• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Siswa

C. Pembahasan Temuan penelitian

Pembahasan temuan penelitian ini berdasarkan skala disposisi matematik siswa, pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa, respon siswa dengan menggunakan jurnal harian serta hasil tes akhir siklus.

Berdasarkan data yang diperoleh dari skala disposisi matematik siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata skor skala 70,86%. Hal itu terlihat dari aspek-aspek disposisi matematik siswa juga meningkat setelah diterapkan model motivasi ARCS. Pada siklus I siswa masih belajar hanya jika ada PR atau tugas saja itu pun banyak siswa yang masih menyalin punya temannya. Siswa masih belum maksimal untuk memahami materi yang dipelajari dilihat dari siswa ada yang mengandalkan temannya dalam mengerjakan soal dalam LKS. Pada saat siklus II sebagian besar siswa sudah mulai terbiasa menemukan rumus sendiri dengan dibantu oleh LKS dan sumber lain seperti buku paket dan internet.

Aspek percaya diri, awalnya hanya beberapa siswa yang berani untuk berbicara di depan kelas dan saat peneliti menyuruh siswa untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi kelompok atau mencoba menyelesaikan soal, beberapa siswa langsung menunjuk dan maju ke depan kelas. Saat siklus II kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan dikarenakan pada tahap

Confidence, peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun sehingga membuat siswa nyaman dan lebih berani untuk berbicara di depan kelas, siswa juga sudah mulai berusaha untuk mengemukakan pendapatnya saat presentasi diskusi kelompok dengan lancar.

Aspek fleksibel, awalnya siswa kurang menyukai kerja kelompok dikarenakan beberapa siswa tidak mau bekerja sama dan saling mengandalkan temannya menyelesaikan tugas pada LKS, tetapi saat siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus II siswa dibebaskan memilih teman kelompoknya agar siswa merasa nyaman bekerjasama (Confidence).

Aspek ketekunan, awalnya siswa belum terbiasa mengerjakan tugas matematika yang terdapat dalam LKS, siswa mudah frustasi menghadapi soal atau tugas matematika yang sukar dan cepat menyerah jika tidak mengerti dengan materi pelajaran, tetapi saat siklus II mengalami peningkatan. Siswa tampak pantang menyerah. Ini terbukti ketika siswa awalnya mengatakan tidak bisa, namun saat terakhir peneliti menanyakan kembali kepada siswa tersebut, ternyata siswa tersebut bisa menyelesaikan soal dengan kemampuannya sendiri.

Dalam pembelajaran ARCS pada tahap confidence peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dengan pernyataan-pernyataan yang membangun sehingga siswa merasa confidence/nyaman ketika bertanya tentang materi yang belum mereka pahami dan timbul keinginan siswa untuk terus berusaha lebih gigih dalam belajar. Pada tahap relevance siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari serta diberikannya penguatan berupa pujian secara verbal dan reward berupa alat tulis (Satisfaction) kepada perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas atapun siswa yang berani menjawab atau bertanya membuat siswa lebih tekun dalam belajar matematika.

Aspek keingintahuan siswa juga meningkat. Saat siklus II siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam pembelajaran. Saat diskusi berjalan, siswa juga antusias untuk bertanya kepada anggota kelompok maupun guru. Hal ini

87

dikarenakan dalam pembelajaran ARCS, siswa diajak untuk fokus dengan games teka-teki yang menantang (Attention) yang membuat siswa lebih nyaman, bergembira, dan bersemangat untuk memberikan yang terbaik saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, alat peraga bangun ruang yang peneliti siapkan untuk membantu siswa memahami materi (Relevance) juga meningkatkan keingintahuan siswa karena membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran, siswa pun diarahkan untuk mendiskusikan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Relevance).

Pada aspek reflektif pun mengalami peningkatan. Saat siklus II sebagian besar siswa mencoba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan peneliti dengan baik dan merangkum setiap materi pelajaran dengan rapi bahkan ada siswa yang mencoba mengerjakan soal dengan cara lain. Hal ini disebabkan setiap pertemuan pada siklus II perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas diberikan penguatan berupa pujian secara verbal dan diberikan reward berupa alat tulis (Satisfaction). Tahap relevance pun menyebabkan aspek refleftif siswa meningkat, karena dengan adanya alat peraga dan disajikannya soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa tertantang dan bersemangat dalam belajar.

Pada aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari juga mengalami peningkatan. Sebagian besar siswa sudah percaya bahwa matematika dapat membantu memecahkan persoalan sehari-hari mereka. Saat pembelajaran siswa mulai terbiasa menggunakan materi sebelumnya untuk menyelesaikan soal matematika yang baru walaupun masih ada yang kesuliatan dalam mengingat kembali pelajaran yang telah mereka pelajari sebelum-sebelumnya. Ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang baru mereka mengingat atau mengulang kembali pelajaran sebelumnya untuk membantu mereka menyelesaikan soal tersebut dengan membuka buku catatan mereka atau bertanya kepada teman atau peneliti. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ARCS siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari (Relevance) serta diberikannya penguatan berupa pujian secara verbal dan reward berupa alat tulis (Satisfaction) kepada perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas atapun siswa yang berani menjawab atau bertanya.

Pada aspek mengapresiasi peran pelajaran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat, dan bahasa mengalami peningkatan. Beberapa siswa mulai memandang matematika sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terlihat saat pembelajaran ada siswa yang

bertanya: “Bu, kalau belajar luas permukaan dan volume memang bisa bikin kita tidak galau lagi ya bu?”, setelah mendengar pertanyaan tersebut siswa yang lain

tertawa, lalu peneliti menjawab: “iya, betul betul betul, galau itu kan karna kita belum menemukan solusi dari masalahnya, nah dengan belajar matematika kita akan terlatih untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, jadi

tidak galau lagi deh…”. Siswa terlihat antusias mendengarkan penjelasan peneliti.

Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ARCS siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Relevance) serta diberikannya penguatan berupa pujian secara verbal dan reward berupa alat tulis (Satisfaction) kepada perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas atapun siswa yang berani menjawab atau bertanya.

Aktivitas siswa dengan menggunakan model motivasi ARCS juga mengalami peningkatan. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran di siklus I, sebagian besar siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga antusias dengan pelajaran matematika siswa mulai terbiasa menggunakan LKS dalam pembelajaran meskipun merasa sulit untuk mengerjakannya dan berdiskusi dengan teman, mempresentasikan kerja kelompok, mengajukan pertanyaan bila ada yang tidak mengerti dan berani memberikan saran. Tetapi dalam hal menjawab pertanyaan dan menyimpulkan materi secara lisan, siswa masih belum terbiasa dan cenderung belum berani berbicara di depan kelas. Pada siklus II aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

89

mengalami peningkatan, siswa sudah terbiasa menggunakan LKS dan mulai berani berbicara di depan kelas dalam menjawab pertanyaan, presentasi hasil diskusi, dan menyimpulkan materi.

Respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model motivasi ARCS mengalami peningkatan. Sebagian besar siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan model motivasi ARCS. Hal ini terlihat dari pendapat sebagian siswa melalui jurnal harian. Sebagian besar siswa merespon positif dan mendukung terhadap pembelajaran dengan model motivasi ARCS, karena dalam pembelajaran matematika ini mengalami suasana belajar yang menyenangkan dan asik sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih memahami materi pelajaran dengan baik yang berbeda dan membuat siswa bersemangat dalam belajar.

Hasil tes akhir siklus siswa pun mengalami peningkatan. Pada saat akhir siklus I hanya terdapat 22 siswa mendapatkan nilai tes akhir siklus yang mencapai KKM dan hampir setengah dari jumlah siswa mendapatkan nilai yang rendah walaupun pada akhir siklus I ini terdapat siswa yang mendapat nilai 100, tetapi setelah akhir siklus II hampir sebagian besar dari jumlah siswa mendapatkan nilai yang memenuhi KKM sekolah. Dari hasil pengamatan, sebagian besar siswa memahami materi yang dipelajari dan terbiasa dalam soal-soal yang dipelajari sehingga siswa mendapatkan nilai yang memuaskan.

Dari beberapa uraian diatas, terlihat bahwa penerapan model motivasi ARCS dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. Hal ini terlihat pada siklus II, aktivitas siswa dan respon siswa meningkat maka disposisi matematik yang dimiliki siswa juga meningkat. Kecenderungan siswa untuk belajar matematika menjadi baik menyebabkan nilai hasil belajar kognitif siswa pun menjadi meningkat begitu pula sebaliknya. Jadi, siswa yang memiliki disposisi matematik yang baik maka aktivitas belajar dan respon siswa dalam pembelajaran juga baik dan hasil belajar kognitif siswa menjadi baik pula.

90 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan model motivasi ARCS dalam pembelajaran matematika dengan LKS yang diberikan kepada kelas VIII-3 SMP PGRI 1 Ciputat membuat disposisi matematik siswa meningkat pada setiap aspeknya dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat dari rata-rata disposisi matematik pada siklus I sebesar 67,72% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 71,53%. Tahap attention meningkatkan keingintahuan siswa dalam belajar matematika. Tahap relevance mempengaruhi ketekunan, keingintahuan, reflektif, penilaian siswa terhadap aplikasi matematika dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari serta apresiasi siswa terhadap peran pelajaran matematika dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari. Tahap confidence meningkatkan aspek rasa percaya diri, fleksibelitas serta ketekunan siswa. Selanjutnya tahap satisfaction dapat meningkatkan aspek reflektif, ketekunan penilaian siswa terhadap aplikasi matematika dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari.

2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan penerapan model motivasi ARCS mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68,56% meningkat menjadi 73,89% pada siklus II. Pada siklus I dalam aspek mengajukan pertanyaan mempunyai nilai terendah, tetapi pada siklus II aspek tersebut mengalami peningkatan terlihat dari siswa sudah mulai terbiasa untuk berbicara di depan kelas mengemukakan pendapatnya dan menjawab soal matematika.

3. Respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model motivasi ARCS adalah respon positif. Awalnya pada siklus I respon positif siswa masih rendah, tetapi pada siklus II respon positif siswa menjadi

91

meningkat. Hal ini diperkuat dengan rata-rata persentase respon positif siswa pada siklus I sebesar 61,90% menjadi 72,90% pada siklus II. Pada jurnal harian, siswa mengemukakan bahwa pembelajaran yang diterapkan membuat siswa mengalami suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih memahami materi pelajaran dengan mudah.

4. Hasil tes akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model motivasi ARCS mengalami peningkatan yang baik. Persentase banyaknya siswa yang nilai tes akhir memenuhi KKM pada siklus I sebesar 52,38% meningkat pada siklus II mencapai 71,43%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi sekolah diharapkan dapat mendukung dan memfasilitasi guru matematika dalam sarana dan prasarana bidang media pembelajaran dengan penerapan model motivasi ARCS dalam pembelajaran sehingga dapat dikembangkan dilingkungan sekolah.

2. Bagi para guru disarankan mencoba menerapkan model motivasi ARCS sebagai alternatif dalam proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan aktivitas, disposisi matematik dan hasil tes siswa.

3. Untuk mendapatkan pembelajaran yang optimal, disarankan lebih sering diterapkan model motivasi ARCS dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar matematika serta antusias dengan materi yang dipelajari.

4. Pada penelitian ini, penerapan model motivasi ARCS hanya bertujuan untuk meningkatkan disposisi matematik siswa. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan model motivasi ARCS untuk meningkatkan kemampuan matematik siswa yang lain.

5. Bagi penelitian selanjutnya dengan menerapkan model motivasi ARCS dalam pembelajaran matematika, pada tahap satisfaction disarankan tidak hanya memberikan reward berupa alat tulis (benda) ataupun makanan ringan kepada siswa yang berprestasi, siswa yang berani menjawab atau bertanya ketika pembelajaran berlangsung karena akan membuat siswa merasa bahwa ilmu yang mereka dapat hanya senilai benda ataupun makanan ringan tersebut, berikanlah pujian secara verbal atau reward yang lebih mendidik, bisa berupa point nilai lebih bagi mereka yang berprestasi.

Dokumen terkait