• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian lemak dalam pakan ternak ruminansia sebagai sumber energi perlu diwaspadai mengingat ternak ruminansia sangat peka terhadap kandungan lemak yang tinggi dalam ransumnya. Kandungan lemak dalam ransum ternak ruminansia yang melebihi 7-8% dapat memberikan dampak yang negatif terutama dalam proses fermentasi rumen, seperti : membatasi pencernaan serat, merupakan racun bagi bakteri selulolitik, menurunkan aktivitas enzim dan menurunkan absorpsi beberapa kation. Disamping itu mikroorganisma rumen juga dapat menghidrogenasi asam lemak poli tak-jenuh (Lloyd. et al., 1978). Dengan adanya proses biohidrogenasi ini menyebabkan daging pada ternak ruminansia mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang tinggi yang dapat meningkatkan kolesterol. Tingginya kadar lemak dan kolesterol ini sering merupakan faktor pembatas bagi konsumen untuk mengurangi atau bahkan tidak sama sekali mengkonsumsi produk peternakan ini.

Fenomena demikian merupakan kondisi yang dilematis bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pangan, mengingat daging sebagai sumber protein hewani dengan asam-asam amino esensialnya masih sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia.

Dari uraian ini maka penggunaan lemak dengan asam lemak poli tak jenuh yang tinggi dalam pakan ternak ruminansia sebagai sumber energi alternatif serta melindunginya dari proses biohidrogenasi mikro-organisma rumen merupakan hal yang menarik untuk dikaji.

Teknologi sabun kalsium (Ca-Soap) merupakan salah satu teknologi perlindungan lemak yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan. Teknologi sabun kalsium adalah suatu proses kimiawi untuk menyabunkan bahan lemak dan alkali yang dikenal dengan proses saponifikasi, dan ditambah mineral Kalsium (Ca) dengan tujuan mengubah bentuk minyak ikan dan CPO menjadi bentuk padat yang dapat dicampur dengan pakan ternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan asam lemak pada minyak ikan lemuru lebih tinggi dari CPO. Secara in-vitro hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa sabun kalsium efektif melindungi asam lemak poli tak jenuh dari biohidrogenasi mikroorganisme ruman. Kandungan asam lemak poli tak-jenuh masih cukup tingi pada perlakuan sabun kalsium dibanding dengan tanpa perlakuan sabun kalsium pada daerah pasaca rumen.

Suplementasi sabun kalsium dengan bahan dasar minyak ikan lemuru sebanyak 5% dan 10% pada perlakuan RB dan RC dalam ransum penggemukan ternak domba ini mempunyai dampak terhadap komposisi bahan ransum yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan RB dan RC mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi di banding perlakuan RA (kontrol). Hasil penelitian juga menunjukan bahwa konsumsi pada perlakuan RB dan RC cenderung lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa pemberian lemak sebagai sumber energi dengan minyak ikan lemuru tidak mempunyai dampak terhadap peningkatan panas dalam tubuh ternak domba sehingga ternak tersebut tetap merasa nyaman dan konsumsinya meningkat.

Hasil penelitian juga meunjukkan bahwa pemberian sabun kalsium dengan bahan dasar minyak ikan lemuru yang disuplementasikan kedalam pakan ternak domba jantan lokal sebanyak 10%, nyata meningkatkan produksi VFA total, pertambahan bobot badan harian lebih baik, meningkatkan kualitas karkas dan menurunkan kadar kolesterol dalam serum dan daging ternak tersebut. Peningkatan produksi VFA total ini diduga karena pemberian lemak dalam bentuk sabun kalsium efektif sebagai sumber energi. Hal ini disebabkan karena dipandang dari segi energi, lemak mengandung energi lebih tinggi dari karbohidrat dan protein sehingga dalam jumlah sedikit saja yang ditambahkan dalam ransum ruminan dapat meningkatkan kadar energi ransum (Parakkasi, 1995). Produksi VFA ini merupakan energi dalam bentuk glukosa yang akan diserap di saluran pencernaan setelah retikulo rumen. Energi yang dikonsumsi dipergunakan oleh ternak pertama untuk memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan metabolisme basal, dan untuk tumbuh atau produksi bila konsumsinya melebihi kebutuhan maintenans. Oleh

karena itu konsumsi energi yang tinggi juga akan diikuti dengan pertumbuhan yang lebih baik.

