• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Perpajakan Pemungutan dan Pengenakan Tarif Pajak Hiburan Kebijakan perpajakan adalah yang berkaitan dengan pedoman bertindak arah

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

IV. Lain-lain PAD yang

4.2.1. Kebijakan Perpajakan Pemungutan dan Pengenakan Tarif Pajak Hiburan Kebijakan perpajakan adalah yang berkaitan dengan pedoman bertindak arah

tindakan tertentu suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana. Kebijakan dalam hal ini juga merupakan suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam penelitian ini kebijakan perpajakan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan, peraturan daerah yang mengatur tentang pajak daerah. Adapun peraturan perundang-undangan yang dipakai adalah Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diganti dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan penerimaan Pendapatan Lain-lain.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah ditetapkan bahwa Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun jenis pajak Kabupaten/Kota menurut undang-undang tersebut adalah: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak

bumi dan bangunan pedesaaan dan perkotaan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan telah ditetap tarif untuk setiap jenis pajak hiburan yang dipungut atas setiap penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak hiburan untuk masing-masing jenis hiburan berbeda, tetapi dengan ketentuan tarif maksimal yang dikenakan untuk pajak hiburan sebesar 35 %. Adapun ketentuan-ketentuan pengenaan tarif diatur dalam Perda No. 12 Tahun 2003 pasal 20.

Untuk pertunjukan film di bioskop ditentukan berdasarkan klasemen. Untuk klasemen AII Utama dipungut pajak sebesar 30% dari HTM ( Harga Tiket Masuk ), klasemen AII dipungut pajak sebesar 28% dari HTM, klasemen AI dikenakan pajak sebesar 26% dari HTM, untuk klasemen BII dipungut pajak sebesar 24% dari HTM, klasemen BI dikenakan pajak hiburan sebesar 20% dari HTM, klasemen C dipungut pajak sebesar 17% dari HTM, klasemen D dipungut pajak sebesar 13% dari HTM, dan untuk klasemen Bioskop Keliling dipungut pajak sebesar 10% dari HTM.

Pengenaan pajak pertunjukan kesenian di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 15% dari HTM, di ruangan yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 10% dari HTM.

Tarif yang dikenakan untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan/ pagelaran musik dan tari untuk yang di ruang yang memakai AC dipungut pajak sebesar 25% dari HTM, dan diruang yang tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 20% dari HTM.

Untuk diskotiq, disko, bar, karaoke, klab malam, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 30% dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau untuk menikmati hiburan di luar harga makanan/minuman yang telah dikenakan pajak hotel dan atau pajak restoran; untuk diskotiq, disco, bar, klab malam, yang tidak menggunakan tanda masuk

dan atau tidak membayar untuk menonton atau menikmati hiburan dipungut pajak sebesar Rp 2.000 ( dua ribu rupiah ) untuk setiap pengunjung, diluar harga makanan/ minuman yang telah dikenakan pajak hotel dan atau pajak restoran.

Pemungutan pajak untuk billyard di ruangan yang memakai AC dipungut pajak sebesar 20% dari HTM atau harga koin per meja untuk sekali permainan, dan permainan billyard di ruang yang tidak ber AC dipungut pajak sebesar 15% dari HTM atau harga koin per meja untuk sekali permainan.

Tarif untuk permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak antara lain video game, play station, mini train, kuda pusing, sampan pusing, speed boat, bom-bom car dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 20% dari HTM atau harga koin.

Pemungutan panti pijat, mandi uap dan sejenisnya dikenakan pajak sebesar 20% dari HTM per jam, salon kecantikan dipungut pajak sebesar 20% dari jumlah pembayaran.

Pertunjukan pertandingan olah raga antar klub dalam negeri dipungut pajak sebesar 15% dari HTM per jam, sedanagkan pertandingan olah raga dengan dukungan antar bangsa dipingut pajak sebesar 20% dari HTM.

Pengenaan pajak untuk taman rekreasi, kolam renang dan sejenisnya dipungut pajak sebesar 10% dati HTM. Untuk jenis hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak sebesar 20% dari jumlah pembayaran. Besar tarif yang dikenakan untuk persewaan internet sebesar 10% dari nilai sewa per jam.

Besarnya pokok pajak hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif pajak dari setiap jenis dengan dasar pengenaan. Dari pengenaan tarif untuk masing-masing jenis penyelenggaraan hiburan yang telah ditetapkan dalan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2003 tidak ada satupun yang mengenakan tarif maksimal yaitu sebesar 35%. Adapun yang menjadi alasan mengapa tarif maksimal tidak dikenakan untuk pajak hiburan karena tarif maksimal ini dirasakan masyarakat sangat berat. Dimana para wajib pajak yaitu pengusaha/ penyelenggara hiburan pada umumnya tidak hanya membayar pajak hiburan yang dikenakan, tetapi masih banya biaya-biaya yang harus ditanggung oleh wajib pajak. Dan apabila tarif maksimal ini dikenakan maka kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi pengusaha/ penyelenggara hiburan yang pada akhirnya menimbulkan kebangkrutan atau tutupnya hiburan tersebut.

Pengenaaan pajak hiburan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam penetapan tarif pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 adalah dengan memperhatikan kondisi setiap jenis hiburan di lapangan. Tarif yang dikenakan diharapkan tidak memberatkan para pengusaha/penyelenggara hiburan dan dapat memberi ruang bagi penyelenggara hiburan untuk mengembangkan usahanya dengan demikian efek negative ekonomi tidak terjadi akibat adanya pengenaan atau pemungutan pajak hiburan yang ada di kota Medan.

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 inilah yang menjadi dasar pengenakan pengutipan pajak hiburan di Kota Medan dimana Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai sebagai unsur pelaksanaan kewenangan pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola pajak daerah tersebut

4.2.2 Peranan Dinas Pendapatan Daerah dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan