes dikatakan memiliki
validitas konstruksi apabila soalnya mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang telah diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum.
3. Validitas Prediksi ( Predictive validity)
Validitas ini menunjukkan hubungan antara tes skor yang
diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang
akan datang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila
mempunyai kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi