• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2009 2010 2011 2009 2010 2011 IPM Rank IPM Rank IPM Rank IKLH 1) Rank IKLH 2) Rank IKLH 2) Rank

3.2.1. Pembangunan Berkelanjutan

Dalam mengukur kinerja pembangunan berkelanjutan dengan menyusun indeks pembangunan berkelanjutan, dibutuhkan sejumlah indikator yang mampu memotret keseluruhan dimensi pembangunan berkelanjutan (ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan). Pemilihan indikator dilakukan dengan menggunakan beberapa referensi. Referensi utama adalah indikator pembangunan berkelanjutan yang dikeluarkan oleh United Nation Department of Economic and Social Affairs-UN DESA (UN 2001 dan UN 2007). Referensi selanjutnya mengacu kepada studi tentang indikator pembangunan di Indonesia yang dilakukan oleh BPS dan BAPPENAS, yaitu indeks pembangunan regional (BPS 2010a) dan indikator pembangunan berkelanjutan (BAPPENAS 2007). Sebagai penguatan, juga dilakukan perbandingan dengan indikator yang dipergunakan dalam beberapa studi terkait penyusunan indeks komposit pembangunan berkelanjutan yang pernah dilakukan di negara lain. Studi yang dijadikan sebagai perbandingan adalah studi di Yunani (Kondyli 2010), Eropa Tenggara (Golusin M dan Ivanovic OM 2009), Italia (Floridi dkk 2011) dan Republik Ceko (Hak T dkk 2012).

Mengingat kompleksnya indikator yang dipergunakan dalam mengukur pembangunan berkelanjutan, maka dipilih beberapa indikator yang diduga dapat mengukur pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Selain pertimbangan tersebut, pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan data.Secara lengkap, indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

36

Tabel 7Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Dimensi Indikator Referensi*)

Ekonomi Pertumbuhan PDRB (EGROW) [5], [6]

PDRB per kapita (PDRBC) [1], [2], [3], [4], [5], [6], [7]

Persentase penduduk yang bekerja (KERJA) [2], [5], [7]

Pengangguran (NGGUR) [1], [4], [5], [6], [7]

% PAD terhadap Total penerimaan Daerah (PAD) [3]

Sosial Rata-rata lama Sekolah (MYS) [3]

Angka Melek Huruf usia 15+ (AMH) [1], [2], [6]

Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 16-18 (APS) [1], [2], [7]

Penduduk usia 24+ th yang tamat perguruan tinggi (PT) [3]

Angka Harapan Hidup (E0) [1], [2], [3], [6], [7]

% Balita yang di imunisasi (IMUN) [1], [2], [3]

Prevalensi penggunaan kontrasepsi (KB) [1], [2]

% Penduduk yg berobat ke RS dan Dokter (BROBAT) [2], [3]

IMR (IMR) [1], [2], [4], [7]

Pertumbuhan penduduk (POPGROW) [1], [2], [3], [5]

Rasio ketergantungan (DEPR) [2], [3], [5], [7]

TFR (TFR) [2], [6], [7]

% Penduduk tidak miskin (MISKIN) [1], [2], [3], [6], [7]

% rumah tangga yang menggunakan listrik (LISTRIK) [2]

Lingkungan % Desa tidak mengalami pencemaran udara (UDARA) [3]

% Desa tidak mengalami pencemaran air (AIR) [3]

% Desa tidak mengalami pencemaran tanah (TANAH) [3]

Emisi CO2 (CO2) [1], [2], [4], [6], [7], [8]

Emisi CH4 (CH4) [1], [2], [6], [7], [8]

% Rumahtangga dgn sumber minum air bersih (ABERSIH) [1], [2], [3], [7]

% Rumahtangga dengan sanitasi layak (SANITASI) [1], [2], [3]

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tambahan peneliti

Kelembagaan Gini rasio (GINI) [1], [4], [6], [7]

Kasus kriminalitas per 100.000 penduduk (CRIME) [1], [2]

Rasio upah pekerja perempuan dan laki-laki (RUPAH) [1], [3]

Rasio APS perempuan dan laki-laki (RAPS) tambahan peneliti

Rasio rata-rata pendapatan penduduk desa & kota (RPDPT) tambahan peneliti Catatan : *) [1] UN (2001), [2] UN (2007), [3] BPS (2010a), [4] BAPPENAS (2007), [5] Kondyli (2010), [6] Golusin M dan Ivanovic OM (2009), [7] Floridi dkk (2011), [8] Hak T dkk (2012) Keterangan dalam tanda kurung ( ) menunjukkan nama variabel

Masing-masing indikator memiliki peran tersendiri dalam mengukur capaian pembangunan. Keterangan untuk setiap indikator dijelaskan dalam uraian berikut

 Pertumbuhan PDRB (EGROW). Pertumbuhan PDRB adalah indikator utama dalam menentukan perkembangan ekonomi secara umum. PDRB menggambarkan nilai tambah yang dihasilkan di suatu wilayah, baik dilihat dari sisi sektoral maupun dari sisi penggunaannya.

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita (PDRBC). Indikator ini merupakan indikator dasar pertumbuhan ekonomi yang mengukur jumlah nilai tambah yang diperoleh secara rata-rata oleh setiap penduduk dalam satu wilayah.

37 Di Indonesia dikenal dua jenis PDRB perkapita, yaitu PDRB perkapita dengan minyak dan gas bumi (migas) dan PDRB perkapita tanpa migas. Masing- masing PDRB perkapita tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. PDRB Perkapita tanpa migas cukup baik dipergunakan sebagai proksi perbandingan kemajuan ekonomi antar wilayah. Pernyataan ini didukung oleh alasan bahwa pengelolaan migas pada umumnya tidak banyak melibatkan masyarakat lokal, sehingga nilai tambah yang bersumber dari migas hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat atau bahkan mengalir ke luar daerah. Namun penggunaan PDRB tanpa migas juga memiliki kelemahan karena seakan-akan mengabaikan peran sektor migas, yang justru menjadi tulang punggung perekonomian bagi sebagian daerah. Dalam pembangunan daerah, terutama dalam era otonomi daerah, peran migas sangat besar dalam hal penerimaan daerah yang bersumber dari bagi hasil migas. Penerimaan daerah ini tentunya akan berdampak pada kemampuan keuangan daerah yang menjadi sumber bagi pembangunan daerah yang pada akhirnya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, maka penelitian ini menggunakan PDRB perkapita dengan migas sebagai proksi dari kemajuan ekonomi daerah.  Persentase penduduk yang bekerja (KERJA). Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja ini menyediakan informasi pada kemampuan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja. Bekerja sebagai lawan pengangguran dipandang sebagai posisi yang diinginkan oleh penduduk usia produktif (angkatan kerja)

 Pengangguran (NGGUR).Tingkat pengangguran memberikan informasi tentangkegagalan ekonomi untukmenciptakan lapangan kerja. Penganggur didefinisikan sebagai penduduk yang mencari kerja atau sedang mempersiapkan usaha. Termasuk pula mereka yang tidak mencari kerja karena merasa putus asa.

 Persentase Pendapatan Asli Daerah terhadap total penerimaan daerah (PAD). Indikator ini untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan daerah dalam menyediakan anggaran pembangunan sendiri tanpa bergantung pada pemerintah pusat

 Rata-rata lama Sekolah (MYS). Indikator ini ditujukan untuk melihat bagaimana tingkat pendidikan penduduk sebagai output dari pembangunan di bidang pendidikan

 Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas (AMH). Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas adalah persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan akumulasi pencapaian pendidikan dalam penyebaran bacatulis

 Angka Partisipasi Sekolahusia 16-18 (APS). Indikator ini untuk melihat bagaimana partisipasi penduduk usia SMA dalam pendidikan sebagai dampak

38

dari berbagai kebijakan di bidang pendidikan, termasuk pembangunan gedung-gedung sekolah dan distribusi sumber daya pengajar yang merata  Persentase penduduk usia 24+ tahun yang tamat perguruan tinggi (PT).

Indikator ini merupakan proporsi penduduk usia kerja yang telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi. Indikator ini juga menggambarkan kualitas sumber daya manusia yang terdapat dalam populasi penduduk dewasa

 Angka Harapan Hidup (E0). Indikator ini merupakan rata-rata umur hidup yang diharapkan akan dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Kalkulasi angka harapan hidup dilakukan dengan mempertimbangkan adanya risiko kematian pada saat usia tertentu. Angka harapan hidup saat lahir merupakan indikator kematian dan proxy terhadap kondisi kesehatan

 Persentase balita yang di imunisasi (IMUN). Indikator ini memantau implementasi dari program imunisasi. Pengelolaan yang baik pada program imunisasi sangat penting untuk mengurangi kesakitan dan kematian dari penyakit menular di masa kanak-kanak

 Persentase wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat KB / kontrasepsi (KB). Indikator ini menunjukkan usaha manusia secara sadar dalam mengontrol kelahiran/pelayanan kesehatan reproduksi. Meskipun indikator ini tidak dapat mengontrol semua tindakan yang diambil dalam mengontrol kelahiran. Manfaat kesehatan dari penggunaan kontrasepsi meliputi kemampuan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga mengurangi risiko aborsi, potensi komplikasi kehamilan dan risiko kematian ibu.

 Persentase penduduk yang berobat ke rumah sakit dan dokter (BROBAT). Indikator ini mengukur akses penduduk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dasar

 Angka kematian bayi/infant mortality rate (IMR). Estimasi angka kematian bayi merupakan probabilitas bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun (dinyatakan per 1000 kelahiran hidup). Tingkat kematian bayi dipengaruhi oleh ketersediaan, akses dan kualitas sarana kesehatan; pendidikan, khususnya ibu-ibu; akses air bersih dan sanitasi; kemiskinan dan gizi

 Pertumbuhan penduduk (POPGROW). Laju pertumbuhan penduduk mengukur seberapa cepat jumlah penduduk berubah. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi mempengaruhi secara negatif aspek penggunaan lahan, air, udara, energi dan sumber daya lainnya.

39  Rasio ketergantungan (DEPR). Angka beban ketergantungan menunjukkan perbandingan jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi terhadap penduduk usia muda dan usia tua yang tergantung secara ekonomi. Angka beban ketergantungan dapat mengindikasikan dampak potensial perubahan struktur umur penduduk terhadap pembangunan sosial dan ekonomi

 Angka kelahiran total/total fertility rate (TFR). Angka kelahiran total adalah rata-rata banyaknya anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sepanjang hidupnya. Angka kelahiran total merupakan salah satu variabel yang secara langsung berpengaruh pada perubahan penduduk. Angka kelahiran total tidak dipengaruhi oleh distribusi umur penduduk. Angka kelahiran yang rendah dapat meningkatkan kemampuan keluarga dan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang ada untuk melawan kemiskinan, melindungi dan memperbaiki lingkungan.

 Persentase penduduk tidak miskin (MISKIN). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan berada di bawah garis kemiskinan. Tujuan dari ukuran kemiskinan adalah untuk memungkinkan adanya perbandingan kemiskinan dan menilai kemajuan upaya pengentasan kemiskinan serta evaluasi program

 Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik (LISTRIK). Listrik dan layanan energi modern adalah komponen penting dalam penyediaan pelayanan sosial dasar. Kurangnya akses ke layanan energi modern berkontribusi terhadap kemiskinan dan membatasi pembangunan ekonomi

 Persentase desa tidak mengalami pencemaran udara (UDARA). Indikator ini untuk melihat bagaimana usaha pengelolaan lingkungan dalam hal terjadinya pencemaran udara

 Persentase desa tidak mengalami pencemaran air (AIR). Indikator ini untuk

melihat bagaimana usaha pengelolaan lingkungan dalam hal terjadinya pencemaran air

