• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 3.2 Prosedur Penelitian Indentifikasi Masalah

3. Reliabilitas

4.8 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dari 121 mahasiswa peserta Studi Independen Bersertifikat E-Commerce Power Academy angkatan 1, diperoleh

bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 40 orang dan perempuan sebanyak 81 orang, selanjutnya karakteristik responden dari kelompok jurusan adalah sebanyak 28%

berasal dari kelompok ilmu sosial, 8% berasal dari kelompok ilmu hukum, 16%

berasal dari informatika, 19% berasal dari ilmu ekonomi, 21% dari teknik dan 8%

dari jurusan unik.

Analisis deskriptif penelitian ini menggambarkan variabel intensi berwirausaha masuk pada kategori sedang dengan persentase sebesar 35% dengan jumlah responden sebanyak 42 orang peserta yang merupakan mayoritas tertinggi.

Hal ini menunjukkan adanya kemauan yang tinggi mahasiswa peserta program Studi Independen Bersertifikat E-Commerce Power Academy angkatan 1 untuk memulai usaha ditinjau dari respon mahasiswa terhadap informasi terkait kewirausahaan, persepsi terhadap tekanan kewirausahaan dan kontrol perilaku terhadap kemampuan dalam berwirausaha.

Hasil analisis deskriptif pada variabel modal sosial masuk pada kategori sedang dengan jumlah 42 orang dengan persentase sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki modal sosial dengan tingkat yang berbeda-beda. Analisis deskriptif pada penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran modal sosial berdasarkan tiap dimensinya. Untuk respon partisipan pada dimensi struktural didominasi oleh kategori sedang dengan responden sebanyak 40 partisipan dengan persentase sebesar 33%. Skor pada dimensi relasional berada pada kategori tinggi dengan jumlah responden sebanyak 46 partisipan dengan persentase sebesar 38%. Pada dimensi kognitif, respon partisipan berada pada kategori tinggi dengan jumlah responden sebanyak 41 partisipan dengan persentase sebesar 34%.

Setelah dilakukan analisis deskriptif, peneliti selanjutnya melakukan uji korelasi untuk melihat hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Peneliti melakukan uji korelasi untuk menguji hipotesis apakah terdapat hubungan antara variabel X (modal sosial) dengan variabel Y (intensi berwirausaha), pada uji korelasi tersebut menghasilkan korelasi sebesar 0,554 dengan p value<0,001. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Noor et al (2019) bahwa modal

sosial berpengaruh positif terhadap keputusan berwirausaha sebesar 0,850 sehingga peningkatan modal sosial juga akan meningkatkan intensi berwirausaha, yang mampu memutuskan untuk berwirausaha.

Pada uji korelasi antara dua variabel, peneliti juga mencari tahu hubungan ketiga dimensi modal sosial dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1. Hasilnya uji korelasi antara dimensi struktural dari variabel modal sosial dengan variabel intensi berwirausaha adalah sebesar 0,431 p value <0,001, korelasi antara dimensi relasional dengan intensi berwirausaha sebesar 0,440 p value <0,001 dan korelasi antara dimensi kognitif dengan intensi berwirausaha adalah sebesar 0,528 p value <0,001. Dari uji korelasi tersebut, kekuatan korelasi dimensi struktural dengan intensi berwirausaha berarah positif serta masuk dalam kategori sedang. Kekuatan korelasi relasional dengan intensi berwirausaha berarah positif dengan kategori sedang. Terakhir kekuatan korelasi kognitif dengan intensi berwirausaha berkekuatan sedang dengan arah positif.

Peneliti melakukan analisis regresi berganda untuk melihat seberapa besar kontribusi modal sosial terhadap intensi berwirausaha dalam memberikan sumbangan efektif dengan melihat koefisien determinasi (R²). Hasil regresi dari kedua variabel ini ialah 0,307. Artinya, modal sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 30,7% dan 69,3% berasal dari faktor lain yang tidak menjadi fokus penelitian ini atau faktor yang tidak diketahui. Sejalan dengan hasil penelitian Pangestu & Wijaya (2020) mendapatkan hasil analisis koefisien determinasi (R²) antara modal sosial dengan intensi berwirausaha sebesar 30,4% sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial memiliki hubungan positif terhadap intensi berwirausaha. Malebana (2016) menjelaskan modal sosial dapat memperkuat intensi berwirausaha dengan memperkuat nilai-nilai dan prinsip kewirausahaan yang mengarah pada kecenderungan minat dan kegiatan kewirausahaan, sehingga perwujudan dari modal sosial dapat ditemui dalam intensi berwirausaha seseorang (Fahlevi SI & Yusnaidi, 2020). Ketika seseorang memahami pentingnya sebuah jaringan, kepercayaan, norma, visi-misi bersama

dalam berwirausaha, maka modal sosial akan terbentuk dan sebaliknya, ketika pemahaman seseorang mengenai modal sosial rendah maka intensi berwirausaha rendah (Zaremohzzabieh, 2019; Ali & Yousuf, 2019;Gedajlovic et al, 2013).

Modal sosial dapat mempengaruhi intensi berwirausaha melalui kontrol persepsi perilaku seseorang Zaremohzzabieh (2019). Memulai usaha berarti seseorang harus berani mengambil resiko, sekalipun resiko kegagalan (Primadona, 2017). Apabila calon pengusaha menemukan kesulitan di lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian, untuk mengatasinya dibutuhkan modal sosial yang tinggi (Yulianti, 2020). Hal ini bertujuan untuk terhubung dengan lebih banyak koneksi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat (Susilowati, 2011) yang menjelaskan bahwa sebuah bisnis dapat bertahan didukung dengan kemampuan seseorang menangani permasalahan terkait kewirausahaan ditengah persaingan, modal sosial ini berperan membantu mempertahankan intensi berwirausaha tersebut.

Dalam berwirausaha kehadiran modal sosial akan membantu pengusaha mencari ide dan mengembangkan peluang dalam berwirausaha (Shane &

Venkataraman, 2010) Ketika seseorang memiliki modal sosial yang tinggi berkaitan dengan intensitas kewirausahaan, maka orang tersebut akan mempengaruhi orang lain untuk memiliki intensi wirausaha (Alexy et al., 2012;

Fuchs, 2016; Păunescu & Badea, 2014; Yuan et al., 2018) Karena dalam hubungan antar individu, informasi dipertukarkan melalui interaksi sosial, sehingga modal sosial merepresentasikan nilai-nilai bersama dan visi bersama individu berbagi pengetahuan melalui keterampilan kewirausahaan. Para calon pengusaha dengan pengetahuan, bakat, kreativitas dan imajinasi dengan mudah menangkap peluang (Ilouga et al., 2020). Hal tersebut merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan bisnis seseorang, tidak hanya pada tahap awal tetapi juga pada masa yang akan datang, dan hal ini menjadi pendorong untuk mendorong terciptanya intensi berwirausaha yang tinggi.

Selain itu, ditemukan bahwa dimensi struktural, relasional, dan kognitif dari modal sosial berhubungan positif dengan intensi berwirausaha. Modal sosial struktural dapat diartikan sebagai tingkat interaksi seseorang berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana mereka mencapainya (Pedrini et al., 2016). Modal

sosial struktural dapat mempromosikan niat kewirausahaan, jejaring sosial dan pengetahuan yang luas, juga dapat membantu seseorang memperluas topik kewirausahaan melalui pengetahuan dan pengalaman. Pengusaha dengan jaringan yang luas dan beragam memiliki peluang yang lebih baik untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis (Mahfud et al., 2020)

Pada modal sosial relasional, berkaitan dengan kepercayaan, timbal balik dan keterbukaan (Pedrini et al., 2016) Modal sosial relasional mengarah untuk memotivasi seseorang terlibat dalam pertukaran dan perilaku kewirausahaan untuk mendukung keyakinan seseorang bahwa mereka dapat mempercayai sumber daya jaringan untuk memperoleh hasil yang diinginkan, berasal dari pertukaran informasi mengenai kewirausahaan (Pérez Fernández et al., 2021) Kepercayaan dalam modal sosial relasional menciptakan harapan percaya diri, dari membuat individu lebih mungkin untuk terlibat dalam situasi yang tidak pasti dalam menghadapi tantangan berwirausaha (Primadona, 2017) Selain itu, karena modal sosial memberikan akses ke sumber daya (Fahlevi & Yusnaidi, 2020). Hal ini dapat bertindak sebagai bentuk penguatan bagi pengusaha dalam meningkatkan keyakinan mereka mengenai pengembangan ide bisnis mereka agar sukses (Gedajlovic et al., 2013).

Selanjutnya, modal sosial kognitif berkaitan dengan bagaimana individu dapat mengembangkan dan membagikan nilai-nilai kewirausahaan, inovasi dan pemberdayaan produk. Inovasi digunakan sebagai area berkembang dan kekuatan untuk menghasilkan perubahan sosial dari berbagai bidang (Zaremohzzabieh, 2019). Didukung hasil penelitian Enteni (2016) menemukan bahwa individu dengan modal sosial kognitif yang tinggi adalah individu yang memiliki pemahaman yang sama tentang visi dan tujuan bersama mengenai kewirausahaan.