Selain itu peningkatan produksi VFA Total diduga karena ada peningkatan fraksi VFA yaitu propionat yang mengakibatkan peningkatan VFA secara keseluruhan. Asam propionat diabsorbsi melalui epitel rumen dan masuk ke sirkulasi darah, kemudian dibawa ke hati untuk selanjutnya diubah menjadi glukosa dan bagian cadangan glukosa hati. Pada proses anabolis di dalam tubuh, ternak memerlukan energi dalam bentuk glukosa. Pada ternak ruminansia, glukosa dapat disintesis dari sumber-sumber bukan karbohidrat yaitu dari asam lemak atau asam amino melalui proses glukoneogenesis. Komponen asam lemak atsiri (VFA) yang termasuk glukogenik adalah asam propionat yang dalam proses metabolismenya menjadi precursor glukosa, sedangkan asam asetat dan asam butirat tidak termasuk metabolit glukogenik melainkan metabolit ketogenik.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa produksi VFA total yang lebih tinggi pada perlakuan RC tidak memberikan dampak terhadap pH cairan rumen. pH cairan rumen pada perlakuan RC cenderung lebih rendah dibanding RB tetapi masih berada pada kisaran normal untuk terjadinya fermentasi di dalam rumen. Hal ini disebabkan karena kan- dungan serat pada perlakuan RC lebih tinggi dari perlakuan RB. Kondisi ini mengharuskan ternak domba banyak melakukan aktivitas pengunyahan (mastikasi) sehingga saliva yang disekresikan dan yang masuk ke dalam retikulorumen lebih banyak. Saliva pada ternak ruminansia banyak mengandung bikarbonat dan fosfat serta berperan sebagai larutan penyangga atau buffer sehinga pH dapat dipertahankan pada kisaran normal.

Pemberian lemak dalam bentuk sabun kalsium juga dapat meningkatkan lemak intramuskuler (marbling), sedangkan lemak punggung (tebal lemak punggung) relatif sama. Marbling dan lemak punggung merupakan lemak yang paling terakhir terdeposit sedangkan lemak ginjal dan pelvic merupakan yang paling awal dan lemak intermuskuler adalah di tengah (intermediate) (Boggs and Merkel, 1984).

Hal ini menunjukkan bahwa tingginya energi yang terkandung pada perlakuan RB dan RC diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi pula bahkan masih tersisa dan dideposit sebagai lemak intramuskuler.

Kandungan lemak daging sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain macam dan jenis makanan, aktifitas fisik, stres dan turunan. Makanan yang mengandung asam lemak poli tak jenuh dapat menurunkan kolesterol dalam serum darah (Soewardi, 2005). Oleh karena itu pemberian sabun kalsium dengan bahan dasar minyak ikan lemuru yang kaya akan asam lemak poli tak januh dan lolos dari biohidrogenasi mikroorganisma rumen sehingga dapat menurunkan kolesterol serum.

Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa penambahan lemak dalam bentuk sabun kalsium dapat menurunkan kadar kolesterol serum dan darah sebaliknya meningkatkan kolesterol pada feses. Hal ini menunjuk-kan bahwa sabun kalsium efektif melindungi lemak sehingga lemak ini tidak semuanya didegradasi tetapi masih ada yang lolos. Hal ini berarti istilah lemak langsung lewat rumen (rumen by-pass fat) kurang tepat dan mungkin lebih baik dengan istilah lemak yang kurang tercerna dalam rumen (rumen lessdegradable fat). Dengan adanya lemak yang lolos sampai ke usus halus maka produksi cairan empedu akan meningkat. Cairan empedu ini berfungsi untuk mengemulsifikasi lemak dan dapat dibentuk melalui sintesa kolesterol. Peningkatan caiaran empedu sebagai zat pengemulsi (emulsifier) juga akan meningkatkan sintesa kolesterol untuk pembentukannya dan secara tidak langsung dapat menurunkan kolesterol di darah yang selanjutnya juga menurunkan kolesterol yang terinkorporasi di dalam daging. Selanjutnya kolesterol ini akan dikeluar-kan bersama-sama dengan feses yang mengakibatdikeluar-kan kolesterol feses meningkat.

Dokumen terkait