 Persentase desa tidak mengalami pencemaran tanah (TANAH). Indikator ini untuk melihat bagaimana usaha pengelolaan lingkungan dalam hal terjadinya pencemaran tanah

40

 Emisi gas rumah kaca (CO2) dan (CH4). Indikator ini mengukur emisi gas rumah kaca yang memiliki dampak langsung terhadap perubahan iklim. Gas- gas rumah kaca yang utama adalah karbon dioksida (CO2) dan methan (CH4). Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berkontribusi terhadap pemanasan global yang merupakan tantangan utama bagi pembangunan berkelanjutan. Indikator ini juga memberikan informasi mengenai pemenuhan komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca

 Persentase rumahtangga dengan sumber minum air bersih (ABERSIH). Indikator ini memonitor kemajuan dari akses rumah tangga terhadap sumber air bersih dengan volume yang memadai dan jarak yang terjangkau

 Persentase rumahtangga dengan sanitasi layak (SANITASI). Penyediaan sanitasi yang memadai diperlukan untuk melindungi kesehatan manusia serta lingkungan. Indikator ini memantau kemajuan akses rumah tangga pada fasilitas sanitasi, pelayanan sosial dasar yang penting sekaligus merupakan dasar untuk mengurangi risiko dari bakteri fecal (yang terdapat pada kotoran manusia) dan frekuensi penyakit yang terkait

 Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH). Indikator ini merupakan indeks komposit yang mengukur kualitas lingkungan. Indeks ini merupakan rata-rata dari indeks pencemaran udara (IPU), indeks pencemaran air (IPA) dan indeks tutupan hutan (ITH).Indeks pencemaran udara menggunakan indikator konsentrasi SO2 dan NO2 di udara. Indeks pencemaran air menggunakan indikator konsentrasi TSS, DO dan COD pada air sungai. Indeks tutupan hutan merupakan persentase luas hutan primer dan sekunder terhadap luas hutan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kehutanan.

 Gini rasio (GINI). Indikator ini merupakan suatu ukuran ketimpangan pendapatan atau sumber daya dalam suatu masyarakat. Ketimpangan akibat pendapatan atau konsumsi dan ketidaksetaraan dalam meraih kesempatan menghambat pembangunan manusia dan merugikan pembangunan dalam jangka panjang.

 Kasus kriminalitas per 100.000 penduduk (CRIME). Indikator ini juga dapat digunakan sebagai ukuran untuk kepatuhan terhadap aturan hukum dan merupakan salah satu komponen dari tata kelola pemerintahan yang baik.  Rasio upah pekerja perempuan dan laki-laki (RUPAH). Indikator ini

menggambarkan kesetaraan gender di bidang ekonomi. Jika upah laki-laki lebih besar dari perempuan, maka rasio upah merupakan pembagian antara upah perempuan dengan upah laki-laki.

Sedangkan jika upah perempuan lebih besar dari pada laki-laki, maka rasio upah merupakan pembagian antara upah laki-laki dengan upah perempuan.

41

 Rasio angka partisipasi sekolah (APS) perempuan dan laki-laki (RAPS). Indikator ini menggambarkan kesetaraan gender di bidang pendidikan. Jika APS laki-laki lebih besar dari perempuan, maka rasio APS merupakan pembagian antara APS perempuan dengan APS laki-laki.

Sedangkan jika APS perempuan lebih besar dari pada laki-laki, maka rasio APS merupakan pembagian dari antara APS laki-laki dengan APS perempuan.

 Rasio rata-rata pendapatan penduduk desa dan kota (RPDPT). Indikator ini menggambarkan keseimbangan pembangunan desa dan kota. Jika pendapatan penduduk kota lebih besar dari pada penduduk desa, maka rasio pendapatan merupakan pembagian dari rata-rata pendapatan penduduk desa dengan rata- rata pendapatan penduduk kota.

Sedangkan jika pendapatan penduduk desa lebih besar dari penduduk kota, maka rasio pendapatan merupakan pembagian antara rata-rata pendapatan penduduk kota dengan rata-rata pendapatan penduduk desa.