Dalam berwirausaha tujuan bersama adalah untuk mendorong sudut pandang yang sama dalam jaringan pengusaha (Haris, 2019). Hal ini dibutuhkan agar dapat melihat peluang terkait permasalahan di lapangan, selanjutnya dijadikan sebagai sebuah ide bisnis.

Dari penjelasan diatas, modal sosial sangat penting dalam pembentukan intensi berwirausaha pada mahasiswa peserta program studi independen

bersertifikat e-commerce, ini diperkuat dengan penelitian Fernández et al (2021) yang menemukan bahwa melalui modal sosial yang kuat, maka akan membantu seseorang dalam memperluas jaringan dan koneksi. Mampu mempertahankan nilai-nilai kelompok dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kelompok (Pangestu & Wijaya, 2020), serta memiliki visi yang sejalan dengan tujuan kelompok dalam mengembangkan sebuah inovasi produk baru untuk memajukan bisnis tersebut (Noor et al., 2019).

Hasil korelasi positif ini sesuai dengan implementasi di lapangan dimana individu dengan modal sosial yang sedang juga memiliki intensi berwirausaha yang sedang atau bila modal sosial ditemukan tinggi maka intensi berwirausaha tinggi. Pada saat memulai usaha, individu tidak hanya perlu menguasai softskill dan hardskill mengenai pengetahuan terkait kewirausahaan, tetapi juga membutuhkan koneksi seperti jangkauan jaringan, kualitas interaksi dan kemampuan individu dalam mengembangkan dan memberikan pemikirannya ke orang lain, agar usaha yang sedang dirintis dapat berkembang, karena adanya bantuan serta kerjasama antar beberapa pihak. Sejalan dengan penelitian Ali &

Yousuf (2019) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa modal sosial berpengaruh positif signifikan terhadap niat berwirausaha warga Pakistan dalam pembangunan ekonomi wilayah. Didukung pula dengan hasil penelitian Susilowati (2011) mendapatkan hasil bahwa modal sosial dapat menjadi sebuah investasi dan dapat mempengaruhi intensi berwirausaha. Selanjutnya hasil penelitian Schlepphorst et al (2020) ditemukan bahwa modal sosial memiliki pengaruh signifikan dengan intensi berwirausaha seseorang untuk memulai usaha.

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa modal sosial memiliki korelasi yang signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1. Dimana kemampuan seseorang dalam memanfaatkan serta mengelola sumber daya di lingkungan sosialnya akan memiliki peluang besar memiliki intensi berwirausaha yang mana perubahan dalam hubungan dapat dipengaruhi kegunaannya, diwujudkan melalui keterampilan dan pengetahuan karena adanya relasional, yang membentuk

struktur sosial dari tindakan tertentu individu atau kelompok lainnya meliputi kognitif

79 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Terdapat hubungan antara modal sosial dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa peserta program SIB E-commerce Angkatan 1 dengan koefisien korelasi sebesar 0,554 p<0,001.

2. Intensi berwirausaha yang dimiliki mahasiswa peserta studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1 berada pada kategori sedang dengan persentase 35%.

3. Modal sosial (social capital) yang dimiliki oleh mahasiswa peserta studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1 berada pada kategori sedang dengan persentase sebanyak 35%.

4. Terdapat hubungan signifikan antara dimensi struktural dengan intensi berwirausaha mahasiswa SIB E-commerce angkatan 1 sebesar 0,431 dengan p<0,001. Dengan gambaran dimensi struktural yang dimiliki oleh mahasiswa peserta studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1 berada pada kategori sedang dengan persentase sebanyak 33%.

5. Terdapat hubungan signifikan antara dimensi relasional dengan intensi berwirausaha mahasiswa SIB E-commerce angkatan 1 sebesar 0,440 dengan p<0,001. Dengan gambaran dimensi relasional yang dimiliki oleh mahasiswa peserta studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1 berada pada kategori tinggi dengan persentase sebanyak 38%.

6. Terdapat hubungan signifikan antara dimensi kognitif dengan intensi berwirausaha mahasiswa SIB E-commerce angkatan 1 sebesar 0,528 dengan p<0,001. Dengan gambaran dimensi kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa peserta studi independen bersertifikat e-commerce angkatan 1 berada pada kategori tinggi dengan persentase sebanyak 34%.

Dokumen terkait